LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
Semester : Genap 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072
Rombongan : 12 Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
2012
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya.
Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah factor utama dalam budidaya pertanian.
Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah dalam pertanian mempunyai peranan sebagai media tumbuh tanaman dalam hal tempat akar memenuhi cadangan makanan, cadangan nutrisi (hara) baik yang berupa ion-ion organik maupun anorganik.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organic tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan tidak lekat satu sama lain.
2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaitu merupakan pasir mikro. Tanah keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm) yaitu berbentuk lempeng, punya sifat lekat yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besa.
B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
BAB II METODE KERJA
A. BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah halus (<0,5 mm), botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet / lap pembersih.
B. PROSEDUR KERJA
1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal) 3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik
matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam
sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir)
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATANNo Jenis
Tanah
Pengamatan ke – ( dalam mm )
1 2 3 4 5 6 7
1 ULTISOL
(Perlakuan 1)
Ø 1 39 37,6 3,58 3,45 Ø 2 38,4 37 3,6 3,44 X 38,7 37,3 3,59 3,445
2 ULTISOL
(Perlakuan 2)
Ø 1 38,8 38,3 3,6 3,47 Ø 2 39,2 38,1 3,54 3,48 X 39,0 38,2 3,57 3,475
Perlakuan 1 :
Perlakuan 2 :
Rata-rata = 10,76
B. PEMBAHASAN
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengolahannya sehingga disebut tanah berat. (Sarief, 1986).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organic, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat yang berbeda-beda, antara lain:
1. Pasir (0,05 mm-2,00 mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat sehingga tanah pasiran beraerasi baik dan drainasenya baik.
2. Debu (0,002 mm-0,05 mm), sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm), berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, akan semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organiknya maka derajat kerut tanah semakin kecil. Selain kedua faktor tersebut, cahaya matahari dan kandungan air pun bisa dapat dikatakan faktor yang mempengaruhi derajat kerut tanah.
Pada literature percobaan masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Derajat Kerut Tanah adalah suatu ukuran besarnya pengerutan suatu tanah yang ditentukan oleh kandungan dari tanah itu sendiri.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi derajat kerut pada tanah adalah berat ringannya tanah akan menentukan derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh
sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil.
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. (Notohadiprawiro, 1998).
Tanah ringan adalah tanah yang mengandung banyak pasir akan mempunyai tekstur kasar, mudah diolah, merembeskan air. Sedangkan tanah berat adalah tanah yang banyak mengandung liat, sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sulit dalam pengelolaannya.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah untuk merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan.
Percobaan derajat kerut tanah pada acara 3 ini adalah tanah Ultisol yang memiliki derajat kerut tanah pada perlakuan pertama adalah sebesar 10,85 % dan pada perlakuan dua adalah sebesar 10,67 %.
Tanah ultisol terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %.
Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar. Tanah Ultisol terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropic.
Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
BAB IV. KESIMPULAN
1. Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2. Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
3. Urutan derajat kerut tanah dari yang paling tinggi ke rendah yaitu vertisol entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
4. Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tinggi
5. Derajat kerut tanah dapat digunakan untuk mengetahui sifat- sifat tanah dan penciri tanah. Kandungan liat mempengaruhi derajat kerut tanah.
6. Derajat kerut pada tanah Ultisol adalah sebesar 16.75 % pada perlakuan pertama dan 19.45 % pada perlakuan kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno, Sarwono.2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.