ILMU GADUH DUNIA POLITIK UNTUK PESEPAK BOLA INDONESIA Oleh: GPB Suka Arjawa
Bocornya rancangan sprindik (surat perintah penyidikan) atas nama Anas Urbaningrum membuat gaduh lagi suasana politik Indonesia. Seharusnya surat itu bersifat rahasia, tertutup sebelum benar-benar secara resmi dikeluarkan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Dengan bocornya sampai ke media massa, maka mulai lagi permainan baru dalam tata politik di Indonesia. Kasus ini muncul pada saat ramai-ramainya kegaduhan Partai Demokrat dimana Anas Urbaningrum seolah-olah mendapat kudeta dan adanya seruan untuk lebih berkosentrasi menghadapi masalah hukum. Celah politik ini sangat pintar dimanfaaatkan oleh pihak yang mampu ”membocorkan” rancangan sprindik tersebut. Pemain politik inimirip ”godot” yang kedengaranhasil tindakannya sementara pelakunya sampai sekarang masih dicari-cari KPK. Tidak tanggung-tanggung, bocornya ini membuat banyak pihak kebakaran jenggot, mulai dari KPK sampai istana
kepresidenan, bahkan juga politisi yang ada di partai politik lain. Hubungan pertemananpun menjadi terganggu dan saling mencurigakan.
Istana kepresidenan buru-buru mengatakan bahwa pihaknya tidak ada melakukan tindakan kebocoran tersebut. Apa boleh buat istana harus secepatnya mengatakan itu karena dugaan-dugaan dari masyarakat bisa bermacam-macam. Adanya tindakan SBY untuk ”mengambilalih” Partai Demokrat dan seruan agar Anas Urbaningrum kosentrasi menghadapi tuntutan hukum, bisa disebut sebagai de-Anasisasi (upaya mengurangi pengaruh Anas) di Partai Demokrat. Orang bisa saja menduga bahwa pembocoran sprindik tersebut merupakan upaya percepatan terhadap de-Anasisasi Partai Demokrat. Tapi dugaan tetap saja dugaan, namun tidak ada hubungan struktural antara KPK dengan lembaga kepresidenan. Jadi, kalau pihak istana buru-buru membantah, adalah hal yang wajar secara politik untuk membatasi rumor tentang upaya pengurangan pengaruh Anas tersebut.
Pada sisi lain, bukan tidak mungkin juga tuduhan bisa diarahkan kepada KPK. Pihak-pihak yang tidak menyukai lembaga ini akan berupaya membidiknya sebagai Pihak-pihak yang terlalu teledor dan bertindak dengan indikasi ikut campur ke dalam ranah politik.
Membocorkan rahasia demikian bisa saja dikatakan sebagai ada ”hubungan” antara KPK dengan pihak tertentu dengan tujuan mempercepat kejatuhan Anas. Dengan kecerobohan seperti itu, tingkah polah KPK akan dinilai amburadul, tidak profesonal dan sebagainya. Pihak-pihak yang akan ”terkena” masalah KPK seolah-olah disenangkan disini. Pada tahapan ini, wajar pula KPK melalui juru bicaranya mengatakan akan segera melakukan penyelidikan dan akan mengumumkan hasilnya sesegera mungkin (paling tidak minggu depan). Bukan tidak mungkin imajinasi masyarakat melayang ke partai politik atau politisi tertentu yang sengaja melempar kasus ini demi mengalihkan perhatian agar kasus-kasus yang menjeratnya bisa teralihkan.
Jangan dilupakan bahwa KPK pun sangat dekat dengan imbas politik. Jelas pembentukan KPK bertujuan untuk memberantas korupsi. Namun dalam konteks politik, pembentukan lembaga ini merupakan langkah politis untuk membedakan kebijakan pemerintah pasca-Orde Baru dengan pemerintah pasca-Orde Baru. Politik juga yang menjadi soko guru kalau dikatakaan bahwa pembentukan lembaga KPK untuk memuaskan masyarakat. Artinya, cita-cita reformasi itu adalah demi membertantas KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Dalam hal usaha, secara politis pemerintah akan bisa mengatakaan bahwa lembaga untuk memberantas itu sudah ada, meski hasilnya belum memuaskan. Jangan lupa juga bahwa pihak-pihak yang terkena bidikan dari KPK adalah orang-orang yang besar di politik atau orang-orang yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan politisi negara. Dengan cara pandang demikian, KPK mau tidak mau sangat dekat dengan persoalan politik. Apalagi dalam beberapa tahun ini lembaga tersebut justru sering bertentangan pendapat (bahkan terkesan berupaya saling meminorkan/menjatuhkan) dengan lembaga kepolisian di Indonesia.
Persoalan paling dasar dari politik dan kekuasaan adalah intrik. Orang selalu
menyebutkan intrik itu sebagai sebuah keributan dan pancingan. Tetapi intrik politik tidak akan mempunyai manfaat sama sekali bagi politisi kalau tidak mampu
memanfaatkan apa yang ada di dalam intrik tersebut. Artinya intrik akan memberikan keuntungan kalau memang benar-benar dimanfaatkan oleh politisi untuk memperkuat kekuasaannya. Dengan demikian, fenomena yang diperlihatkan oleh pembocoran draf sprindik ini adalah sebuah intrik, dan pihak yang harus diwaspadai adalah orang-orang yang mampu memanfaatkan intrik tersebut demi keuntungannya dalam mempertahankan atau meraih kekuasaan.
Dalam konteks seperti itu, lembaga kepresidenan, demi melindungi lembaganya harus konsisten dan harus mampu mmpertahankan sikapnya bahwa tidak ada dari staf tersebut terlibat dalam perkara sprindik ini. Sebab, harus hati-hati di jaman serba ”angin”
sekarang, SMS atau sejenisnya bisa saja mempunyai peran besar dalam kasus ini.
Lembaga KPK pun harus demikian. Pernyataan bahwa KPK akan melakukan investigasi harus dibuktikan kejujuran dan ketegasannya. Dalam arti, manakala ternyata ada pihak-pihak internal yang membuat keonaran ini, harus berani secara jujur menindak dan mengumumkannya. Demi kebersihan dan eksistensi KPK juga.
celah dari kegaduhan tersebut demi mencetak gol. Dijamin tim Indonesia akan selalu menang kalau mampu mempelajari ilmu gaduh dari dunia politik ini.****