• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. 7 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. 7 Universitas Kristen Petra"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penggelapan Pajak (Tax Evasion) 2.1.1.1 Pengertian Penggelapan Pajak

Pengertian Tax Evasion menurut Taslim (2007), yaitu usaha-usaha untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang atau menggeser beban pajak yang terutang dengan melanggar ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku. Tax evasion merupakan pelanggaran dalam bidang perpajakan sehingga tidak boleh dilakukan, karena pelaku tax evasion dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana.

Pengertian Tax Evasion menurut Rahayu (2010:147), yaitu penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha aktif Wajib Pajak dalam hal mengurangi, menghapuskan, manipulasi ilegal terhadap utang pajak atau meloloskan diri untuk tidak membayar pajak sebagaimana yang telah terutang menurut aturan perundang-undangan.

Penggelapan pajak merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Menurut Indah (2013) wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib pajak besar (berasal dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penting nasional) dan wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka praktek sendiri, dan pengacara yang bekerja sendiri). Wajib pajak besar memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak (Tax Avoidance). Karena perusahaan besar memiliki biro-biro hukum atau tim lawyer

yang tangguh yang mampu mencari celah dalam undang-undang pajak, memiliki sistem audit laporan keuangan sehingga risiko terjadinya kebocoran juga besar, jika wajib pajak besar ingin melakukan pengelakan pajak, mereka harus memperkecil keuntungannya, perusahaan yang labanya kecil, akan menyebabkan harga sahamnya turun. Hal ini mengakibatkan image perusahaan akan turun di mata pemegang saham. Sehingga mereka akan kehilangan relasi yang

(2)

mengakibatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan pengurangan tarif pajak.

Wajib pajak kecil cenderung melakukan pengelakan pajak (Tax Evasion) karena tidak punya kemampuan untuk mencari celah undang-undang pajak, apabila dokter/profesional bebas menyembunyikan sebahagian pendapatannya, kecil kemungkinan diketahui oleh fiscus karena dia sendiri yang mencatat penghasilannya, penghasilan para profesional bebas sulit dilacak oleh fiscus.

Adapun yang menjadi indikator dari penggelapan pajak menurut Zain (2008:51), yaitu tidak menyampaikan SPT, menyampaikan SPT dengan tidak benar, tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP atau PKP, tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong., dan berusaha menyuap fiskus.

2.1.1.2 Akibat-Akibat Penggelapan Pajak

Dalam bidang keuangan, penggelapan pajak merupakan pos kerugian bagi kas negara karena dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara anggaran dan konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan dengan itu, seperti kenaikan tarif pajak dan keadaan inflasi. Dalam bidang ekonomi, penggelapan pajak sangat mempengaruhi persaingan sehat diantara para pengusaha. Maksudnya, pengusaha yang melakukan penggelapan pajak menekan biaya pajaknya secara tidak wajar sehingga perusahaan yang menggelapkan pajak memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan pengusaha yang jujur. Walaupun dengan usaha dan produktifitas yang sama, penggelap pajak mendapat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang jujur. Penggelapan pajak menyebabkan stagnasi (macetnya) pertumbuhan ekonomi atau perputaran roda ekonomi. Jika mereka terbiasa melakukan penggelapan pajak, mereka tidak akan meningkatkan produktifitas mereka. Untuk memperoleh laba yang lebih besar, mereka akan melakukan penggelapan pajak. Dalam bidang psikologi, jika wajib pajak terbiasa melakukan penggelapan pajak, itu sama saja membiasakan untuk selalu melanggar undang-undang. Jika wajib pajak menggelapkan pajak, maka wajib pajak mendapatkan keuntungan bersih yang lebih besar. Jika perbuatannya melangggar undang-undang tidak diketahui oleh fiscus, maka dia akan senang karena tidak terkena sangsi dan menimbulkan keinginan untuk mengulangi

(3)

perbuatannya itu lagi pada tahun-tahun berikutnya dan diperluas lagi tidak hanya pada pelanggaran undang-undang pajak, tetapi juga undang-undang yang lainnya.

(Marsyahrul, 2000)

2.1.1.3 Penyebab Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

Menurut Rahayu (2010:149) yang menyebabkan terjadinya tax

evasion yaitu kondisi lingkungan, pelayanan fiskus yang mengecewakan,

tingginya tarif pajak, dan sistem administrasi perpajakan yang buruk.

Kondisi lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung satu sama lain. Hampir tidak ditemukan manusia di dunia ini yang hidupnya hanya bergantung pada diri sendiri tanpa memperdulikan keberadaan orang lain, begitu juga dalam dunia perpajakan, manusia akan melihat lingkungan sekitar yang seharusnya mematuhi aturan perpajakan. Mereka saling mengamati terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika kondisi lingkungannya baik (taat aturan), masing-masing individu akan termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebaliknya jika lingkungan sekitar kerap melanggar peraturan. Masyarakat menjadi saling meniru untuk tidak mematuhi peraturan karena dengan membayar pajak, mereka merasa rugi telah membayarnya sementara yang lain tidak.

Pelayanan fiskus yang mengecewakancukup menentukan dalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar pajak. Hal tersebut disebabkan oleh perasaan wajib pajak yang merasa dirinya telah memberikan kontribusi pada negara dengan membayar pajak. Jika pelayanan yang diberikan telah memuaskan wajib pajak, mereka tentunya merasa telah diapresiasi oleh fiskus. Mereka menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai meskipun hanya sekedar dengan pelayanan yang ramah saja. Tapi jika yang dilakukan tidak menunjukkan penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat merasa malas untuk membayar pajak kembali.

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal pembayaran pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih ingin berkelit dari

(4)

pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap aturan perpajakan karena harta yang berkurang hanyalah sebagian kecilnya. Dengan pembebanan tarif yang tinggi, masyarakat semakin serius berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya. Wajib pajak ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan berbagai cara karena mereka tengah berusaha untuk mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh dengan kerja keras harus hilang begitu saja hanya karena pajak yang tinggi.

Administrasi perpajakan dinyatakan berkualitas buruk apabila hanya dapatdikumpulkan penerimaan yang besar dari sektor- sektor yang mudah dikenakanpajak (misalnya orang-orang yang berpenghasilan tetap). Namun, tidak mampu untuk mengenakan pajak terhadap kalangan pengusaha dan professional.

Penerapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Dengan sistem administrasi yang bagus, pengelolaan perpajakan akan berjalan lancar dan tidak akan terlalu banyak menemui hambatan yang berarti. Sistem yang baik akan menciptakan manajemen pajak yang profesional, prosedur berlangsung sistematis dan tidak semrawut. Ini membuat masyarakat menjadi terbantu karena pengelolaan pajak yang tidak membingungkan dan transparan. Seandainya sistem yang diterapkan berjalan jauh dari harapan, mayarakat menjadi berkeinginan untuk menghindari pajak. Mereka bertanya-tanya apakah pajak yang telah dibayarnya akan dikelola dengan baik atau tidak. Setelah timbul pemikiran yang menyangsikan kinerja fiskus seperti itu, kemungkinan besar banyak wajib pajak yang benar-benar `lari` dari kewajiban membayar pajak. Yang menjadi dasar terselenggaranya administrasi perpajakan yang baik meliputi : Kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan Undang-Undang yang memudahkan bagi administrasi dan memberikan kejelasan bagi Wajib Pajak.

2.1.2 Hubungan Tarif Pajak dengan Tax Evasion 2.1.2.1 Pengertian Tarif Pajak

Menurut Sudirman, dan Amiruddin, mengemukakan pengertian tarif pajak yaitu: tarif pajak adalah ketentuan persentase (%) atau jumlah (rupiah) pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sesuai dengan dasar pajak atau objek pajak.

(2012:9)

(5)

Menurut teori motivasi yang merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan (Herzberg dalam Hilgard dan Atkinson, 1979) menyatakan dimana wajib pajak membuat motivasi penilaiannya sendiri terhadap tarif pajak yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yang berkaitan dengan tarif pajak dapat digolongkan kedalam kepatuhan teknik yang artinya kepatuhan dalam penghitungan jumlah pajak yang wajib dibayarkan oleh wajib pajak. Jika wajib pajak merasa tarif pajak yang dibebankan terlalu tinggi, maka akan mendorong wajib pajak untuk melakukan tax evasion.

2.1.3 Hubungan Keadilan Sistem Perpajakan dengan Tax Evasion

Asas equality menurut John Rawls (1971) menyatakan bahwa pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuannya untuk membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Sejumlah studi telah dikembangkan untuk menyelidiki pengaruh keadilan terhadap pemenuhan pajak, baik keadilan distributif maupun prosedural. Menurut Wenzel (2002) keadilan distributif dalam perpajakan dinilai dengan dua hal. Pertama, ada ketepatan pada beban pajak seseorang, apakah beban pajak pribadi telah dibandingkan dengan beban wajib pajak lainnya, atau dibandingkan dengan wajib pajak dari kelompok lain.

Misalnya, Spicer dan Becker (1980) menemukan studi simulasi bahwa adanya perbedaan yang merugikan akan meningkatkan pengelakan pajak dan perbedaan yang menguntungkan mengurangi pengelakan pajak. Perbedaan disimulasikan dengan menyediakan beberapa peserta dengan informasi palsu mengenai tarif pajak serta diberi “gaji bulanan”. Peserta yang diberi tarif pajak tinggi sedangkan gajinya lebih sedikit akan melakukan tax evasion. Hal ini merupakan aspek keadilan makro. Kedua, adanya isu kewajaran pada pertukaran antar pemerintah dan pembayar pajak. Hal ini dapat dikonsepkan sebagai aspek keadilan mikro, saat individu atau kelompok menilai apakah keuntungan dan layanan yang mereka dapatkan sebanding dengan pajak yang mereka bayarkan, dibandingkan dengan keuntungan yang didapat dan pajak yang dibayar oleh pihak lain. Jika individu

(6)

merasa keuntungan dan layanan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan pajak yang mereka bayarkan maka mereka akan melakukan tax evasion.

2.1.4 Pengalokasian pengeluaran Pemerintah

Menurut Bandura dalam Robbins (2001), menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pajak itu telah memberikan kontibusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang otonomi daerah definisi dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN), yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya.Tidak dapat diingkari bahwa pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara dalam membiayai pengeluarannya. Alokasi pengeluaran pemerintah tercermin dalam APBN dan Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) dalam pos belanja. Anggaran daerah atau APBD merupakan rencana kebijakan daerah yang diwujudkan dalam satuan uang. APBD merupakan sarana untuk melihat kemampuan daerah melaksanakan pembangunan. Dengan APBD kita dapat menilai kinerja pemerintah. Anggaran berfungsi untuk mengalokasikan sejumlah dana sesuai dengan jumlah sektor.

APBD dapat berfungsi sebagai stabilisasi karena dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sehingga APBD adalah instrumen teknis operasional.

Sayangnya, Kaunang (2005) memaparkan bahwa Pemerintahan yang partisipatif belum terlihat dalam penyelenggaraan pemerintahan karena belum terbukanya ruang partisipasi masyarakat. Sementara itu ciri dasar pemerintahan yang partisipatif adalah adanya transformasi dan perubahan yang berkaitan dengan perencanaan dan sistem anggaran. Dengan demikian barulah dapat dinilai efektifitas penggunaan dana yang bersumber dari pajak. Alokasi pengeluaran pemerintah salah satunya dapat tercemin dalam pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada pada tiap daerah. Fasilitas publik yang tidak disediakan oleh pemerintah sehingga menyebabkan masyarakat tidak merasakan kenyamanan dalam bentuk

(7)

fasilitas-fasilitas yang memadai akan menimbulkan dilema wajib pajak untuk tidak membayar pajak dan melakukan tax evasion.

2.1.5 Teknologi dan Informasi Perpajakan 2.1.5.1 Pengertian Teknologi dan Informasi

Menurut Azhar Susanto(2008:52) mendefinisikan bahwa : “Sistem informasi adalah kumpulan dari subsistem apapun baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti dan berguna”. Mulai tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah meluncurkan program perubahan atau reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut modernisasi. Jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan

akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak.

Langkah-langkah perbaikan administrasi diharapkan dapat mendorong kepatuhan Wajib Pajak melalui dua cara yaitu pertama, Wajib Pajak patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik dan cepat. Kedua, Wajib Pajak akan patuh karena mereka berpikir bahwa mereka akan mendapat sanksi berat akibat pajak yang tidak mereka laporkan terdeteksi sistem informasi dan administrasi perpajakan (Surjoputro dan Widodo,2004).

Untuk mendukung peningkatan pelayanan perpajakan, dilakukan modernisasi penggunaan teknologi informasi dan sistem informasi. Saat ini penerapan sistem informasinya dengan Sistem Informasi Direktorat Jnederal Pajak (SIDJP) yang berbasis teknologi informasi terkini. Semua alur pekerjaan (work flow) berada dalam jalur SIDJP dengan case management yang digunakan untuk administrasi persuratan, proses pelayanan, serta pengadministrasian account Wajib Pajak. Dengan demikian setiap jenis pelayanan atas permohonan Wajib Pajak dapat terpantau oleh pimpinan, yakni sedang di unit mana, dikerjakan oleh siapa, dan sudah berapa lama waktunya sejak diterima di Tempat Pelayanan Terpadu. Langkah lainnya dilakukan antara lain dengan penerapan e-system

(8)

dengan dibukanya fasilitas e-filing (pengiriman SPT secara online melalui internet), e-SPT (penyerahan SPT dalam media digital), e-payment (fasilitas pembayaran online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP secara online melalui internet). Semua fasilitas tersebut diciptakan guna memudahkan

Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. (Pandiangan, 2008).

Modernisasi layanan perpajakan yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan, sehingga diharapkan wajib pajak tidak melakukan tax evasion seiring dengan dipermudahnya cara pembayaran dan pelaporan pajak.

2.1.6 Kecenderungan Personal 2.1.6.1 Definisi Kecenderungan

Kecenderungan adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Kecenderungan seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut. Kecenderungan mempunyai peran yang penting dalam menjelaskan perilaku seseorang dalam lingkungannya, walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku, seperti stimulus, latar belakang individu, motivasi, dan status kepribadian. Secara timbal balik, faktor lingkungan juga mempengaruhi kecenderungan dan perilaku. Menurut Djamaludin (2004) seseorang mempunyai perasaan cenderung melakukan penghindaran pajak karena pelaksana pemerintahan (pegawai negeri yang melaksanakan fungsi pemerintah) yang tidak melayani dengan baik, serta petugas pajak yang tidak jujur.

Dalam Theory of Planned Behavior (TPB), perilaku yang ditampilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan munculnya niat berperilaku ditentukan oleh 3 faktor penentu yaitu: (1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome evaluation), (2) normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa

(9)

kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut. Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan. (Ajzen, 2002: 2). Secara berurutan, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif atau negatif, normative beliefs menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan (perceived social pressure) atau norma subyektif (subjective norm) dan control beliefs menimbulkan perceived behavioral control atau kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.

Bobek & Hatfield (2003), Blanthorne (2000), dan Hanno & Violette (1996) memanfaatkan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk menjelaskan kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Temuan Bobek & Hatfield (2003), dan Hanno & Violette (1996) adalah, kecenderungan terhadap ketidakpatuhan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap niat ketidakpatuhan pajak. Orang yang cenderung melakukan tax evasion dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilakunya tersebut (melakukan tax evasion) tidak akan ketahuan dan tidak akan mendapat hukuman, serta sudah terbiasa berbuat curang.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian dampak pertentangan diametral pada tax evasion wajib pajak dalam aspek kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan, ketepatan pengalokasian, teknologi sistem perpajakan, dan kecenderungan personal, meneliti isu yang berkaitan dengan tax evasion. Penelitian ini menjadi acuan utama penulis untuk melakukan penelitian saat ini. Penulis melakukan penelitian terhadap objek yang berbeda (Diah, 2009).

Sampel penelitian ini adalah 166 responden yang berasal wajib pajak yang terdaftar di 4 KPP yang berada di Semarang. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukan hasil bahwa persepsi terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap tax evasion.

Ketakutan masyarakat untuk membayar denda jika tax evasion yang dilakukannya ketahuan masih tinggi. Hal ini juga didukung statistik diskriptif yang memperlihatkan bahwa tingkat tax – evasion pembayar pajak rendah.

(10)

Hasil pengujian juga menunjukan hasil bahwa persepsi terhadap ketepatan Pemanfaatan Hasil Pajak berpengaruh negatif terhadap tax evasion. Yang perlu diperhatikan adalah penelitian ini menunjukan rendahnya ketepatan alokasi pengeluaran pemerintah yang berasal dari pajak. Jika tidak segera diatasi persepsi masyarakat ini secara jangka panjang akan memicu krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Penelitian tentang tax evasion dilakukan oleh McGee (2012) untuk mengetahui alasan mahasiswa bisnis di universitas di South Texas dalam melakukan tax evasion. Survei ini dibagikan untuk sarjana akuntansi dan mahasiswa bisnis di Texas A & M International University di Laredo, Texas. Tiga ratus sembilan belas (319) data dikumpulkan dan diperiksa berdasarkan jenis kelamin, status mahasiswa, major, etnis, tempat tinggal dan agama. Sebagian besar siswa Hispanik. Komponen yang diukur dalam penelitian ini antara lain persepsi tentang penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemerintah serta keyakinan bahwa sistem perpajakan tidak adil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemerintah dan sistem perpajakan yang tidak adil berpengaruh signifikan terhadap tax evasion.

Penelitian berikutnya meneliti tentang faktor yang dapat meminimalisasi tax evasion. Pendapatan pajak merupakan pendapatan yang penting untuk negara,

namun realitanya banyak wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakan dengan melakukan tax evasion. (Inggrid, 2013)

Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan perpajakan, serta ketepatan alokasi pemerintah. Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak orang pribadi di Pekanbaru. Metode pengumpulan data menggunakan survei dan kuesioner dengan incidental sampling. Kemudian data dianalisa dengan analisa deskriptif dan analisa regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap tax evasion.

Menurut Inggrid, ada dua hal yang perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pertama, KPP Pratama Pekanbaru harus lebih mensosialisasikan mengenai informasi dan teknologi perpajakan kepada masyarakat agar mau menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk

(11)

mempermudah wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Kedua, Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggali faktor-faktor lain dengan menambahkan variabel bebas yang berpengaruh terhadap minimalisasi tax evasion.

Penelitian selanjutnya meneliti tentang tax evasion pada pajak penghasilan di Nigeria (Modugu, 2014). Sebanyak 160 kuesioner yang diberikan kepada beberapa individu wiraswasta dipilih dalam Edo State yang terdiri dari pengusaha, kontraktor, praktisi profesional seperti pengacara, dokter, akuntan, arsitek dan pedagang di toko serta staf Federal Inland Revenue Service di Benin City, Edo State, Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tarif Pajak menunjukkan hubungan positif dengan penggelapan pajak. ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pajak yang lebih tinggi kecenderungan penghindaran pajak.

2.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penghitungan pajak yang terutang digunakan tarif pajak. Tarif pajak adalah presentase untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Berdasarkan penelitian Modugu, peningkatan tarif pajak dimaksudkan untuk memberikan peningkatan pendapatan negara, namun yang terjadi justru sebaliknya. Semakin tinggi tarif pajak semakin besar tingkat penggelapan pajak, sehingga pendapatan negara semakin menurun. Menurut uraian diatas sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H1: Tarif pajak berpengaruh positif terhadap tax evasion

Pengaruh Persepsi Tentang Keadilan Sistem Perpajakan Terhadap Tax Evasion

Semakin tidak adil sistem perpajakan yang berlaku menurut persepsi seorang wajib pajak maka tingkat kepatuhannya akan semakin menurun hal ini berarti bahwa kecenderungannya untuk melakukan tax evasion akan semakin tinggi. Penelitian Stephana menunjukkan bahwa persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap tax evasion.

Berdasarkan uraian diatas sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

(12)

H2: Keadilan sistem perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax evasion.

Pengaruh Persepsi Tentang Ketepatan Pengalokasikan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tax Evasion

Pajak secara garis besar seharusnya dimanfaatkan demi kepentingan umum, oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan fasilitas umum akan semakin banyak. Peranan penerimaan menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya pemerintahan dan pembangunan nasional. Masyarakat menginginkan pemerintah untuk mengalokasian hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak digunakan dengan tepat dan sebesar-sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat. Penelitian Stephana menunjukkan bahwa persepsi terhadap ketepatan pengalokasian berpengaruh signifikan terhadap tax evasion.

Berdasarkan uraian diatas sehingga hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut:

H3:Ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap tax evasion

Pengaruh Persepsi Tentang Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion

Pada dasarnya banyak dugaan yang dibangun oleh wajib pajak dari sisi teknologi dan informasi perpajakan ini adalah semakin tinggi dan modern teknologi dan informasi perpajakan yang digunakan pemerintah, maka semakin rendah tingkat atau upaya tax evasion yang dilakukan oleh wajib pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian Stephana yang menyatakan bahwa teknologi dan informasi berpengaruh terhadap tax evasion.

Berdasarkan uraian diatas hipotesis kedua dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

H4 : Teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax evasion.

Kecenderungan Melakukan Tax Evasion

Kecenderungan melakukan tax evasion merupakan aspek personal dari diri pribadi wajib pajak. Tiap orang mempunyai standar perlawanan dan standar moral yang berbeda. Tarik menarik antara kedua hal inilah yang kemudin menentukan

(13)

apakah orang tersebut cenderung untuk mengambil resiko melangar hukum untuk melakukan tax – evsion atau tidak. Semakin tinggi kecenderungan diri wajib pajak untuk melakukan tax evasion maka semakin tinggi pula tax evasion yang diukur.

Meskipun tidak secara signifikan, penelitian Andres (2002) mengindikasikan kondisi tersebut Oleh karena itu, hipotesis kelima dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut :

H5: Kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion berpengaruh positif terhadap tax evasion.

Referensi

Dokumen terkait

Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai jumlah atom karbonnya dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.. Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung ikatan

Oleh karena itu, melalui penelitiaan ini maka penulis mencoba untuk mengangkat sebuah judul yaitu “ Studi Pengembangan Desa Wisata Bone-Bone Sebagai Kawasan

Kesesuaian pelaksanaan pelayanan ini erat kaitannya dengan prosedur pelayanan yang merupakan suatu tatacara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun suatu rancangan teknis penambangan yang teratur dan efektif, Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Kemudian, cari jarak minimum untuk setiap pasangan (karakter akhir S , karakter awal T ) dengan menggunakan BFS dari semua petak yang mungkin seperti pada subsoal 5. Perhatikan

Penelitian ini adalah kajian pustaka atas pemahaman hadis-hadis tawassul menurut NU dan wahabi yang dikaji dengan metode kualitatif, dan dianalisa dengan menggunakan

Setelah adanya wawancara yang dilakukan oleh peneliti, seperti yang dikatakan oleh narasumber bahwa tidak ada komisi atau bonus yang diberikan secara percuma

Perbincangan klasifikasi litik dalam konteks Lembah Lenggong akan membincangkan tentang klasifikasi klasik oleh Movius (1955) dan klasifikasi Kota Tampan oleh Zuraina