• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Tanah yang adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara telah mengalami kerusakan seperti kekurangan unsur hara hingga tanah tandus merupakan masalah serius, padahal secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl) dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Tanah mempunyai berbagai permasalahan seperti tingkat keasaman tinggi, dan kandungan BO yang rendah yang akan mempengaruhi atau menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri.

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001). Tanah merupakan suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu. Profil tanah adalah urutan-urutan horizon tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi yang menyatakan bahwa horison O terdiri dari bahan organik, horison A terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk (Nurmala, 2011). Profil tanah terdiri dari horison-horison tanah yang memiliki fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya (Sutanto, 2005).

(3)

Lapisan atas merupakan tanah yang realtif subur dibandingkan subsoil karena banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah tanah bagi pertanian. Bagi tanaman perkebunan dan kehutanan untuk jangka panjang, lapisan tanah bawah juga akan menjadi sumber hara dan air (Hakim, 2007) .

2.2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah sifat yang menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur tanah terdapat perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung dalam tanah. Beberapa tanah, krikil, batu dan bahan induk dari lapisan tanah dapat memepengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah (Foth, 1998). Tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air pada tanah. Tekstur tanah agregat sangat kasar karena tercampurnya tanah dengan krikil kecil (Budi, 2011).

(4)

2.3. Konsistensi Tanah

Konsistensi tanah tingkat integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Konsistensi tanah berhubungan dengan kandungan air pada tanah. Penurunan kadar air menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan membuat tanah tersebut menjadi gambur, kaku dan keras (Sutetdjo dan Kartasapoetra, 2010). Keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Faktor – faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah tekstur tanah, sifat dan jumlah koloid organik dan anorganik tanah, struktur tanah, serta kadar air tanah (Madjid, 2001).

(5)

merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Beberapa macam konsistensi kering yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat keras dan ekstrem keras (Hakim, 2007).

2.4. Kadar Air Tanah

Air merupakan unsur utama dalam proses kimia dalam hubungannya dengan jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan suhu dalam

hidrasi atau dehidrasi karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti sebagai hasil disolusi mineral, keragaman produk ion tidak hanya

menggambarkan komposisi spesies yang terlarut (Hanafiah, 2005). Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Banyaknya air yang dapat diikat atau diserap oleh tanah tergantung dari tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat (Mega, 2010).

Terikatnya air didalam pori dan agregat tanh terjadi karena adanya gaya kohesi antara molekul air dan butir tanah. Air yang terdapat di dalam pori tanah ini disebut kadar air tanah. Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air

(6)

halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang. Penelitian

menunjukkan bahwa air tersedia pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang sangat halus. Diantara sifat-sifat tanah yang

berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah. Adapun pengaruhnya bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman

adalah sebagai emulgator (memperbaiki strukturtanah), sumber hara N, P, S, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah

untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energy bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 2003). Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, sehingga air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi yang menyebabkan dalam tanah dapat dibedakan menjadi air higroskopois, air kapiler dan air gravitasi (Bale, 2001).

2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

(7)

yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume rendah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Bulk density atau kerapatan tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume bawah termasuk volume pori-pori tanah. Makin padat suatu tanah, maka semakin tinggi Bulk density yang berarti semakin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).

(8)

2.6. Kemasaman Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Keasaman (potensial of hydrogen) adalah derajat keasaman tanah yang menggambarkan ion hidrogen yang terdapat di dalam tanah. Tingkat keasaman tanah dinyatakan dalam satuan gr mol per liter dimana jika kadar kepekatan ion hidrogennya tinggi maka dikatakan asam dan jika rendah disebut basa (Darman, 2003). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah-tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu Reaksi Tanah = 7 (Hardjowigeno, 2007).

(9)

kondisi ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi

tentang pH tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata

air, dan mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe

dan Mn pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin (Hanafiah, 2007).

2.7. Bahan Organik Tanah

Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis yang bersumber dari sisa tanaman atau binatangyang terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi faktor biologi, fisika dan kimia. Bahan organik sangat penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun (Sutanto, 2005). Suhu, drainase dan tekstur tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik pada suatu tanah. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik yang terdapat pada suatu tanah (Budi, 2011).

(10)

2.8. Kadar Nitrogen Tanah

Nitrogen memiliki fungsi memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein. Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman

atau mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+¿¿ dapat diikat oleh mineral liat jenis

lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, N dalam bentuk NO3−¿¿

mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah merembeskan air sehingga kadar N pada tanah pasir lebih rendah daripada tanah liat (Hardjowigeno, 2003). Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan melalui proses denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh mineral – mineral, sekitar 2% total N tanah berasal dari atmosfer yang konsentrasinya 78% N2 sebagai bentuk yang tidak dapat langsung diserap oleh tanaman karena mempunyai ikatan rangkap tiga yang sangat kuat. Manfaat nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetative, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain. Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5% bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein tanaman (Hanafiah, 2005).

(11)

khususnya batang, cabang dan daun, hijau daun serta berguna dalam proses fotosintesa. Tanah dengan kandungan Nitrogen rendah menyebabkan tanaman tumbuh kerempeng dan tersendat-sendat, daun kering dan jaringan mati sehingga berdampak fatal bagi tanaman (Bachtiar, 2006).

2.9. Respirasi Mikroba

Pengukuran respirasi (mikrobia tanah) merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikrobia tanah. Jumlah total mikrobia yang terdapat dalam tanah digunakan sebagai indeks untuk mengetahui kesuburan tanah (Munir, 2001). Pengukuran respirasi mikrobia memiliki hubungan dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, PH dan rata-rata jumlah mikroorganisme (Anas, 2009).

(12)

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21-23 April 2014 di Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sampel tanah biasa, sampel tanah agregat, aquades, tali, lilin, KCl, pH lakmus, selenium, H2SO4 97%, Asam borat, NaOH 45%, Metil Red dan Metil Blue, HCl,

(13)

untuk destruksi, labu didih untuk larutan proses destilasi, erlenmeyer untuk tempat NH3 yang akan dibebaskan, tabung kecil untuk tempat NaOH, tabung paralon untuktempat tabung kecil yang berisi NaOH, dan alat titrasi untuk mentitrasi larutan.

3.2. Metode

3.2.1. Profil Tanah

Metode yang dilakukan adalah mengambil gambar horizon tanah dan mencatat susunan horizon tanah.

3.2.2. Tekstur Tanah

Metode yang dilakukan adalah mengambil sedikit sampel tanah, membasahi dengan aquades, menggosokkan pada ibu jari dengan jari yang lain, dan menentukan tekstur tanah sesuai diagram segitiga USDA.

3.2.3. Konsistensi Tanah

(14)

3.2.4. Kadar Air Tanah

Metode yang dilakukan adalah menimbang crusibel porselin kosong, menimbang sampel tanah biasa dan tanah agregat seberat 5 gram, meletakkannya pada crusibel proselin, memasukkan crusibel proselin yang terisi tanah ke dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, membuka oven dan didinginkan, kemudian crusibel proselin ditimbang untuk mengetahui kadar air.

3.2.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

Metode yang dilakukan dalam praktikum Kerapatan Partikel Tanah adalah menimbang tabung reaksi, mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh kemudian menimbangnya kembali, mengukur suhu air dalam tabung reaksi dengan thermometer, membuang air dalam tabung reaksi hingga semua air keluar, mengisi tabung reaksi dengan tanah seberat 3 gram kemudian ditimbang, mengisinya dengan air sampai setengah penuh dan mengocoknya. Esok harinya, mengisi tabung reaksi dengan air sampai penuh, ditimbang, dan mengukur suhu air dalam tabung reaksi dengan menggunakan thermometer.

(15)

3.2.6. Kemasaman Tanah

Metode yang digunakan dalam praktikum Kemasaman Tanah adalah dengan menyiapkan tabung reaksi, memasukkan sampel tanah sebanyak 5 gram ke dalam tabung, menambahkan 25 ml KCl 1 N untuk tabung A dan 25 ml aquades untuk tabung B, mengocok tabung A dan tabung B selama 30 menit dan biarkan mengendap. Mengukur pH tanah dengan menggunakan kertas lakmus, dan mencatatukuran pH di buku.

3.2.7. Bahan Organik Tanah dan Kandungan Karbon

Penentuan bahan organik tanah dilakukan dengan menimbang dua gelas kecil satu-persatu terlebih dahulu. Setelah itu mengisi satu gelas kecil dengan tanah biasa dan satu gelas kecil tanah bongkahan lalu ditimbang dengan timbangan analitis masing-masing ± 5 gram. Kemudian mengoven tanah tersebut dalam tanur selama 4 jam pada suhu 600o lalu diangkat dan didinginkan selama 7 jam. Setelah itu, menimbang kembali kedua gelas kecil tersebut satu-persatu. Terakhir menghitung kadar bahan organik tanah tersebut dengan rumus.

(16)

harinya, mengukur absorbansi larutan jernih dengan menggunakan spektrofotometer.

3.2.8. Kadar Nitrogen Tanah

Metode yang digunakan dalam praktikum Kadar Nitrogen tanah adalah menimbang 0,5 gram sampel tanah halus, memasukkan sampel tanah ke dalam tabung destruksi, menambahkan 1 g selenium dan 10 ml asam sulfat pekat dan mendestruksinya selama 30 menit hingga suhu 400°C bewarna putih bening. Setelah proses destruksi, mengangkat labu, dan mendinginkan. Proses destilasi dengan memindahkan seluruh ekstrak sampel kedalam labu didih, menambahkan 90 ml aquades dan 20 ml NaOH, menyiapkan penampung NH3 yang dibebaskan yaitu Erlenmayer berisi 10 ml asam borat 1%, menambah 2 tetes indikator metil merah dan metil biru, dan menghubungkannya ke alat destilasi. Dengan gelas ukur, menambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi sampel dan menutup labu didih secepatnya. Proses destilasi berlangsung hingga volume penampang mencapai 50 – 75 ml sampai bening, mentitrasi destilat dengan HCL 0,1 N hingga muncul warna biru, mencatat (Vc) dan (Vb).

3.2.9. Respirasi Mikrobia

(17)

titrasi hingga bening, juga mencatat volume titrasinya, lalu mengulangi cara yang sama dengan tanah gersang.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Tanah

Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah

Sumber: Praktikum Ilmu Tanah 2014 Sumber: www.google.com

(18)

horison A terbentuk dari campuran bahan induk dan mineral, horison B butiran mineral yang dilapisi kalsium karbonat dan horison C terdapat bahan induk yang telah lapuk. Horison tanah memiliki fungsi yang bebeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwa profil tanah terdiri dari horison-horison tanah yang memiliki fungsi yang berbeda dan dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya.

4.2. Tekstur Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan tekstur tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Pengamatan Tekstur Tanah

Sampel Tanah Liat Debu Pasir Tekstur

Tanah Agregat ………25 ...…%…….40 ………...60 Lempung liatBerpasir

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Tanah agregat memiliki tekstur

lempung liat berpasir. Tekstur dari tanah agregat ini adalah lempung liat berpasir karena

(19)

4.3. Konsistensi Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan konsistensi tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Pengamatan Konsistensi Tanah

Tanah Agregat Tanah Biasa Konsistensi Kering Agak keras Lunak Konsistensi Lembab Tidak gembur Gembur Konsistensi Basah Agak lekat Lekat Tingkat Plastisitaas Tidak plastis Plastis

(20)

menyebabkan tanah kehilangan kelekatan dan keliatan dan membuat tanah tersebut menjadi gambur, kaku dan keras. Konsistensi tanah perlu diketahui untuk mengetahui kekutan tanah tersebut terhadap gaya-gaya partikel pada tanah.

4.4. Kadar Air Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar air tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Pengamatan Kadar Air Tanah

Sampel Tanah Kadar Air (%)

Tanah agregat Tanah biasa

13,486 27

(21)

lapisan tanah. Hardjowigeno (2003) menyatakan tanah bertekstur halus mempunyai luas permukaan lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang tinggi.

4.5. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan kerapatan partikel dan kerapatan masa tanah adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Pengamatan Kerapatan Partikel dan Massa Tanah

Sampel Tanah BJ (gr/cm3) BV (gr/ml) Tanah Agregat 0,297 19,16

(22)

4.6. Kemasaman Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan kemasaman tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Pengamatan Kemasaman Tanah

Sampel Tanah Perlakuan pH Tanah

Tanah Agregat pH H2O -> Aktual 7

Tanah Agregat pH KCL -> Potensial 6

(23)

4.7. Bahan Organik Tanah dan Kadar Karbon

Hasil yang diperoleh dari pengamatan bahan organik tanah adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Pengamatan Bahan Organik Tanah

Sampel Tanah Hasil Kadar C...(%)...

Biasa 36 0,704

Agregat 15 0,704

(24)

organik adalah pada jaringan tumbuhan, dalam jaringan tumbuhan terdapat lemak, minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) yang menyatakan bahwabahan organik sangat penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.

4.8. Kadar Nitrogen Tanah

Hasil yang diperoleh dari pengamatan kadar nitrogen tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Pengamatan Kadar Nitrogen Tanah

Sampel Tanah Kadar N (%)

Kadar N total tanah agregat 0,09

(25)

Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) bahwa hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme, N dalam bentuk

NH4+¿¿ dapat diikat oleh mineral liat jenis lilit sehingga tidak dapat digunakan oleh

tanaman, N dalam bentuk NO3−¿¿

mudah dicuci oleh air hujan, banyak hujan N rendah, dan tanah pasir mudah merembeskan air sehingga N lebih rendah daripada tanah liat. Kehilangan nitrogen di dalam tanah dapat disebabkan melalui proses denitrifikasi, tercuci bersama air drainase, dan terfiksasi oleh mineral – mineral.

4.9. Respirasi Mikrobia

Hasil yang diperoleh dari pengamatan respirasi mikroba adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Pengamatan Respirasi Mikroba

NaOH dalam Tanah HCl 0,1 N (ml)

Subur 0,57

Gersang 2,67

(26)
(27)

BAB V

SIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dari praktikum profil tanah tanah tersusun atas beberapa horizon yaitu O, A, B, C, D. Tekstur tanah agregat termasuk yang mempunyai perbedaan pada bahan pembentuknya. Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan horison yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsisitensi tanah dan lain-lain. Setiap tanah memiliki sifat yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh kandungan-kandungan bahan organik, mineral, air, udara dan organisme yang terdapat didalam tanah.

5.2. Saran

(28)

akurat, dan yang terakhir harus berhati-hati dalam penggunaan bahan dan alat di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, D. 2009. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Andre. 2009. Sifat Biologi Tanah.

http://boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/sifat-biologi-tanah/ Diakses pada 28 April 2014 pukul 16.00 WIB.

Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bachtiar, E.,2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Budi, G. S. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium. Graha Ilmu, Yogjakarta. Darman, S. 2003. Pengaruh Penggenangan dan Pemberian Bahan Organik

Terhadap Potensial Redoks, pH, Status Fe, P, dan Al dalam Larutan Ultisol Kulawi. Agroland, Jakarta.

Foth, H. D. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta

Hakim. 2007. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Hardjowigeno. S, 2007. Ilmu Tanah. PT Medyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.

(29)

Hartati, TT.2001. Perbaikan Sifat Psament Melalui Pemberian Bahan Andisol Dan Limbah Olahan Sagu. Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Mega, M. I. 2010. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Munir. 2001. Tanah-tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

Nurmala, T. 2011. Pengantar Ilmu Pertanian. Graha Ilmu, Yogjakarta.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogjakarta.

Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah konsep dan kenyataan. Kanisius, Yogjakarta.

(30)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Tanah

Sampel Tanah Berat ( gram )

Cawan Cawan + Tanah Setelah Dioven

Biasa 20,586 25,590 24,2396

Agregat 19,722 24,722 24,0486

Sumber Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.

Kadar Air Tanah = =

sebelum dioven-setelah dioven

sampel

x100 %

Kadar Air Tanah Biasa = =

24,7220-24,0486

5,000

x100 %

= 27 % Kadar Air Tanah Agregat = x100 %

(31)

Lampiran 2. Kerapatan Partikel dan Kerapatan Massa Tanah

Hasil Pengamatan Kerapatan Partikel (BJ)

Pengamatan Hasil

Berat piknometer + tutup 18,6463 gram

Berat piknometer + air 36,6823 gram

Suhu air dalam piknometer (1) Berat jenis air (1)

Berat piknometer + tanah Berat piknometer + tanah + air Suhu air dalam piknometer (2) Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.

Berat Tanah Kering = 3,0839x100/113,468

= 2,717gram

Volume Total butir-butir tanah = 9,1687 cm3 Berat Jenis (BJ) =0,297 gram/cm3

Hasil Pengamatan Kerapatan Massa Tanah (BV)

Pengamatan Hasil

Berat bongkah tanah 10,4773 gram

(32)

Berat Tanah Kering = =

100

100

+

kL

×

¿ ¿

a gram

= =

100

113,468

x10.4773 = 92,34 gram

Volume Bongkar Tanah = (q-p) –mL = (106 – 100) –mL Lampiran 2. (lanjutan)

= 4,82 mL

Kerapatan Massa Tanah (BV)=

berat kering tanah

volume bongkar tanah

=

92,34

4,82

(33)

Lampiran 3. Perhitungan Bahan Organik Tanah

Tanah Biasa 22,480 gr 27,487 gr 25,7261 gr 36 % Tanah Agregat 22,372 gr 27,376 gr 26,6753 gr 15 % Sumber Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2014.

Berat Bahan Organik

=

Berat setelah tanur - berat cawan

berat cawan

+

tanah

×

100%

(34)

Persamaan

Y= 644x – 1,7153 konsentrasi (ppm) = 644 (abs) – 1,7153 Berat bahan kering (BBK) = 100% - kadar air sampel (%)

(35)

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0

50 100 150 200 250 300

Column2

Lampiran 4. Perhitungan Kadar N Tanah

Kadar N (%) =

(

titiran sampel-blanko

)

x14,008 x NHCl

sampel sebenarnya

x100 %

=

(0,46-0,12)

x 14,008 x 0,1

500

x100 %

= =

0,34 x 1,4008

500

x100 %

(36)

= 0,0952544 %

Lampiran 5. Perhitungan Respirasi Mikrobia

Titrasi NaOH 5 ml + 2,5 ml BaCl2 + HCl 0,1 N Perhitungan

1. Tanah Subur

HCl titrasi = 2,67 ml

(37)

= 0,267 ml

NaOH mula-mula = 0,4 x 5 ml

= 2 mgrek

NaOH yang bereaksi dengan CO2 = 2 – 0,276 mgrek = 1,733 mgrek

؞

1 mg rek CO2= 2 mg rek NaOH

CO2yang diikat oleh NaOH = 12 x 1,733 mgrek

=0,8665 mgrek 2. Tanah Gersang

HCl titrasi = 0,57 ml

= 0,57 x 0,1 = 0,057 ml NaOH mula – mula = 0,4 x 5 ml

= 2 mgrek

Lampiran 5. (lanjutan)

NaOH yang bereaksi dengan CO2 = 2 – 0,057 = 1,943 mgrek

؞

(38)

CO2 yang diikat NaOH = 12x 1,943 mgrek

Gambar

Tabel 1. Pengamatan Profil Tanah
Tabel 3. Pengamatan Konsistensi Tanah
Tabel 5. Pengamatan Kerapatan Partikel dan Massa Tanah
Tabel 8. Pengamatan Bahan Organik Tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan faktor pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup.

Parameter yang dianalisis adalah sifat fisik tanah (tekstur, kerapatan massa, kerapatan partikel, bahan organik, porositas, kadar air kapasitas lapang), evaporasi

karakteristik umum suatu tanah sanagt tergantung pada perubahan kondisi iklim... Tekstur tanah, menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Teristimewa tekstur..

Dalam keadaan lembab (KA tanah berada diantara keadaan kering (titik layu) dan kapasitas lapang), penetapan konsistensi tanah dilakukan dengan meremas massa tanah

Dilihat dari segi kerapatan massanya dan kerapatan partikelnya, semakin tinggi nilai kerapatan massa tanah dan kerapatan partikel tanah, maka semakin padat tanah

JADWAL PRAKTIKUM DASAR D ASAR ILMU TANAH SEMESTER GANJIL T... Sumihar Hutapea,

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Nama Praktikum : Hasil Pengukuran Profil Melintang Jalan Raya Dilaksanakan oleh :

Selain itu, penetapan warna tanah juga merupakan bagian penting dari praktikum ilmu tanah untuk memahami sifat fisik tanah secara lebih mendalam Dengan mempelajari warna tanah dan pH