• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Green hospital, sebenarnya merupakan bagian dari suatu gerakan global secara umum yang dikenal dengan Green building. Konsep Green building itu sendiri mulai berkembang sejak tahun 1970. Saat itu, masyarakat prihatin akan perubahan kondisi lingkungan, sehingga menjadi ramai dibicarakan. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan, seperti pengeluaran limbah, konsumsi energi listrik, konsumsi air dan emisi jejak karbon (gas rumah kaca) yang pada akhirnya menimbulkan kondisi pemanasan global. Berikut adalah gambar kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan.

Gambar 1. Kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan

Berikut beberapa data mengenai dampak lingkungan dari sektor kesehatan.

Sebagai gambaran besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan. National Health Service di Inggris menghitung jejak karbon di sektor kesehatan lebih dari

18 juta ton CO2 setiap tahun mewakili 25% dari total emisi sektor publik. Rumah sakit di Brazil menggunakan energi sangat besar, dengan tingkat konsumsi energi mencapai 10 % dari total konsumsi energi negara. Di Amerika, sektor pelayanan kesehatan menjadi konsumen tertinggi bahan-bahan kimia yang karsinogenik.

(2)

Sedangkan Di China, pengeluaran total utuk konstruksi kesehatan mencapai nilai 10 milyar dollar amerika yang merupakan angka yang sangat tinggi (Health Care Without Harm, 2011). Berdasarkan penelitian Takata (2011) dalam MRS (2013) ,

juga didapatkan bahwa rumah sakit memproduksi emisi jejak karbon (gas rumah kaca) 2,5 kali lebih besar dan menggunakan energi jauh lebih banyak

dibandingkan dengan bangunan komersial biasa.

Di Indonesia, dari hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari.

Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari.

Diperkirakan secara nasional, produksi limbah padat RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut terlihat betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Alamsyah, 2007).

Sumpah Hipocrates menyatakan bahwa Primum non nocere atau lebih dikenal dengan First, do no harm. Hal tersebut menunjukkan tanggung jawab sarana pelayanan kesehatan untuk tidak membahayakan kesehatan pasien bahkan sebelum melakukan tindakan-tindakan medis yang diperlukan. Berdasarkan sumpah tersebut, sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk memberikan, tidak hanya pelayanan yang prima, namun juga mewujudkan rumah sakit yang dapat mendorong upaya kuratif bagi pasien dan juga upaya preventif baik bagi pasien maupun seluruh staf/karyawan. Hal inilah yang menyebabkan masalah lingkungan, menjadi masalah yang cukup penting karena pada akhirnya kondisi lingkungan yang buruk, yang tentunya diakibatkan dari dampak sektor pelayanan kesehatan terhadap lingkungan, menyebabkan masyarakat menjadi sakit dan justru memerlukan lebih banyak pelayanan kesehatan. Sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut (Azmal et al., 2014) :

(3)

Medical Service Environment Providers stress Make People The environment ill

More ill people need More medical services

Gambar 2. Relationship environmental damage, increased illness and environmental impact of medical clinical services

Saat ini konsep Green Hospital sendiri telah berkembang menjadi fenomena yang baru (Phenomene) dalam manajemen rumah sakit. Rumah Sakit sebagai bagian dari satu kesatuan ekosistem lingkungan menjadi bertanggung jawab secara langsung atas keberlanjutan kualitas lingkungan dan secara tidak langsung terhadap pemanfaatan atas hasil-hasil sumber daya alam, karena rumah sakit termasuk konsumen besar dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Di Eropa, penerapan Green Hospital telah di berlakukan oleh sebanyak 148 rumah sakit pada tahun 2008. Di Amerika pada Tahun 2006 sudah 10 RS yang menerapkan Green Hospital. Di Indonesia, awareness tentang isu Green Hospital juga sudah mulai banyak dilirik oleh berbagai pihak, setidaknya saat ini ada 3 RS di Indonesia yang sudah mencanangkan penerapan Green Hospital, mereka adalah RS Kanker Dharmais, RS Persahabatan dan RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi.

Sampai saat ini sebenarnya belum ada role model atau panduan standar yang berlaku baik secara global internasional maupun secara nasional. Sehingga menarik bagi kita untuk mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya kepada rumah sakit yang sudah mencoba untuk menerapkan Green Hospital. Terlebih lagi sudah disampaikan dalam seminar, workshop yang dilaksanakan oleh Kementrian

(4)

kesehatan bahwa pada tahun 2020 semua rumah sakit diindonesia sudah menerapkan Green Hospital (Kemenkes, 2012). Sementara buku panduan untuk penerapan green and healthy hospital di Indonesia sedang disusun oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) yang bekerja sama dengan Green Building Council Indonesia (GBCI) (PKMK, 2012).

Nugraha (2014) telah melaksanan penelitiannya di Rumah Sakit Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Keduanya merupakan Rumah Sakit yang berada di ibukota dan merupakan rumah sakit vertikal yang langsung berada dalam pengawasan kementrian Kesehatan.

Sedangkan dalam penelitian ini, dipilih RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi sebagai tempat penelitian. RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi merupakan salah satu Rumah Sakit terbaik di Jawa Barat. Sebagai satu-satunya rumah sakit tngkat daerah (RSUD) yang telah mencanangkan Green Hospital pada tahun 2010. Sebelumnya RSUD R. Syamsudin, SH kota sukabumi juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 14001 : 2004 dan sertifikat tentang sistem manajemen lingkungan (environmental management system) No. 05 – 11/05.

Sehingga kemudian menjadi menarik bagi kita untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan konsep Green Hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi dan mengapa mereka dapat melaksanakannya ? serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh ?

B. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang tersebut, maka masalah utama dalam dalam penelitian ini ialah : Bagaimana pelaksanaan konsep Green Building pada RSUD R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi sebagai salah satu Green Hospital di Indonesia ? Kemudian lebih lanjut, untuk lebih memahami pelaksanaan tersebut, Kita juga perlu menggali, faktor-faktor apa sajakah yang mendorong maupun menghambat pelaksanaan konsep Green Hospital tersebut.

(5)

C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan umum :

Mengetahui bagaimana pelaksanaan konsep Green Hospital di RSUD R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi

2. Tujuan khusus :

a. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong pelaksanaan konsep Green Hospital di RSUD R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat pelaksanaan konsep Green Hospital di RSUD R.Syamsudin, SH Kota Sukabumi.

D. Manfaat penelitian Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu model dalam mengevaluasi pelaksanaan konsep Green Hospital.

2. Manfaat Praktis : Bagi Rumah Sakit, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melaksanakan green hospital dan Bagi peneliti, menambah pengetahuan, wawasan terutama dalam pelaksanaan konsep green building secara umum, maupun secara khusus dalam pelaksanaannya di rumah sakit.

E. Keaslian penelitian

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan topik rumah sakit hijau yang telah dilakukan di beberapa negara. Penelitian tersebut disajikan pada tabel 3.

(6)

No. Peneliti Tahun Lokasi Sampel Tujuan Metode Hasil 1 Eka Surya

Nugraha

2014 Rumah Sakit Umum Pusat persahabatan

& Rumah Sakit Kanker Dharmais, Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang diterapkan dan pengelolaan Green Hospital di RSUP Persahabatan dan Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Studi Kasus, dengan metode kualitatif dan kuantitatif

RSUP Persahabatan dapat memenuhi 11% kriteria dan RSKD mampu

memenuhi 22% kriteria dari total kriteria yang dipersyaratkan dalam Greenship.

2 Ziqi Wu 2011 Kho Teck

Phuat Hospital, Changi General Hospital, &

Alexandra Hospital, Singapura

300 pasien, 300 perawat, Menilai performa dari rumah sakit berkelanjutan yang baru dibuat, dengan membandingkan the thermal comfort pasien dan staf, dan kondisi suhu diruangan, dibandingkan dengan dua rumah sakit lainnya yang tidak terlalu rumit.

Cross- sectional (pasien dan perawat) dan longitudinal data (hanya perawat)

Hasil yang didapat mengindikasikan bahwa design rumah sakit berkelanjutan yang lebih rumit dapat meningkatkan the ambient thermal environment dan occupant thermal comfort.

3 Grady, et al 2010 Lansing, Michigan, Amerika Serikat

karyawan (study 1, n=56;

study 2, n=207)

Untuk mengevaluasi efek dari perubahan menjadi bangunan hijau terhadap kinerja karyawan

2 studi kasus dengan design kohort retrospektif–

prospektif

Temuan utama yang didapat bahwa peningkatan Indoor Environmental Quality (IEQ) dapat menurunkan tingkat absensi dan jam kerja yang

‘terganggu’ penyakit seperti asma, alergi saluran pernapasan, depresi dan stress, serta dapat meningkatkan produktifitas kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Hak asasi manusia diakui oleh bangsa dan negara diseluruh dunia.. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan bagi bangsa

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Karyawan akan melakukan segala cara (dedikasi) agar organisasi mampu mencapai kesuksesan. Dalam diri karyawan yang komitmennya tinggi terjadi proses identifikasi, adanya

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat