• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN INTEGRASI SISTEM MANUFAKTUR (Studi Kasus Perusahaan Flow Line Production)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN INTEGRASI SISTEM MANUFAKTUR (Studi Kasus Perusahaan Flow Line Production)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN INSTRUMEN KEMATANGAN INTEGRASI SISTEM MANUFAKTUR (Studi Kasus Perusahaan Flow Line Production)

Novita Anggraini Wibowo, Yudha Prasetyawan Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected] Abstrak

Kebutuhan terhadap teknologi yang update pada sektor industri di Surabaya masih sangat besar untuk dapat mempertahankan keberlangsungannya. Khususnya teknologi untuk mendukung kegiatan manufaktur dengan menggunakan sistem integrasi komputer. Dimana sistem manufaktur terintegrasi komputer yang telah diterapkan dibeberapa perusahaan manufaktur tersebut belum memiliki ukuran kinerja untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi dari proses kerja organisasinya. Ukuran kinerja dapat pula disebut sebagai tingkat kematangan (Maturity Level). Pada penelitian ini dirumuskan model kematangan terhadap integrasi sistem manufaktur dengan basis model Self Assessment Questionaire. Rancangan model menghasilkan 10 kriteria berdasarkan 6 KPI (Key Performance Indicator) dan 155 indikator hasil kombinasi CIM Wheel dan Framework Critical Success Factor CIM. Indikator dirancang melalui proses reasoning terhadap kombinasi komponen model. Kemudian model diaplikasikan pada PT. Charoen Pokphand Krian dan PT. Petrokimia Gresik. Hasil dari penilaian didapatkan bahwa PT. Charoen Pokphand Krian berada pada level kematangan VI dengan 86,15% yang menunjukkan pencapaian tertinggi untuk kriteria KPI, informasi terdeploy secara keseluruhan, improvement dan inovasi sebagai kunci utama, integrasi teleah efektif dan otomasi hampir mencapai level enterprise. Sedangkan PT. Petrokimia Gresik berada pada level kematangan V dengan 79,03% yang menunjukkan pencapaian yang baik untuk kriteria KPI, informasi terdeploy dengan baik, improvement sudah dilakukan, integrasi dan otomasi pada level plant.

Kata kunci : Sistem Manufaktur, Key Performnce Indicator, Self Assessment Questionaire

1. PENDAHULUAN

Pembangunan dibidang industri manufaktur hampir selalu menjadi prioritas utama negara yang sedang berkembang karena dianggap mampu mendorong pembangunan di sektor lainnya.

Ditambah dengan perkembangan pesat dari pasar global saat ini, semakin mempercepat pertumbuhan industri manufaktur. Keadaan tersebut menyebabkan keberlangsungan suatu perusahaan manufaktur ditentukan berdasarkan fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, responsif terhadap perubahan, reaktif dan mampu menghasilkan variansi produk yang banyak dengan waktu singkat dan biaya rendah.[3] Hal ini menyebabkan tingginya kebutuhan industri saat ini akan teknologi yang mampu mengintegrasikan fasilitas dalam manufaktur dengan sistem perusahaan.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, hingga tahun 2011 terdapat 783.955 industri skala besar, menengah dan kecil.[1] Perkembangan tersebut tidak selamanya berjalan dengan baik, perkembangan jumlah industri tidak sebanding dengan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pada penelitian ini dilakukan perancangan penilaian kinerja dalam bentuk instrumen kematangan pada sistem manufaktur perusahaan

yang merupakan rangkuman dari KPI perusahaan dan sistem penilaian kinerja manufaktur secara umum. Instrumen kematangan ini bertujuan untuk melihat kinerja sistem manufaktur dari mesin dan prosedur hingga penggunaan integrasi komputer dalam sistem manufaktur. Penilaian dilakukan secara keseluruhan proses bisnis perusahaan, sehingga penilaain ini mampu melengkapi sistem penilaian kinerja perusahaan yang sudah diterapkan. Selama ini penilaian kinerja hanya dilakukan pada perseorangan karyawan diberbagai level, dan pencapaian penjualan.

Instrumen kematangan dirancang melalui penentuan kriteria, indikator dan level kematangan. Kriteria dalam hal ini merupakan KPI (Key Performance Indicator) sistem manufaktur secara umum yang dimodifikasi sesuai dengan parameter KPI perusahaan.

Indikator dari masing-masing kriteria ditentukan melalui kombinasi KPI Sistem Manufaktur, CIM Wheel dan Framework pengukur kesuksesan CIM oleh K. Dhinesh Kumar[2]. Kemudian dirancangan instrumen Self Assessment Questionaire untuk menemukan pencapaian tingkat kematangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang instrumen pengukuran kematangan integrasi sistem manufaktur, mengaplikasikan instrumen kematangan integrasi sistem manufaktur dan

(2)

memberikan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil pengukuran kematangan. Dengan batasan model difokuskan bagi kajian objek perusahaan manufaktur dengan fasilitas produksi continuous process (flow line production) di Surabaya dan fokus indikator penilaian terkait dengan KPI sistem manufaktur yang dikaitkan dengan framework evaluasi kesuksesan integrasi pada jurnal penelitian Kumar et al., (2005)

.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam bab ini akan dibahas mengenai teori penunjang penelitian yang akan dilakukan.

2.1 KPI Manufaktur

Dalam penelitian ini, digunakan enam kelompok KPI manufaktur, yakni Produktivitas, Kualitas, Biaya, Pengiriman, Safety, dan Moral.

Pemilihan ke enam KPI sebagai ktriteria dalam pembengunan model SAQ didasarkan pada hakekat KPI sebagai indikator penilaian pada level atas perusahaan. Dimana integrasi sistem manufaktur secara keseluruhan dapat terpantau dan dapat secara langsung mempengaruhi performansi perusahaan. Dengan begitu, perbaikan pada bagian tertentu harapannya dapat langsung terdeteksi berapa peningkatan KPI yang terjadi. Tentunya ke enam KPI ini nantinya akan disesuaikan dengan KPI exsisting yang ada pada perusahaan.

2.2 Computer Integrated Manufacturing Kunci agar perusahaan manufaktur abad ini mampu mempertahankan daya saingnya dalam hal quality, cost, delivery dan flexibility adalah dengan keberadaan Computer Integrated Manufacturing („CIM) yang menjadi jaring untuk menyatukan semua elemen dalam perusahaan.

CIM menurut Harrington (1973) adalah “the integration of business, engineering, manufacturing and management information that spans company function from marketing to product distribution”. CIM berkonsentrasi pada pengintegrasian semua elemen manufaktur juga menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lain menggunakan teknologi komputer.

Menurut dewan sumber daya nasional, CIM mampu mengurangi 15%-30% biaya penelitian desain, mengurangi 30%-60% lead time keseluruhan, mengurangi 30%-60% work in process dan bahkan akan meningkatkan productivity engineering sebesar 300%-3500%

(Polakoff, 1990). Itulah mengapa keberadaan CIM dalam perusahaan mampu menjadi kunci untuk meningkatkan daya saingnya.

Gambar 1. The CIM Wheel (Computer and Automated Systems Association (CASA) of the Society of Manufacturing Engineers (SME)-1986)

Berikut adalah framework yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel instrumen kematangan :

Gambar 2. Framework yang Akan Digunakan Sebagai Parameter (Jurnal Kumar Dhinesh Kuma, 2005)

Yang berwarna biru adalah indikator dan pengukuran performance dan yang berwarna orange adalah critical faktor sukses dari implementasi integrasi sistem otomasi.

2.3 Self Assessment Questionnaire

Self Assessment Questionnaire (SAQ) adalah salah satu model berwujud kuesioner penilaian kinerja perusahaan/organisasi. SAQ ditujukan untuk mengetahui adanya gap yang terjadi antara aplikasi di lapangan dengan standar prosedur yang ada. Instrumen ini dipilih karena dapat melakukan penilaian secara sistem. Dimana berbagai bagian dalam perusahaan dapat terukur menjadi satu penilaian tanpa dibutuhkan penilaian

Integrated System

Materials Processing Inspection

/ Test Assembly

Material Handling

Design

Analysis and Simulation

Documen -tation

Shop Floor

Material Scedulling Quality Process &

Fasilities Planning

(3)

yang berbeda-beda. Selain itu, perusahaan dapat dengan mudah melakukan penilaian berdasarkan kondisi eksisting yang mereka lihat, alami dan rasakan (kualitatif).

2.4 Sistem Penilaian Tingkat Kematangan Dilakukan kajian pustaka terhadap dua jenis model kematangan yang umum digunakan oleh perusahaan yakni CMMI (Capability Maturity Model Integrated) dan MBNQA (Baldrige Award).

Tabel 1 Tabel Fokusan Sistem Penilaiian Kematangan

Model Fokus

CMMI Kematangan proses pengembangan produk MBNQA Business Excellence (Sumber : Kurt D. Roudabush, 2008)[6]

CMMI memiliki dua representasi kematangan yang berbeda yakni staged representation and continuous representation.

Dalam staged representation, tingkat kematangan memberikan perintah untuk mendekati tingkat tertinggi kematangan proses. Representasi ini berfokus pada seperangkat praktek terbaik yang dapat digunakan organisasi untuk bergerak sepanjang jalur kematangan. Staged representation meliputi lima tingkat kematangan, sama seperti yang termasuk dalam CMMS yakni Initial, Managed, Defined, Quantitatively Managed dan Optimizing. Setiap tingkat diukur dengan pencapaian tujuan yang berhubungan dengan predefined set dari area proses.[4]

Sistem penilaian tingkat kematangan yang diadaptasi pada penelitian ini adalah sistem penilaian kinerja pada Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA). Pada tahum 1987 dibuat program Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) oleh pemerintahan USA. MBNQA merupakan salah satu program penghargaaan yang tertua di dunia. Penghargaan ini diberikan oleh Kongres USA kepada organisasi-organisasi yang telah mampu menerapkan manajemen kualitas untuk memberikan peningkatan nilai kepada pelanggan dan meningkatkan performansi organisasi secara keseluruhan.

3. METODOLOGI PENELITIAN 1. Tahap Perancangan Model

Pada tahap ini dilakukan perancangan instrumen pengukuran kematangan dengan metode Self Assessment Questionnaire. Diawali dengan perumusan kriteria yang akan dijadikan penilaian, penentuan indikator dari masing- masing kriteria, penentuan level penilaian dan validasi model.

Kriteria dirumuskan berdasarkan hasil studi literatur pada KPI manufaktur dan juga mempertimbangkan KPI perusahaan amatan. Di masing-masing kriteria akan terdapat indikator yang akan menentukan isi dari SAQ. Indikator ditentukan berdasarkan CIM Wheel dan Framework Kesuksesan CIM. Berbekal kriteria dan indikator tersebut, dirancang SAQ yang berisi pertanyaan untuk menjawab masing-masing indikator yang ada. Pertanyaan akan dijawab dengan angka 0 dan 1 sesuai dengan kriteria yang akan ditentukan.

2. Tahap Implementasi Rancangan Model Pada tahap ini dilakukan impementasi instrumen SAQ yang sudah dirancang pada perusahaan-perusahaan manufaktur amatan.

Pengisian dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan aspek penilaian. Selaian itu, penilaian secara kuantitatif akan dilakukan sebagai tindakan validasi terhadap hasil pengisian SAQ. Sebagai output dari instrumen ini akan dilakuan perhitungan untuk menemukan tingkat kematangannya dan memetakannya kedalam grafik. Diawali dengan penentuan bobot, perhitungan nilai per kriteria, dan perhitungan nilai sistem. Diberikan pula saran perbaikan dari hasil kematangan yang didapatkan dengan menganalisa bagian-bagian yang ternilai lemah.

4. PERANCANAN MODEL

Berikut komponen penentu indikator kematangan integrasi sistem manufaktur yang nantinya terdiri dari 1610 kombinasi yang merupakan hasil identifikasi pada dasar-dasar penelitian yang digunakan.

Gambar 3. Struktur Komponen Kombinasi Identifikasi Indikator Penilaian Kematangan Integrasi Sistem Manufaktur

Berikut adalah flowchart ilustrasi proses reasoning indicator :

Critical Performance Indicator KPI Manufaktur Sebagai Kriteria

Komponen CIM Wheel

Produktifitas Kualitas Biaya Delivery &

Transfer Safety Moral

Avalilability Performance Utililized

Time Valued Man- Hours

Quality Control Customer

Factory Automation Product/

Process Mnfg Planning

& Control Mnfg & H R

Management Marketing Strategic Planning Finance

1. Sasaran dan tujuan yang spesifik 2. Kemampuan Resource 3. Kemampuan teknologi advance 4. Project Scheduling (aktivitas keseharian)

1. Dukungan dan komitmen manajemen 2. Alokasi resource 3. Komunikasi dan dokumentasi mengenai pengenalan dan berbagi visi 4. Kemampuan adaptasi feedback organisasi

1. Komitmen dan self motivation 2. Komunikasi dan kerjasama 3. Skill teknis dan pengalaman 4. Sharing Kinerja 5. Rincian kerja yang well defined 6. Team Spirit

1. Struktur modular unit/fungsional yang terstandar 2. Interface dan sistem operasi yang terstandar 3. Network, control dan feedback

1. Install modul pada stand alone mode2. Pendekatan integrasi mengikuti hybrid topdown dan bottomup

1. Standar pengukuran kinerja 2. Mengukur efektivitas 3. Identifikasi kelebihan dan kekurangan 4. Modifikasi untuk kinerja operasional

CSF 1 CSF 2 CSF 3 CSF 4 CSF 5 CSF 6

(4)

Gambar 4. Flowchart Ilustrasi Proses Reasoning Indikator

5. APLIKASI MODEL

Proses bisnis dibawah ini yang nantinya akan membantu aplikasi SAQ dalam memvalidasi validator

Gambar 6 Bagan CIMOSA PT Charoen Pokphand Poultry Feed Krian

Gambar 7 Bagan Cimosa PT Petrokimia Gresik

Berikut adalah tabel rekapitulasi kontribusi kematangan untuk masing-masing kriteria.

Tabel 2. Tabel Rekapitulasi Kontribusi Kematangan PT Charoen Pokphand Poultry Feed Krian

Gambar 8 Grafik Pencapaian Kematangan Kriteria PT Charoen Pokphand Poultry Feed Krian

Tabel 3 Tabel Rekapitulasi Kontribusi Kematangan PT Petrokimia Gresik

Reasoning 1 Yes?

Reasoning 2 Yes?

155 Indikator

CIM Wheel Critical

Performance Indicator

Performance Key Indicator 83 hasil

reasoning 1 Start

Finish No No

Support Processes Core Processes Manage Processes

Visi : Feed a Growing World

Misi : Kualitas tinggi dan inovasi

Set Direction

Ketepatan kualitas memaksimalkan dan jumlah produksi.

Set Strategy

Proses produksi, manajemen kualitas, K3 dan

feed tech Direct Business

Sistem make to stock.

Melayani pesanan2 khusus berdasarkan formula feed tech.

Develop Product

Memanfaatkan distributor dan nucleus Indonesia

Timur.

Pemantauan langsung.

Develop Product

Integrasi Order Produksi (Bagian

PPIC, produksi, warehouse, dan

QA) Fulfill Order

Garansi produk cacat oleh

produksi.

Diskon untuk pelanggan loyal Support Product

Training.

Penilaiaan kinerja terbuka.

Reward &

Punishment.

Terbuka akan improvement.

HR Management

Finansial dan sistem akutansi perusahaan go

public Accounting &

Financial

Preventive maintenance per

shift.

Spare part ready just in time.

Maintenance

(Production SAP Planning Model)

SERAEmail Information Technology Get Order

Maintenance

Support Processes Core Processes Manage Processes

Visi : Daya saing tinggi dan paling diminati Misi : penyedia pupuk nasional, meningkatkan

hasil usaha, mengembangkan potensi

usaha Set Direction

Memaksimalkan jumlah produksi, improvement, dan

integritas Set Strategy

Proses produksi, utilitas sumber daya, lingkungan

dan K3 Direct Business

Sistem make to stock dan selalu memaksimalkan kapasitas produksi.

Melakukan riset produk baru.

Develop Product

Memiliki costumer tetap

yakni SK dari Menteri Pertanian.

Develop Product

Sharing RKAP (Bagian produksi,

pemeliharaan, pengadaan dan distribusi)

Fulfill Order Support Product

Training.

Loyalitas pegawai.

Reward &

Punishment.

Terbuka akan improvement.

HR Management

Finansial dan sistem akutansi perusahaan go

public Accounting &

Financial

Preventive maintenance dan Planed Stoppage ditangani oleh

departemen pemeliharaan.

Maintenance

Website KM Petrokimia.

DCS (Distributif Control System) Penggunaan VPN

(virtual private network) Information Technology Get Order

Maintenance

No. Kriteria Subkriteria Pencapaian

Kriteria Bobot Kontribusi Kematangan 1 Produktifitas

1 (PA)

Operation Time

vs Down Time 73,69% 10% 7,37%

2 Produktifitas 2 (PP)

Actual Time vs

Teoritical Time 95,44% 10% 9,54%

3 Produktifitas 3 (PU)

Utilized Time vs

Unutilized Time 75% 10% 7,5%

4 Produktifitas 4 (PV)

Valued Man Hours vs Unvalued Man

Hours

94,12% 10% 9,41%

5 Kualitas 1 (KCQ)

Rejection Case by Quality

Control

92,34% 10% 9,23%

6 Kualitas 2 (KC)

Rejection Case

by Customer 67,50% 10% 6,75%

7 Biaya (Bi) - 94,74% 10% 9,47%

8

Delivery &

Transfer (D&T)

- 72,73% 10% 7,78%

9 Safety (Sa) - 100,00% 10% 10,00%

10 Moral (Mo) - 90,91% 10% 9,09%

Total Pencapaian Kematangan 86,15%

Level Kematangan Level VI

PA PP PU PV KCQ KC Bi D&

T Sa Mo Pencapaian 74% 95% 75% 94% 92% 68% 95% 73%100%91%

20%0%

40%60%

100%80%

120%

Grafik Pencapaian Kematangan Kriteria PT. Charoen Pokphand

No. Kriteria Subkriteria Pencapaian

Kriteria Bobot Kontribusi 1 Produktifitas

1 (PA)

Operation Time

vs Down Time 91,01% 10% 9,10%

2 Produktifitas 2 (PP)

Actual Time vs

Teoritical Time 93,82% 10% 9,38%

3 Produktifitas 3 (PU)

Utilized Time vs

Unutilized Time 75,00% 10% 7,50%

4 Produktifitas 4 (PV)

Valued Man Hours vs Unvalued Man

Hours 70,59% 10% 7,06%

5 Kualitas 1 (KCQ)

Rejection Case by

Quality Control 43,33% 10% 4,33%

6 Kualitas 2 (KC)

Rejection Case by

Customer 45,83% 10% 4,58%

7 Biaya (Bi) 89,47% 10% 8,95%

8

Delivery &

Transfer (D&T)

100,00% 10% 10,00%

9 Safety (Sa) 100% 10% 10,00%

10 Moral (Mo) 82% 10% 8,18%

Total Pencapaian Kematangan 79,09%

(5)

Gambar 9. Grafik Pencapaian Kematangan Kriteria Kematangan PT Petrokimia Gresik

6. ANALISIS DATA

a. Analisis Kelebihan Kekurangan model Adapun kelebihan model kematangan ini adalah sebagai berikut :

1. Model mampu mencakup seluruh proses bisnis perusahaan.

2. Model mampu dengan cepat melakukan proses penilaian dan pendataan terhadap kemampuan perusahaan berdasarkan pencapaian kriteria KPI.

3. Desain pertanyaan telah memudahkan perusahaan untuk melakukan penilaian.

4. Keberadaan validator kuantitatif mampu melengkapi penilaian selain analitik pada indikator. Data yang objektif dapat mendukung pemberian perbaikan.

5. Model dapat diaplikasikan pada berbagai level dan jenis perusahaan.. Penyesuain terhadap indikator dapat dilakukan agar dapat diaplikasikan kepada jenis perusahaan lain, selain flow line production.

Adapun kekurangan dari model kematangan ini yang perlu diperbaiki dipeneltian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Meski tingkat performance perusahaan telah ternilai secara kuantitatif, namun tidak semua kriteria memiliki pencapaian kuantitatif.

Metode analisis kuantitatif secara keseluruhan diperlukan agar model dapat digunakan sebagai standalone method dalam melakukan continuous improvement.

2. Materi penilai (validator) berkenaan dengan intangible indikator masih belum memiliki ukuran yang jelas. Sehingga hasil validator masih bersifat luas dan tidak tepat pada sasaran penilaiaan.

b. Analisis Aplikasi Model

Berdasarkan hasil tingkat kematangan dan analisa dari masing-masing kriteria, maka dapat disimpulkan kelebihan dan kekurangan dari perusahaan adalah sebagai berikut.

Tingkat kematangan yang tinggi menunjukkan kelebihan dari PT Charoen Pokphand Poultry Feed Krian, yakni :

1. Tersedianya media integrasi antar bagian menghasilkan proses koordinasi yang sangat efektif.

2. Keterbukaan perusahaan terhadap improvement menghasilkan perkembangan yang sangat pesat terhadap teknologi dan perbaikan sistem kerja. Mengingat usia perusahaan masih 6 tahun.

Tingkat kematangan yang rendah menunjukkan kelemahan dari PT Charoen Pokphand Poultry Feed Krian, yakni :

1. Availability dinilai kurang baik sebab pemenuhan terhadap faktor-faktor yang mampu meningkatkan availability belum terpenuhi. Didukung dengan prosentase downtime yang lebih dari 20%.

2. Meskipun nilai kematangan pada level teratas, namun teknologi komputerisasi yang digunakan belum memenuhi current technology (update 5 tahun sebelumnya) Berikut adalah rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa.

1. Untuk meningkatkan pencapaian kriteria availability, diperlukan adanya kegiatan maintenance terjadwal pada mesin sesuai dengan data historis kerusakan. Dengan adanya maintenance terjadwal, availability diperkirakan akan meningkat sebesar 10%

dengan mesin yang memiliki operation time lebih lama.

2. Untuk meningkatkan pencapaian kriteria delivery&transfer, khususnya pada permasalahan warehouse, diperlukan adanya pematauan secara berkala mengenai hasil produksi serta dibutuhkan adanya fleksibilitas dalam perubahan sequel produksi sesuai dengan kondisi warehouse.

3. Control dan pendataan terhadap kualitas selalu dilakukan, namun perbaikan masih belum menghasilkan perubahan yang signifikan. Permasalahan terletak pada maintenance mesin dan kesadaran operator.

4. Perbaikan kinerja pada level operator agar sesuai dengan arahan kerja yang diberikan pihak manajemen.

5. Memberikan fasilitas mengenai minat, bakat dan kekeluargaan tidak hanya karyawan, namun juga operator hingga buruh harian.

Tingkat kematangan yang tinggi menunjukkan kelebihan dari Kematangan PT Petrokimia Gresik, yakni :

1. Availability dinilai baik sebab pemenuhan terhadap faktor-faktor yang mampu

PA PP PU PV KCQ KC Bi D&

T Sa Mo Pencapaian Kriteria 91%94%75%71%43%46%89%100%100%82%

20%0%

40%60%

100%80%

120%

Grafik Pencapaian Kematangan Kriteria PT.

Petrokimia Gresik

(6)

meningkatkan availability. Didukung dengan prosentase downtime yang kurang dari 20%.

2. Operator dan karyawan mendapatkan kenyamanan dari perusahaan, sehingga loyalitas dapat dengan mudah diperoleh.

Ditambah dengan adanya apresiasi terhadap improvement.

3. Kapasitas produksi masih siap untuk memenuhi peningkatan pasar 5 tahun mendatang jika dilihat dari sisi performance.

Tingkat kematangan yang rendah menunjukkan kelemahan dari Kematangan PT Petrokimia Gresik, yakni :

1. Aktivitas koordinasi (rapat) dinilai terlalu intens, hal ini terjadi karena tidak adanya sistem integrasi yang mempu menyalurkan informasi dari berbagai bagian. Fleksibilitas lini produksi rendah, karena desain mesin yang tidak modular.

2. Tidak didapatkan data mengenai jumlah produk cacat. Produk cacat hasil produksi sebelum di bagging akan langsung di rework menjadi produk lain yang memiliki kualitas berbeda.

Berikut adalah rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa.

1. Membangun aplikasi SIM perusahaan agar penyaluran informasi mengenai pelapoan harian dapat dilakukan dengan cepat. SIM dapat dibuat sederhana dengan memanfaatkan software sederhana seperti Visual Basic dan Ms. Access.

2. Perbaikan terhadap kualitas akan continuous jika pihak produksi mengetahui dan memahami penyebab dan intensitas terjadinya cacat. Sehingga direkomendasikan untuk melakukan pendataan mengenai jumlah dan penyebab cacat tidak oleh departemen lain, namun oleh departemen produksi.

KESIMPULAN

Instrumen pengukuran kematangan integrasi sistem manufaktur dirancang dengan menggunakan tiga komponen utama yakni 6 KPI manufaktur, 7 ruang lingkup CIM Wheel dan 23 komponen Framework Critical Performance Indicator (CPI) CIM yang dikombinasikan untuk mendapatkan indikator sebagai penilai. Terdapat 1610 kombinasi calon indikator yang mengalami proses reasoning sehingga diperoleh 155 indikator sebagai penilai pada model kematangan berbasis self assessment questionnaire ini. Model dirancang untuk diaplikasikan perusahaan flow line production secara umum, sehingga diperlukan

study case pada 2 perusahaan. Kemudian dihasilkan 6 level kematangan melalui proses penyesuaian dan modifikasi terhadap level kematangan MBNQA

Aplikasi pada perusahaan pertama adalah PT. Charoen Pokphand Krian yang berada pada level kematangan VI dengan 86,15%. Perusahaan kedua adalah PT. Petrokimia Gresik yang berada pada level kematangan V dengan 79,03%

Pemberian rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil pengukuran kematangan telah dilakukan. Untuk PT. Charoen Pokphand rekomendasi diberikan untuk memperbaiki kematangan pada kriteia availability, delivery &

transfer, respon terhadap kualitas, dan moral pekerja. Sedangkan untuk PT. Petrokimia Gresik rekomendasi diberikan untuk memperbaiki kematangan pada kriteria utilitas, valued man hours dan kualitas.

Referensi :

[1]Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur. (2012).

Surabaya: Bank Indonesia Surabaya.

[2]Kumar, K. D., Karunamoorthy, L., Roth, H., &

Mirnalinee, T. T. (2005). Computers in manufacturing : towards successful implementation of integrated automation system. Technovation, 25, 477-488. doi:

10.1016/j.technovation.2003.09.004

[3]Nagalingam, V. S., & Lin, G. C. I. (1999).

Latest development in CIM, Robotics and Computer Integrated Manufacturing. 15, 423- 430.

[4Ngai, E. W. T., Chau, D. C. K., Poon, J. K. L.,

& To, C. K. M. (2012). Int . J . Production Economics Energy and utility management maturity model for sustainable manufacturing process. International Journal of Production Economics. doi: 10.1016/j.ijpe.2012.12.018 [5]Polakoff, J. C. (1990). Computer integrated

manufacturing: a new look at cost justifications. Journal of Accountancy, 169.

[6]Roudabush, Kurt D. (2008), Industrial Engineering, Using Models to drive Process Improvement, University of Israel. Retrieved 10 May 2013 old.mofet.macam.ac.il/iun- archive/yaakov_kedem.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guna menanggulangi minimnya pendidikan di Pulau Pahawang sebagaimana yang kami lakukan dalam PKM Pengabdian Masyarakat ini,

mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja. pegawai SAR di kantor SAR

Viabilitas biji Shorea leprosula tertinggi pada media simpan serbuk gergaji kadar air 40% dengan persentase perkecambahan mencapai 100% selama penyimpanan 2 dan 4

Maka dari itu penulis ingin meneliti dan membuktikan asumsi tersebut melalui penelitian ini apakah terdapat hubungan diantara komunikasi internal dan kepuasan

Dari hasil pengujian diatas diperoleh data nilai t hitung sebesar 4,971 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau signifikansi yang ditunjuk sebesar

Islam: aspek akhlak materi berpakaian dan berhias serta bertamu dan menerima tamu, setelah guru menggunakan metode demonstrasi dan bermain peran.. Apa pendapat anda

Economic Dispatch (ED) pada sistem pembangkit digunakan untuk menentukan kombinasi output tenaga yang optimal untuk semua unit pembangkitan, dengan meminimalkan total

Skripsi yang berjudul Impelementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Proses Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil