• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TALKING STIKCK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF 1 AK SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO (Penelitian pada siswa di kelas X ak smk negeri 1 gorontalo)

Oleh

Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi

ABSTRAK

Tiskaria Lakajo, 2013. ”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe talking stikck Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Penelitian Pada Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo)”. Program Studi Pendidikan Ekonomi Kosentrasi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo dibawah bimbingan Ibu Irina Popoi, S.Pd, M.Pd dan Bapak Drs. Rusli Isa, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo. Kemudian teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah observasi, wawancara dan angket. Adapun jumlah populasi dalam penelitian adalah 203 0rang.

Berdasarkan data dari 30 orang sampel, dengan menggunakan analisis regresi maka hasilnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa, hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 diperoleh thitung = 2,44 sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis terima H0 jika t (1 - ½ά) < thitung < t (1 - ½ά) dengan ά = 0,05, dan dk = n – 2. tdaftar = 1,701 dengan demikian thitung ˃ tdaftar telah berada diluar penerimaan H0, atau menolak H0 dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi ”terdapat pengaruh signifikan antara penerapan model pembelajaran Cooperatif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produkif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diterima.

Kata Kunci: Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe talking stikck dan Motivasi Belajar Siswa

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pendapat tersebut diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi manusia yang lebih baik.

Sekolah sebagai tempat penyelenggara pendidikan mengajarkan tentang berbagai pengetahuan sosial yang dapat menjadi bekal siswa untuk dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Di sekolah, guru menjadi orang yang menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pembelajaran di kelas. Guru juga merupakan orang yang menentukan dalam pengaturan kelas dan pengendalian siswa serta sebagai motivator untuk siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung optimal.

Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan.

Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar.

(3)

Ketidak pahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran.

Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru dan belajar oleh siswa inilah yang dimaksud dengan pembelajaran. Namun sampai saat ini, pembelajaran secara klasikal dengan berpusat pada guru(Teacher Centered) masih dominan dilaksanakan di sekolah. Guru merupakan sumber informasi dan sumber belajar utama, perannya sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran dalam kelas.

Akibatnya sistem komunikasi yang terjadi justru satu arah yaitu guru yang aktif dalam segala hal. Sedangkan siswa menjadi pasif. Secara umum siswa hanya duduk diam, mendengarkan, menyelidiki dan mengembangkan pengetahuannya menjadi kurang.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya untuk memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru di tuntut untuk dapat menggunakan dan mengembangkan proses pembelajaran. Diantaranya, peneliti memilih model pembelajaran Talking Stick. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong minat siswa dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahwa proses penggunaan model pembelajaran di kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo belum berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang ada dilokasi penelitian tersebut. Permasalahan tersebut seperti: penjelasan guru tentang materi pokok terkait mata pelajaran produktif I belum memperhatikan tingkat

(4)

kemampuan siswa, kesempatan siswa untuk menyimak dan membaca materi produktif I serta wacana yang ada masih kurang, belum tersedianya alat atau media pembelajaran berupa tongkat yang digunakan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran, rendahnya pembimbingan siswa dalam proses belajar mengajar terkait penggunaan metode Talking Stick dan penarikan kesimpulan materi pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stikck pada akhir kegiatan pembelajaran belum belum dilaksanakan oleh guru mata pelajaran produktif I khususnya pada siswa kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo.

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan metode Talking Stick. Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi siswa dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.

LANDASAN TEORI

Suprijono (2009: 54) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

(5)

Arif Rohman (2009: 186) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar-individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok. Untuk itulah dalam pembelajaran kooperatif terdapat ciri-ciri yaitu: (1) adanya tujuan kelompok; (2) akuntabilitas diri; (3) kesempatan yang sama untuk berhasil; (4) kompetisi antar-kelompok; (5) adanya spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi kebutuhan individu.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih secara heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran dengan menekankan pada saling ketergantunganpositif antar- individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok sehingga pengelolaan kelas menjadi lebih efektif.

2.1.1.2 Metode-Metode Pendukung Pendukung Model Pembelajaran Cooperatif Metode-metode pendukung pengembangan Cooperative Learning menurut Suprijono (2009: 102) ada berbagai macam, yaitu sebagai berikut.

a. PQ4R

Merupakan metode yang dikembangkan supaya membaca lebih efektif.

Kegiatan ini diawali dengan preview yaitu menemukan ide-ide pokok yang

(6)

dikembangkan dalam bahan bacaan. Langkah kedua adalah question yaitu siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri. Langkah ketiga adalah read yaitu membaca yaitu siswa diarahkan untuk mencari jawaban terhadap semua

pertanyaan yang telah dirumuskan. Langkah keempat yaitu reflect yaitusiswa mencoba memahami apa yang dibacanya. Langkah terakhir adalah recite yaitu siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari kemudian siswa diminta untuk merangkum inti sari dari bahan yang telah dibacanya.

b. Guided Note Talking (Metode Catatan Terbimbing)

Metode catatan terbimbing diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada siswa.

Guru mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci dengan tujuan supaya para siswa tetap berkosentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung, siswa diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut.

Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada peserta didik membacakan handoutnya.

c. Snowball Drilling

Dalam penerapan snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan siswa yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka siswa tersebut diberi kesempatan untuk menunjuk salah satu teman untuk menjawab soal nomor berikutnya begitu seterusnya

(7)

sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Langkah akhir metode ini adalah guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari siswa

2.1.2 Ruang Lingkup Model Pembelajaran Talking Stick 2.1.2.1 Pengertian Metode Talking Stick

Menurut Hamalik (2011: 3) bahwa berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

1. Pembelajaran penerimaan (reception learning).

2. Pembelajaran penemuan (discovery learning).

3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning).

4. Pembelajaran terpadu (unit learning).

Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2006: 10), menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah: upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu.

Merujuk pada defenisi istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.

(8)

Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar mela lui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Menurut Isjoni (2010: 18) bahwa Talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.

Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri -ciri yang

sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

(9)

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Teknis pelaksanaan metode talking stick sebagaimana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat,

2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi,

3. Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku,

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru,

5. Guru memberikan kesimpulan, 6. Melakukan evaluasi, dan 7. Menutup pelajaran.

(10)

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative Tipe talking stikck terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo yang beralamat di Jalan Ternate. SMK Negeri 1 Kota Gorontalo merupakan sekolah kejuruan yang memiliki akreditasi diakui ditambah lagi sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Penelitian ini dilakukan pada Siswa Kelas X AK (Akuntansi) Tahun Ajaran 2012/2013. Dipilihnya lokasi ini karena sekolah secara geografis mudah untuk dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2012/2013 dan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Mei sampai bulan Juli 2013. Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka peneliti menetapkan variable penelitian sebagai berikut : 1) (Variabel X) dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran (Talking Stikck) dan (Variabel Y) Motivasi Belajar Siswa.

Dalam hal ini, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran yang dimaksud adalah penerapan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, dengan indikator (Djamarah dan Zain : 2010) : a) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik, b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif,

(11)

d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan. 2) (Variabel X) Variabel Penerapan Model Pembelajaran Talking stikck (Variabel Y) adalah Variabel Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi, dengan indikator (Dimiyati dan Mujiono) : a) Motivasi intrinsik : cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan belajar/ siswa dan kondisi siswa/ rohani dan jasmani. B) Motivasi ekstrinsik : kondisi Lingkungan siswa, unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran dan upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran umum lokasi penelitian : 1) Sejarah singkat Smk Negeri 1 Kota Gorontalo yaitu dimana SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 4404/B/III tanggal 31 agustus 1955 diubah menjadi SMK Negeri 1 Gorontalo.

2) Visi dan Misi SMK Negeri 1 Gorontalo : a) Visi : Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang dapat menhasilkan tamatan yang Profesional dan Mandiri dan b) Misi : Meningkatkan manajamen sekolah dengan pendekatan bisnis, meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbahasa inggris bagi warga sekolah, meningkatkan kerjasama dunia usaha dan industri, mengembangkan Jiwa kewirausahaan warga sekolah, dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dan kreatifitas siswa. meningkatkan kesehatan, kebersihan, keindahan, kerindangan serta kenyamanan Lingkungan sekolah.

(12)

1.1.1 Uji Normalitas Data Variabel X (Penerapan Model Pembelajaran)

Hasil pengujian normalitas data untuk variabel X (Penerapan Model Pembelajaran) menunjukan skor χ2hitung = 1,42. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ2daftar (0,95) (3) = 12,592. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ2hitung ≤ χ2daftar (1,42 ≤ 12,592). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5).

1.1.2 Uji Normalitas Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Hasil pengujian normalitas data variabel Y (Motivasi Belajar siswa) menunjukan skor χ2hitung = 11,114. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ2daftar (0,95) (3) = 12,592. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ2hitung ≤ χ2daftar (11,114 ≤ 12,592). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian variabel Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5).

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh peneliti, menunjukan bahwa hipotesis (Ho) yang diuji ditolak, yang artinya signifikan, dan hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari semua harga Fhitung yang lebih besar dari Fdaftar pada taraf signifikan ά = 0,05. Adapun hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model

(13)

pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo.

Hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa thitung = 2,44 sedangkan tdaftar = 1,701. Dengan kriteria pengujian terima H0, jika t(1 - ½ά) < thitung < t(1 - ½ά) dengan taraf kenyataan ά = 0,05, dan dk = n – 2. Dengan demikian bahwa thitung lebih besar dari tdaftar atau harga thitung telah berada di luar penerimaan H0, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 dikelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dinyatakan “diterima”.

Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu: Ŷ = 26,91 + 0,46X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (Penerapan Model Pembelajaran), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,46.

Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana, maka diperoleh harga r = 0,42 dengan koefisien determinasi sebesar r2 = 0,1764 atau 17,64%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 17,64% variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran, sedangkan 82,36% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti.

(14)

Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti dalam konteks penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan penerapan model pembelajaran (Talking Stick) berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Produkti 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo tersebut, dapat diuji kebenarannya dan hipotesis penelitian ini dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu:

Ŷ = 26,91 + 0,46X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (Penerapan Model Pembelajaran), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,46.

Selanjutnya, hasil pengujian koefisien korelasi yang telah dianalisis, dimana koefisien determinasi sebesar 0,1764 atau 17,64% variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh penerapan, sedangkan 82,36% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti dalam penelitian ini, misalnya kondisi sosial ekonomi orang tua, kondisi sarana dan prasarana sekolah, kemampuan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar, lingkungan dan lain sebagainya.

Kemudian, harga thitung lebih besar dari harga tdaftar atau 2,44 ≥ 1,701. Ini berarti bahwa thitung telah berada luar garis penerimaan Ho, maka Ho ditolak dan Ha dapat diterima

.

(15)

Saran

Mengacu pada kesimpulan penelitian di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

5.2.1 Penerapan model pembelajaran Talking Stick perlu diperhatikan, karena hal ini dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan motivasi belajar siswa 5.2.2 Perlu adanya intervensi Kepala Sekolah dalam hal pengembangan dan

penerapan berbagai model pembelajaran

5.2.3 Perlu adanya keterampilan guru dalam mengadakan variasi penerapan model pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Suprijono. Agus, 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Roestiyah (2008) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Rineka Cipta

Slameto (2010) Belajar dan faktor-faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan, telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang

Menimbang : bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 17 ayat (2), dan Pasal 20 ayat (1) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 tahun 2017 tentang

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada Warung Pecel Dedy yaitu: Sebaiknya Warung Pecel Dedy membangunkan bangunan pada rumah

Dengan di tandatangani surat persetujuan ini, maka saya menyatakan bersedia / tidak bersedia untuk berperan serta menjadi responden dalam penelitian dengan judul “Gambaran

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

1) S (Strength) yaitu kekuatan yang dimiliki oleh faktor internal dalam pengembangan industri biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) W (Weakness) yaitu kelemahan

Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik.

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,