• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan etika sebagai batasan akan hal-hal yang harus dilakukan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan etika sebagai batasan akan hal-hal yang harus dilakukan."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia seringkali tak menyadari hilangnya fungsi etika. Penyebab hilangnya etika tersebut karena etika merupakan bagian integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan oleh yang bersangkutan. Artinya, seseorang sangat jarang memikirkan etika yang dia miliki, kecuali dalam kehidupan bersosial dengan orang lain etikanya mendapat tantangan. Pada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang memilik etika yang berbeda.

Demi pencapaian pemahaman mengenai etika, maka perlu dibandingkan dengan moralitas. Etika menurut Suhardana (2006) dalam Agoes dan Ardana (2011) memiliki definisi sebagai ilmu yang disebut tata susila, yang mempelajari tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta hubungan yang baik diantara sesama manusia. Karena itu manusia membutuhkan etika sebagai batasan akan hal-hal yang harus dilakukan.

Pada konteks yang sama Frankena (1984) dalam Ropik (2015) mengemukakan bahwa etika (ethics) adalah salah satu cabang filsafat yang mencakup filsafat moral atau pembenaran-pembenaran filosofi (phylosophical judgments). Sebagai suatu falsafah, etika berkenaan dengan moralitas beserta persoalan-persoalan dan pembenaran-pembenarannya. Moralitas merupakan salah satu instrumen kemasyarakatan apabila suatu kelompok sosial menghendaki adanya penuntun tindakan (action guide) untuk segala pola tingkah laku yang disebut bermoral, maka moralitas akan serupa dengan hukum, yang disebut bermoral. Maka

(2)

moralitas akan serupa dengan hukum disatu pihak dan etiket (etiqutte) dilain pihak, akan tetapi berlainan dengan konvensi atau etiket, moralitas memiliki pertimbangan- pertimbangan jauh lebih tinggi tentang apa yang disebut “kebenaran” dan

“keharusan“. Moralitas juga dapat dibedakan dari hukum, sebab tidak tercipta atau tidak dapat diubah melalui tindakan legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Sanksi yang dikenakan oleh moralitas tidak seperti pada norma hukum yang melibatkan paksaan fisik ataupun ancaman, melainkan lebih bersifat internal, misalnya isyarat- isyarat verbal, rasa bersalah, sentimen atau rasa malu.

Secara konseptual, istilah etika memiliki kecenderungan dipandang sebagai suatu sistem nilai apa yang baik dan buruk bagi manusia dan masyarakat. Dalam implementasinya, penggunaan istilah etika banyak dikembangkan dalam suatu sistem organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur profesionalisme seseorang. Kita mengenal misalnya tentang etika kedokteran, etika jurnalistik, etika hukum, dan sebagainya. Konsepsi moralitas dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa jauh seseorang memiliki dorongan untuk melakukan tindakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika moral. Tingkat moralitas seseorang akan dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman, dan karakter individu adalah sebagian diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat moralitas seseorang. Dorongan untuk mencari kebenaran dan kebaikan senantiasa pada diri manusia, yang membedakan tingkat moralitas adalah kadar atau kuat tidaknya dorongan tersebut (Ropik, 2015).

Perilaku etis seorang akuntan professional sangatlah penting dalam penentuan status dan kredibilitas profesi di bidang akuntansi (Chan dan Leung, 2006). Dalam melakukan tugasnya, seorang akuntan dituntut untuk memiliki kredibilitas agar

(3)

dipercaya dalam mengambil keputusan, dengan data yang benar dan akurat.

Selanjutnya objektifitas yang tinggi supaya dapat bertindak adil. Selain itu, independensi agar akuntan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain dan tidak berpihak kepada siapapun dalam mengambil keputusan. Mintz (2006) menyebutkan pentingnya suatu sifat-sifat baik yang harus ada dalam profesi akuntansi. Dia menjelaskan bahwa sifat-sifat baik tersebut membuat seorang akuntan dapat menahan tekanan-tekanan dari klien yang dihasilkan dari konflik-konflik antara kewajiban-kewajiban seorang akuntan terhadap klien atau pertimbangan pimpinan perusahaan dan kepentingan publik.

Beberapa kasus manipulasi laporan keuangan banyak terjadi terhadap pemakai laporan keuangan yang melanggar kode etis seorang akuntan yang harus independen. Contoh kasus pelanggaran etika yang sangat mengguncang dunia dalam Bachtiar (2012) yaitu, kasus Enron. Pada tahun 2011, publik Amerika Serikat sudah dikejutkan dengan skandal besar yang dilakukan oleh Enron dan beberapa korporasi lainnya. Awalnya, Enron merupakan perusahaan yang mempesona. Dalam tempo sepuluh tahun, pendapatan Enron meningkat hampir dua puluh kali lipat dari US$5,5 miliar menjadi US$100,8 miliar dengan tingkat puncak pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1999-2000, dari US$40,1 miliar menjadi US$100,8 miliar. Mereka mengklaim keberhasilannya berasal dari inovasi yang mereka lakukan, terutama inovasi model bisnis. Jeffry Skilling, CEO Enron yang merupakan alumni dari HBS dan McKinsey menjadi idola para mahasiswa sekolah bisnis dan Enron menjadi pilihan tempat kerja utama bagi alumni sekolah bisnis. Belakangan, terbongkar bahwa pertumbuhan Enron lebih didukung oleh inovasi dalam produkderivatif dan perlakuan akuntansi yang berujung pada manipulasi laporan keuangan. Hanya dalam

(4)

tempo satu setengah bulan setelah pengungkapan kerugian, Enron menglami kebangkrutan. Enron tidak bangkrut sendiri. Dia “membawa serta” KAP terbesar di dunia, Arthur Andersen, untuk menemani kebangkrutannya. Lebih lanjut pada awal tahun 2000-an, terungkap berbagai skandal akuntansi yang dilakukan oleh korporasi Amerika Serikat, termasuk Xerox, Adelphia, AQL, Bristol-Myers Squibb, Freddie Mac, Kmart, Sunbeam, Tyco International, dan WorldCom.

Indonesia juga memiliki banyak kasus pelanggaran etis oleh seorang akuntan, beberapa contohnya adalah: (1) Kejahatan yang dilakukan oleh bank global, seperti penjualan reksa dana siluman, pemindahan dana nasabah tanpa seizin dan sepengetahuan nasabah, penggunaan dana obligasi tidak untuk keperluan perusahaan sampai dengan manipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen. (2) Adanya suatu tuduhan dan analisis yang cukup tajam dari Lin Che Wei dan pengamat lainnya atas rekayasa yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Lippo untuk memperoleh kembali aset dan juga Bank Lippo dengan harga murah. (3) Terjadi permasalahan karena PT Telkom tidak mempunyai pilihan atas akuntan publik yang digunakan akibat aturan baru dari SEC terkait dengan pelarangan untuk melakukan audit dan konsultasi secara bersamaan, konflik antara PT Telkom dan mitra KSO-nya juga menjadi sumber permasalahan PT Telkom. (4) Komisaris PT KAI mendapat tuduhan manipulasi laporan keuangan oleh akuntan publik, karena tuduhan ini, komisaris meminta RUPS ditunda. Permasalahan yang muncul adalah laporan keuangan ini konsisten dengan laporan keuangan sebelumnya yang dilakukan oleh BPK. Masalah ini sampai mengundang IAI untuk terlibat dan membuat suatu press release khusus terkait kasus ini. Pada akhirnya RUPS menerima laporan keuangan

(5)

yang telah diaudit dan akuntan publik yang mengaudit laporan mendapatkan sanksi dari IAI (Bachtiar, 2012).

Skandal-skandal diatas hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak kasus pelanggaran etis yang terjadi dimasyarakat. Berdasarkan pemaparan diatas mengenai skandal-skandal akuntansi, fenomena tersebut menggambarkan bahwa para pengambil keputusan belum memiliki kecakapan etika. Hal tersebut menunjukan kredibilitas, objektifitas dan independensi akuntan masih sangat rendah, hingga pada akhirnya berimbas pada menurunnya kepercayaan masyarakat akan profesionalisme akuntan.

Berkembangnya opini negatif masyarakat, dan krisis kepercayaan masyarakat terhadap profesionalisme akuntan, maka paradigma masyarakat perlu dirubah baik kembali dengan meningkatkan kualitas calon-calon profesional akuntan yaitu mahasiswa akuntansi. Pondasi calon akuntan perlu diperkuat dengan menerapkan pendidikan etika pada saat menjalani bangku perkuliahan, harapannya mereka menjadi individu yang berkarakter kuat berlandaskan ilmu etika sebelum menjadi seorang profesional. Bedford Committee menyebutkan dalam pernyataannya bahwa salah satu tujuan dari pendidikan akuntansi adalah untuk mengenalkan mahasiswa kepada nilai-nilai dan standar-standar etik dalam profesi akuntan (Clikemen dan Henning, 2000). Mastracchio (2005) juga mengatakan bahwa kepedulian terhadap etika harus diawali dari kurikulum akuntansi, jauh sebelum mahasiswa akuntansi masuk di dunia profesi akuntansi. Madison (2002) berpendapat bahwa mahasiswa akuntansi sekarang adalah para profesional di masa depan dan dengan pendidikan etika yang baik diharapkan dapat menguntungkan profesinya dalam jangka panjang.

Karena begitu pentingnya etika dalam suatu profesi, membuat profesi akuntansi

(6)

memfokuskan perhatiannya pada persepsi etis para mahasiswa akuntansi sebagai titik awal dalam meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi. Elias (2010) mengatakan bahwa masih sangat dibutuhkan penelitian mengenai sosialisasi mengenai etika pada mahasiswa akuntansi.

Perilaku Machiavellian, salah satu aspek yang mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Christie dan Geis (1979), Machiavellianisme didefinisikan sebagai proses manipulator mendapatkan lebih banyak reward dibandingkan yang dia peroleh ketika tidak melakukan manipulasi, ketika orang lain mendapatkan lebih kecil, minimal dalam jangka pendek. Machiavellian biasanya dihubungkan dengan individu yang manipulatif, menggunakan perilaku persuasif untuk mencapai tujuan pribadi, dan biasanya agresif. Richmond menginvestigasi hubungan paham Machiavellianisme yang membentuk suatu tipe kepribadian yang disebut sifat Machiavellian serta pertimbangan etis dengan kecenderungan perilaku individu dalam mengahadapi dilema-dilema etika (perilaku etis). Individu dengan perilaku Machiavellian tinggi cenderung lebih berbohong (McLaughlin, 1970 dalam Novitasari, 2014). Hasil penelitian ini, pertama menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan sifat Machiavellian seseorang maka semakin mungkin untuk berperilaku tidak etis. Kedua, semakin tinggi level pertimbangan etis seseorang, maka dia akan semakin berperilaku etis.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi persepsi etis seseorang adalah uang.

Uang merupakan salah satu aspek penting manusia di seluruh dunia karena selalu dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Di Amerika, kesuksesan seseorang diukur dengan banyaknya uang dan pendapatan yang dihasilkan (Ellias, 2010). Herzberg (1987) mengatakan bahwa uang adalah motivator bagi beberapa orang, namun orang

(7)

lain menganggapnya sebagai sebuah hygene factor. Tang dan Chiu (2003) berpendapat bahwa sikap terhadap uang dipelajari melalui proses sosialisasi yang didirikan pada masa kanak-kanak dan dipelihara dalam kehidupan dewasa. Dalam dunia bisnis, manajer menggunakan uang untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan (Milkovich dan Newman, 2002).

Cinta uang (love of money) oleh individu, merupakan sebuah variabel psikologis baru yang merupakan ukuran perasaan subjektif seseorang tentang uang, yang dihasilkan melalui uji penelitian oleh Tang (1992). Konsep tersebut digunakan untuk memperkirakan perasaan subjektif seseorang tentang uang. Tang dan Chiu (2003) mengemukakan konsep love of money sangat terkait dengan konsep ketamakan. Mereka menemukan bahwa karyawan di Hong Kong dengan love of money yang tinggi bekerja dengan kurang memuaskan dibandingkan rekan-rekan mereka. Tang dan Chiu (2003) menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis.

Menurut beberapa penelitian yang dijadikan literatur oleh penulis, baik dari naskah publikasi (jurnal) maupun naskah yang tak terpublikasi (skripsi) terdahulu, tidak ditemukan perbedaan hasil penelitian antara variabel Love of Money dan Machiavellianisme terhadap Persepsi etis. Hasil penelitian terdahulu selalu signifikan dan berdampak negatif terhadap persepsi etis. Selain itu, peneliti tertarik untuk mengungkap kembali apakah teori lama yang lahir pada abad pertengahan yaitu Machiavellianisme dan teori yang lahir lebih dari dua dekade lalu yaitu Love of Money masih terintegerasi dengan kehidupan sekarang atau tidak. Berdasarkan fenomena menarik tersebut, maka penulis termotivasi untuk kembali meneliti

(8)

hubungan antar variabel, apakah dampaknya masih signifikan ataukah akan ditemukan perbedaan hasil penelitian dari penelitian terdahulu.

Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Novitasari (2013). Persamaan peneltian ini dengan penelitian Novitasari (2013) terletak pada variabel independennya yaitu Love of Money, Machiavellianisme dan variabel dependennya yaitu Persepsi Etis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada obyek penelitiannya, penelitian terdahulu menggunakan obyek mahasiswa akuntansi angkatan 2010 dan 2011 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, sedangkan penelitian ini menggunakan obyek penelitian mahasiswa akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang angkatan 2012. Hasil dari penelitian terdahulu menunjukan bahwa Love of Money berpengaruh negatif signifikan terhadap Persepsi Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta, begitu pula perilaku Machiavellian berpengaruh negatif signifikan terhadap Persepsi Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PAHAM

MACHIAVELLIANISME DAN ASPEK LOVE OF MONEY TERHADAP

PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI TINGKAT AKHIR DI KOTA SEMARANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1) Apakah Paham Machiavellianisme berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang?

(9)

2) Apakah Aspek Love of Money berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang?

3) Apakah Paham Machiavellianisme dan Aspek Love of Money berpengaruh terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, tujuan tersebut yaitu:

1) Untuk mengetahui pengaruh Paham Machiavellanisme terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang.

2) Untuk mengetahui pengaruh Aspek Love of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang.

3) Untuk mengetahui pengaruh Paham Machiavellianisme dan Aspek Love of Money terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Tingkat Akhir di Kota Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

1) Bagi Pembaca dan Mahasiswa

Mampu menjadi masukan untuk membantu mahasiswa dan pembaca terutama untuk melihat pengaruh Machiavellianisme dan Love of Money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas moral dari masing-masing individu tersebut dalam berperilaku.

(10)

2) Bagi Universitas

Terutama bagi universitas dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam mengetahui bagaimana pengaruh Machiavellianisme dan Love of Money oleh mahasiswa akuntansi terhadap persepsi etisnya tersebut. Jika kredibilitas, pemahaman etika dan kualitas moral mahasiswa sudah baik maka mahasiswa dirasa akan siap memasuki dunia kerja yang notabene pada dunia kerja sering dihadapkan terhadap berbagai konflik kepentingan. Nama universitas nantinya juga akan terangkat seiring dengan hal tersebut.

1.4.2 Manfaat Akademis 1) Bagi Peneliti

Dari hasil skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat, menambah pengetahuan serta memperoleh gambaran nyata dan langsung mengenai pengaruh Machiavellianisme dan Love of Money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi.

2) Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu pengaruh Machiavellianisme dan Love of Money terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi

1.5 Sistematika Penilitian

Dengan sistematika penulisan ini, diharapkan pembaca akan lebih mudahh memahami isi dari laporan. Secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, sebagai berikut:

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai deskripsi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi pada penelitian ini sebagai dasar dalam pengambilan analisis terhadap permasalahan yang ada, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian, antara lain adalah definisi operasional dari variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang deskripsi dari objek penelitian, metode analisis data, hasil analisis regresi, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan penelitian dari penulis saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Insect Immunity, Constitutive Expression of A Cysteine- Rich Antifungal and A Linear Antibacterial Peptide in A Termite Insect.. Brock biology

Arteri koroner penyakit, termasuk angina dan serangan jantung , merupakan penyebab paling umum yang mendasari gagal jantung kronis. Orang yang memiliki serangan jantung

Belum adanya formulasi peraturan perundangan yang integral dalam penyidikan tipikor yang dapat mengeleminir munculnya egoisme sektoral.(3). Model alternatif

Judul skripsi : Tinjauan Ushul Fiqih Terhadap Fatwa Yusuf al-Qardlawi Tentang Kebolehan Seorang Muslim Menerima Warisan Dari Kerabat Non Muslim.. NO TANGGAL

Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 5 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Daerah Kabupaten

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan be­ sarnya harga pekerjaan bangunan dengan keadaaan dewasa ini dan mengatur dengan pasti besarnya uang pengganti biaya pembuatan

BAB III: Kendala Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) Dalam Memerangi Cyber Crime : Aspek Koordinasi dan Kerjasama Internasional... Beberapa Penanggulangan Global

Di njau dari manajemen satuan pendidikan, maka penyusunan model inspirasi diversifi kasi kurikulum esensi dan muaranya adalah terwujudnya Kurikulum ngkat satuan