• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN 28 MASALAH PETERNAKAN RAKYAT SAPI POTONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN 28 MASALAH PETERNAKAN RAKYAT SAPI POTONG"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN 28 MASALAH

PETERNAKAN RAKYAT SAPI POTONG

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Penulis Dr. Ir. Mashur, MS

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Pendidikan Mandalika Mataram

Diterbitkan oleh:

Penerbit dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

(2)

[ii]

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Penulis

Dr. Ir. Mashur, MS Editor

Purwo Adi Wibowo, S.E., M.Sc.

Layouter

Gesi Mei Silvia Wahyu Dinta Pratama Desain cover

Tim Desain

Cetakan ke 1, Edisi 1, September 2021 Diterbitkan oleh:

UNISNU Press

Alamat: Kampus UNISNU Jepara 08957-1000-3000 ; 0857-2930-2000 IG: @pressunisnu ; FB: Unisnu Press Jepara Email: [email protected]

xii + 94 hlm. ; 15,5 x 23 cm.

ISBN 978-623-97506-4-0

Hak cipta pada penulis; hak penerbitan pada UNISNU Press Tidak boleh direproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk

apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Isi buku sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Penerbit dan percetakan tidak bertanggungjawab atas isi buku.

(3)

[iii]

PRAKATA

Buku dengan judul “Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN” merupakan buku referensi yang disusun berdasarkan hasil penelitian Mashur (2017) yang telah mengidentifikasi 28 masalah pengembangan peternakan rakyat sapi potong dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hasil penelitian tersebut telah disusun skala prioritas masalah berdasarkan perspektif dari lima stakeholder yang terkait, yaitu: (1) petani peternak sapi potong sebagai pelaku utama yang mengalami secara langsung masalah-masalah pengembangan sapi potong dalam menghadapi MEA; (2) penyuluh pertanian, sebagai pembimbing, pembina, fasilitator, mitra dan motivator petani peternak dalam pengembangan sapi potong; (3) petugas dari dinas peternakan/dinas instansi terkait yang bertugas di lapangan, sebagai fasilitator, pembimbing dan pembina petani peternak sapi potong;

(4) pelaku usaha, sebagai pedagang, pengusaha dalam bidang peternakan sapi potong dan (5) tokoh masyarakat dan tokoh agama, sebagai pimpinan non formal di desa yang berfungsi memberikan motivasi dan saran atau pendapat terhadap masalah yang dihadapi petani peternak.

(4)

[iv]

Buku ini disajikan dalam 8 BAB, di mana setiap BAB terdiri dari beberapa masalah yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung antara satu masalah dengan masalah lainnya berdasarkan perspektif peternak sapi potong. Keempat perspektif lainnya dari multipihak akan dibahas pada edisi lain buku berikutnya. Dasar pertimbangan penetapan perspektif peternak sapi potong sebagai prioritas pertama, karena peternak sapi potong sebagai pelaku utama yang memperoleh dampak langsung dari MEA.

Penyusunan draft buku ini sudah dimulai tahun 2017, setelah penelitian identifikasi masalah peternak sapi potong pada peternakan rakyat dalam menghadapi MEA dilakukan pada tahun 2016, namun karena satu dan lain hal sehingga baru dapat diselesaikan pada tahun 2021 setelah mendapat Coaching Menulis Buku Referensi, Monograf dan Buku Ajar yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara di bawah bimbingan dari narasumber Bapak Dr. (c) Muhammad Basyrul Muvid, M. Pd dan fasilitasi publikasi dari Unisnu Press. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada Rektor dan Kepala LPPM Unisnu serta Dewan Redaktur Unisnu Press, atas penyelenggaraan acara coaching yang sangat bermanfaat ini. Secara khusus, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada narasumber yang telah berbagi ilmu dan pengalaman menulis serta terus memberikan motivasi dan bimbingan yang

(5)

[v]

sangat bermanfaat, sehingga akhirnya dengan segala pertolongan, petunjuk dan ridho Allah SWT buku referensi ini dapat diselesaikan dengan baik, sebagai buku referensi pertama yang saya publikasikan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada bapak dan ibu sahabat peserta coaching yang telah banyak membantu selama berlangsungnya coaching dan memberikan semangat untuk terus menulis dan menulis, tiada hari tanpa menulis. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak terutama para pembaca yang budiman sangat diharapkan untuk kesempurnaan buku ini. Permohonan maaf, atas segala salah dan khilaf selama ini. Saya memiliki prinsip dan keyakinan bahwa setiap ikhtiar ada hasilnya, setiap menanam ada buahnya dan setiap masalah ada solusinya. Yakinlah, bahwa apabila kita mengerjakan sesuatu dengan penuh istiqomah terhadap yang bisa kerjakan, insyaallah Allah SWT akan memberitahu apa yang tidak bisa kita lakukan. Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat.

Mataram, 10 Agustus 2021/

1 Muharram 1443 H Penyusun

Dr. Ir. Mashur, MS

(6)

[vi]

(7)

[vii]

DAFTAR ISI

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... xii

A. Potensi sapi potong sebagai penyumbang utama daging nasional ... 1

B. Masalah pengembangan sapi potong pada peternakan rakyat ... 3

C. Pengetahuan peternak sapi potong tentang MEA ... 8

D. Upaya mengatasi masalah peternakan rakyat sapi potong dalam menghadapi MEA. ... 9

BAB 2 KETERSEDIAAN PAKAN DAN AIR MINUM SAPI POTONG ... 15

A. Ketersediaan pakan sapi potong di musim kemarau ... 15

B. Ketersediaan air minum sapi potong pada musim kemarau ... 20

C. Pemanfaatan limbah pertanian belum optimal ... 22

D. Ketersediaan pakan sapi potong pada musim tanam padi ... 24

BAB 3 MASALAH PERILAKU (PSK) PETERNAK SAPI POTONG ... 29

(8)

[viii]

A. Pengetahuan peternak sapi potong dalam penerapan

teknologi pakan ...29 B. Keterampilan peternak sapi potong dalam beternak ...31 C. Sikap peternak sapi potong terhadap inovasi baru ...34 BAB 4 MANAJEMEN KANDANG DAN KEAMANAN

TERNAK ...35 A. Perkandangan ternak sapi potong berbasis kandang

kolektif...35 B. Pencurian/keamanan ternak sapi potong ...38 BAB 5 KEBERADAAN DAN DUKUNGAN

KELEMBAGAAN ...42 A. Keberadaan kelembagaan tani (kelompok tani) ...43 B. Peran penyuluh dalam mendampingi peternak sapi

potong ...45 C. Dukungan kelembagaan penyuluhan (BPP, Bapeluh,

Bakorluh) pada pengembangan peternakan rakyat sapi potong ...47 D. Dukungan tokoh (masyarakat, agama dan adat) pada

pengembangan peternakan rakyat sapi potong ...50 BAB 6 MASALAH EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA ....51 A. Bantuan ternak sapi potong pada peternakan rakyat ...51 B. Pemasaran ternak sapi potong ...53 C. Harga sapi potong yang belum berpihak pada peternak ...55 D. Ketersediaan permodalan usaha bagi peternak sapi

potong ...56 E. Ketersediaan tenaga kerja di desa dalam beternak sapi

potong ...58

(9)

[ix]

F. Peran pengusaha mendukung peternakan rakyat sapi

potong ... 59

G. Dukungan perbankan pada peternakan rakyat sapi potong ... 61

BAB 7 MASALAH KEBIJAKAN SAPI POTONG ... 63

A. Kebijakan atau peraturan pemerintah (Perda) mendukung peternakan rakyat sapi potong ... 63

B. Pemotongan betina produktif sapi potong ... 65

C. Sistem perkawinan/reproduksi sapi potong ... 67

D. Kualitas bibit ternak sapi potong ... 69

E. Dukungan/fasilitasi dinas peternakan dan keswan pada pengembangan peternakan rakyat sapi potong ... 71

BAB 8 MANAJEMEN KESEHATAN TERNAK ... 73

A. Kejadian penyakit ... 73

B. Peran dokter hewan/paramedis pada peternakan rakyat sapi potong ... 81

BAB 9 KESIMPULAN ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 93

(10)

[x]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Respons stakeholder terhadap keterbatasan ketersediaan pakan sapi potong pada peternakan rakyat ...16 Gambar 2. Kondisi lapangan pada musim kemarau panjang

“paceklik” ketersediaan pakan sapi potong sangat terbatas ...17 Gambar 3. Peternak mencari pakan ternak antar kabupaten

dengan menyewa kendaraan ...18 Gambar 4. Potensi tongkol jagung sebagai bahan pakan

ternak pada musim kemarau ...23 Gambar 5. Pematang sawah pada saat tanam padi tidak dapat

dijadikan sebagai sumber hijauan pakan ternak, karena ikut dibersihkan oleh petani ...25 Gambar 6. Potensi pematang sawah setelah panen padi

sebagai sumber hijauan pakan ternak musim kemarau ...26 Gambar 7. Kandang kolektif sapi potong pada kelompok

tani di Desa Bangket Parak, Pulau Lombok, NTB ...36 Gambar 8. Pertemuan kelompok tani yang dihadiri penyuluh

pertanian dalam pembinaan kelompok kandang kolektif ...43

(11)

[xi]

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perspektif Multipihak Terhadap Kejadian Penyakit Sapi Potong ... 74

(12)

[xii]

(13)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Potensi Sapi Potong Sebagai Penyumbang Utama Daging Nasional

roduksi daging nasional berdasarkan prognosis tahun 2020 ditetapkan sebanyak 2, 32 juta ekor atau setara dengan 422.533 ton daging. Produksi ini meningkat 17.943 ton atau 4, 43% dibandingkan produksi pada 2019 yang diproyeksi berjumlah 404.590 ton. Konsumsi daging nasional tahun 2020 diperkirakan mencapai 717.150 ton atau naik 4,5% dibandingkan dengan proyeksi pada tahun 2019 mencapai 686.271 ton.

Berdasarkan data ini Indonesia masih kekurangan produksi daging, sehingga pemerintah menggunakan pasokan daging impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Timorria, 2019). Sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang mempunyai kontribusi terbesar sebagai penghasil daging untuk pemenuhan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam P4UI (2013) penyediaan sapi potong dan daging sapi dalam negeri selama ini 97, 7% berbasis peternakan rakyat. Berdasarkan data tersebut maka usaha ternak sapi potong berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang

P

(14)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

2

menguntungkan bagi masyarakat khususnya petani peternak pada peternakan rakyat.

Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat di Indonesia baik sebagai penghasil daging untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani, tabungan keluarga yang dapat dijual setiap waktu dibutuhkan, maupun dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk mengolah lahan pertanian dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pemeliharaan sapi potong dilakukan dengan cara intensif (dikandangkan) dan ekstensif (digembalakan) di sawah, ladang dan kebun atau dilepas di padang penggembalaan. Usaha pemeliharaan sapi secara intensif umumnya dilakukan pada daerah-daerah padat penduduk dan padat ternak, seperti di Pulau Jawa, Bali dan Lombok. Sedangkan pemeliharaan sapi potong secara ekstensif dilakukan pada daerah-daerah yang jarang penduduka dan populasi ternaknya sedikit, seperti di daerah- daerah di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Sumbawa. Umumnya, jenis sapi potong yang dipelihara oleh masyarakat adalah sapi Bali dan sebagian kecil merupakan jenis sapi Onggole, sapi lokal lainnya dan sapi-sapi eksotik hasil kawin suntik (inseminasi buatan) dari bangsa-bangsa sapi unggul, seperti Limosin, Simental, Brangus, dan lain-lainnya.

Pola usaha pemeliharaan sapi potong sebagian besar berupa usaha sampingan, dengan usaha pokok di bidang pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan dengan skala usaha

(15)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

3 pemeliharaan yang terbatas (1-5 ekor). Peternak sapi potong sebagian besar berstatus pemilik, dan sebagian lainnya sebagai buruh tani dan buruh bangunan. Tujuan pemeliharaan sapi potong umumnya untuk menghasilkan bibit atau penggemukan. Dengan pemeliharaan sapi potong secara tradisional pada peternakan rakyat akan mempengaruhi produktivitas dan pendapatan petani peternak, apabila tidak dilakukan dengan menerapkan manajemen yang baik, terutama dalam menghadapi persaingan global, seperti perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

B. Masalah Pengembangan Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat

erbagai masalah yang dihadapi peternak sapi potong pada peternakan rakyat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteran petani peternak terutama dalam menghadapi persaingan global, seperti perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, sebagai langkah antisipatif diperlukan data dan informasi masalah-masalah yang dihadapi peternak sapi potong pada peternakan rakyat di Indonesia dalam menghadapi MEA. MEA yang telah diberlakukan sejak tanggal 31 Desember 2015 tidak dapat ditawar-tawar lagi keberadaannya. Kita harus siap berhadapan dengan pasar tunggal dari sepuluh negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Laos, Myanmar,

B

(16)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

4

Indonesia, dan Kambodja. Setidaknya, ada lima sektor persaingan pasar yang akan diperebutkan, yakni sektor barang, jasa, modal, investasi dan tenaga kerja. Salah satu sektor yang mengalami persaingan, yaitu komoditas hasil ternak berupa daging sapi. Di Indonesia sumber utama daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bersumber dari peternakan sapi rakyat, dan sangat sedikit dari perusahaan penggemukan (feedloter) dan selebihnya dari daging sapi impor. Usaha peternakan nasional hingga saat ini masih didominasi oleh usaha peternakan sapi rakyat dengan jumlah mencapai lebih dari 95 persen dari jumlah seluruh peternak di Indonesia (Apriantono, 2009).

Tantangan terbesar dalam meningkatkan populasi sapi potong di Indonesia adalah pada pelaku utama usaha sapi potong yaitu peternak sapi potong dan keluarga intinya. Posisi peternak sebagai subyek atau pelaku utama usaha peternakan sangat penting dalam meningkatkan populasi ternak di Indonesia karena 99% usaha peternakan di Indonesia dikelola oleh usaha peternakan rakyat.

Selama ini, kemampuan peternak dalam memelihara ternak sapi potong hanya berkisar 2-3 ekor per peternak sehingga populasi sapi di Indonesia hanya berkisar 15-16 juta ekor. Jika kapasitas peternak memelihara ternak sapi dapat ditingkatkan menjadi 5 ekor, maka populasi ternak akan meningkat drastis menjadi 28 juta ekor dan bahkan jika kapasitas peternak meningkat menjadi 10 ekor, maka total populasi ternak sapi potong di Indonesia mencukupi

(17)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

5 kebutuhan populasi dasar untuk swasembada yaitu 56 juta ekor (Hasan, 2014).

Permasalahan sapi potong di Indonesia menurut Baba et al.

(2013) dapat ditinjau dari beberapa perspektif. Menurut perspektif peternak sebagai pelaku utama usaha peternakan di Indonesia, maka peternak dengan segala tanggung jawab yang dimiliki menjadi tulang punggung pengembangan usaha peternakan sapi potong di Indonesia. Beberapa fenomena yang dapat dikaji pada perilaku peternak sapi potong yang menyebabkan usaha sapi potong sangat sulit dikembangkan dan ditingkatkan skala usahanya pada tingkat peternak adalah: (1) usaha sapi potong masih dijadikan sebagai usaha sampingan oleh peternak, dengan usaha pokok pada usahatani tanaman pangan (padi dan palawija). Akibatnya, curahan waktu, biaya, tenaga kerja dan modal kerja untuk usaha peternakan sapi potong tidak menjadi perhatian utama peternak sapi potong.

Sebagai contoh, pada suatu waktu tertentu apabila terjadi kesamaan kebutuhan pembiayaan antara usaha tanaman pangan sebagai usaha pokok dengan kebutuhan untuk usaha sapi potong sebagai usaha sampingan, maka petani peternak akan memutuskan prioritas kebutuhan pembiayaan untuk kebutuhan tanaman pangan.

Umumnya, peternak sapi potong menjual sapinya untuk membiayai usahatani tanaman pangan, misalnya untuk membeli pupuk, bibit, tenaga kerja dan biaya hidup peternak, dan sangat sedikit peternak yang menjual hasil pertanian tanaman pangan untuk membiayai usaha sapi potong, misalnya untuk membeli pakan ternak dan biaya

(18)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

6

untuk obatan-obatan ternak. Pada kasus tertentu, petani justeru ada yang mengumpulkan hasil penjualan dari usahatani tanaman pangan, misalnya padi dan jagung untuk membeli sapi yang akan dipelihara untuk dijadikan tabungan bagi keluarga (Mashur, 2017);

(2) Sehubungan dengan dijadikannya usaha peternakan sapi potong sebagai usaha sampingan keluarga petani, maka alokasi waktu bagi petani peternak untuk pemeliharaan usaha sapi potong berkisar 2-3 jam per harinya (Baba et al., 2013). Jika sudah melebihi waktu tersebut, maka peternak lebih memilih untuk mengurangi jumlah ternak yang dipeliharanya dibandingkan dengan mempertahan- kannya dengan mengorbankan waktu yang lebih banyak, karena peternak juga mempunyai tanggung jawab yang lain yaitu untuk tanaman pangan, sebagai suami atau istri dan tanggung jawab sosial yang kesemuanya membutuhkan waktu peternak yang sangat terbatas. Mashur (2017) menyatakan bahwa alokasi waktu yang dibutuhkan oleh peternak sapi potong untuk mencari pakan ternaknya (menyabit rumput) dapat lebih lama mencapai 5-10 jam/hari, terutama pada musim kemarau (paceklik) pada saat ketersediaan pakan sapi potong sangat terbatas di daerah lahan kering. Hal ini karena, peternak harus mencari pakan ternak di luar desanya bahkan hingga di luar kecamatan atau antar kabupaten.

Pada kondisi seperti ini, sebagian peternak di daerah lahan kering akan menjual sapi potongnya untuk mengurangi jumlah ternak yang dipeliharanya, untuk menambah biaya operasional mencari pakan ternak dan tambahan biaya hidup bagi peternak; (3)

(19)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

7 kemampuan peternak memelihara ternak sangat terbatas. Skala usaha sapi potong hanya 2-3 ekor utamanya untuk sistem pemeliharaan non land based. Jika jumlah ternak ditingkatkan, maka peternak sudah tidak mampu lagi yang ditandai dengan sapi yang kurus karena pakan yang diberikan terbatas ataupun kesehatan ternak akan terganggu, sehingga akan memproduksi produktivitas ternak. Faktor pembatas lainnya, adalah lahan, tenaga kerja, pakan dan waktu kerja; (4) jika peternak mampu meningkatkan skala usahanya lebih dari 3 ekor, maka produksi limbah ternak (feses) menjadi masalah, terutama bagi kesehatan lingkungan tetangga peternak. Peternak belum mampu mengolah feses menjadi pupuk organik sebagai salah satu cabang usaha baru yang menguntungkan. Hal ini disebabkan karena introduksi teknologi biogas belum optimal diadopsi oleh peternak dan pengolahan limbah ternak belum optimal dilakukan. Penggunaan pupuk organik (kompos) oleh peternak masih belum optimal dan penggunaan pada biogas masih belum memasyarakat; (5) akses teknologi peternak secara menyeluruh yang terbatas. Peternak sudah banyak mengetahui cara fermentasi jerami maupun silase jagung, namun, belum banyak peternak yang mengetahui bagaimana menyiasati penyediaannya sepanjang tahun sehingga kebutuhan pakan ternak belum dapat terpenuhi. Demikian pula pembuatan pupuk organik dari limbah ternak sudah banyak diketahui oleh peternak, namun pengetahuan untuk membuatnya dalam sistem produksi yang menguntungkan belum diketahui oleh

(20)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

8

peternak sehingga tidak dapat dioptimalkan pada tingkat usahatani petani di lapangan.

C. Pengetahuan Peternak Sapi Potong Tentang MEA

aradigma ketergantungan dunia terhadap sumber daya alam kini telah bergeser ke arah sumber daya manusia, karena kunci kemajuan sebuah bangsa terletak pada sumber daya manusianya (Makarim, 2020). Informasi tentang MEA oleh masyarakat Pada studi kasus di Nusa Tenggara Barat khususnya petani peternak sapi potong pada peternakan rakyat, belum banyak mengetahui informasi tentang MEA. Hal ini disebabkan karena MEA baru saja mulai dilaksanakan dan belum mengetahui keterkaitan MEA dengan peternakan rakyat sapi potong. Dengan demikian, banyak peternak yang belum mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menghadapi MEA. Keterbatasan informasi tentang MEA merupakan masalah ke empat bagi peternakan rakyat sapi potong pada studi kasus di Nusa Tenggara Barat. Jumlah jawaban responden yang memilih masalah ini sebanyak 10, 18%

dari lima kelompok stakeholder yang dijadikan responden. Untuk memasyarakatkan informasi tentang MEA dan mempersiapkan upaya-upaya yang akan dilakukan oleh petani peternak dalam menghadapi MEA diperlukan berbagai kegiatan sosialisasi dan peningkatan kemampuan petani peternak baik dari aspek informasi, teknologi, modal dan pasar agar mampu bersaing dengan petani

P

(21)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

9 peternak lainnya baik secara lokal, regional, nasional maupun global. Hasil studi kasus ini sesuai dengan hasil penelitian Benny

& Abdullah (2011) bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai MEA masih sangat terbatas.

Tantangan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan dalam menghadapi MEA adalah konsumsi produk hewan meningkat; keunggulan kompetitif masih rendah; harga sarana prasarana produksi peternakan masih tinggi; neraca ekspor-impor peternakan masih defisit tahun 2011-2012); arus barang dan jasa meningkat; peningkatan risiko penyakit hewan strategis dan zoonosis; persaingan kompetensi tenaga peternakan dan kesehatan hewan asing; penguasaan teknologi terbaru; kualitas SDM rendah;

Human Development Index (HDI) Indonesia tahun 2008 peringkat 109 dari 179 negara dan kualitas pelayanan veteriner (Veterinary Services) rendah (Kementan RI, 2015).

D. Upaya Mengatasi Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong Dalam Menghadapi MEA

eskipun, MEA sudah berlangsung sejak tahun 2015, mau tidak mau, suka tidak suka harus berbenah diri, mulai dari diri sendiri, mulai saat ini ini dan mulai dari hal-hal yang kecil yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing peternakan rakyat sapi potong dalam menghadapi MEA.

M

(22)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

10

Tidak ada istilah terlambat, seperti kata pepatah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan terhadap peternakan rakyat sapi potong dalam menghadapi MEA, adalah melakukan penguatan kapasitas kelembagaan peternakan rakyat dan peningkatan pendampingan bagi petani peternak sapi potong. Pengembangan usaha peternakan rakyat sapi potong tidak dapat dipisahkan dengan peran kelompok tani ternak dan pembinaan oleh penyuluh dan petugas dari dinas peternakan/instansi terkait di lapangan.

Peranan kelompok tani ternak sapi potong dalam era persaingan global, selain sebagai unit produksi untuk menghasilkan berbagai produk ternak, seperti daging, bibit dan pupuk dalam rangka meningkatkan efisiensi, nilai tambah dan daya saing produk yang dihasilkan, kelompok tani juga dapat dimanfaatkan sebagai kelas belajar atau sarana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani peternak dalam menerapkan teknologi baru dan peran kelompok tani ternak juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana kerjasama, membangun kemitran dengan berbagai pihak, agar lebih mudah mendapatkan akses informasi teknologi, pemasaran dan modal usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak sapi potong.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan, pendampingan dan fasilitasi kelompok tani ternak sapi potong adalah penguatan kelembagaan petani melalui penguatan kelompok

(23)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

11 tani dan penguatan kelembagaan ekonomi petani melalui pembentukan badan usaha milik petani atau koperasi tani. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muslim (2006); Mashur (2017) upaya yang perlu dikembangkan dalam membina dan memantapkan kelompok peternak adalah memperkuat kelembagaan ekonomi peternak sapi potong di pedesaan.

Penguatan kelembagaan petani peternak di pedesaan bertujuan agar petani peternak dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada, secara berkelanjutan, melalui penumbuhan rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreativitas, disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh masyarakat peternak di sekitarnya. Melalui kelompok peternak sapi potong diharapkan para peternak dapat saling berinteraksi, sehingga mempunyai dampak saling membutuhkan, saling mengingatkan, saling memperkuat, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola manajemen usaha peternakan sapi potong.

Menurut hasil penelitian Mashur et al. (2021) ada empat strategi pengembangan peternakan rakyat sapi potong berbasis kandang kolektif di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, berdasarkan status keberlanjutan dengan menggunakan enam dimensi, yaitu persyaratan teknis dan kesehatan kandang kolektif, cara pengelolaan kandang kolektif, ketersediaan dan persyaratan kesehatan pakan ternak, ketersedian dan persyaratan kesehatan air

(24)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

12

minum bagi ternak, kejadian penyakit dan sosial, ekonomi dan budaya. Adapun keempat strategi pengembangan tersebut, adalah:

Strategi 1. Peningkatan manajemen kesehatan kandang kolektif, melalui:

(1) Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan ternak (terutama vaksinasi Anthrax dan SE secara berkala) dan menghindari terjadinya gangguan reproduksi pada ternak;

(2) Meningkatkan pengelolaan kotoran ternak agar tidak memberikan dampak buruk terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan;

(3) Kandang sebaiknya dibersihkan setiap hari untuk menghindari agar lantai kandang tidak licin yang akan membahayakan ternak;

(4) Memperhatikan ukuran kandang terutama kandang induk agar tidak melebihi kapasitas.

Strategi 2. Peningkatan produktivitas, efisiensi dan pendapatan peternak sapi potong berbasis kandang kolektif yang sudah ada saat ini, melalui:

(1) Penyediaan pakan murah secara berkelanjutan berbasis limbah pertanian dan industri dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang sesuai kebutuhan ternak;

(2) Optimalisasi pemanfaatan tenaga kerja keluarga untuk meningkatkan skala usaha pemeliharaan sapi potong;

(25)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

13 (3) Penerapan teknologi perkawinan ternak menggunakan

kalender perkawinan ternak dengan menerapkan sistem 3S (satu tahun, satu induk, satu anak);

(4) Pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik padat dan cair agar memberikan nilai tambah bagi peternak dan;

(5) Memfasilitasi penyediaan alat mesin untuk pengolahan pakan dan limbah ternak.

Strategi 3. Peningkatan akses informasi, teknologi, modal dan pemasaran ternak, melalui:

(1) Membangun sistem jaringan informasi yang mudah diakses oleh peternak, antara lain melalui medsos;

(2) Introduksi teknologi pengolahan dan penyimpanan pakan yang mudah diterapkan oleh peternak;

(3) Mempermudah akses pemberian bantuan permodalan dengan prosedur dan bunga rendah dan;

(4) Memfasilitasi akses pemasaran ternak yang berpihak pada peternak.

(26)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

14

Strategi 4. Peningkatan peran pemerintah, dunia usaha dan stakeholder lainnya, melalui:

(1) Peningkatan kapasitas anggota kelompok tani melalui kegiatan pelatihan, bimbingan teknis, penyuluhan dan magang petani dan;

(2) Meningkatkan peran dan fungsi penyuluh pertanian, paramedis viteriner dan petugas dinas/instansi terkait dalam pembinaan dan pendampingan petani peternak dan pelayanan kesehatan ternak.

(27)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

15

BAB 2

KETERSEDIAAN PAKAN DAN AIR MINUM SAPI POTONG

A. Ketersediaan Pakan Sapi Potong Di Musim Kemarau espons para pihak (petani peternak, penyuluh pertanian, tokoh masyarakat dan tokoh agama, pelaku usaha, pejabat/petugas dinas terhadap masalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau di Nusa Tenggara Barat, menyatakan bahwa keterbatasan ketersediaan pakan ternak terutama pada musim kemarau merupakan masalah utama yang dihadapi peternakan rakyat sapi potong dalam mengembangkan ternaknya, seperti ditampilkan pada Gambar 1. Respons paling tinggi dinyatakan oleh 35, 13% petani peternak sapi potong bahwa masalah keterbatasan ketersediaan pakan sapi potong terutama pada musim kemarau merupakan masalah utama dalam pengembangan sapi potong pada peternakan rakyat. Pernyataan petani peternak ini didukung oleh pernyataan penyuluh pertanian sebanyak 18,32% dan pernyataan petugas dari Dinas Peternakan yang berada di lapangan sebanyak 16,16% juga menyatakan bahwa masalah keterbatasan ketersediaan pakan sapi potong merupakan salah satu masalah utama dari 28 masalah yang dihadapi peternak sapi potong pada peternakan rakyat. Pernyataan yang sama juga

R

(28)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

16

disampaikan oleh 15,09% tokoh agama (toga) dan tokoh masyarakat (tomas) dan 15,30%) pelaku usaha. Berdasarkan data ini nampak bahwa ketersediaan pakan ternak merupakan masalah utama yang dihadapi peternak sapi potong pada peternakan rakyat, terutama pada daerah pengembangan peternakan sapi potong dengan agroekosistem wilayah lahan kering atau tadah hujan (Mashur, 2017).

Gambar 1. Respons stakeholder terhadap keterbatasan ketersediaan pakan sapi potong pada peternakan rakyat

Ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau merupakan masalah utama bagi peternak sapi pada peternakan rakyat dalam menghadapi MEA. Jumlah jawaban responden yang memilih masalah ini sebanyak 12,63% dari lima kelompok responden. Menurut pandangan petani peternak bahwa pakan ternak berupa hijauan baik rumput lapangan, daun-daunan maupun limbah pertanian tersedia melimpah pada musim hujan atau pada

35,13

18,32 15,09

15,3

16,16

Respons stakeholher terhadap ketersediaan pakan sapi potong(%)

Petani/petermak Penyuluh pertanian Tomas &toga Pelaku usaha Petugas dinas

(29)

Kajian 28 Masalah Peternakan Rakyat Sapi Potong menghadapi MEA

17 musim panen yang berasal dari beberapa komoditas pertanian seperti padi, jagung dan palawija lainnya. Namun pada musim kemarau, hijauan tersebut tersedia sangat terbatas. Bahkan pada beberapa daerah tertentu pada kasus di Nusa Tenggara Barat, terutama di daerah-daerah lahan kering di Pulau Lombok bagian selatan, timur dan barat serta di Pulau Sumbawa pada umumnya mengalami musim “paceklik” atau kemarau panjang, sehingga hijauan pakan ternak baik berupa rumput, daun-daunan bahkan jerami padi dan jagungpun tidak tersedia, seperti ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kondisi lapangan pada musim kemarau panjang “paceklik”

ketersediaan pakan sapi potong sangat terbatas sumber: Foto dokumentasi, Mashur 2016

Untuk mengatasi masalah keterbatasan pakan ternak sapi potong pada musim kemarau, para peternak mencari hijauan pakan ternak di luar desa atau kecamatan bahkan antar kabupaten, seperti

Gambar

Gambar 1. Respons stakeholder terhadap keterbatasan ketersediaan  pakan sapi potong pada peternakan rakyat
Gambar 2. Kondisi lapangan pada musim kemarau panjang “paceklik”

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak sapi potong pada peternak masih rendah disebabkan peternak membakar limbah (jerami padi dan jagung) setelah panen,

Keberhasilan pengembangan usaha sapi potong antara lain ditentukan oleh kecukupan pakan (jumlah dan mutunya). Hijauan sebagai komponen utama pakan ternak berasal dari

Selain itu, berdasarkan hasil Sensus Tani 2013 (Dinas PKH Jateng 2014) peternakan sapi potong melibatkan banyak petani yaitu 887.837 rumah tangga petani peternak, sehingga

yang lama, 2) adanya keterbatasan pejantan unggul pada pembibitan dan.. peternak, 3) ketersediaan pakan tidak kontinyu dan kualitasnya rendah terutama. di musim kemarau,

Pada musim kemarau, peternak Lembang lebih banyak menggunakan jerami padi daripada rumput gajah/rumput lapang sebagai pakan serat, bahkan ada yang hanya memberikan

Tulisan ini memberikan gambaran “strategi penyusunan pakan murah untuk sapi potong” yang perlu dilakukan oleh pengusaha maupun peternak sapi potong di Indonesia, disamping informasi

Harnanto (1992) mengemukakan total biaya setiap responden bervariasi tergantung pada jumlah populasi ternak sapi potong yang dimiliki oleh setiap peternak dengan

Informasi dari BPS (K OTA P ADANG , 2007), melaporkan bahwa sekitar 60% sapi potong berasal sebagian besar dari Propinsi Lampung, padahal banyak peternak yang