1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Saat menuju tahun yang akan disaksikan oleh masyarakat dunia atas sebuah harapan yang akan dituntut untuk menjadi sebuah titik pengharapan agar dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik daripada di tahun sebelumnya nampaknya masih belum terkabulkan. Virus corona adalah masalah bencana kesahatan yang dampaknya akan mulai berlangsung disaat bersamaan dengan tahun baru 2020.
Virus corona mulai mendeklarasikan diri dan hadir untur pertama kalinya di Kota Wuhan Tiongkok China menjelang penutupan di tahun 2019 yaitu di bulan Desember 2019. Persebaran yang tak kasat mata membuat Covid-19 lebih mudah untuk membidik korbanya dengan efek yang sangatlah luar biasa bahkan korbanya dapat kehilangan nyawa. Dengan keadaan yang semakin memburuk, maka pihak World Health Organitation (WHO) menetapkan pandemi Covid-19 dalam kategori krisis kesehatan dalam bentuk virus yang akan mengancam seluruh negara di berbagai belahan dunia. Istilah pandemi sendiri merupakan wabah yang memiliki dampak luas dengan wilayah epidemologi yang akan menyerang serentak di berbagai tempat yang mencangkup letak geografis yang cukup luas, dengan demikian Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi.
Memasuki tahun 2020, Covid-19 seakan akan menjadi Public Figure di ruang lingkup masyarakat dunia karena aktivitas yang seharunya dijalankan dengan penuh toleransi untuk memberikan suatu keberlangsungan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi secara tidak sadar Covid-19 berkeinginan untuk mengambil alih aktifitas manusia dengan memberikan dampak berupa krisis kesehatan. Nama Covid-19 menjadi satu-satunya nama yang menjadi tokoh utama
2
diruang lingkup kehidupan internasional karena berdampak pada kesehatan dunia, bahkan Covid-19 ditetapkan sebagai bencana internasional dengan Basic non alam yang akan menimpa kesehatan dunia. Memasuki bulan Maret 2020, virus corona ini sudah dapat mengambil alih wilayah-wilayah di dunia dengan menyerang masyarakat yang melakukan sebuah kerumunan atau interaksi secara langsung akibatnya kasus yang muncul melebihi dari apa yang seharunya tidak dapat penulis bayangkan.
Proses penyebaran yang sangat cepat dengan tempo yang begitu ringan, menyebabkan negara-negara sudah mulai gencar dalam melakukan perang dengan mensimbolkan genjatan senjata lewat medis agar bisa membunuh Covid-19 untuk selamanya. Namun sayangnya dengan tingkat keleluasaan Covid-19 ini, Taiwan, Malaysia, Nepal, Australian, Korsel, kanada, Jerman, Arab Saudi dan negara lain, sudah menjadi korban akan hadirnya sebuah virus yang menjarah kawasan dunia dengan menciptakan efek penurunan pada system kekebalan tubuh yang sangat mengancam kesehatan.
Apabila menengok sebentar Negara maju dengan system penunjang yang sangat luar biasa apabila dikaitkan dengan sebuah teknologi dan cara pandang pemerintah untuk memberikan sebuah peluang dalam menciptakan negara yang sejahtera, Amerika Serika menjadi salah satu korban dari Covid-19 dengan menduduki peringkat satu dengan total kasus 19.332 di dunia, dengan disusul oleh negara yang Spanyol dengan jumlah kasus terinfeksi Covid-19 yaitu sejumlah 6.549.
3
Melihat 2 negara yang masyarakat dunia menilai bahwa tidak akan mungkin negara yang memiliki cara pandang luar biasa tiba-tiba terjatuh hanya karena satu tokoh utamanya yaitu Covid-19, banyak sekali upaya yang kemudian akan menjadi senjata untuk menghadapi Covid-19 dengan menciptakan sebuah kebijakan baru agar bisa mengimbangi kinerja laju dari persebaran Covid-19 ini. Bukan tidak mungkin Langkah yang diambil ini adalah Langkah yang pasti sehingga negara bisa benar-benar melakukan pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dengan baik.
Gerak cepat yang dilakukan oleh pemerintah negara dunia adalah Langkah yang memang harus direspon dengan cepat pula untuk memangkas kecepatan Covid-19 dengan memberikan sebuah istilah yaitu pemutusan yang khususnya interaksi antar individu atau bisa disebut dengan Social Distancing dan istilah dengan paksa memberhentikan segala sesuatu aktifitas dengan mempersempit ruang gerak di dalam suatu wilayah tertentu atau Lockdown yang masing-masing kedua istilah ini memiliki fungsi untuk menghindari kerumunan masal dimana Covid-19 akan lebih mudah menyebar dengan skala yang lebih luas dan cepat. Dari kedua istilah kebijakan strategis diatas, mau tidak mau negara memiliki sikap yang tegas agar korban dari Covid-19 tidak bisa memperluas ruang geraknya hanya karena satu orang saja yang terkena virus corona.
Indonesia sebagai negara yang memiliki ruang ekologi yang sangat luas dengan mendapatkan julukan jantung dunia, tampil dengan negara yang sangat santai dalam menghadapi virus corona ini. Begitu banyak sekali respon yang penulis anggap sebuah argumentasi yang bersifat humoris disampaikan oleh Pemerintahan Indonesia dengan sebuah keyakinan dan kepercayaan diri yang begitu tinggi. Istilah humor ini muncul dari argumentasi Menteri Kesehatan dengan
4
rasa keyakinan yang sangat tinggi bahwa “untuk masyarakat dihimbau tidak perlu panik akan virus corona saat ini” ada lagi yang menyatakan bahwa “khusus untuk Negara Indonesia, kita adalah negara yang satu-satunya negara di dalam kawasan ASIA yang belum mempunyai daftar riwayat Covid-19 yang menyerang Indonesia”
pemaparan mengenai virus corona ini disampaikan oleh Menkopolhukam.
Argumentasi tersebut secara tidak sadar disampaikan oleh para pemimpin Negara Indonesia adalah untuk menyambut kedatangan tamu spesial karena argumentasi ini sangatlah berbanding terbalik dengan sikap negara lain yang sudah mulai mengantisipasi virus corona sebelum kedatanganya ke negara tersebut.
Maka hal ini bisa dikatakan bahwasanya Pemerintah Indonesia masih menunjukan sikap ketidak tanggapan untuk menangani kirisi kesehatan akibat pandemi yang telah masuk diberbagai wilayah di dunia. Tanggapan yang menjadi titik balik dari respon penanganan pandemi ini sebenarnya sebuah tanda bahwa Indonesia masih memberikan respons yang lemah untuk memperhatikan permasalahan kesehatan yang telah melanda. Indonesia sedang dilanda krisis akan berfikir untuk mengambil Tindakan apa yang seharunya dipakai untuk mengantisipasi virus ini, jadi peneliti bisa mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia masih belum bisa menampilkan keseriusanya dalam menghadapi masalah krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19.
Kasus pandemi ini untuk pertama kalinya di umumkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia yang bertepatan di bulan Maret 2020 dengan ditemukanya 2 masalah akibat terpapar Covid-19. Pada tanggal 3 sampai 12 maret masih dengan kasus yang sama pada saat tanggal 2 Maret.virus corona mulai memperlihatkan pergerakanya yang mulai merobek wilayah Indonesia pada bulan
5
Maret 2020 dengan jumlah korban terinfeksi sebanyak 35, maka kondisi inilah yang menjadi peluang virus corona untuk melakukan aktifitasnya dan memberikan dampak lonjakan Covid-19 di Indonesia. Aktifitas virus corona mulai berjalan meningkat di bulan selanjutnya yaitu April 2020 dengan menunjukan jumlah kasus terinfeksi sekitar 200 sampai 400 korban. Memasuki bulan Juni, kasus Covid-19 meningkat dengan jumlah 1.000 korban terinfeksi dalam sehari dan kemudian pada bulan Juni menjadi penutup jumlah korban yang terinfeksi virus menjadi 1.293. di bulan berikutnya, pertambahan korban terinfeksi virus corona semakin tak bisa dihindari dengan jumlah korban terinfeksi 2.000. September dengan jumlah total 3.000 korban, dan Ibu Kota Jakarta menjadi Kawasan yang paling tinggi korban terinfeksi virus corona yaitu 50.671 kemudian disusul oleh wilayah Jatim 37.093, Jateng 16.508, serta Jabar 13.668 korban.
Dari hasil korban terinfeksi virus disebabkan Covid-19, maka analisis dari angka mortalitas penyebaran virus sebesar 8,9% dan merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. Kondisi saat pandemi sudah mulai menjamah di Indonesia barulah beberapa strategi dan kebijakan mulai diambil. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil langkah awal dengan mengeluarkan kebijakan No 16 Tahun 2020 mengenai proses tingkatan atas keadaan waspada resiko terinfeksi virus corona.
Kemudian diikuti dengan Pemerintah Pusat yang hanya memberikan himbauan dengan tetap melakukan bentuk melindungi diri melalui sikap selalu melakukan cuci tangan, hindari interaksi sosial, dan menjaga stamina agar imun tidak mengalami penurunan supaya bebas dari infeksi Coronavirus Disease 2019/Covid- 19.
6
Menengok aturan kebijakan yang di pilih oleh negara lain yang telah menjalankan pembatasan sosial kemudian cukup untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan akibat pandemi yang ditimbulkan oleh virus corona lalu akan di replikasikan dan dipilih secara mendalam oleh negara Indonesia sebagai bentuk upaya di dalam melakukan pemutusan rantai persebaran Covid- 19.Indonesia berusaha untuk mencontoh kebijakan yang diambil oleh negara lain dan dilaksanakan untuk dilakukanya penerapan, dimana kebijakan tersebut memiliki presentase nilai keberhasilan yang cukup positif di dalam mengawal penyebaran virus corona. Aturan yang dipilih oleh Indonesia adalah aturan dimana untuk menyikapi dan merespons keadaan yang sangat mengawatirkan disebabkan oleh pandemi glogal dengan skala persebaran cukup cepat, virus corona menjadi virus mematikan karena memiliki status benacana nasioanl yang cukup menyita perhatian publik dan harus dikawal menggunakan instrument kebijakan yang memadai. Maka khususnya Pemerintah Pusat melahirkan keputusan presiden (Keppres) dengan regulasi No 12 Tahun 2020 menetapkan sebagai bencana yang mengandung aspek kriris kesehatan penyebab pandemi Covid-19 sebagai bencana yang dapat mengancam kesehatan secara nasional pada bulan April 2020. Walau dengan keadaan waktu yang sudah sangat mepet dengan jumlah korban terinfeksi 6.760 dengan korban meninggal dunia sebanyak 590.
Konsep kebijakan tentang social distanting dan lockdown telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2018 tentang kekarantinaan kesehatan. Konsep kebijakan lockdown diterjemahkan melalui Peraturan Undang-Undang kekarantinaan kesehatan sebagai karantina wilayah yang sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 ayat 10 yang berbunyi :“upaya pembatasan atau pemisahan daerah
7
dengan melakukan Batasan-batasan masyarakat pada ruang lingkup tertentu yang memang sedang mengalami atau terdampak virus guna mencegah penyebaran yang semakin menyebar atau melakukan pemutusan rantai penyebaran dalam wilayah epidemologi”, sedangkan konsep social distanting diterjemahkan sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dimana dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat (11) sebagai: “bentuk atau desain dimana pergerakan masyarakat dibatasi dalam cakupan wilayah tertentu untuk menghindari kerumunan masal sehingga virus dapat menyebar dengan leluasa, dimana PSBB mempunyai maksud sebagai bentuk upaya untuk mengawal dalam proses pengawalan untuk mencegah persebaran Covid-19 semakin meluas”. Didasarkan pada regulasi yang berasal dari Undang- Undang Karantina Wilayah dimana aturan ini akan menjadi sebuah acuan dalam mengawal kebijakan pembatasan sosial yang dimaksudnya untuk berusaha dalam melakukan penanggulangan terhadap pandemi virus corona.
kemunculan Covid-19 dan penyebaran virus semakin lama semakin meningkat membuat kondisi saat ini menjadikanya kondisi darurat akan kesehatan.
Didasarkan kepada aturan regulasi PP No 21 Tahun 2020 mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang memiliki tujuan sebagai Langkah untuk melakukan pengawalan dengan maksud pemutusan persebaran Covid-19 maka kebijakan ini bertujuan untuk melakukan pembatasan pergerakan masyarakat dalam wilayah tertentu adalah pengertian dari aturan secara bersama disepakati pimpinan Negara Indonesia untuk bisa dilaksanakanya pada ruang lingkup otonomi daerah didasarkan telah melalui perizinan Mentri Kesehatan untuk menerapkan PSBB.
Regulasi tentang pembatasan sosial berupa PSBB secara perdana dilaksanakan pada bulan April 2020 yaitu di DKI Jakarta yang selanjutnya akan di
8
contoh oleh wilayah-wilayah yang lain yang memang penyebaran Covid-19 tersebut sudah masuk pada wilayah tersebut. Aturan pembatasan sosial berupa PSBB adalah upaya merespon permasalahan adanya darurat kesehatan yang memiliki makna sebagai memperkecil proses persebaran Covid-19. Jadi pembatasan sosial berupa PSBB ini harus dilanksanakan dengan tetap melakukan koordinasi di dalam satu pintu agar tidak menimbulkan permasalahan di suatu lapangan dan tetap menjadikan Undang-Undang Karantina Wilayah sebagai pijakan untuk melaksanakan pembatasan sosial berbentuk PSBB.
Pengertian dari proses penerapan pembatasan sosial berbentuk PSBB merupakan penyempitan atas aktivitas masyarakat pada daerah yang memiliki kasus adanya virus corona dalam mengatasi persebaran yang semakin meluas.
PSBB adalah bentuk upaya dari Indonesia untuk menangani Coronavirus Disease 2019 dimana telah memiliki makna dalam regulasi PMK Nomor 09 Tahun 2020 pasal 2 yang telah ditetapkan oleh Menkes, bahwa pembatasan sosial dapat dilaksanakan, setiap daerah dalam cakupan terntentu yang meiputi provinsi/kab/kota yang memiliki 2 bentuk yaitu ; pertama “total persoalan dalam keadaan terpapar Covid-19 yang dikarenakan jumlah kasus secara terus menerus dalam suatu daerah”, kedua “wilayah yang tedapat penyakit juga memiliki wilayah terpapar Covid-19 pada suatu kasus yang sama terdapat kaitanya dengan cakupan negara selanjutnya”. Melihat dua bentuk ciri tersebut maka Menteri kesehatan bisa memilah daerah yang memiliki kelayakan untuk dilaksanakanya pembatasan sosial melalui PSBB. Otonomi daerah tidak diperbolehkan melaksanakan regulasi masing-masing di dalam ruang lingkup pada wilayah yang tidak memiliki anjuran untuk menetapkan sebelum ada perintah untuk melaksanakan protokol kesehatan
9
oleh pemerintah pusat. Wilayah otonomi daerah Bersama dengan swasta wajib untuk patuh aturan PSBB yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Terdapat aturan berkenaan pada penetapan pembatasan sosial, yaitu diantaranya regulasi dari Permenkes No 9 Tahun 2020 mengenai bentuk acuan dari pelaksanaan PSBB sebagai alat dalam memutus rantai penyebaran virus corona, regulasi Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 1 Tahun 2020 merupakan aturan untuk mengelola keuangan negara dan menstabilkan untuk mengelola anggaran untuk menghadapi ancaman dari pandemi Covid-19. Namun pelaksanaan dari PSBB pada wilayah di Indonesia pastinya berbeda apabila dilihat dalam bentuk pelaksanaanya.
Pada pelaksanaan PSBB pastinya memiliki beberapa kriteria yang termuat di dalam regulasi Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun 2020, yang diantaranya terdapat pada pasal 2 yang berbunyi : pelaksanaan apabila sudah disetujui oleh Menteri kesehatan yang diselenggarakan pada bidang kesehatan, maka wilayah khususnya daerah bisa melaksanakan PSBB untuk satu cakupan wilayah tertentu, baik lingkup provinsi, kabupaten atau kota. Aturan PSBB yang dituangkan pada ayat 1 didasarkan pada wilayah yang memiliki karateristik epidemologis dengan ketentuan jumlah ancaman, efektifitas, daya dukung SDM di wilayah masing- masing daerah. Kriterita lain yang harus dipenuhi juga oleh wilayah yang ingin menetapkan PSBB ditegaskan pada Permenkes No 9 Tahun 2020 yang tertuang dalam ayat 2 yaitu pelaksanaan PSBB dalam ruang lingkup daerah baik itu provinsi/kab/kota diharuskan memiliki syarat yang harus dipenuhi yaitu besarnya kasus dan besarnya kematian yang diakibatkan oleh virus bertambah dengan diikuti
10
penyebaran yang tidak dapat terkontrol yang memiliki kaitanya dengan wilayah epidemologis serta kejadianya sama dengan daerah lain atau negara lain.
Selain tindakan-tindakan tersebut, regulasi yang tertuang di dalam PP Nomor 21 Tahun 2020 mengenai proses pelaksanaan pembatasan sosial dalam bentuk PSBB akan ditinjau melalui “apabila terdapat kesepakatan disetujui oleh Menteri Kesehatan untuk melaksanakan masalah pada lingkup kesehatan, maka wilayah otonomi daerah diperbolehkan untuk melaksanakan PSBB atau melakukan penetapan terhadap pergerakan penduduk dalam cakupan wilayah provinsi/kabupaten/kota untuk dilakukanya pembatasan sosial. Regulasi tersebut berimplikasi melalui wewenang untuk mengambil Langkah di dalam pelaksanaan suatu aturan yang mengatur mengenai PSBB. Oleh karena itu wilayah otonomi daerah membutuhkan persyaratan yang kemudian disetujui melalui mentri yang kemudian akan diambil Langkah untuk proses penetapan pelaksanaan PSBB untuk mengatasi permasalahan kesehatan yaitu Covid-19. Jajaran pemerintah di dalam melaksanakan pembatasan sosial meliputi meliburkan proses belajar mengajar yang ada disekolah, melaksanakan proses kerja dengan dilakukan dirumah, melakukan Batasan di tempat spiritual, dan menjauhi adanya interaksi sosial yang mengundang kerumanan masal. Khusus untuk ruang publik akan tetap dilaksanakan proses pembatasan sosial dengan selalu mematuhi anjuran dari pemerintah yaitu protokol kesehatan.
Proses regulasi dari aturan yang mewadahi PSBB tersebut, berupaya untuk melaksanakan proses pembatasan sosial dengan seefektif mungkin dengan prosedur yang sangat ketat untuk dapat dilaksanakan penetapan PSBB di wilayah yang memiliki epidemologi persebaran pandemi Covid-19. Selain itu pemerintah daerah
11
diharuskan untuk tetap patuh terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Maka aturan dari adanya kebijakan PSBB merupakan upaya awal dengan tingkat perbedaan dari langkah sebelumnya yang disaat awal hanya merupakan bentuk himbauan kepada penduduk agar menjaga jarak atau mengisolasi diri dirumah.
Namun dengan adanya peraturatan yang menetapkan PSBB sebagai aturan yang dianggap efektif dalam menekan persebaran Coronavirus Disease 2019/Covid-19, masih memiliki dampak yang begitu menonjol karena hanya melakukan batasan khususnya pada ruang lingkup aktifitas masyarakat, dengan hadirnya regulasi ini, harus mengubah tatanan kehidupan sehari-hari dan memberikan dampak, konsekuensi, ditambah dengan adanya suatu hal yang akan muncul akibat dari adanya regulasi yang ditetapkan untuk dilaksanakanya di ruang lingkup masyarakat. Sektor ekonomi adalah bentuk masalah yang paling signifikan karena memiliki hungan dengan sektor perekonomian, khusus untuk usaha yang terdampak karena adanya bentuk dari pembatasan sosial dengan melakukan aktifitas sehari-hari dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan penyediaan kebutuhan dasar atau primer karena adanya batasan di dalam pencarian nafkah.
Selain dampak ekomoni, dampak sosial juga dirasakan dari berbagai kalangan karena masyarakat dibatasi dalam aktifitas sehari-hari untuk tidak melakukan kerumunan. Pelarangan dalam bentuk batasan memiliki masalah dengan itensitas interaksi sosial pada wilayah tertentu. Masalah psikologis muncul karena menjadi dampak yang paling berperan dalam mengatasi penyebaran Covid-19 karena kemunculan fenomena yang disebut panic buying akan membuat penyebaran virus lebih mudah menyebar di masyarakat. Karena adanya kenyataan dengan tingkatan korban yang dinyatakan PDP sampai pada kehilangan nyawa akibat Covid-19.
12
Dampak yang terakhir adalah dampak lingkungan dimana pengurangan transportasi dan anjuran stay at home memberikan dampak yang positif karena berkurangnya kendaraan dan mengatasi polusi udara.
Penerapan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar merupakan langkah yang bisa dikatakan cocok dalam rangka memutus persebaran corona virus atau Coronavirus Disease 2019/Covid-19. hal ini dapat dilihat melalui analisis kebijakan yang diformulasikan oleh Pemerintah Indonesia baik itu pada level pemerintah pusat maupun level pemerintah daerah yang dianjurkan untuk menyampaikan sosialisasi ke pihak maasyarakat agar aktifitasnya dipersempit dalam berbagai bentuk untuk menghindari Covid-19 yang mana fungsinya adalah menghindari adanya kerumunan di dalam aktifitas masyarakat sehari-hari.
Pelaksanaan PSBB dengan mengutamakan pembatasan di ruang lingkup sosial masih menimbulkan dampak negatif untuk berupaya menghentikan persebaran Coronavirus Disease 2019. banyaknya kalangan masyarakat di berbagai daerah kurang memahami akan aturan PSBB dan lebih memilih melakukan aktifitas tanpa melihat kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah.
Dari penjelasan pemaparan diatas Studi pada penelitian ini adalah permasalahan yang begitu krusial melalui pemahaman analisis kebijakan dengan mengambil kasus pada aturan di dalam proses mengatasi sebuah permasalahan untuk menanggapi wabah virus corona di Indonesia. Penelitian tersebut dikawal menggunakan teori dari Merilee S. Grindle. fokus pada riset penelitian ini adalah penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai wujud percepatan untuk menanganai permasalahan dari pandemi virus corona yang telah
13
menyebar di Indonesia, melalui pengambilan kasus pada regulasi pembatasan sosial. Menarik dari rencana penelitian ini adalah “menakar keberhasilan penerapan Pembatasan Sosial melalui kebijakan PSBB sudah tercantum di dalam regulasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020. Fakta mengenai disharmonisasi policy pada level tingkap pemerintah pusat dengan daerah sebagai pemangku kebijakan untuk penerapan PSBB.
regulasi-regulasi yang didasarkan pada status kedaruratan kesehatan masyarakat yang salah satunya yaitu PSBB yang dinilai dalam pelaksanaanya muncul dampak positif dan negatif dari berbagai kalangan. Covid-19 ini terus menunjukan peningkatan dalam tempo yang cepat serta mengakibatkan jumlah warga yang terpapar serta mengalami dampak yang sangat singnifikan dimana efeknya pasti akan terjadi pada aspek sosial budaya, perekonomian serta kesehjateraan masyarakat. Kelemahan koordinasi dan kerancuan komunikasi yang menyebabkan adanya tumpang tindih kebijakan penerapan PSBB pada level pemerintah pusat sampai pada level pemerintah daerah belum seutuhnya konsisten karena pada kondisi saat ini kasus Coronavirus Disease 2019/Covid-19 mulai di domilisi pada pemerintahan daerah dan harus mempersiapkan skenario kemungkinan terburuk disetiap wilayah dalam menangani Covid-19.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah melihat pemaparan yang telah dituangkan di dalam latar belakang masalah, maka dapat ditarik kesimpulan untuk dijadikan sebuah rumusan masalah yang akan menjadi benang merah di dalam penelitian skripsi mengenai pelaksanaan kebijakan PSBB tersebut, yaitu:
14
1. Bagaimana fakta melalui analisis kebijakan mengenai disharmony policy pada pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia untuk menangani Coronaviruses Disease 2019/Covid-19?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Perlu diketahui bahwa benang merah dari sebuah permasalahan kesehatan disebabkan oleh Covid-19, maka peneliti memiliki sebuah pandangan akan tujuan dan juga manfaat yang akan diambil dari sebuah proses penelitian yang akan berlangsung, harapan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :
1. Di dalam sebuah tulisan skripsi ini, peneliti berkeinginan untuk mengupas lebih dalam lagi mengenai suatu system kebijakan yang masih bernilai abstrack dengan Bagaimana fakta melalui analisis kebijakan mengenai disharmonisasi pada pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia untuk menangani krisis kesehatan?
Setelah melihat tujuan ini, akan didapat melalui proses pembedahan sebuah permasalahan mengenai suatu system kebijakan pembatasan sosial, maka proses peneliti berharap akan tulisan skripsi ini menghadirkan sebuah manfaat yang memiliki nilai positif, baik pada segi manfaat dengan kategori teoritis atau praktis dari kedua hal tersebut, dijelaskan pada pemaparan berikut ini :
1. Manfaat Teoritis
Sebuah Langkah strategis dengan mengeluarkan instrument yang pijakanya adalah tentang kesehatan adalah suatu lompatan dimana Indonesia dinyatakan siap untuk menghadapi Covid-19 dengan kebijakan yang disebut dengan pembatasan sosial, atau PSBB untuk memberikan
15
anjuran disiplin dalam interaksi sosial dengan tidak melakukan kerumunan secara masal. Di dalam sebuah manfaat teroritis ini, peneliti akan mengupas sebuah Kerjasama Lembaga yang terkait yang ada di Indonesia dengan melihat kinerjanya sebagai team agar penilaian dalam tulisan ini bisa tampak jelas apakah harmonis atau bahkan disharmonisasi yang diusung di dalam bab ini yang akan diambil benang merahnya itu salah.
2. Manfaat Praktis
- Bagi Instansi: penelitian ini bisa menghasilkan sebuah karya yang akan dibuktikan dengan dijadikan sebagai bahan intropreksi untuk kedepannya agar melihat apakah dalam langkah PSBB ini sudah sangat efektif dilingkungan masyarakat.
- Bagi Masyarakat: Konsep dari PSBB sendiri agar mengurangi tinggi nya tingkat penyebaran virus covid-19 kepada masyarakat tersebut.
- Bagi Mahasiswa atau Mahasiswi: Hasil penelitian kali ini berharap agar bisa dijadikan sebagai sebuah kajian ilmu bagi mahasiswa ataupun mahasiswi agar bisa menambah wawasan mereka.
1.4 Definisi Konseptual
Berikut ini merupakan pembahasan mengenai indikator dari definisi konseptual, kemudian akan di urai satu persatu untuk dijadikan sebagai pijakan di dalam sebuah proses penelitian yang akan diupas oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
16 A. Analisis Kebijakan
Di dalam proses Analisa suatu sistem kebijakan, terdapat cara berfikir yang sangat kritis mengenai keadaan dimana sebuah kejadian nyata berupa data yang akan dikaji lebih mendalam lagi dengan mengkolaborasikan permasalahan yang telah ditimbulkan akibat kebijakan yang sudah dilaksanakan. Di dalam suatu sistem Analisa terhadap regulasi juga dapat diartikan sebagai mengkolaborasikan bentuk kejadian berupa data yang sesungguhnya dari sebuah kajian analisa melalui penelitian, sehingga mendapatkan kesimpulan yang selaras.
Gagasan tentang analisis kebijakan akan dikawal dengan menggunakan teori Merilee S. Grindle dimana sebuah pelaksanaan kebijakan dimulai dari program kemudian hasil yang ingin dicapai. Secara umum tugas dari analisis ialah membentuk langkah kebijakan yang memungkinkan terwujudnya tujuan kebijakan publik kemudian diimplementasikan sebagai akibat (hasil) dari kegiatan pemerintah dan dapat dinilai strategi penanganan tersebut.
B. Kebijakan PSBB di Indonesia
Regulasi tentang pemutusan rantai penyebaran virus corona di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun 2020 yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Adapun kebijakan-kebijakan yang mengikuti regulasi dari PSBB yaitu Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 9 Tahun 2020 tentang pedoman dari pembatasan sosial yang bertujuan untuk memutus rantai persebaran virus corona. Dalam kebijakan ini, Indonesia akan melakukan strategi pemutusan rantai
17
penyebaran Covid-19, sehingga pada bentuk analisis kebijakan PSBB dimaknai sebagai upaya pemerintah dalam rangka meminimalisir resiko penularan Covid-19 dan mencegah penyebaran semakin meluas.
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional memiliki fungsi dalam mengoperasionalkan konsep- konsep yang ada sehingga menjadi jelas variabel dan indikator yang diperlukan agar dapat mempermudah analisis dalam suatu penelitian. Berikut variabel-varibel untuk diambil langkah pengertianya berupa definisi operasional pada analisis tersebut, yaitu:
1. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia a. Isi Kebijakan (Content of Policy)
- Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi - Tipe manfaat yang diperoleh
- Derajat perubahan yang ingin dicapai - Letak pengambilan keputusan
- Pelaksana program
- Sumber daya yang digunakan
b. Lingkungan kebijakan (Context of Policy)
- Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat
- Karateristik lembaga dan rezim yang berkuasa
- Tingkat kepatuhan dan adanya respons dari pelaksana c. Pengaruh kebijakan PSBB
- ekonomi
18 - sosial
- budaya - politik
1.6 Metode Penelitian
Pada indikator ini, peneliti menggunakan teknik ilmiah untuk menghasilkan data yang akurat. Maksud dari indikator ini digunakan sebagai bentuk acuan di dalam melaksanakan bagian dari analisis yang diperoleh, maka akan memberikan upaya untuk memperoleh argumentasi untuk dijadikan sebuah rangkuman di dalam suatu proses penelitian..
1. Jenis penelitian
Bentuk penelitian pada naskah tulisan skripsi ini ,peneliti memilih bentuk ulasan dengan memakai bentuk kualitatif, jenis ulasan kualitatif adalah kupasan dimana berkeinginan dalam mengeksporasi dengan melalakukan pemahaman berupa pengertian pada masing-masing ruang lingkup untuk dijadikan kajian dalam sebuah permasalahan yang dianggap muncul untuk dilakukan penelitian. Dengan menggunakan pendekatan dalam bentuk deskriptif yaitu penelitian harus memiliki daya Tarik dalam suatu proses, makna, serta pemahaman guna dijadikan proses susunan dalam bentuk analisis yang lebih mendalam. Metode penelitian deskriptif ditujukan agar mengeksplorasi dengan mengelompokan tentang sebuah ciri pada bukti ruang publik.
2. Subjek penelitian
Subjek di dalam sebuah analisa dapat dipahami sebagai salah satu untuk mendapatkan sumber informasi lengkap dan valid mengenai sebuah
19
keadaan dimana kemunculan pada subjek kajian penelitian ini adalah tentang analisis kebijakan dengan fokus permasalahan pandemi virus corona di Indonesia melalui penerapan PSBB.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti akan melakukan proses penelitian yang akan dilaksanakan dengan mengunakan bentuk pemilahan data di wilayah Indonesia terutama wilayah yang sedang menerapkan PSBB untuk menekan laju penyebaran permasalahan Coronaviruses Disease 2019/Covid-19 melalui studi Literature Review.
4. Sumber data
Desain yang digunakan oleh peneliti memiliki beberapa karateristik yang akan dilakukan proses proses analisis yang lebih mendalam lagi yaitu : - Data Primer, merupakan sumber data yang diproduksi melalui hasil
Literature Review untuk dikembangkan melalui proses analisa yang lebih mendalam serta jurnal yang sudah diperoleh akan memberikan berbagai bentuk informasi yang dianggap benar untuk dikaji lebih dalam lagi oleh peneliti.
- Data sekunder, dibutuhkan untuk memperoleh sebuah pijakan yang digunakan untuk memperkokoh sumber informasi primer yang didapat melalui hasil Literatur Review yang berguna untuk menampilkan sebuah bahan untuk dijadikan bahan perbandingan.
5. Teknik pengumpulan data
Proses mengumpulkan sumber informasi berupa data yang dimuat di dalam kriteria inklusi serta eksklusi dengan cara menyaring jurnal yang
20
akan dinilai sesuai dengan kapasitas yang kuat dengan menggunakan perbandingan sebagai pokok permasalahan dalam tulisan skripsi.
- Kriteria inklusi,adalah pemaparan dari jurnal yang akan di review untuk dijadikan sebuah pilihan untuk dilakukanya proses analisis yang lebih dalam.
- Kriteria eksklusi, adalah pemaparan peneliti yang akan dialokasikan di dalam proses filterasi data berupa literature review kemudian memilah jurnal mana yang tidak dipergunakan sebagai bahan untuk dijadikan analisis.
- Analisis hasil, memuat beberapa kajian murni dan tersturktur mengenai cara beranalisis yang menggunakan proses melalui rancangan dengan cermat. Rancangan yang akan dipergunakan sebagai proses analisa yaitu meliputi :
a. Metode eksposisi, merupakan proses menampilkan bukti nyata yang sudah di analisis kemudian dapat dicari perbandingan diantara bukti melalui data yang akan dianalisis
b. Metode analitik, merupakan sebuah analisa yang digunakan untuk membedah suatu bukti solid berupa data dengan memberikan opini lewat proses analisa berfikir secara logis di dalam proses pengambilan kesimpulan.