BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Penelitian Terdahulu
Pada sub bab ini, peneliti membahas penelitian terdahulu yang memiliki topik pembahasan sejenis dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan referensi mengenai topik bahasan yang peneliti kaji. Untuk itu, peneliti menggunakan tiga penelitian terdahulu.
2.1.1 Transformasi Media Massa Menuju Era Masyarakat Informasi di Indonesia
Penelitian terdahulu pertama (Respati, 2014) yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pada tahun 2014 milik Wira Respati dari Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Universitas Bina Nusantara yang berjudul “Transformasi Media Massa Menuju Era Masyarakat Informasi di Indonesia”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh eksistensi media pemberitaan yang tidak cukup hanya dengan mengkaji cara kerja praktisi serta khalayak dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi dan memerlukan penelusuran tentang perubahan konsep media pemberitaan yang dipengaruhi perkembangan teknologi pendukungnya.
Dalam penelitian ini dijelaskan digitalisasi merupakan karakteristik yang tidak kalah penting dalam media pemberitaan baru, karena media penyiaran dengan platform digital tidak dapat dipungkiri memiliki banyak kelebihan dibandingkan media analog atau konvensional. Selain bisa membuka jalur komunikasi secara dua arah, media di era informasi memiliki peforma kualitas tayangan serta penyebaran yang lebih luas.
Maka dari itu, industri media harus bertransformasi dari bentuk analog menjadi digital karena ciri khas produk teknologi pada era masyarakat informasi menawarkan produktivitas, efisiensi, kecepatan, dan lintas batas. Jika pada media konvensional produk tulisan, audio dan visual disajikan secara terpisah, kini menjadi satu dan konvergen dalam satu perangkat yang menggabungkan fungsi media penyiaran lama ke dalam satu platform media baru.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Wira adalah untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif untuk menggali lebih dalam hal-hal yang melatarbelakangi transformasi itu sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dilengkapi dengan mewawancarai seorang praktisi televisi dari para key
informan yang terlibat dalam proses transformasi lingkup manajemen
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pola pergeseran dari cara masyarakat dalam mengakses dan mendistribusikan informasi. Berkembangnya jaringan sosial virtual menjadi babak baru dalam era transisi menuju masyarakat informasi. Masyarakat sudah melakukan migrasi virtual untuk berinteraksi dengan pengguna lainnya serta fenomena media sosial sudah semakin berkembang dan otomatis pola masyarakat dalam konsumsi informasi mengalami pergeseran sehingga para praktisi industri media tidak bisa mengabaikan fenomena ini.
Dari kesimpulan penelitian ini pun yang sangat melekat pada zaman sekarang adalah bahwa pada era masyarakat informasi akan membuat semua orang terhubung serta publik dapat menjadi objek sekaligus subjek, dan pada akhirnya tidak semua jurnalis profesional mampu melaporkan semua peristiwa termasuk mengikuti tren konsumsi masyarakat.
Penelitian ini memberikan gambaran mengenai fenomena media sosial yang sudah semakin berkembang, seperti halnya Kompas TV yang mengikuti trend fenomena media sosial dengan memproduksi konten lalu dimuat dalam platform digital yang dimiliki Kompas TV dan secara tidak langsung Kompas TV ‘peka terhadap perubahan’ dari pergeseran masyarakat dalam mengkonsumsi serta mendistribusikan berita secara virtual. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah fokus transformasi menuju digital dari sebuah institusi media berita, sedangkan penelitian yang dilakukan adalah melihat sebuah institusi yang sudah
bertransformasi menuju digital dalam meningkatkan engagement dari sebuah platform digital yang sudah dimilikinya.
2.1.2 Analisis Pemanfaatan Berbagai Media Sosial Sebagai Sarana Penyebaran Informasi Bagi Masyarakat
Penelitian terdahulu kedua (Fitriani, 2017) yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pada tahun 2017 milik Yuni Fitriani dari Akademi Manajemen Informatika & Komputer Universitas Bina Sarana Informatika / BSI dengan judul “Analisis Pemanfaatan Berbagai Media Sosial Sebagai Sarana Penyebaran Informasi Bagi Masyarakat”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya teknologi informasi yang pesat karena munculnya internet serta diikuti dengan hadirnya media sosial. Sejak awal dibangun, media sosial sendiri digunakan oleh khalayak sebagai wadah untuk berpartisipasi, berbagi, bertukar informasi serta ide. Media sosial dalam hal ini meliputi blog, jejaring sosial, forum, dan dunia visual.
Dijelaskan dalam penelitian ini bahwa media sosial pun juga berguna untuk memproduksi berita, sehingga pekerjaan ini bukan lagi eksklusif dilakukan oleh industri media berita besar melainkan semua orang bisa menjadi pembuat berita dan memberikan dampak kepada orang banyak. Penelitian ini membahas manfaat dari penyebaran informasi dalam beberapa bidang, mulai dari politik, keagamaan, bisnis, pariwisata, pendidikan, serta kesehatan. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam
menggunakan media sosial sudah dicantumkan dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun 2016 sehingga nantinya terjadi penyalahgunaan penyebaran informasi elektronik secara tidak langsung melanggar pasal yang sudah diatur dalam UU tersebut.
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Yuni Fitriani untuk menjelaskan manfaat dari media sosial sebagai sarana penyebaran informasi bagi masyarakat pada bidang bisnis, pariwisata, keagamaan, kesehatan, dan politik. Metode penelitian yang digunakan adalah semi deskriptif kuantitatif karena menjelaskan fenomena yang ada untuk mendeskripsikan karakteristik individu atau kelompok dengan menggunakan angka.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah benar adanya bahwa media sosial saat ini tidak hanya sekadar untuk berkomunikasi, namun juga sangat penting sebagai sarana penyebaran informasi dengan cepat dan mudah. Meskipun semuanya serba mudah, dalam penyebaran informasi melalui media sosial harus berhati-hati karena semuanya sudah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sehingga harus bijak dalam menggunakan media sosial.
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pada saat ini media sosial bermanfaat sebagai sarana penyebaran informasi dengan cepat dan mudah namun tetap berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Perbedaan dari penelitian terdahulu ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif dalam mendeskripsikan individu dengan menggunakan angka
serta subjek dan objek penelitian lebih beragam, sedangkan penelitian yang sedang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif serta subjek dan objek penelitian hanya kepada satu institusi media dalam memanfaatkan media sosial yang sudah dimilikinya.
2.1.3 Fungsi Media Sosial Dalam Aktivitas Jurnalistik
Penelitian terdahulu ketiga (Larasati, 2018) yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pada tahun 2018 milik Galuh Pandu Larasati seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya dengan judul “Fungsi Media Sosial Dalam Aktivitas Jurnalistik (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Media Sosial dalam Aktivitas Jurnalistik oleh Jurnalis Media Online Malang Voice, Surya Malang, Times Indonesia, dan Info Kampus).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkembangnya teknologi komunikasi serta munculnya media baru (New Media) menghadirkan cara baru dalam arus informasi. Muculnya internet juga memberikan dampak yang signifikan pada media baru serta mengubah media dan jurnalis tradisional dalam mengalami krisis.
Teknologi internet juga membuka ruang untuk memungkinkan terjadinya interaksi antar pembaca sehingga banyak media sosial bermunculan seperti Facebook, YouTube, Twitter, Instagram dan mengubah lagi arus pertukaran informasi pada masyarakat sehingga konsumsi berita mulai bergeser dari situs berita online ke media sosial.
Maka dari itu tren mengonsumsi berita melalui internet di Indonesia terus meningkat seiring berjalannya waktu mulai dari peningkatan penetrasi internet dan penggunaan smartphone.
Pola perilaku masyarakat dalam menggunakan internet juga sangat berpengaruh pada akses terhadap berita, bahkan media sosial pun juga sangat mempengaruhi traffic situs berita sehingga media online mulai kehilangan pengunjung sejak adanya media sosial.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan media sosial dalam dalam aktivitas jurnalistik oleh sejumlah jurnalis media online di Malang Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif serta perolehan data diambil dengan observasi dan wawancara mendalam kepada jurnalis media online Surya Malang, Malang Voice, Indonesia Times, dan Info Kampus.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Galuh Pandu Larasati ini adalah teknologi yang dimiliki oleh media sosial seperti kecepatan, informasi, jaringan, penyebaran, dan user generated content berperan penting dalam menunjang dan membantu aktivitas jurnalistik dalam mencari, mengolah dan menyebarluaskan berita. Meskipun demikian, keberadaan media sosial hanya melengkapi aktivitas jurnalistik dan memperkaya konten-konten produksi berita karena jurnalis menganggap praktik tradisional seperti turun lapangan dan melakukan wawancara tatap muka masih sangat penting.
Penelitian terdahulu ini memberikan gambaran dalam melihat institusi media berita dalam memanfaatkan media sosial sehingga berperan dalam membantu aktivitas jurnalistik dan meningkatkan traffic institusi tersebut. Perbedaan dari penelitian terdahulu ini adalah meneliti lebih dari satu subjek, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya fokus kepada satu subjek.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Hal
Pengkajian Penelitian Terdahulu I Penelitian Terdahulu II Penelitian Terdahulu III
Judul dan Peneliti
Transformasi Media Massa Menuju Era Masyarakat Informasi di Indonesia. Oleh: Wira Respati (2014) Analisis Pemanfaatan Berbagai Media Sosial Sebagai Sarana Penyebaran Informasi Bagi Masyarakat. Oleh: Yuni Fitriani (2017)
Fungsi Media Sosial Dalam Aktivitas Jurnalistik
Oleh:
Galuh Pandu Larasati (2018)
Tujuan Penelitian
Menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat.
Menjelaskan manfaat dari media sosial sebagai sarana penyebaran informasi bagi
masyarakat pada bidang bisnis, pariwisata, keagamaan, kesehatan, dan politik.
Mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan media sosial dalam dalam aktivitas jurnalistik oleh sejumlah jurnalis media online di Malang Raya
Kesimpulan Penelitian
Pola pergeseran dari cara masyarakat dalam
mengakses dan mendistribusikan informasi.
Berkembangnya jaringan sosial virtual menjadi babak baru dalam era transisi menuju masyarakat informasi, sehingga para praktisi industri media besar tidak bisa mengabaikan fenomena ini dan pada kenyataannya tidak semua jurnalis profesional mampu melaporkan semua peristiwa termasuk mengikuti tren konsumsi masyarakat.
Media sosial saat ini tidak hanya sekadar untuk berkomunikasi, namun juga sangat penting sebagai sarana penyebaran informasi dengan cepat. Namun harus bijak karena semuanya
penyalahgunaan media sosial sudah diatur dalam Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Teknologi yang dimiliki oleh media sosial seperti kecepatan, informasi, jaringan, penyebaran, dan
user generated content
berperan penting dalam menunjang dan membantu aktivitas jurnalistik. Namun keberadaan media sosial hanya melengkapi aktivitas jurnalistik, karena jurnalis menganggap praktik tradisional seperti turun lapangan dan melakukan wawancara tatap muka masih sangat penting.
2.2
Teori dan Konsep
Dalam penelitian tentunya diperlukan sebuah landasan teori dan konsep agar dalam pelaksanaan penelitian bisa memecahkan masalah sesuai dengan landasan pokok pikiran dari penelitian. Adapun teori serta konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.2.1 Jurnalisme Digital
Berdasarkan definitions.net, jurnalisme digital adalah bentuk jurnalisme kontemporer di mana konten editorial didistribusikan melalui internet. Jurnalisme digital membantu unuk menurunkan biaya distribusi serta beragam teknologi jaringan komputer telah membantu untuk menyebarluaskan praktik jurnalisme digital, tingkat kreativitas yang lebih tinggi pun juga dapat dilakukan dalam jurnalisme digital jika dibandingan dengan jurnalisme tradisional namun tetap dalam kendali penulis, editor atau penerbit.
Jurnalisme digital sendiri sangat berguna dalam era digital saat ini untuk memproduksi jaringan, distribusi, serta konsumsi berita dan informasi urusan publik. Setiap orang yang selalu akses internet juga mengambil bagian dalam praktik jurnalisme digital, karena para jurnalis serta redaksi tidak lagi menjadi satu-satunya pemasok berita, informasi, serta komentar (Waisbord, 2019).
Kawamoto dalam (Ashari, 2019) menyoroti jurnalisme digital sebagai bentuk praktik lama dalam konteks yang baru serta sebuah sintesis dari tradisi dan inovasi. Digitalisasi memungkinkan konten analog dikonversi dalam bentuk digital serta disajikan dalam satu wadah yang sama yang memungkinkan teks, audio, dan visual disajikan dalam satu kesatuan konten, karena sebelumnya koran, majalah, radio dan televisi berjalan sendiri.
Jurnalisme digital biasanya mengacu pada genre dan mode baru jurnalistik yang memanfaatkan kemampuan multimedia interaktif, mulai dari teknologi media digital dan internet, penggunaan jurnalistik dari investigasi digital dan berbasis data, serta metode pelaporan atau kombinasi. Saat ini, jurnalisme digital sudah mulai masuk ke dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sosial, humaniora, serta disiplin ilmu dan teknologi – mulai dari komunikasi politik, sosiologi, media digital dan juga semakin memperluas lagi ke seputar ilmu data dan pembelajaran mesin (Burgess & Hurcombe, 2019).
Maka dari itu, digital bukan hanya soal teknologi untuk melakukan praktik jurnalistik, namun peluang baru untuk mengumpulkan dan menganalisis data, menginformasikan sesuatu secara konprehensif, serta terlibat dengan banyak khalayak. Teknologi menjadi bagian penting dari kebiasaan sehari-hari para jurnalis dalam era jurnalisme digital dan redaksi berita mulai
berinovasi dengan cepat serta seringkali berjuang untuk menentukan cara menyebarkan sumber daya dalam industri yang akan selalu berubah (Perreault & Ferrucci, 2020).
2.2.2 Media Sosial
Fenomena untuk berinteraksi serta mencari informasi secara online sudah menjadi kebiasaan, bahkan sudah menjadi kebutuhan dalam masyarakat era digital, terutama penggunaan media sosial sudah melekat dalam diri masyarakat.
Definisi media sosial menurut Boyd dalam (Nasrullah, 2017, p. 11) adalah kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada
user-generated content (UGC), yang berarti konten dihasilkan oleh
pengguna, bukan editor seperti pada institusi media massa.
Popularitas media sosial sendiri mulai muncul pada akhir tahun 1990an yang dimulai dengan Friendster, namun tidak mendapatkan arus utama. Lalu mulai lagi platform media sosial lainnya bermunculan seperti MySpace pada tahun 2000an dan skalanya cukup besar sehingga banyak digunakan oleh anak-anak muda. Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin berkembang dan canggih sehingga muncul lagi platform media sosial yang
cukup beragam dengan difasilitasi dalam bentuk web (microblogging, chatting, serta pemutaran video) seperti
Facebook, Twiter, YouTube, dan Instagram dan hingga saat ini
masih sangat populer serta sudah identik dalam kehidupan saat ini (Bossio, 2017, p. 7).
2.2.2.1 Jenis-Jenis Media Sosial
Jenis-jenis dari media sosial sendiri macam-macam, mulai dari model jaringan yang terbentuk, karakteristik penggunanya, sampai berdasarkan berkas apa saja yang disebarkan. Melalui jenis-jenis tersebut, (Nasrullah, 2017, p. 39) setidaknya merangkum ada enam kategori besar untuk melihat pembagian media sosial, yaitu:
1. Media jejaring sosial (social networking) 2. Jurnal online (blog)
3. Jurnal online sederhana atau microblog
4. Media berbagi (media sharing) 5. Penanda sosial (social bookmarking)
6. Media konten bersama atau Wiki
2.2.2.2 Karakteristik Media Sosial
Pengguna atau audiens adalah pusat dari media sosial. Dalam dunia jurnalistik, audiens diibaratkan sebagai
penumpang kapal para jurnalis yang memiliki perahu sendiri serta bisa berhubungan langsung dengan sesama dan para jurnalis, dan juga memiliki wewenang untuk berkomunkasi dengan dunia. Setelah adanya sosial media, karakteristik yang digambarkan oleh (Adornato, 2017, p. 20) adalah:
1. Aksesibilitas
Hampir semua orang memiliki akses menuju platform digital
2. Audiens Aktif
Audiens dapat membuat serta mempublikasikan konten secara online
3. Interaktivitas
Pesan dan umpan balik (feedback) atau komentar terjadi secara bersamaan dalam waktu yang sama
Agar semakin jelas, berikut perbandingan antara media sosial dan media massa yang dimuat oleh (Nasrullah, 2017, pp. 159-160) dalam bukunya yang berjudul Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi .
Tabel 2.2 Tabel Perbandingan Media Sosial dan Media Massa Media Massa Media Sosial Khalayak • Sebagai audiences • Sebagai produser dan
• Terbatas pada wilayah dan jangkauan media.
• Banyak dan tidak dibatasi oleh geografis.
Kecepatan Transmisi Informasi
Tergantung pada jalur distribusi dan transmisi serta luas
wilayahnya.
Tidak dibatasi oleh platform dan menyebar saat itu juga tanpa dibatasi oleh wilayah.
Jenis Informasi
Informasi atau berita sesuai dengan jenis media, apakah cetak, audio, audio-visual, dan sebagainya.
Informasi yang bisa diakses beragam, namun cenderung hanya memuat informasi sekilas atau tautan (link) saja.
Kelengkapan Informasi
Unsur 5W (What, Who, Where,
When, Why) + 1 H (How) lengkap
dalam berita.
• Unsur 5W (What, Who,
Where, When, Why) + 1 H (How) tidak lengkap dan
beberapa informasi yang disebarkan cenderung singkat atau padat.
• Perlu konfirmasi sekaligus penggabungan dengan informasi lainnya.
Akses Terhadap Informasi
• Memerlukan media khusus. • Akses informasi terbatas,
tergantung seberapa banyak media yang diakses dan dilanggani.
Bisa diakses melalui media sosial milik media tersebut, riwayat
(timeline) di media sosial, atau
penyebaran tautan/link media sosial.
Etika dan Hukum
• Institusi media dilindungi oleh hukum dan bekerja dengan etika.
• Penanggungjawab yang jelas, baik secara individu maupun institusi.
Tanggungjawab sepenuhnya dipegang individu (users).
Sumber: Buku Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (Nasrullah, 2017)
2.2.3 Audience Engagement
Engagement dalam jurnalistik merupakan sejauh mana
sebuah organisasi atau institusi media berita secara aktif mempertimbangkan dan berinteraksi dengan para audiens untuk memajukan misi jurnalistik dan keuangannya (Batsell, 2015, p. 7). Saat ini, media online dan media sosial telah mengubah sifat dialog antara para jurnalis dan pengguna/audiens, karena telah menciptakan ruang baru bagi audiens untuk mengkritik, menghadirkan kembali, atau bahkan sama sekali mengabaikannya. Ruang online sendiri menciptakan interkoneksi melalui ‘akses ke’ detail kehidupan sehari-hari seseorang, baik kehidupan yang biasa saja atau seseorang yang berkontribusi terhadap ‘sekelilingnya’ di media sosial (Bossio, 2017, p. 50).
Jurnalistik bukan lagi sekadar menerbitkan berita untuk dimuat dalam situs web atau memproduksi video untuk stasiun TV. Media sosial saat ini menjadi wadah yang paling sering digunakan bagi para audiens dan institusi media berita untuk saling berinteraksi dan terlibat terkait peristiwa yang dimuat sehingga secara tidak langsung orang-orang yang jarang melihat situs web akan ‘mengarah ke sana’ berkat cuplikan berita di media sosial (dengan bantuan fasilitas media sosial seperti like,
comment, share) sehingga tertarik untuk menelusuri peristiwa
2.2.3.1 Prinsip Engaged Journalism
Dalam (Batsell, 2015, pp. 10-11) dari hasil kunjungan
newsroom dari berbagai negara, ditemukan bahwa strategi engagement yang dilakukan oleh industri media berita
didorong berdasarkan lima prinsip panduan, yaitu: 1. Mengumpulkan audiens secara langsung
Bertatap muka dengan audiens secara langsung dapat memberikan pengalaman berharga dan tak terlupakan. Prinsip yang pertama ini juga dapat memperdalam kesetiaan terhadap sebuah institusi media berita sembari menghasilkan uang lebih banyak untuk membayar jurnalisme lebih banyak, serta juga bisa membantu untuk menjalin hubungan dengan berbagai koneksi (pendidikan, hiburan dll).
2. Berinteraksi dengan audiens setiap saat
Elemen yang mendasar serta efektif untuk ‘merebut’ hati audiens adalah interaksi berkelanjutan melalui media digital. Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak industri media berita untuk melibatkan audiens dengan berinteraksi melalui media sosial, liputan lapangan secara langsung, blog, crowdsourcing (bisnis yang melibatkan banyak orang), konten yang dibuat oleh audiens, link, komentar, dan lainnya.
3. Menjangkau audiens berbagai wilayah
Industri media berita membangun ‘cabang’ di wilayah/daerah lain untuk menjangkau para audiens yang termotivasi serta bersedia untuk membayar konten khusus berdasarkan lingkup wilayah. Meningkatnya penggunaan ponsel pintar, tablet, dll berpeluang untuk melibatkan audiens dengan dan secara tidak langsung ‘investasi’ untuk bisnis, namun hal ini menjadi tantangan dikarenakan audiens harus membayar.
4. Memberdayakan audiens untuk memuaskan rasa ingin tahu Memfasilitasi aplikasi khusus untuk memungkinkan para audiens untuk mencari informasi penting dengan mudah. Mengadakan kuis, permainan, serta kontes untuk menantang para audiens juga bisa dimanfaatkan untuk memuaskan rasa ingin tahu audiens, sehingga gaya ‘partisipatif’ dengan menyediakan platform berita interaktif bisa menarik perhatian audiens.
5. Mengukur efektivitas dan menangkap nilai
Industri media berita saat ini memiliki banyak sistem pengukuran (metrik) digital untuk melacak tingkat efektivitas, keterlibatan inisiatif dari audiens serta memastikan apakah upaya ini dapat membantu bottom line (pendapatan setelah dikurangi beban). Sudah menjadi
kewajiban bagi industri media berita untuk mengidentifikasi dan melacak tingkat keberhasilan yang paling mencerminkan misi jurnalistik dan keuangan.
2.2.3.2 Mengukur Engagement
Sangat penting bagi industri media berita untuk mengukur seberapa baik mereka melibatkan audiensnya serta untuk memahami bagaimana upaya tersebut turut berkontribusi untuk laba perusahaan. Berdasarkan (Batsell, 2015, pp. 142-144) terdapat lima praktik umum untuk mengukur engagement, yaitu:
1. Mendefinisikan kesuksesan
Industri media berita dituntut untuk mencari cara dalam mengukur engagement. Namun, sembari menunggu reaksi dari audiens, redaksi harus insiatif untuk mendefinisikan sendiri keberhasilannya.
2. Mengidentifikasi metrik
Apapun indikator metriknya, yang paling penting harus dikaitkan dengan misi utama (keuangan). Dalam hal ini, indikator metrik media sosial bisa dari like, view, share,
comment, clicks, profile visit, hashtags, mentions, save, dan
3. Memastikan ruang redaksi (newsroom) memahami
engagement memicu kelangsungan finansial
Saat membangun loyalitas digital menjadi intrinsik dalam keuangan, sangat penting bagi jurnalis untuk memulai pemahaman mengenai relevansi komersial, serta mempercayai gagasan bahwa engagement yang sukses dapat membantu kelangsungan finansial bagi dunia jurnalistik
4. Mendukung inisiatif digital dengan pelatihan
Penting bagi industri media berita untuk mengupayakan para jurnalis menyusun alur kerja pada platform digital dan media sosial, seperti menceritakan peristiwa secara real-
time dalam blog terkini, serta merekam video dan
mengambil gambar dengan perangkat seluler. 5. Tetap fleksibel
Dalam era inovasi, tolok ukur untuk sukses sering berubah. Pada saat menyusun strategi engagement, industri media berita perlu memilih metrik yang berpengaruh, melacaknya dengan cermat, serta menyesuaikan jenis perhitungan angka yang umum bagi marketers (pemasar).
2.3
Alur Penelitian
Penelitian ini bermula dari adanya praktik jurnalisme digital yang saat ini sudah banyak digunakan di kalangan jurnalis dan sudah menjadi bagian dari cara kerja jurnalis dalam memproduksi dan mendistribusikan konten. Maka dari itu, semakin banyak institusi media yang tidak hanya memuat konten secara tradisional (TV dan koran), namun juga mengikuti pola konsumsi masyarakat yang selalu berkembangan dengan memiliki platform digital, salah satunya adalah media sosial.
Tentunya, dengan adanya media sosial bisa menaikan traffic dan
engagement secara cepat sehingga semakin banyak masyarakat yang menikmati
konten dari suatu institusi media tersebut. Maka dari itu, peneliti ingin melihat bagaimana cara Kompas TV dalam memanfaatkan Instagram dan TikTok dengan dilihat dari konten serta audience engagement dari masing-masing kedua media sosial tersebut.
Dari penjelasan di atas, peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan analisis terlebih dahulu dari Instagram dan TikTok Kompas TV per Oktober - November 2020, kemudian melakukan wawancara dengan pihak Departemen Digital Kompas TV.
Paradigma Konstruktivis
Jurnalisme Digital
Pemanfaatan Media Sosial
Strategi Pemanfaatan Platform Media Sosial Instagram dan
TikTok Kompas TV
Bagan 2.1 Alur Penelitian
Audience Engagement