• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kehamilan

2.3.1. Fisiologi Kehamilan

Kehamilan ialah suatu proses proses alami dalam kehidupan terjadinya pembuahan sel telur oleh sel spema di masa ovulasi yang berproses menjadi janin dan selama kehamilan ibu harus diberikan perawatan yang penting serta intervensi yang tepat (Homer, 2019; I. K.

Sari, 2015; World Health Organization, 2017). Ovulasi adalah proses fisiologis yang ditandai dengan pecahnya dan pelepasan folikel dominan dari ovarium ke tuba fallopi di mana ia berpotensi untuk dibuahi yang terjadi pada 12-14 hari sebelum menstruasi yang diatur oleh fluktuasi kadar hormon gonadotropik (FSH/LH). (Lord., 2020; Yulizawati et al, 2018).

Kehamilan sendiri di bagi menjadi beberapa tahapan yang di hitung per triwulan terdiri dari triwulan satu atau trimester satu yang terjadi pada minggu ke 0-12, triwulan dua atau trimester dua yang terjadi pada minggu ke 13-28 dan terakhir menjelang persalinan triwulan tiga atau trimester tiga yang terjadi pada minggu ke 29-49 (Putrono, 2016; Victor Trismajaya, 2019).

Selama proses kehamilan terdiri dari beberapa proses yaitu fertilisasi,

migrasi, implantasi dan terakhir plasentasi. Yang pertama fertilisasi

merupakan proses pembuahan yang terjadi di rahim tepatnya di tuba falofi

yang di sebabkan terj]dinya pertemuan antara sel telur dan sel sperma

sehingga sel sperma memasuki sel telur dan berfertilisasi dan mengalami

(2)

16 penetrasi sehingga sel telur membentuk zigot (Hartini, 2018; Persaud, 2016). Setelah terjadinya proses fertilisasi, fase kehamilan selanjutnya akan berlanjut menuju fase migrasi dimana migrasi sendiri ialah suatu proses dimana morula yang sudah dibuahi akan berjalan menuju tuba falopi dengan tujuan menuju uterus (Mandriwati, 2016; Stephanie, 2019).

Selanjutnya terjadinya proses penempelan sel telur atau implantasi pada uterus akan mengalami fase sekresi yaitu masa pasca menstruasi yang di pengaruhi oleh hormon progresteron yang menyebabkan banyak kelenjar selaput pada endometrium dan membentuk EPF (Early Egnancy Factor) untuk mencegah terjadinya konsepsi (Yulizawati et al, 2018). Proses akhir dari kehamilan adalah plasentasi yang merupakan proses akhir terjadinya kehamilan yang dimana plasenta adalah bagian terpenting untuk janin yang terbentuk pada 2 minggu setelah pembuahan (Fatmawati, 2019; Persaud, 2016).

2.3.2. Permasalahan dan Perawatan Selama Kehamilan dan perawatannya

Menurut (Narayan, 2017; I. K. Sari, 2015) tanda gejala kehamilan meliputi sebagai berikut :

1. Mual dan muntah

Salah satu tanda gejala kehamilan yang sering terjadi pada ibu

hamil di awal kehamilan adalah mual dan muntah, hal ini terjadi di

karenakan pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang

mengalami peningkatan sehingga dapat menyebabkan meningkatnnya

asam lambung yang membuat pengeluaran air liur (hipersalivasi),

daerah lambung terasa panas, terjadi mual muntah dan sakit kepala

(3)

17 terutama pada pagi hari atau sering disebut morning sickness (Heryani, 2019; I. K. Sari, 2015). Cara mengatasi mual muntah pada ibu hamil dapat dilakukan dengan terapi farmakologi atau non-farmakologi, dalam terapi farmakologi diberikan paling sering adalah Vitamin B6 dan Antasida oleh dokter untuk mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil. (Widiasari & Trapika, 2017). Pada terapi non-farmakologi terdiri dari berbagai macam salah satunya adalah relaksasi dapat mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil, yang terdiri atas latihan pernafasan dan pengelolaan emosi selain relaksasi ibu hamil juga diharapkan dapat memenuhi nutrisi dengan cukup selama kehamilan selain itu bisa dilakukan dengan pemberian aromaterapi ginger oil (Fitri Dyna, 2020; Shakiba, Parsi, Pahlavani Shikhi, & Navidian, 2019)

2. Amenorea

Pada wanita amenorea siklus menstruasi yang tidak teratur atau

tidak menstruasi hal ini disebabkan salah satunya ketidakseimbangan

hormon dan stress (Ezechi, 2016; Ghosh, 2018). Pada kehamilan

terlambat haid atau amenora merupakan tanda gejala kehamilan pasti

hal ini terjadi dikarenakan sel telur yang sudah matang di buahi oleh

sel sperma sehingga tidak terjadi peluruhan sel telur pada dinding

rahim (Suparman, 2017). Haid terakhir sering digunakan menjadi

acuan dalam penentuan usia kehamilan dan penentuan perkiraan

persalinan pada ibu hamil yang biasanya dihitung dengan cara

menghitung hari haid terakhir atau HPHT dengan menggunakan

rumus Neagle. (I. K. Sari, 2015).

(4)

18 3. Sinkope

Ibu hamil terkadang mengalami pusing yang berlebihan di karenakan ketidak seimbangannya hormone sehingga dapat membuat ibu hamil sering pingsan dan kehilangan kesadaran selain di sebabkan oleh pusing pingsan juga di sebabkan karena ibu mengalami penurunan nafsu makan secara hormone yang menyebabkan tubuh ibu melemah (Narayan, 2017; I. K. Sari, 2015). Sinkope sendiri akan mulai berkurang pada saat usia kehamilan lebih dari 16 minggu dimana ibu sudah mulai beradaptasi dengan kehamilannya (Yulizawati et al., 2017). Adapun cara mengatasi sinkope pada ibu hamil dengan cara memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan menjaga ibu agar ibu tidak stress semasa kehamilan (Mugianti, 2016)

4. Perubahan payudara

Perubahan fisik pada payudara selama kehamilan akan mengalami

pembesaran hal ini di karenakan perngaruh hormon estrogen yang

memancing ductus berkembang dan membuat payudara menjadi lebih

tegang hal ini bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui

bayi setelah kelahiran (Narayan, 2017; Shachar, 2018; Yulizawati et al.,

2017). Pada kehamilan biasanya payudara akan kencang dan sakit hal

ini dapat diatasi dengan memeriksakan dan merawat payudara dengan

tujuan untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan, sehingga

diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan.(Syull K Adam,

Martha D. Korompis, 2018). Perawatan payudara dapat dilakukan

pada setelah usia kehamilan 6 bulan dengan cara pijat payudara

(5)

19 dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras dengan menggunakan baby oil atau minyak kelapa (A. Lestari, 2019).

2.3.3. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda pasti kehamilan menurut (Narayan, 2017; Yulizawati et al., 2017)

1. Terdapat detak jantung janin

Salah satu cara mendeteksi kehamilan adalah terdengarnya detak jantung janin pada ibu yang bisa didengarkan melalui stetoskop pada trimester pertama.

2. Palpasi dilakukan untuk outline janin untuk menentukan posisi janin dan mengetahui gerakan janin. Palpasi dapat dilakukan disekitar minggu ke 22-24 usia kehamilan.

Tanda tidak pasti kehamilan

1. Saat pemeriksaan kehamilan terdapat tanda hegar dan ballottment

Tanda hegar merupakan tanda tidak pasti kehamilan dimana konstitensi rahim berubah menjadi lunak. Ballontment salah satu tanda tidak pasti kehamilan dimana perut dipalpasi terjadi pantulan balik

2.3.4. Kehamilan Trimester I

2.1.4.1. Perkembangan Kehamilan Trimester I

Menurut (Nuryaningsih, 2017) trimester satu adalah awal mula

perkembangan janji terbentuk setelah melalui dari proses fertilisasi

atau pembuahan sampai proses terbentuknya plasenta yang terjadi

(6)

20 dari minggu 1-12 kehamilan. Di minggu pertama janin akan tumbuh bagian tubuh pertama yaitu tulang belakang dan otak ukuran janin pada minggu ini kurang lebih 0,49cm. Di minggu ke-8 janin fungsi tubuh pada janin mulai berfungsi seperti proses sirkulasi di mana jantung mulai memompa darah dengan ukuran janin sekitar 2,5cm (Homer, 2019; Putrono, 2016). Pada minggu ke-12 ibu sudah bisa mulai mendengar detak jantung janin lewat ultrasonografi dan melihat perkembangan janin, bentuk janin lewat USG di minggu ini janin memulai gerakan pertamanya ukuran janin pada minggu ini sekitar 9cm (Lord., 2020; Yulizawati et al, 2018).

2.1.4.2. Fisiologis Kehamilan Trimester I

Selama kehamilan ibu akan mengalami perubahan pada sistem gastrointestinal terutama pada trimester awal yang di sebabkan oleh pengaruh hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung berlebih sehingga ibu hamil akan sering mengalami mual dan muntah terutama di pagi hari (Lord., 2020;

Nuryaningsih, 2017). Perubahan pada berat badan ibu selama kehamilan akan mengalami peningkatan di setiap trimester kurang lebih sekitar 1 sampai 2,5 kg pada trimester pertama (Persaud, 2016;

Putrono, 2016). Selama kehamilan vagina pada ibu akan meningkat

pHnya akan menjadi lebih asam dibandingkan dengan sebelum

kehamilan meningkat sekitar (5,2 sampai 6) selain itu uterus pada ibu

hamil juga akan mengalami pembesaran yang disebabkan oleh

meningkatnya di latasi pembuluh darah di uterus letak tinggi fundus

(7)

21 uterus pada trimester 1 pada 3 jari diatas simpisis pubis selain ibu juga akan mengalami pembesaran pada payudara (I. K. Sari, 2015)

(Gambar 1 Kehamilan Trimester I) (Nuryaningsih, 2017) 2.1.4.3. Psikologis Kehamilan Trimester I

Di trimester awal ibu cenderung merasakan perubahan mood dan

emosional yang menyebabkan munculnya perasaaan kecemasan

hingga depresi pada ibu terkadang ibu akan merasakan sedih dan

menangis tanpa sebab dan cenderung ingin di cintai dan mudah

marah. (Persaud, 2016; Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017). Hal ini

disebabkan oleh perubahan hormon pada kehamilan kadar hormon

progesterone dan estrogen dalam kehamilan akan meningkat dan ini

akan menyebabkan ibu merasa tidak sehat sehingga seringkali

membenci kehamilannya. Pada trimester pertama seorang ibu akan

selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya

memang hamil (Homer, 2019; Illustri, 2018). Salah satu cara

mengatasi masalah psikologis ibu hamil pada trimester awal

menyimak dan mencari informasi seputar kehamilan agar ibu bisa

(8)

22 tenang terhadap kehamilannya, teratur melakukan konsultasi kepada dokter ataupun bidan tentang kehamilan ibu baik perubahan fisiologis maupun psikologis ibu, minta suami untuk selalu menemani ibu serta mendukung ibu agar memberikan kesan positif pada kehamilan ibu, menjalin komunikasi yang baik baik dengan suami maupun keluarga, dan lebih sering melakukan relaksasi seperti mendengarkan musik ataupun belajar memusatkan pikiran (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester R., 2021; Karo, 2018).

2.3.5. Kehamilan Trimester II

2.1.5.1. Perkembangan Kehamilan Trimester II

Trimester dua berlangsung selama minggu ke-16-24 di trimester ini janin mulai berkembang dengan baik dan mulai berinteraksi dengan ibu dengan cara melakukan gerakan didalam perut ibu. Di minggu ke-16 trimester dua kehamilan bayi mulai menggenggam dan menendang aktif bergerak dan berinteraksi didalam rahim ibu ukuran janin pada minggu ini sekitar 16-18cm. (Persaud, 2016;

Putrono, 2016). Pada minggu ke-20 trimester dua janin semakin

aktif dan berkembang di minggu ini janin mulai tumbuh rambut, alis

dan mulu mata ukuran janin sekitar 25cm, ibu akan mulai mengalami

varises dan sering kram selain itu payudara ibu juga mulai

memproduksi kolostrum (Grégoire et al., 2018; Yulizawati et al,

2018). Pada minggu ke-24 kehamilan janin berkembang dengan

cepat pada kerangka tulang di minggu ini ibu akan lebih sering

mengalami sakit pinggang dan kram pada kaki selain itu kulit ibu

(9)

23 juga mengalami perubahan pigmen (Homer, 2019; Wahyuningsih, 2016).

2.1.5.2. Fisiologis Kehamilan Trimester II

Pada trimester II janin didalam perut ibu akan semakin

berkembang dan perut ibu akan semakin membesar postur tubuh

ibu akan semakin mencondong kedepan selama kehamilan trimester

ke II ibu hamil sudah merasa lebih nyaman biasanya mual muntah

mulai berkurang sehingga nafsu makan mulai bertambah maka pada

trimester II ini BB ibu hamil sudah mulai bertambah sampai akhir

kehamilan berat badan ibu pada trimester II mengalami peningkatan

hingga 400gr (Fatmawati, 2019; Huthwaite M., Moriarty H., Rogan

C., Tester R., 2021). Tinggi fundus uteri pada trimester II berada

setinggi pusat Pada ibu hamil akan mengalami perubahan pada

sistem intergumen atau kulit seperti mengalami pigmentasi pada

beberapa daerah tubuh seperti munculnya pigmen pada dahi, pipi,

hidung dan munculnya garis hitam pada perut ibu atau linea alba hal

ini di sebabkan karena pengaruh hormone MSH yang meningkat

(Fitriahady, 2017). Selama kehamilan perubahan pada sistem

metabolik dapat menyebabkan ibu menjadi mudah kelelahan dalam

melakukan aktifitas fisik dan cenderung merasa panas dan terjadi

peningkatan keringat yang di sebabkan oleh basal metabolism yang

meningkat 15-20% selama kehamilan (Persaud, 2016; Putrono,

2016).

(10)

24 Gambar 2 Kehamilan Trimester II

(Nuryaningsih, 2017) 2.1.5.3. Psikologis Kehamilan Trimester II

Pada trimester kedua ibu akan mengalami perubahan psikologis

yang berbeda dari trimester pertama ibu menjadi lebih stabil dan

menerima kehamilannya dan cenderung lebih waspada saat terjadi

pergerakan bayi di dalam rahim ibu akan merasakan bahagia dan

lebih memperhatikan perkembangan janin dan mempersiapkan diri

menjadi ibu untuk janin (Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017). Pada

trimester II ibu dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu yang

merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya

libido (Shagana, Dhanraj, Jain, & Nirosa, 2018). Ibu merasa lebih

stabil, kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi atau keadaan

ibu lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik

tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan

ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang

(11)

25 kehamilannya. Pada trimester II ibu harus mendapatkan dukungan yang lebih dari keluarga dan suami serta menghindari stress berlebih agar janin dapat berkembang dengan baik dan sehat (Nurdiyan et al., 2016; Soma-Pillay, 2016)

2.3.6. Kehamilan Trimester III

2.1.6.1 Perkembangan Kehamilan Trimester III

Pada trimester tiga adalah trimester akhir kehamilan di mana trimester ini ibu hamil menjelang waktu persalinannya di trimester ini berkisar sekitar di minggu ke-29 sampai minggu 40 atau persalinan di trimester ini janin mulai bernafas serta membuka mata dan terus berkembang di trimester ini janin berukuran sekitar 35cm (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester R., 2021;

Nuryaningsih, 2017). Seiring berjalannya waktu ibu mulai merasa sesak dan dan lebih sering menggunakan pernafasan dada hal ini terjadi di karenakan perut ibu terus membesar dan berkembang hal ini terjadi pada minggu ke-32 menjelang persalinan ibu mulai mengalami kesulitan tidur dan dyspnia payudara pada ibu akan mulai sakit. (Putrono, 2016). Di minggu ke-39 sampai 40 posisi janin sudah di bawah dan tumbuh dengan baik dan sempurna perut ibu akan lebih terasa penuh dan mulai mempersiapkan persalinan (Yulizawati et al, 2018).

2.1.6.2 Fisiologis Kehamilan Trimester III

Selama kehamilan sistem kardiovaskular akan mengalami

perubahan hemodinamik yang drasistis sehingga terjadinya

(12)

26 perubahan yang menyebabkan curah jantung meningkat terutama pada minggu ke-32 kehamilan. Saat trimester awal resistensi vaskluer akan menurun dan terjadi peningkatan tenakan darah dan curah jantung yang di sebabkan oleh kontraksi uterus (Defrin, 2016;

Narayan, 2017). Pada trimester III sistem pernafasan pada ibu

hamil akan mengalami perubahan akan sedikit lebih cepat di

bandingkan sebelum kehamilan sekitar 15-20% dan peningkatan

volume pada sistem pernafasan sekitar 30-40% yang di sebabkan

oleh terjadinya penekanan pada diagfragma seiring berjalannya

kehamilan waktu kehamilan yang terus berkembang dan menekan

diagfragma (Homer, 2019; Putrono, 2016). Selain itu pada trimester

III perubahan sistem renal pada ibu hamil yang paling menonjol

adalah ibu cenderung lebih sering buang air kecil yang di akibabkan

oleh perubahan hormon estrogen dan progresteron yang

menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem anatomis yang

membuat uretuer menjadi melebar dan penurunan otot pada saluran

kemih (Soma-Pillay, 2016; Wahyuningsih, 2016). Tinggi fundus

uterus pada kehamilan trimester III berada dipertengahan pusat

dengan prosesus xifoid dan mengalami kenaikan berat badan sekitar

12.500 gr payudara ibu akan mengalami pembesaran dan mulai

mengeluarkan ASI untuk mempersiapkan ibu menyusui pasca

persalinan. (I. K. Sari, 2015; Shachar, 2018)

(13)

27 Gambar 3 Kehamilan Trimester III

(Nuryaningsih, 2017) 2.1.6.3 Psikologis Kehamilan Trimester III

Trimester tiga ibu mulai muncul rasa khawatir khawatir akan persalinannya hal ini di karenakan ibu takut menghadapi persalinan dan muncul pemikiran takut mengalami persalinan yang tidak normal dan bayi mengalami kecacatan hingga kematian maternal dan mulai mengalami citra diri yang rendah karena takut kehilangan perhatian menjelang persalinan (Sri Astuti, Ari Indra Susanti, 2017)

2.2 Konsep Antenatal Care (ANC)

2.3.1. Definisi Antenatal Care (ANC)

Antenatal care adalah suatu prosedur pemeriksaan dan pelayanan kesehatan pada ibu selama kehamilan yang dilakukan untuk melihat perkembangan janin dan memantau kesehatan ibu dan janin kesehatan ibu dan janin baik dari segi fisiologis maupun psikologis (Jolly et al., 2018;

Putrono, 2016). Antenatal sendiri merupakan rangkaian dari program

terencana yang terdiri dari observasi kehamilan , edukasi seputar

(14)

28 kehamilan dan membantu ibu mempersiapkan persalinannya di masa yang akan datang (Tadesse, 2020; Tutik Ekasari, 2019). Pemeriksaan antental adalah upaya yang di lakukan untuk mencegah terjadinya risiko kehamilan yang merugikan seperti kematian maternal, kelainan dan keguguran (Dharmayanti, Azhar, Hapsari, & H, 2019).

2.3.2. Tujuan Antenatal Care (ANC)

Antenatal care bertujuan untuk sebagai berikut : memastikan kehamilan sehat baik ibu maupun janin, meningkatkan kesehatan ibu baik dalam fisik maupun psikologis, membantu ibu dalam mengenali perkembangan bayi selama kehamilan untuk mencegah terjadinya risiko, membantu mempersiapkan persalinan dengan baik, membantu mempersiapkan ibu dalam pemberian ASI ekslusif setelah persalinan., membantu mempersiapkan ibu hamil menjadi ibu agar bisa merawat bayi yang sudah di lahirkan dengan baik. (Maharlouei et al., 2020; Mappa, Distefano, & Rizzo, 2020; Tadesse, 2020)

2.3.3. Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC) Semasa Pandemi COVID-19

Selama pandemi COVID-19 standar pelayanan antenatal care mengalami perubahan sebagai berikut :

1. Memodifikasi layanan antenatal dengan cara menerapkan sosial

distancing, memakai masker serta melakukan pengurangan jumlah

pengunjung guna mengurangi risiko penularan COVID-19.

(15)

29 2. Menurut WHO 2020 ibu hamil berisiko minimal mendapatkan asuhan antenatal 8x. Perubahan layanan diperlukan untuk mengurangi frekuensi ibu hamil keluar dari rumah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal ini bisa dilakukan melalui konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan laboratorium dilakukan pada waktu dan tempat yang sama, atau melalui konsultasi virtual.

3. Pemeriksaan antenatal tanpa melihat status zonasi minimal 6x tatap muka tanpa selama kehamilan dianjurkan minimal 6x tatap muka dan pada pemeriksaan selanjutnya menggunakan online atau telemedicine.

4. Pada pemeriksaan kehamilan pertama di trimester 1 melakukan skrining faktor risiko yang di lakukan oleh dokter yang bertugas untuk melihat status kesehatan ibu apabila terdeteksi tanda gejala covid maka ibu akan di rujuk ke RS rujukan untuk melakukan pemeriksaan rapid/swab untuk melihat ibu hamil terinfeksi COVID-19 atau tidak.

Pada kunjungan kedua pada trimester 3 sebelum tafsiran persalinan untuk mempersiapkan ibu dalam persalinannya, melakukan penundaan di trimester 2 kecuali ada komplikasi atau bahaya yang mengancam nyawa ibu.

5. Ibu di wajibkan mempelajari buku KIA secara mandiri dengan bimbingan dokter atau bidan yang bertugas melalui via online atau telemedicine.

6. Melakukan penelusuran terkait riwayat perjalanan ibu terkait riwayat

kontak, perjalanan, dan gejala klinis terkait COVID-18. Apabila

terdeteksi memiliki riwayat kontak maka ibu harus melakukan

penundaan pemeriksaan ANC dan melakukan isolasi selama 14 hari.

(16)

30 7. Ibu hamil disarankan untuk menghitung gerakan janin secara mandiri pada kehamilan trimester ketiga > 28 minggu dengan metode Cardiff/WHO (Minimal 10 gerakan dalam 2 jam, jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10 gerakan dapat diulang pemantauan 2jam berikutnya sampai maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam)). Bila belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam, ibu harus segera datang ke fasyankes untuk memastikan kesejahteraan janin.

8. Melakukan penundaan pada kelas hamil seperti kunjungan rumah, posyandu dan senam hamil untuk mencegah terjadinya penularan virus COVID-19.

9. Kebijakan screening ibu hamil tergantung kebijakan daerah masing- masing.

(POGI, 2020)

2.3.4. Pencegahan dan Manajemen COVID-19 Selama Kehamilan

2.2.4.1. Pencegahan COVID-19 selama kehamilan

Selama kehamilan dimasa pandemi COVID-19 ibu hamil

diharapkan mampu mempersiapkan pengetahuan serta

pendampingan dan kesiapsiagaan terhadap kondisi darurat yang

tidak terduga. Menurut (Ermiati, 2020) berikut langkah-langkah

pencegahan COVID-19 pada ibu hamil yaitu menggali informasi

tentang virus COVID-19 dari berbagai sumber yang dapat dipercaya

dan mempelajari buku KIA, selalu menjaga kondisi dengan baik dan

tetap melakukan aktivitas fisik, melakukan diskusi terkait

(17)

31 kekhawatiran ibu selama pandemi COVID-19 dengan petugas kesehatan, mencari informasi dan berdiskusi terkait pelayanan antenatal selama pandemi COVID-19 agar tidak terpapar virus selama melakukan antenatal care, memiliki persediaan obat-obatan dan alat medis yang dapat digunakan untuk memantau status kesehatan ibu dan janin seperti thermometer dan obat-obatan yang diperlukan selama kehamilan, melakukan konsultasi dengan dokter apakah memerlukan alat medis tiseperti tensimeter dan doppler untuk memantau tekanan darah ibu serta detak jantung janin (Argyro Pountoukidou, 2021; POGI, 2020)

2.2.4.2. Manajemen COVID-19 Selama Kehamilan

Selama pandemi COVID-19 tindakan ibu hamil saat mendeteksi

tanda dan gejala COVID-19 yang pertama mengenali dan

mempelajari tentang virus COVID-19, yang kedua mengetahui

bagaimana penyebaran virus COVID-19, yang ketiga mengenali

tanda dan gejala COVID-19. Adapun alur manajemen COVID-19

pada kehamilan. (Ermiati, 2020; POGI, 2020)

(18)

32 Alur Manajemen Penanganan COVID-19 Pada Kehamilan

Gambar 4 Alur Manajemen COVID-19 pada kehamilan

(Ermiati, 2020)

Wanita hamil dengan COVID-19

- Memiliki riwayat perjalanan ke negara atau daerah terdampak tinggi kasus COVID-19 14 hari sebelumnya

- Kontak erat dengan pasien yang terinfeksi COVID-19

Pemeriksaan klinis : Swab atau rapid test pada nasofaring dan faring

Tidak ada gejala Tidak ada ruang isolasi

Ada gejala

Demam, gangguan penafasan

Monitoring dirumah Suhu dan pernafasan

Monitoring di RS Ruang isolasi dan APD

lengkap

Covid negatif Covid positif

Covid negatif Covid positif

Isolasi dirumah 14 hari sesuai prosedur

USG pantau perkembangan janin per 2 minggu Hentikan

pemantauan

Isolasi dirumah 14 hari Monitoring tanda klinis

Pengawasan RS - Pantau TTV - Rotgen dada - Pemeriksaan pada

janin

- Pantau DJJ min 1 kali sehari - Suntik pematangan

paru betamethasone - IV antibiotic

Recovery

(19)

33 2.3.5. Komponen Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)

Menurut (Huthwaite M., Moriarty H., Rogan C., Tester R., 2021;

Putrono, 2016) adapun kebijakan program pelayanan antenatal care dikatakan sesuai apabila memenuhi 14T :

1. Timbang berat badan (T1)

Menimbang berat pada untuk melihat perkembangan ibu dan kenaikan berat pada pada kehamilan di katakana normal jika berat badan tidak melebihi 0,5kg perminggu dari trimester dua.

2. Ukur tekanan darah (T2)

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengidentifikasi terjadinya kasus preeklamsi pada ibu selama kehamilan. Tekanan darah dikatakan normal pada ibu hamil jika tekanan darah ibu hamil sekitar 110/80 hingga 140/90 mmHg tidak melebihi batas normal.

3. Ukur tinggi fundus uteri (T3)

Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mengetahui posisi janin dan mengidentifikasi kelainan pada janin. Mengukur fundus uteri bisa dilakukan dengan cara palpasi abdominal dan manuver leopold yang terdiri atas :

a. Leopold I

Pemeriksaan leopold I bertujuan untuk menentukan usia

kehamilan dan posisi janin yang terdapat difundus uteri.

(20)

34 Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba fundus uteri dengan ujung jari kedua tangan untuk meraba kepala janin untuk mengetahui posisi janin normal atau tidak normal.

Gambar 5 Pemeriksaan Leopold I (Wahyuningsih, 2016)

b. Leopold II

Pemeriksaan leopold II dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi punggung janin serta ekstermitas janin kaki dan tangan janin. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba kedau sisi perut ibu dengan kedua tangan untuk menentukan letak punggung janin.

Gambar 6 Pemeriksaan Leopold II

(Wahyuningsih, 2016)

(21)

35 c. Leopold III

Pemeriksaan leopold III dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagian bawah perut ibu posisi janin kepala atau bokong. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba dengan satu tangan pada bagian perut hingga bagian bawah ibu untuk menentukan kepala atau bokong.

Gambar 7 Pemeriksaan Leopold III (Wahyuningsih, 2016) d. Leopold IV

Leopold IV dilakukan apabila posisi kepala janin sudah berada

dibawah pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk mengonfirmasi ulang posisi kepala janin memasuki

panggul. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara meraba

bagian perut bawah ibu dengan posisi pemeriksan menghadap

kaki pasien dan mengukur kedua jari ibu jari pemeriksa untuk

mengetahui kepala bayo sudah memasuki pintu panggul.

(22)

36 Gambar 8 Pemeriksaan Leopold IV

(Wahyuningsih, 2016)

4. Pemberian dan mengonsumsi tablet Fe (T4)

Mengonsumsi tablet Fe atau penambah darah di lakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil tablet Fe memiliki manfaat untuk meningkatkan zat besi dan kadar hemoglobin di dalam darah. Ibu hamil diharuskan mengonsumsi tablet Fe agar terhindar dari anemia dukungan petugas kesehatan dan suami berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam mengonsumsi tablet Fe (Wisnu & Ngestiningrum, 2020)

5. Pemberian imunisasi TT (T5)

Ibu hamil dianjurkan melakukan imunisasi TT (Tetanus Toxic) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada ibu hamil maupun janin. Vaskinasi ini diberikan dengan cara menyuntikan vaksin TT dibahu ibu hamil.

6. Pemeriksaan Hb (T6)

(23)

37 Pemeriksaan Hb di lakukan dengan cara mengambil sample darah pada ibu hamil yang kemudian di periksa di laboratorium untuk mendeteksi kadar hemoglobin pada darah ibu untuk mengdiagnosis terjadinya anemia.

7. Pemeriksaan VDRL (T7)

Pemeriksaan VDRL adalah pemeriksaan laboratorium di lakukan dengan cara mengambil darah pada vena untuk mendeteksi adanya penyakit menular seksual.

8. Perawatan payudara (T8)

Perawatan payudara merupakan tindakan untuk merawat payudara untuk memperlancar ASI dan mempersiapkan ibu dalam menyusui.

Perawatan payudara bisa dilakukan sendiri oleh ibu dengan didampingi petugas kesehatan baik bidan maupun perawat.

9. Senam hamil (T9)

Senam hamil dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu baik secara fisik maupun psikologis dan mempersiapkan ibu untuk menghadapi persalinannya. Senam hamil dilakukan sejak awal kehamilan, hingga menjelang persalinan. Selama masa pandemi covid-19 senam hamil dapat dilakukan secara virtual dilakukan secara mandiri didampingi suami atau keluarga dalam melakukan senam hamil (POGI, 2020)

10. Konsultasi persiapan rujukan (T10)

Ibu hamil dan keluarga akan berkonsultasi dengan petugas kesehatan

terkait masalah persalinan ibu dan mempersiapkan rumah sakit

(24)

38 rujukan jika terjadi keadaan gawat darurat. Konsultasi persiapan persalinan direncanakan pada trimester 3 dan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dirumah sebelum tafrisan persalinan untuk persiapan persalinan.

11. Pemeriksaan protein urine pada ibu hamil (T11)

Pemeriksaan protein urine di lakukan untuk mendeteksi pre eklamsia tingginya kadar protein dalam urine ibu hamil menandakan adanya kondisi patologis pada ibu kehamilan.

12. Pemerikaan reduksi urine pada ibu hamil (T12)

Pemeriksaan reduksi urine di lakukan untuk mengidentifikasi diabetes pada kehamilan dimana pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kadar gula pada ibu hamil dengan melakukan reaksi reduksi urine.

13. Pemberian kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

Pemberian terapi kapsul dilakukan jika ibu tinggal di daerah endemis gondok.

14. Pemberian terapi antimalaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Ibu hamil di sarankan tetap menjaga dari gigitan nyamuk dengan cara memakai kelambu, menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan memakai lotion agar terhindar dari penyakit malaria dan demam berdarah.

15. Vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil

(25)

39 Ibu hamil merupakan kriteria ekslusi vaksinasi covid-19 hal ini dikarenakan meliat risiko kehamilan, vaksinasi covid-19 yang berisi antigen dan dapat menyebabkan reaksi dari nyeri hingga sinkope hal ini sangat berisiko untuk ibu dan janin. (PB, 2020)

Komponen Pemeriksaan Antenatal

Usia Kunjungan Tipe Kunjungan Ultrasonografi Rincian

<12 Minggu Telpon/video Jika diperlukan tatap muka dapat dilakukan berdasarkan faktor risiko

1. Anamnesis untuk skrining faktor risiko, keluhan yang berhubungan dengan kehamilan 2. Konseling

pencegahan covid- 19

3. Konseling tanda bahaya kehamilan yang memerlukan pemeriksaan lanjut diRS

12 Minggu Tatap muka Konfirmasi usia

kehamilan dan tafsiran persalinan, skrining aneuplodi (NT) jika ada indikasi.

Laboratorium rutin

20-24 Minggu Tatap muka Anatomi janin

pertumbuhan janin. Pemeriksaan laboratorium DPL, UL, TTGO untuk dibawa pada pemeriksaan selanjutnya

28 Minggu Tatap muka Bila diperlukan Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dan

pertumbuhan janin

32 Minggu Tatap muka Pertumbuhan janin,

jumlah cairan ketuban dari plasenta

36 Minggu Tatap muka ANC rutin

37-41 Minggu Tatap muka ANC rutin

Table 1 Komponen Pemeriksaan Antenatal

(POGI, 2020)

(26)

40 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC)

2.3.1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi ialah faktor yang mempengaruhi kepatuhan yang berfokus pada kebiasaan seseorang atau masyarakat, faktor predisposisi yang mempengaruhi antenatal care menurut (Rachmawati, Puspitasari, &

Cania, 2017) sebagai berikut :

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor mempengaruhi kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antental care, ibu dengan usia muda cenderung belum matang dalam berpikir dan belum bisa rasional di bandingkan ibu dengan usia dewasa menegah sekitar usia 20 hingga 30 tahun.

2. Status pekerjaan

Status pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal, hal ini terjadi dikarenakan ibu hamil yang menjadi wanita karir cenderung sibuk dan sulit membagi waktu di bandingkan dengan ibu hamil yang tidak bekerja.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kunjungan antenatal care, ibu dengan pendidikan

(27)

41 yang tinggi lebih menjunjung tinggi status kesehatan ibu dan janin dan lebih mengetahui tentang pentingnya melakukan kunjungan antenatal.

4. Paritas ibu hamil

Jumlah kelahiran atau paritas pada ibu hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan antental hal ini di karenakan ibu yang memiliki pengalaman dalam persalinan kurang memperhatikan dalam kehamilannya dan tidak terlalu khawatir di bandingkan ibu hamil di kehamilan pertama.

5. Pengetahuan ibu hamil

Tingkat pengetahuan ibu hamil adalah faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan dalam melakukan kunjungan hal ini di karenakan tingginya pengetahuan selama tentang kehamilan maka semakin besar potensi dan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan hal ini di karenakan ibu lebih cenderung lebih memperhatikan kehamilannya.

6. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan pada ibu merupakan faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatalsekaligus menjadi faktor risiko terjadinya komplikasi kehamilan, jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menjadi faktor pemicu ibu tidak melakukan kunjungan.

7. Sikap ibu hamil

(28)

42 Respon ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu sikap ibu yang mempengaruhi kepatuhan kunjungan untuk melihat kepedulian ibu dengan kehamilannya.

2.3.2. Faktor Penguat

Adapun beberapa faktor penguat kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care sebagai berikut :

1. Dukungan suami

Suami adalah pendamping ibu yang berperan menjaga ibu dan kehamilannya memberikan dukungan selama kehamilan hal ini mempengaruhi motivasi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal (Saragih & Nasution, 2018)

2. Dukungan keluarga

Peran keluarga adalah memberikan dukungan selama kehamilan dan menjadi sosok yang membantu ibu dalam menjaga dan membantu serta menemani ibu untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan (Fitrayeni, Suryati, & Faranti, 2017)

3. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan bisa untuk memotivasi ibu dalam

melakukan kunjungan antenatal hal ini di karenakan petugas yang

cekatan dapat membuat ibu percaya dan merasa aman saat

pemeriksaan (Tasliah, Lasmono Widagdo, 2017)

(29)

43 2.3.3. Faktor Pemungkin

Adapun faktor pemungkin kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care, menurut (Rachmawati et al., 2017) sebagai berikut :

1. Jarak tempat tinggal

Jarak tempat tinggal mempengaruhi kepatuhan ibu dalam melakukan antenatal care, semakin jauh jarak tempat tinggal kefasilitas kesehan maka semakin sulit, dan akan menurunkan motivasi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care.

2. Penghasilan keluarga (Ekonomi)

Penghasilan keluarga mempengaruhi kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Hal ini disebabkan rendahnya pendapatkan keluarga membuat keluarga memenuhi kebutuhan pokok saja. Sehingga kesehatan ibu hamil terabaikan yang membuat ibu lebih memprioritaskan kebutuhan dibandingkan memeriksakan kehamilan sehingga terjadi penurunan motivasi dalam melakukan kunjungan.

3. Fasilitas kesehatan mempengaruhi kualitas pelayanan dalam kunjungan antenatal care. Kurangnya fasiltas kesehatan dan terbatasnya pelayanan hal ini dapat menyebabkan tidakpuasan dalam memeriksakan kehamilan sehingga motivasi pada ibu cenderung menurun dalam memeriksakan kehamilannya.

4. Media informasi

(30)

44 Media informasi dapat mempengaruhi kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal care. Media informasi terdiri atas informasi penting seputar kehamilan yang biasanya dikemas dalam bentuk poster, koran, leaflet atau melalui media sosial. Media informasi biasanya digunakan sebagai edukasi bagi ibu hamil untuk meningkatkan motivasi dan pandangan ibu hamil agar melakukan kunjungan antenatal care.

2.3.4. Faktor Risiko

Menurut (Maharlouei et al., 2020; PPNI, 2020; Shahriarirad, 2020) efek COVID-19 pada kehamilan dan janin yaitu ibu hamil yang memiliki penyakit jantung lebih mudah rentan tertular virus COVID-19, ada kasus di Iran mengatakan bahwa ibu hamil yang menderita covid-19 harus di pasang ventilator saat persalinan dan janin di nyatakan meninggal, kehamilan mengubah sistem imun atau sistem kekebalan pada ibu hamil sehingga ibu lebih rentan tertular COVID-19 dan kemungkinan memiliki gejala lebih parah di banding wanita biasa.,efek pada janin hingga sekarang belum ada penelitian lebih lanjut tentang efek COVID-19 pada janin.

2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

2.4.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu objek yang dapat di peroleh melalui indera manusia seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba perasa yang menjadi hasil atau mengetahui setelah melakukan penginderaan yang dapat di rasakan oleh manusia melalui mata dan telinga (Wawan A, 2017).

Tingkat pengetahuan sendiri di pengaruhi oleh pendidikan serta kesadaran

(31)

45 ibu hamil dalam melakukan kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil selain itu tingkat pengetahuan berpengaruh selama proses kehamilan dan nifas (Utami, et al 2019). Semasa pandemi COVID-19 informasi tentang COVID-19 pada kehamilan masih terbatas yang berdampak negative pada ibu hamil, ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang COVID-19 dapat menjaga diri agar terhindar dari covid-19 (Kamal et al., 2020; Mira Rizkia, 2020; Paschal Awingura Apanga. Kumbeni, 2021).

Adapun poin pengetahuan yang harus dimiliki ibu hamil semasa pandemi COVID-19

1. Pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan COVID-19 pada kehamilan selama pandemi ibu hamil banyak mencemaskan kehamilan dan janin. Rendahnya pemahanan ibu hamil tentang upaya pencegahan infeksi COVID-19 selama kehamilan dikarenakan masih beredarnya informasi-informasi palsu di masyarakat luas mengenai COVID-19 termasuk penularan, pengobatan dan pencegahan tertularnya COVID-19 (Siregar, Aritonang, & Anita, 2020)

2. Pengetahuan ibu hamil seputar pentingnya melakukan antenatal care selama pandemi Karena selama masa pandemi terjadi perubahan yang signifikan pada pelayanan Kesehatan terutama ibu hamil banyak ibu hamil yang terlalu khawatir tertular hingga takut melakukan kunjungan (Mira Rizkia, 2020)

3. Pengetahuan ibu terkait risiko COVID-19 pada kehamilan masih

banyak ibu yang kurang mengetahui bahkan tidak tahu sama sekali

(32)

46 terkait risiko kehamilan jika ibu tertular COVID-19 (Ariestanti et al., 2020)

4. Pengetahuan ibu seputar perawatan kehamilan, baik fisik maupun psikologis ibu hamil seperti senam hamil, konsumi tablet penambah darah maupun tetap menjaga ibu tidak stress dan panik selama pandemi COVID-19 (POGI, 2020)

5. Persiapan persalinan pada kondisi covid baik persalinan normal maupun persalinan caesar serta persiapan rujukan persalinan (POGI, 2020)

2.4.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam (Doloksaribu, 2019) cara mendapatkan pengetahuan dapat di peroleh dengan 2 cara yaitu :

1. Memperoleh pengetahuan dengan cara tradisional

Dalam memperoleh pengetahuan dengan cara tradisional dengan cara yang pertama mencoba-coba cara ini di gunakan dalam memecahkan masalah apabila gagal maka akan di coba lagi, cara yang kedua dengan cara kekuasaan atau otoritas cara ini mendapatkan pengetahuan dengan berdasarkan kekuasaan baik dari pemerintah maupun ahli pengetahuan, cara yang ketiga belajar dari pengalaman pribadi cara ini di lakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman dan memecahkan masalah di masa lalu.

2. Memperoleh pengetahuan dengan cara modern

(33)

47 Cara memperoleh pengetahuan dengan cara modern lebih tertata sistematis, logis dan ilmiah atau biasanya cara ini di kenal sebagai metodologi penelitian.

2.4.3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Wawan A, 2017) kriteria pengetahuan dapat diinpretasikan dengan skala sebagai berikut :

1. Baik : hasil presentase >50%

2. Cukup : hasil presentasi 50%

3. Kurang baik : hasil presentase <50%

Penelitian yang dilakukan oleh (Utami et al., 2019) mengatakan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Semasa pandemi COVID-19 ibu hamil membutuhkan konsultasi antenatal dan perawatan kehamilan akan tetapi terbatas dikarenakan pembatasan sosial untuk mengendalikan penyebaran virus COVID-19, ibu hamil termasuk orang dengan risiko COVID-19 hal ini juga mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu terhadap COVID-19 (Kamal et al., 2020)

2.5 Sikap Ibu Hamil

2.5.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi yang mencerminkan rasa senang, tidak senang

atau perasaan biasa biasa saja pada seseorang atau pada sesuatu seperti

situasi, kejadian atau pada benda, sikap dibagi menjadi sikap positif atau

(34)

48 sikap perasaan senang dan sikap negatif atau perasaan tidak senang (Ramdani et al., 2019). Sikap sendiri adalah proses penilaian yang di lakukan oleh seseorang untuk menilai suatu objek atau kondisi tertentu yang di iringi dengan perasaan tertentu positif atau negatif, ibu hamil yang memiliki sikap kuat akan memiliki perilaku yang berpengaruh dalam pemeriksaan ANC pada ibu hamil (T. Lestari, 2015). Dalam situasi COVID-19 sikap ibu hamil dalam melaksanakan pemeiksaan ibu hamil masih banyak yang kurang mengerti seputar kehamilan semasa COVID- 19, sikap positif pada ibu hamil berpengaruh kepada risiko penularan COVID-19 ibu menjadi khawatir dan lebih waspada agar tidak terinfeksi COVID-19, sebaliknya apabila ibu bersikap negatif maka ibu akan lebih mengabaikan kehamilan ibu baik kesehatan ibu sendiri maupun kesehatan janin (Dewi et al., 2020; Lee, Loy, Yang, Chan, & Tan, 2020; Shahriarirad, 2020).

Adapun ciri ciri sikap ibu :

1 Sikap favorable yang berarti memihak atau mendukung atau sikap positif pada ibu hamil sikap favorable cenderung bersemangat dan peduli terhadap baik terhadap kehamilan ibu maupun kesehatan ibu sendiri seperti keikutsertaan ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan ataupun kegiatan lainnya (Mardha &

Panjaitan, 2020). Sikap favorable atau sikap positif pada ibu hamil

ibu hamil cenderung khawatir dan takut tertular COVID-19 di

masa pandemi COVID-19 dan lebih memperhatikan

kehamilannya lebih teliti (Maharlouei et al., 2020)

(35)

49 2 Sikap unfavorable yang berarti tidak mendukung pada ibu hamil sikap unfavorable ibu cenderung tertutup baik terhadap orang terdekatnya maupun petugas kesehatan, seperti ibu enggan atau bersikap tidak perduli dengan kehamilannya. (Mardha &

Panjaitan, 2020). Sikap unfavorable atau sikap negatif pada ibu hamil cenderung tidak perduli kepada kehamilannya dan tidak khawatir menganggap pandemi adalah hal yang biasa saja (Maharlouei et al., 2020).

2.5.2. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut Secord & Backman dalam (Setiawan, 2017) komponen sikap terdiri atas 3 komponen yaitu :

1. Komponen Kognitif

Komponen kognitif atau pemikiran adalah komponen yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap suatu objek yang di dapatkan dari pengalaman individu atau objek lain. Komponen kognitif pada sikap ibu hamil seperti seorang ibu yang bersikap negatif terhadap pemeriksaan kehamilan karena adanya kepercayaan bahwa pelayanan kesehatan tidak berdampak apapun bagi ibu ibu begitupun sebaliknya apabila ibu memiliki kepercayaan bahwa pelayanan kesehatan berdampak bagi ibu makai ibu cenderung bersikap positif terhadap kehamilannya (Witcahyo, 2015)

2. Komponen Afektif

Komponen afektif atau perasaan merupakan berkaitan dengan

rasa senang atau rasa tidak senang terhadap sesuatu, komponen ini

(36)

50 lebih menyangkut masalah emosional subyektif terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif pada sikap ibu hami meliputi kesadaran dan kepedulian ibu terhadap kehamilannya dan kebutuhan ibu selama kehamilan seperti kehamilan pertama ibu yang sudah lama ibu cenderung peduli terhadap kehamilannya dikarenakan ibu mencintai kehamilan pertamanya, sebaliknya ibu yang sudah memiliki anak banyak karena sudah memiliki pengalaman dalam merawat kehamilan dan merawat anak ibu lebih bersikap biasa saja (Witcahyo, 2015) 3. Komponen Konatif

Komponen konatif (predisposisi tindakan) atau komponen perilaku merupakan kecenderungan seseorang berperilaku tertentu tergantung dari sikap seseorang, menunjukkan besar kecilnya kecenderungan untuk bertindak. Apabila seseorang bersikap positif maka akan cenderung mendukung sebaliknya jika seseorang bersikap negatif maka ia akan cenderung mengganggu dan merusak objek.

Pada ibu hamil sikap komponen konatif ibu akan memiliki kecenderungan bereaksi pada kehamilannya yang berkaitan dengan perkembangan kehamilannya serta persalinan yang akan dihadapinya dengan cara tertentu bereaksi positif atau reaksi negatif yang menguntungkan atau merugikan ibu ataupun kehamilannya dan bersikap sesuai kondisi tertentu (Witcahyo, 2015)

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green dalam (Adventus, Jaya, & Mahendra,

2019) perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :

(37)

51 1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terdiri dari umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin terdiri dari lingkungan dan jarak menuju fasilitas kesehatan, untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku melakukan kunjungan antenatal untuk memperoleh informasi seputar kehamilan.

3. Faktor Penguat

Faktor penguat terdiri atas dukungan keluarga, orang terdekat atau masyarakat dorongan dari suami atau keluarga memperkuat perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

2.6 Kecemasan

4.7.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon yang tidak terfokus yag meningkatnya kewaspadaan seseorang terhadap ancaman baik secara nyata maupun pikiran, kecemasan memiliki perbedaan dengan ketakutan takut merupakan reaksi terhadap ancaman yang terfokus sedangkan cemas tidak terfokus (Amelia Kurniati, 2018). Kecemasan sering di deskripsikan sebagai perasaan tertekan serta berpikiran tidak tenang kacau yang dapat mengakibatkan reaksi tubuh mengalami perubahan seperti menggigil, jantung berdetak kencang, berkeringat dingin, mual, badan terasa lemas bahkan berefek seseorang sampai berimajinasi. (Enie Noviestari, 2020).

Selama pandemi COVID-19 banyak memicu perubahan psikologis pada

(38)

52 kalangan masyarakat salah satunya ibu hamil banyak dari ibu hamil yang mengalami kecemasan, perubahan yang terjadi di karenakan berubahnya pola kehidupan masyarakat serta kebiasaan yang di batasi guna mengurangi risiko tertular COVID-19. Kecemasan pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko preeklamsia, skor APGAR rendah, BBLR, pesalinan prematur bahkan depresi (Akgor et al., 2021; Alipour, Ghadami, Farsham, & Dorri, 2020; Ben-Ari, O. T., Chasson, M., Sharkia, S. A., & Weiss, 2020).

Ketidakpastian tentang durasi COVID-19 pandemi meningkatkan tingkat kecemasan wanita hamil, namun belum ada informasi pasti tentang pengaruh COVID- 19 tentang kesehatan mental wanita hamil (Kahyaoglu Sut & Kucukkaya, 2020). Pandemi COVID-19 saat ini telah menyebabkan meningkatnya kecemasan di kalangan ibu hamil. Karena para wanita ini mengkhawatirkan anak mereka yang belum lahir dan kondisi kesehatan mereka sendiri (Salehi et al., 2020). Permasalan psikologi pada ibu hamil mengalami gejala depresif dan dan kecemasan lebih tinggi saat adanya pandemi COVID-19 dibandingkan sebelumnya, termasuk kecendungan ingin melukai dirinya sendiri sehingga menimbulkan kondisi bahaya selama kehamilan sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan janinnya (Nurhasanah, 2020)

4.7.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kecemasan

Faktor penyebab terjadinya kecemasan ada 2 yaitu faktor internal dan

faktor ekternal, pada faktor internal yang terdiri atas yaitu kepercayaan

persalinan dan perasaan menjelang persalinan sedangkan faktor eksternal

(39)

53 terdiri atas informasi dari tenaga kesehatan dan dukungan suami (Rahmita, 2017)

4.7.3. Tingkatan Kecemasan

Menurut (Rahmita, 2017) tingkat kecemasan terdiri atas 4 tingkatan yaitu :

1. Ansietas Ringan : merupakan suatu perasaan yang merasa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.

2. Ansietas Sedang : merupakan suatu perasaan yang menganggu dan menyebabkan sedikit perasaan gugup.

3. Ansietas Berat : merupakan suatu perasaan yang di alami seseorang yang merasa terdapat ancaman dan sesuatu yang berbeda yang menyebabkan seseorang tidak berpikir tentang hal lain.

4. Ansietas Sangat Berat : merupakan suatu tingkat tertinggi dari kecemasan atau ansietas yaitu dimana seseorang merasa di terror dan menyebabkan respon fight dan tidak dapat merasakan apapun.

Menurut (Nursalam, 2015) tingkat kecemasan HARS (Hamiliton Anxiety Rating Scale) penilaian kecemasan terbagi atas :

0 : tidak ada kecemasan (tidak ada gejala sama sekali)

1 : ringan (hanya terdapat 1 gejala)

2 : sedang (separuh dari tanda gejala)

3 : berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)

4 : sangat berat (semua gejala ada)

(40)

54 Menurut (Nursalam, 2015; Ramdan, 2019) komponen penilaian HARS terdiri atas, perasaan, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, daya ingat , depresi , ketegangan otot, gejala sensorik, gejala kardiovaskular, gejala pernafasan, gejala gastrointestinal, gejala urogenetalia, gejala vegetative

2.7 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Antenatal Semasa Pandemi COVID-19

Selama pandemi COVID-19 kunjungan antenatal mengalami penurunan drastis hingga sampai saat ini, pengetahuan tentang infeksi COVID-19 dalam hubungannya dengan kehamilan dan janin masih terbatas dan belum ada rekomendasi spesifik untuk penanganan ibu hamil dengan COVID-19. (Ariestanti et al., 2020). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan lembaga lainnya untuk mensosialisasikan mengenai COVID-19, tetapi masih banyak masyarakat yang belum memahaminya secara keseluruhan. Hal tersebut juga disebabkan banyaknya informasi palsu (hoax) yang beredar dan diyakini di tengah masyarakat mengenai informasi COVID-19 mulai dari asal virus hingga kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam pengendalian COVID-19 (Siregar et al., 2020).

Menurunnya tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan antenatal memiliki banyak keterbatasan baik dari faktor pengetahuan hingga kesadaran ibu dalam melakukan kunjungan (Kamal et al., 2020)

2.8 Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Antenatal Semasa

Pandemi Covid-19

(41)

55 Sikap dapat mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan termasuk keputusan dalam melakukan kunjungan antenatal, Dengan terbentuknya sikap yang positif terhadap pentingnya ANC ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan sehingga dapat memantau kondisi ibu dan janin, sehingga cakupan K1 dan K4 tercapai sesuai target. (Ariestanti et al., 2020). Sikap positif akan melahirkan rasa tanggung jawab terhadap suatu tindakan. Perlu penekanan kembali bahwa sikap yang positif akan melahirkan perilaku yang positif juga. Ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap pencegahan COVID-19 akan mendapatkan manfaat besar, selain memperoleh informasi yang cukup, juga dapat menerapakan tindakan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hal ini akan berdampak positif bagi ibu hamil itu sendiri yaitu dapat terhindar dari risiko COVID-19. (Dewi et al., 2020)

2.9 Hubungan Antara Kecemasan Dengan Kepatuhan Antenatal Semasa Pandemi

Dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas pelayanan

kesehatan lainnya karena takut tertular (Ariestanti et al., 2020). Batasan terkait

jarak sosial yang menghalangi komunikasi dengan kerabat, teman, dan orang

lain meningkatkan stres, kecemasan, dan depresi dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat pandemi COVID-19 saat ini telah menyebabkan meningkatnya

kecemasan di kalangan ibu hamil. Karena para wanita ini mengkhawatirkan

anak mereka yang belum lahir dan kondisi kesehatan mereka sendiri, maka

(42)

56 kecemasan COVID-19 juga dapat dianggap sebagai faktor yang berpengaruh dalam kesehatan mental (Masjoudi, Aslani, Khazaeian, & Fathnezhad- Kazemi, 2020)

2.10 Hubungan antara kepatuhan Antenatal Care (ANC) dengan Masa Pandemi covid-19

Selama pandemi COVID-19 ibu harus waspada dan menghindari

kerumunan agar tidak tertular virus guna menghindari terjadinya risiko pada

persalinan (Pradana, Casman, & Nur’aini, 2020). Selama pandemi di

identifikasi adanya hubungan antara kepatuhan kunjungan antental dengan

pandemi COVID-19 yang di sebabkan karena menurunnya angka kunjungan

dan fasilitas kesehatan banyak yang tidak beroperasi hal ini menyebabkan

menurunnya motivasi dan kepatuhan ibu dalam melakukan kunjungan

antenatal (Nurmala Selly Saputri, Maudita Dwi Anbrani, Nina Toyamah,

2020)

Gambar

Gambar 4 Alur Manajemen COVID-19 pada kehamilan
Gambar 5 Pemeriksaan Leopold I  (Wahyuningsih, 2016)
Gambar 7 Pemeriksaan Leopold III  (Wahyuningsih, 2016)  d.  Leopold IV
Table 1 Komponen Pemeriksaan Antenatal  (POGI, 2020)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kegiatan selanjutnya menyanyikan penggalan teks syair Wasiat Renungan Masa yang di pandu guru Bahasa Indonesia (Sumarni, S.Pd.). Kegiatan berikutnya penjelasan

Industri kerupuk kulit di Kelurahan Sembung Kabupaten Tulungagung melakukan produksi hampir setiap hari dengan menghabiskan bahan baku kulit sebanyak 200 – 300 kg dalam

Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi antara variabel kecerdasan intrapersonal dengan IPK sebesar 0,990 dan signifikansi 0,000 &lt; 0,05 sehingga

Permasalahan yang di hadapi dalam pengembangan karir dapat di identifikasi sebagai berikut : I jumlah pegawai Dinas LLAJ Propinsi DKI Jakarta yang telah mempunyai Golongan m/a ke

“Tukang Bubur Naik Haji” di RCTI belum dapat men cukupi seluruh keinginan pemirsa. Pada indikator pembelajaran sosial tingkat kepuasan yang dicapai juga masih

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat ini judul “PENGGUNAAN MOTOR SERVO SEBAGAI PENGATUR FOKUS PADA MIKROSKOP REFLEKSI DIGITAL BERBASIS

Berdasarkan uraian hasil analisis mengenai Evaluasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Aloon-Aloon Kota Madiun yang sudah penulis paparkan sebelumnya, maka dapat

Untuk itu pemilik jasa layanan laundry membutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi agar kegiatan operasional dapat dijalankan, selain itu juga alur keluar masuknya keuangan pada