1
1.BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Bursa efek Indonesia atau disingkat BEI merupakan lembaga yang mengelola pasar modal dan menaungi perusahaan publik yang telah terdaftar di BEI. Perusahaan publik di Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor BEI. Kesembilan sektor tersebut didasarkan pada tiga klasifikasi industri yaitu sektor utama, sektor manufaktur dan sektor jasa (www.idx.co.id). Salah satu sektor industri yang mendominasi untuk kontribusi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah industri manufaktur khususnya industri barang dan konsumsi.
Gambar 1.1
Persentase PDB Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sumber: www.bps.go.id, 2017
Industri barang dan konsumsi adalah salah satu sektor yang bertahan pada era krisis ekonomi global yang berdampak kepada perekonomian Indonesia. Hal ini mungkin dipicu oleh sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang memiliki penduduk terbesar ke-4 didunia. Pada perkembangan industri barang dan konsumsi terutama pada tahun 2013 sampai tahun 2015 menunjukkan perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun meskipun dari tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan namun sektor ini kembali meningkat pada tahun 2015.
Dengan meningkatnya sektor ini akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan perusahaan yang bergerak di manufaktur. Maka, sangat beralasan
0 50 100 150 200 250
2013 2014 2015
2
apabila investor mengapresiasi positif saham-saham manufaktur (www.kemenperin.go.id). Berdasarkan hal ini penelitian yang dilakukan berfokus kepada perusahaan manufaktur sektor Industri barang dan konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia, karena pertumbuhan industri yang signifikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015.
1.2 Latar Belakang
Laporan keuangan adalah suatu alat informasi bagi para manajemen untuk memperlihatkan efektivitas pencapain tujuan dan fungsi pertanggung jawaban pada suatu perusahaan. Laporan keuangan menyediakan informasi yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan bagi para pemakai laporan keuangan khususnya investor. PSAK No. 1 tahun 2015 laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan labarugi, laporan perubahan posisi, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakannya terkait dengan laporan keuangan khususnya pada laba. Laba ialah informasi yang memiliki arti yang penting dan bernilai bagi pihak yang berkepentingan khususnya pihak internal dan eksternal Dimarcia dan Krisnadewi (2016).
Laba adalah salah satu informasi sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal karena informasi ini menjadi fokus utama untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis sebuah perusahaan. Oleh karena itu keberadaan laba pada laporan keuangan membuat manajemen pada umumnya melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan seolah-olah baik melalui pemilihan metode akuntansi untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba.
Manajemen laba adalah metode yang digunakan oleh manajemen untuk memanipulasi data Barkhordar (2015).
Tindakan manajemen laba memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas antara tahun 2000-2015. Pada tahun 2000-2001 Enron dan WorldCom di Amerika Serikat diketahui merekayasa laporan keuangan hingga menyebabkan para pelakunya masuk penjara dan perusahaannya bangkrut.
Di Asia juga terjadi dibeberapa negara diantaranya di Jepang skandal terjadi pada
tahun 2011 perusahaan Olympus dan Toshiba ditahun 2015 terbukti memanipulasi
3 laporan keuangan. Beberapa kasus juga terjadi di Indonesia, seperti PT. Kimia Farma Tbk ditahun 2001 PT. Lippo Tbk ditahun 2002 yang juga melibatkan pelaporan keuangan (www.finance.detik.com).
Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di salah satu perusahaan sektor industri barang dan konsumsi, ditemukan tindakan manajemen laba di PT. Akasha Wira Internasional (ADES). Pada tahun 2013 jumlah laba komprehensif perseroan sebesar Rp 98,6 milyar atau mengalami kenaikan sebesar 11,8 % dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 83 milyar. Namun setelah diaudit ternyata terjadi penurunan laba bersih sebesar 33% atau 26,6 milyar. Penurunan laba tersebut diakibatkan oleh penjualan bersih tumbuh lebih rendah daripada kenaikan beban. Auditor mencatat peningkatan beban usaha sebesar Rp 42 milyar di tahun 2013, sedangkan total penjualan berjumlah Rp 502,5 milyar atau mengalami kenaikan 5% dari total penjualan 2012 yang berjumlah Rp 476 milar (detik.com) dalam Yusrilandari (2016).
Dari contoh manipulasi yang telah terjadi dapat berdampak negatif terhadap perusahaan, selain itu dapat merugikan pihak eksternal yang memiliki peran dalam perusahaan tersebut. Fatmawati (2013) menyatakan bahwa manajemen laba dinilai tidak menyalahi aturan dan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum.
Akan tetapi, praktik manajemen laba dapat mengikis kepercayaan investor terhadap kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi keandalan laba yang dilaporkan bias dan menyebabkan kesalahan dalam menggambarkan laba yang sebenarnya. Oleh sebab itu, praktik manajemen laba dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan dan andal untuk para pengguna laporan keuangan, terutama untuk investor maupun kreditor.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi manajer dalam melakukan
manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor terhadap
managemen laba sudah banyak dilakukan. Di Indonesia telah ada penelitian
terhadap manajemen laba diantaranya Agustia (2013) menyatakan bahwa
komponen good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komite
audit independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan leverage berpengaruh terhadap
4
manajemen laba, free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, hal ini berarti perusahaan dengan free cash flow yang tinggi akan membatasi praktek manajemen laba. Mahariana dan Ramantha (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba, kepemilikan institusional tidak terbukti berpengaruh, hasil penelitian ini membuktikan rendahnya nilai akrual dengan adanya kepemilikan manajerial yang tinggi. Yogi dan Damayanthi (2016) menyatakan bahwa arus kas bebas berpengaruh negatif pada manajemen laba. Sebaliknya, capital adequacy ratio berpengaruh positif pada manajemen laba. GCG yang diproksi dengan dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh pada manajemen laba.
Di mancanegara terdapat penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba diantaranya Barkhodar (2015) di Iran menyatakan bahwa free cash flow, dividends, financial leverage on earnings management berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ghazali, Shafie dan Sanusi (2015) di Malaysia menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku oportunistik (ditunjukkan oleh arus kas bebas & profitabilitas) dan manajemen laba, ada hubungan yang signifikan antara mekanisme pemantauan (proksi oleh leverage) dan pendapatan pengelolaan, Ada hubungan yang signifikan antara financial distress dan manajemen laba. Alarlooq (2014) di Iran menyatakan ukuran perusahaan, Book-to Market Value memiliki dampak positif pada real earnings management. Zamri, Rahman dan Isa (2013) di Malaysia menyatakan bahwa berpengaruh negatif antara leverage dan REM (Real Earning Management). Leverage berpengaruh terhadap kualitas laba. Gulzar (2011) di Cina menyatakan board composition CEO, rapat dewan, direksi wanita dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran dewan, kepemilikan saham direktur, dan proporsi direksi independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Dari banyaknya variabel manajemen laba, ada variabel-variabel yang
pengaruhnya masih tidak konsisten antara lain kepemilikan manajerial, leverage,
variabel komisaris independen, dan komite audit. Kepemilikan manajerial disebut
sebagai salah satu faktor yag mempengaruhi manajemen laba. Manajemen laba
5 terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan. Konflik keagenan ini dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan, salah satu dari struktur kepemilikan adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajer Dimarcia dan Krisnadewi (2016). Banyak peneliti yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba diantaranya, Al-Fayoumi, Abuzayed, dan Alexander (2013), Widiatmaja (2012), Ratnawati dan Hamid (2015), dan kusumaningtyas dan Yendrawati (2015). Adapun peneliti yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba diantaranya Kusumawardhani (2012), Indriastuti (2012), Dimarcia dan Krisnadewi (2016), dan Wulandari (2016).
Leverage disebut juga sebagai salah satu penyebab manajemen laba. Banyak
peneliti yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba
diantaranya Barkhordar (2015), Ghazali, Shafie dan Sanusi (2015), Fionasari
(2015), Utari dan Sari (2016), Vakilifard (2016). Adapun peneliti yang
menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
diantaranya yaitu Zamri, Rahman dan Isa (2013), Amertha, Ulupui dan Putri
(2014), Wiyadi, Trisnawati, Puspitasari dan Sasongko (2016), Dimarcia dan
Krisnadewi (2016). Dengan adanya leverage hal ini dapat menunjukan seberapa
besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Leverage merupakan rasio antara
total kewajiban dengan total asset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin
tinggi nilai utang perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage yang
tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki
perusahaan akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba
Windyaningdyah (2013), dan pernyataan ini juga sama dengan Dimarcia dan
Krisnadewi (2016) perusahaan yang tingkat leverage-nya tinggi dicurigai
berpeluang melakukan tindakan manajemen laba.
6
Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance (GCG). Corporate governance merupakan tata kelola yang digunakan untuk mengendalikan serta mengarahkan kegiatan perusahaan Chaarani (2014). Praktik manajemen laba oleh manajemen dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen Kusumayani dan Wirama (2016).
Mekanisme monitoring yang pertama ialah dewan komisaris independen.
Dewan komisaris merupakan inti untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas Machmuddah (2015). Melalui peran ini dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap praktik managemen laba. Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi manajemen laba Putri (2012), Rahmawati (2013).
Sedangkan menurut Kumala (2014), Yogi dan Damayanthi (2016) menyatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Mekanisme monitoring yang kedua ialah komite audit. Komite audit berfungsi secara efektif dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris serta bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas sehingga mampu menghalangi peningkatan praktik manajemen laba Kusumawati (2015).
Berdasarkan penelitian sebelumnya Siallagan dan Machfoed (2012) dan Christiantie dan Antonia (2013), Christiawan (2013) menyatakan bahwa komite audit independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan menurut Prastiti dan Meiranto (2013) dan Naralita dan Krisnadewi (2016) memberikan bukti bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap praktik manajemen laba.
1.3 Rumusan Masalah
Manajemen laba yang dilakukan perusahaan dapat bersifat efisien
(meningkatkan keinformatifan laba dalam mengkomunikasikan informasi privat)
dan dapat bersifat opurtunis (manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk
memaksimumkan kepentingan pribadinya) Scott (2013). Jika pengelolaan laba
dengan menaikkan atau menurunkan laba disengaja, maka informasi laba akan
7 mempengaruhi keputusan investasi yang salah bagi para investor, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepemilikan manajerial, leverage dan komponen praktik good corporate governance (komite audit dan dewan komisaris).
1.4 Pertanyaan Penelitian
Pokok permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kepemilikan manajerial, leverage, dan good corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.
2. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara parsial.
3. Bagaimana pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara parsial.
4. Bagaimana pengaruh praktik good corporate governance secara parsial dengan komponen:
a. Dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.
b. Komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.
5. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan praktik good corporate governance terhadap manajemen laba di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara simultan
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan:
1. Mengetahui bagaimana kepemilikan manajerial, leverage, dan good
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor
industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-
2015.
8
2. Mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara parsial.
3. Mengetahui bagaimana pengaruh Leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara parsial.
4. Mengetahui bagaimana pengaruh praktik good corporate governance secara parsial dengan komponen:
a. Dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.
b. Komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan di sektor industri barang dan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2015.
5. Mengetahui bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan praktik good corporate governance terhadap manajemen laba di Bursa Efek Indonesia 2013-2015 secara simultan
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari aspek teoritis dan aspek praktisnya sebagai bekut.
1.6.1 Aspek Teoritis
Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan pengetahuan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagi akademis, penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur indonesia.
2. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan literatur mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, leverage dan
praktik corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur Indonesia. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memacu
penelitiaan yang lebih baik pada masa yang akan datang mengenai masalah
tersebut.
9 1.6.2 Aspek Praktis
Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penerapan pengetahuan sebagai hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Manajemen Perusahaan
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan.
2. Bagi Investor
Memberikan masukan kepada investor mengenai kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba, sehingga investor harus memperhatikan besarnya saham kepemilikan manajerial, tingkat leverage dan praktik good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.7.1 Variabel dan Sub Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan manajemen laba sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor determinan. Faktor determinan dalam hal ini variabel independen yang kemungkinan mempengaruhi manajemen laba antara lain: kepemilikan manajerial, good corporate governance, dan leverage.
Penelitian ini akan mengkaji pengaruh, baik secara simultan maupun parsial semua faktor determinan yang kemungkinan mempengaruhi manajemen laba.
1.7.2 Lokasi dan Obyek Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dan objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur sektor Industri Barang dan Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data penelitian ini diambil dari website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id periode tahun 2013- 2015 yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan dan ringkasan laporan keuangan.
1.7.3 Waktu dan Periode Penelitian
Penelitian pengaruh kepemilikan manajerial, good corporate governance,
leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor Industri
10