• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Lokasi Penelitian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

28 1. Lokasi

SMA Negeri 1 Sukoharjo merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terletak di Jalan Pemuda No. 38 Sukoharjo. Berdasarkan sumber data sekolah, SMA Negeri 1 Sukoharjo berdiri atas adanya swadaya masyarakat se Kabupaten Sukoharjo dengan cara mengumpulkan biji kelapa tua (Tunas Pohon Kelapa). Gerakan ini diprakarsai oleh Bapak Wandowo Pranata yang merupakan Bupati Kepala Daerah Tingkat II pada 1962. Hasil penjualan kelapa tersebut kemudian digunakan untuk membangun gedung SMA Negeri 1 Sukoharjo diatas tanah milik negara dengan luas 19.116 meter persegi.

Sehingga pada bulan Agustus 1962 telah menerima siswa baru untuk pertama kalinya di tahun ajaran 1962/1963.

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Pada awal tahun pelajaran SMA Negeri 1 Sukoharjo telah memiliki 3 kelas. Tapi untuk proses belajar mengajar masih ditempatkan di rumah Bapak Djiwo yang beralamat di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo,

(2)

Kabupaten Sukoharjo. Kelas tersebut merupakan kelas jauh (filial) dari SMA Negeri 1 Surakarta yang berada dibawah pimpinan Bapak R.

Supamdam dan kemudian dinegerikan dengan SK Menteri P dan K tanggal 25 Juli 1963 No. 59/K/B/III. Pada awal pembangunan gedung sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo hanya membuat 3 ruang kelas dan selanjutnya dibangun secara bertahap oleh DEPDIKBUD.

Masyarakat dapat dengan mudah mengakses SMA Negeri 1 Sukoharjo ini. Secara geografis, SMA Negeri 1 Sukoharjo berada di sebelah utara Jalan Raya Sukoharjo- Karanganyar, sebelah selatan dari CV MDA Group Furniture, serta sebelah barat dari SMP Negeri 1 dan 2 Sukoharjo. Adapun visi dari SMA Negeri 1 Sukoharjo yaitu

“terwujudnya sekolah yang unggul di bidang IMTAQ dan IPTEK”, serta misi yaitu,

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki

b. Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah

c. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal

d. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK

e. Meningkatkan prestasi dalam bidang ekstrakulikuler yang senantiasa berakar pada sistem nilai, adat istiadat, agama, dan budaya masyarakat dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar

f. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa menjadi sumber kearifan dan bertindak.

(3)

Tabel 4.2 Sarana dan prasarana

No Jenis Sarpras Jumlah

1. Ruang Kelas 36

2. Ruang Laboratorium 7

3. Ruang Perpustakaan 1

4. Masjid 1

5. Aula 2

6. Ruang Meeting 1

7. Ruangan guru dan karyawan 7

Sumber : Data sekolah

Berdasarkan sumber data sekolah, SMA Negeri 1 Sukoharjo juga memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah. Diantaranya seperti ruang kelas X, XI, XII dengan program jurusan IPA, IPS dan Bahasa serta laboratorium kimia, biologi dan fisika. Selain itu juga terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, masjid, aula dan ruang meeting. Pada tahun ajaran 2020/2021, SMA Negeri 1 Sukoharjo memiliki guru sebanyak 76 orang dengan rincian 62 berstatus sebagai PNS dan 14 berstatus GTT. Dari 76 guru tersebut terdiri atas Kepala Sekolah, Wakil-wakil Kepala Sekolah, Guru BK, serta guru pengampu mata pelajaran di kelas X, XI, XII.

Selain itu, SMA Negeri 1 Sukoharjo juga memiliki 17 karyawan sekolah yang meliputi Tata Usaha dan Penjaga Perpustakaan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Selama pandemi COVID-19 kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 1 Sukoharjo berubah ke dalam pembelajaran daring. Menurut Bilfaqih & Qomarudin (Jayul, 2020) pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi sehingga dapat digunakan secara masif dengan jumlah peserta yang banyak.

Setelah adanya keputusan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh, sekolah melakukan koordinasi melalui rapat sekolah sehingga pimpinan

(4)

sekolah dan para guru bersepakat untuk menyesuaikan layanan pembelajarannya sebagai berikut:

“…setiap pelajaran kami berikan waktu 60 menit untuk satu kali pertemuan dalam satu minggu dimana setiap hari disusun ada 4 jam atau 4 pelajaran, ada yang 3 jam bahkan ada yang 2 jam. Jadi total untuk kelas 10 ada 16 mata pelajaran dan kelas 11 dan 12 ada 15 mata pelajaran.” (SR/27/4/2021).

Sebelum diadakannya pembelajaran daring, setiap guru mata pelajaran rata-rata diberikan waktu minimal 90 menit setiap minggunya untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan siswa. Akan tetapi dengan adanya perubahan proses pembelajaran, alokasi waktu yang diberikan juga mengalami pengurangan. Guru diharuskan untuk bisa membagi waktunya dengan baik agar materi pembelajaran dapat tersampaikan kepada siswa dengan waktu yang sangat terbatas. Dengan dilakukannya manajemen waktu yang baik, maka pembelajaran akan lebih efektif serta akan meminimalisir kendala yang ada.

Adanya perubahan proses pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh terdapat permasalahan yang dialami oleh guru. Mastura & Rustan (2020) mengatakan bahwa guru dituntut melakukan pembelajaran daring yang mana masih banyak guru asing dengan teknologi. Hal ini sama seperti yang dikatakan AW, salah satu guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo berikut :

“Iya pandemi kemarin itu dadakan ya, sempat kewalahan juga.

Kan bapak ibu guru juga banyak yang sudah tidak muda lagi dan pembelajaran daring itu kan berkaitan dengan IT, jadi banyak yang kebingungan harus ini itu” (AW/6/4/2021).

Pelaksanaan pembelajaran daring jarang diterapkan di negara Indonesia, maka tak heran jika banyak guru mengalami kebingungan.

Adanya pandemi yang datang secara tiba-tiba telah memaksa guru untuk bisa menggunakan media daring dalam menunjang proses pembelajaran. Padahal untuk bisa menggunakan media daring guru

(5)

juga memerlukan persiapan yang matang agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Selain terkendala dalam penguasaan teknologi, guru juga memiliki kendala tidak bisa melakukan tatap muka secara langsung kepada siswa. Interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa juga sangat penting dilakukan pada saat proses pembelajaran untuk meningkatkan semangat belajar sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. (Lin & Lin, 2015). Seperti yang dikatakan RS saat ditemui di sekolah berikut :

“Mengajar tanpa kehadiran siswa di depan saya itu ya menjadi pengamalan baru untuk saya. Terlebih lagi untuk siswa kelas X yang sama sekali belum pernah bertemu dan melakukan pembelajaran secara tatap muka. Sehingga sedikit mengalami kesulitan untuk memahami siswanya.” (RS/8/4/2021)

Seperti yang dipaparkan informan diatas, bahwa proses interaksi langsung sangat dibutuhkan guru dalam menunjang proses pembelajaran. Dengan melakukan interaksi langsung, proses pembelajaran lebih terasa menyenangkan serta guru akan lebih mudah menyampaikan informasi dan mengawasi peserta didiknya. Hal ini juga disampaikan oleh UK pada wawancara berikut :

“Apa ya, jadi kita itu ngajar siapa sih. Kemudian saat kita memberikan materi melalui WA grup atau GCM itu sebenarnya anak itu membaca nggak sih, sampai nggak. Walaupun ada bertanya kalau gak paham, tapi yang tidak mau tanya bagaimana. Kadang posisi mereka saat mendengarkan saya itu seperti apa. Karena itu kan yang tidak bisa diketahui oleh kita, karena kalau di kelas kan semua saya bisa lihat…”(UK/8/4/2021).

Adanya keterbatasan komunikasi, guru akan mengalami kesulitan dalam mengamati siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Guru juga akan kesulitan untuk mengetahui apakah siswa bisa menerima materi yang disampaikan dengan baik atau tidak.

Karena keterbatasan komunikasi menjadikan guru tidak bisa mengawasi siswanya dengan baik.

(6)

Menurut Sopian (2016) bahwa tugas seorang guru salah satunya tugas dalam bidang kemanusiaan yang menjadikan dirinya sebagai orang tua. Sehingga guru memiliki tanggung jawab bukan hanya mendidik dalam arti mencerdaskan siswa dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tapi guru juga bertugas untuk menanamkan nilai- nilai pendidikan karakter dan sopan santun kepada peserta didiknya.

Sama seperti yang dikatakan guru SY saat ditemui di sekolah berikut :

“Ya kita tidak bisa memahami satu-satu pada anak, karena dalam pembelajaran daring ini kan hanya membayangkan yang tidak tau dari awal. Kalau kita tatap muka kan bisa melihat wajahnya saat dia serius bisa kelihatan, melamun juga kelihatan.

Karena pembelajaran ini kan tidak hanya tentang ilmu tapi juga menanamkan karakter. Jadi saat kita ketemu bisa mengingatkan kepada anak-anak, kalau ini kan mengingatkan secara chat dan kita pun tidak tau setelah diingatkan dia seperti apa. Tetep beda, lebih dekat dan lebih mengenal kalau kita tatap muka sampai sedetail apa siswa itu saat di kelas”(SY/21/4/2021).

Dengan adanya proses pembelajaran jarak jauh, guru mengalami kesulitan dalam memantau peserta didiknya saat mengikuti proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan guru mengalami kesulitan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan sopan santun ke siswa karena keterbatasan akses. Menurut Tjandra (2020) bahwa dalam pembelajaran daring guru hanya bisa memfasilitasi siswa dengan perpustakaan kelas, modul, buku dan buku pendamping lain. Karena memang sulit bagi guru untuk melaksanakan tugas guru secara penuh saat diterapkannya pembelajaran daring ini.

Agar siswa tetap antusias dalam mengikuti pembelajaran maka diperlukan strategi mengajar yang dilakukan oleh guru. Akan tetapi guru merasa dilema untuk mencari strategi yang tepat agar siswa tetap semangat dan tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh SY berikut :

“Kalau kita online nya seperti ini terus yaa gimana ya, tetap susah kalau mau menerapkan strategi baru. Strategi pembelajaran harus diubah gitu ya sulit, wong kita memberi yang agak berat gitu juga gak boleh, membebani anak juga gak boleh. Nanti kalau banyak

(7)

tuntutan malah kondisinya ngedrop dan sebagainya, itu yang dikhawatirkan.” (SY/21/4/2021)

Sulitnya guru dalam menerapkan strategi belajar jarak jauh, maka guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo sejauh ini baru menerapkan strategi bagaimana guru mampu mengkondisikan siswa agar mau mengikuti pembelajaran, mengikuti aturan yang ada dan mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Karena guru juga mempertimbangkan kondisi siswa apabila guru akan menggunakan strategi pembelajaran dengan media yang lebih bervariasi.

Pembelajaran jarak jauh banyak menggunakan aplikasi yang harus terkoneksi dengan internet, baik itu melalui handphone ataupun laptop.

Untuk aplikasi atau media daring yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Sukoharjo, masing-masing diserahkan kepada masing-masing guru yang bersangkutan. Sekolah tidak mengharuskan guru untuk menggunakan media pembelajaran tertentu karena setiap guru memiliki kemampuan dan cara penyampaian yang berbeda. Seperti yang dipaparkan oleh SY pada tanggal 21 April 2021 di SMA Negeri 1 Sukoharjo berikut :

“Nggak ada, jadi guru diberikan keleluasaan untuk memilih yang mana dulu, kolaborasi apa. Paling tidak ada grup WA sama GCR, itu minimal. Kemudian kalau mau gmeet karena kita juga ingin melihat wajah-wajah sama anak didik kita seperti apa karena selama setahun kok ndak bisa melihat langsung ya boleh lah sekali-kali pake gmeet gitu boleh” (SY/21/4/2021)

Merujuk pada penjelasan informan diatas bahwa SMA Negeri 1 Sukoharjo membebaskan guru untuk memilih aplikasi yang akan dipakai untuk mengajar. Tapi umumnya setiap guru memiliki whatsapp grup dan google classroom yang digunakan sebagai media pembelajaran. Setiap guru juga akan mengkolaborasikan media tersebut dengan beberapa media pembelajaran lain seperti google meet, zoom, video pembelajaran dan google formulir untuk menunjang proses pembelajaran. Bahkan beberapa guru memiliki jadwal sendiri di setiap

(8)

pertemuannya untuk menentukan media pembelajaran yang akan digunakan agar siswa tidak merasa bosan. Seperti yang dikatakan oleh GJ berikut :

”Kalau khususnya saya mapel sejarah indonesia saya berganti- ganti mbak, karena artian kebutuhan pembelajaran saya dalam materi tertentu dan juga dari siswanya jika saya menggunakan itu-itu saja kan merasa bosan saya akan selang-seling. Beberapa kali saya menggunakan google classroom, lalu saya menggunakan media podcast, lalu juga menggunakan WA, kadang juga zoom. Tapi sebelum itu saya juga lampirkan media pendukung seperti power point. Karena power point itu wajib untuk rangkuman apa yang saya sampaikan dalam materi yang saya ajarkan, tapi video pembelajaran juga saya buat agar anak tidak bosan dalam melakukan pembelajaran daring”

(GJ/22/4/2021).

Perubahan menggunakan media daring dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan. Selain itu, penggunaan media daring juga disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan oleh masing-masing guru. Sehingga guru akan memilih media mana yang cocok dan bisa digunakan pada setiap pertemuannya. Begitu juga yang disampaikan oleh SR berikut ini :

“Sejauh ini melihat kondisi siswa saat ini yang masuk akal ya ketiga media itu, kalau seperti zoom itu kan lebih mahal.

Terkadang saja ketiga media ini tidak semuanya oke. Terkadang ada yang WA saya, ini ngirim tugasnya bagaimana. Jadi saya bilang ke siswa kalau tiap ada mata pelajarannya saya silahkan cek di google classroom.”(SR/8/4/2021)

Selain dimaksudkan untuk mengurangi rasa bosan, pemilihan variasi penggunaan media daring biasanya juga disesuaikan dengan kondisi siswa. Pemilihan media pembelajaran menjadi poin penting yang perlu diperhatikan oleh guru. Terlalu sering menggunakan media pembelajaran yang memerlukan banyak kuota justru akan memberatkan siswa, sehingga akan membuat siswa tidak mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pandemi COVID-19, memaksa guru untuk bisa menggunakan media daring dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Dari sisi

(9)

pendidik, guru awalnya juga mengalami kesulitan dalam menggunakan media daring. Sehingga SMA Negeri 1 Surakarta memfasilitasi guru dengan memberikan pelatihan atau In House Training (IHT), seperti yang dijelaskan SM berikut ini :

“Dulu sekolah mengadakan IHT saat awal pembelajaran daring.

Jadi ya belajar dari situ. Terus kalau di ruang guru, tanya-tanya juga gimana cara menggunakan aplikasi ini gitu.” (SM/23/4/2021)

Selama pandemi COVID-19 ini proses pembelajaran harus tetap berjalan walaupun proses dan hasilnya berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Tujuan dari adanya pembelajaran daring tak lain untuk memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas (Sofyana & Rozaq, 2019). Adanya kebijakan pembatasan sosial dan larangan berkumpul, penggunaan media pembelajaran daring merupakan solusi yang tepat agar proses pembelajaran tetap berjalan. Belajar dari rumah masing-masing dengan media yang dapat menjangkau siswa sehingga siswa tetap dapat mengikuti pembelajaran.

Pandemi COVID-19 juga merubah tempat belajar siswa yang awalnya di sekolah berubah di rumah masing-masing. Dengan adanya perubahan ini proses pembelajaran membutuhkan pihak luar yang ikut berperan penting dalam proses pembelajaran. Orang tua merupakan pihak utama yang memiliki peranan penting pada proses ini, karena hanya orang tua yang bisa memantau dan mengawasi siswa secara langsung ketika siswa belajar dari rumahnya masing-masing. Orang tua juga memiliki peranan dalam menyediakan fasilitas belajar seperti handphone, laptop serta kuota belajar agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selanjutnya, sekolah juga memiliki peranan penting dalam pemberian fasilitas terutama bagi guru. Serta sekolah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru agar siap melaksanakan pembelajaran daring. Selain itu, dibutuhkan juga peranan

(10)

dari pemerintah di dalam pelaksanaan pembelajaran daring terutama dalam pemberian subsidi bantuan kuota sehingga dapat meringankan beban siswa.

3. Media Pembelajaran Daring

Ada beberapa macam media pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Dalam proses pelaksanaannya guru akan memilih sendiri media yang cocok dan sesuai untuk menyajikan materi pembelajaran yang diampu, karena setiap guru memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan materi pembelajaran. Ada beberapa materi pelajaran yang tidak bisa disajikan dengan hanya menggunakan satu media tertentu, sehingga guru perlu melakukan dengan mengkolaborasi beberapa media pembelajaran.

Tak bisa dipungkiri bahwa media pembelajaran merupakan penunjang utama dalam proses pembelajaran. Berhasil tidaknya proses pembelajaran sangat ditentukan oleh pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran (Supriyono, 2019). Ada beberapa media pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Berdasarkan rangkuman hasil wawancara ditemukan beberapa media pembelajaran daring yang biasa digunakan oleh guru diantaranya, whatsapp grup, google classroom, google meet, zoom, google formulir, video pembelajaran dan podcast.

Pada setiap mata pelajaran guru umumnya melakukan kolaborasi dengan menggunakan beberapa media pembelajaran yang disesuaikan oleh kebutuhan materi yang akan disampaikan. Sehingga dalam setiap pertemuan, guru akan menggunakan beberapa media pembelajaran untuk melakukan komunikasi dan menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Pertama, google classroom yang merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh google. Dengan google classroom guru dapat membagikan materi ataupun soal pada aplikasi tersebut

(11)

dengan mudah tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan siswa.

Seperti yang dikatakan AW pada wawancara berikut :

“Kalau saya sendiri disini memakainya google classroom, karena itu yang paling pokok. Tapi kalau bapak ibu guru ada media lain yang lebih mudah digunakan siswa juga mudah menangkap atau yang lebih kreatif itu terserah bapak ibu guru masing-masing, terserah mau pakai media apa. Jadi kalau patokan khusus.”(AW/6/4/2021)

Umumnya guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo menggunakan google classroom sebagai media pembelajaran daring. Aplikasi ini dipilih karena penggunaannya lebih mudah serta memerlukan kuota yang lebih sedikit dibandingkan dengan aplikasi lain. Dengan menggunakan google classroom materi pembelajaran juga akan tersusun lebih rapi dan bisa diakses kembali kapan saja oleh siswa. Selain itu, google classroom juga mempermudah guru pada saat siswa mengumpulkan tugas. Seperti yang dikatakan oleh SY berikut :

“…Kemudian untuk tugas biasanya diberikan di GCR karena disitu kan langsung bisa dilihat mana yang belum mengumpulkan dan mana yang sudah. Karena kalau dikumpulkan melalui WA jadi banyak dokumen yang masuk jadi mengganggu gitu. Kalau di GCR kan lebih enak, ulangan pun juga di GCR jadi nanti sudah langsung keluar skornya juga. Jadi kita juga lebih simpel, lebih enak tinggal mengolah dan memasukkan saja…”(SY/21/4/2021).

Pada pelaksanaannya guru akan membuat ruangan untuk masing- masing kelas yang disesuaikan dengan jam pelajarannya. Selanjutnya guru akan membagikan materi pada jam pelajaran ke ruang yang telah dibuat sehingga siswa bisa mengakses materi yang sudah dibuat oleh guru pada saat jam pelajaran.

Media selanjutnya yaitu whatsapp grup yang merupakan aplikasi paling umum digunakan oleh setiap orang untuk sekedar bertanya kabar dengan menggunakan pesan tertulis, pesan suara, mengirim foto dan mengirim dokumen. Pada masa pandemi ini, whatsapp juga dipakai sebagai media pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh SY berikut :

(12)

“Kalau di WA itu memberikan informasi, saya mengawalinya seperti saya mengajar di kelas seperti salam, berdoa terus jam ini dengan materi ini dan seterusnya saya chat kan di grup nya.

Kemudian saya pakai google form untuk presensi jadi anak-anak absen dulu kurang lebih selama 15 menit, kemudian bisa menggunakan voice note, bisa menggunakan chat untuk menerangkan atau menitik fokuskan pada hal-hal atau materi yang sekiranya amat penting….”(SY/21/4/2021).

Seperti yang dipaparkan informan diatas bahwa whatsapp juga digunakan sebagai media pembelajaran, guru pun melakukan langkah- langkahnya pembelajaran hampir sama dengan pembelajaran tatap muka. Seperti memberikan salam, memimpin doa serta menanyakan kabar kepada peserta didik sebelum mulainya pembelajaran. Selain itu, guru memilih whatsapp sebagai media pembelajaran karena whatsapp lebih mudah diakses dan lebih terjangkau. Seperti yang dipaparkan UK saat diwawancarai berikut :

“….dengan pertimbangan kuota, wilayah yang nanti berhubungan dengan sinyal, kemudian juga kehadiran siswa jadi walaupun tidak melihat siswa secara langsung tapi saya bisa melihat kehadiran siswa. Itu ya lewat WA grup dengan menggunakan voice note.”(UK/8/4/2021).

Sebelum adanya pandemi COVID-19, aplikasi ini sudah umum digunakan oleh sebagian besar orang untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Whatsapp dipilih karena penggunaannya mudah serta memerlukan kuota yang lebih sedikit. Selain itu, dengan whatsapp guru akan lebih mudah melihat kehadiran siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru akan membuat grup whatsapp di masing-masing kelas yang akan diampu. Kemudian saat jam pembelajaran, guru akan membagikan materi pembelajaran di grup dan mengirimkan voice note untuk menjelaskan materi yang telah dibagikan.

Media daring selanjutnya adalah google meet. Google meet merupakan aplikasi video yang dikembangkan oleh google. Aplikasi ini digunakan ketika guru ingin melakukan interaksi langsung dengan siswa dengan maksud ingin menjelaskan materi secara langsung serta

(13)

melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui seberapa paham siswa dengan materi yang sebelumnya sudah disampaikan.

Seperti yang disampaikan oleh LS berikut :

“….baru nanti setiap beberapa pertemuan diselingi menggunakan google meet karena kita mempertimbangkan kalau setiap saat menggunakan meet dan khawatir akan membebani siswa. Karena teman-teman yang lain juga menginginkan pakai meet api kalau semuanya pakai nanti anak-anak sanggup apa enggak” (LS/10/4/2021).

Intensitas guru dalam menggunakan google meet ini relatif jarang.

Seperti yang dikatakan oleh informan diatas bahwa menggunakan apikasi google meet sangat jarang digunakan karena mempertimbangkan kuota dan akses jaringan yang dimiliki oleh peserta didik. Selain itu, guru lain juga ada yang menginginkan menggunakan aplikasi ini sehingga google meet umumnya hanya digunakan beberapa kali dalam satu semester. Begitu juga dengan apa yang dikatakan AW berikut ini :

“…siap nggak besok menggunakan google meet jadi kalau sudah siap semua ya bisa dilaksanakan. Tapi kadang ada siswa yang bilang belum ada kuota ya biasanya saya tunda dulu. Kan kasihan juga jika yang ikut cuma sedikit dan ada yang tidak mengikuti pembelajaran kan mending cari waktu lain.”

(AW/6/4/2021)

Seperti yang dipaparkan informan diatas, agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan melalui google meet maka guru akan menanyakan terlebih dahulu kesiapan dari siswa sebelum memulai pembelajaran. Hal ini penting dilakukan oleh guru karena pemilihan media pembelajaran yang baik juga harus disesuaikan dengan kemampuan siswa agar siswa dapat mengikuti pembelajaran.

Kemudian aplikasi selanjutnya yang digunakan adalah zoom. Zoom merupakan aplikasi yang fungsinya hampir sama dengan google meet yaitu dengan melakukan video langsung dengan siswa. Selain itu, zoom

(14)

sendiri sangat jarang digunakan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo seperti yang dipaparkan AW berikut :

“….kalau zoom cuma saya gunakan sekali dua kali saja karena kan hanya bisa digunakan 45 menit saja selebihnya harus bayar gitu ya. Terus pakainya google meet karena google meet itu gak perlu bayar dan waktunya juga tidak terbatas.”(AW/4/6/2021).

Dengan menggunakan aplikasi zoom guru harus mengeluarkan biaya lagi untuk membeli zoom dalam versi premium agar dapat digunakan sesuai dengan waktu yang diinginkan karena sekolah sendiri belum menyediakannya. Selain itu zoom juga membutuhkan kuota yang terbilang cukup banyak serta membutuhkan sinyal yang lebih stabil.

Seperti yang dikatakan oleh LS berikut :

“karena zoom dan meet itu mahal kuotanya terlalu banyak. Iya kalau saya saja yang menggunakan mungkin anak bisa mengikuti, kalau semua mata pelajaran pakai.”(LS/10/4/2021).

Penggunaan zoom dinilai kurang efektif apabila digunakan secara terus menerus. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa bisa mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui zoom karena terkendala kuota dan sinyal yang terbatas.

Media selanjutnya yaitu video pembelajaran yang merupakan video yang berisi guru seolah-olah sedang mengajar didalam kelas dengan menjelaskan materi pada pertemuan tertentu, atau bisa juga video animasi yang menampilkan materi pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Beberapa guru membuat video pembelajaran sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Seperti yang dikatakan ST saat wawancara berikut :

“Kalau saya biasanya, saya selalu setiap minggunya menyiapkan 2 video pembelajaran, langkah pertamanya saya membuat power point dulu lalu saya malam jam 12 baru rekaman. Karena rumah saya kan dekat jalan raya, jadi kalau siang itu rame. Terus nanti bisa pakai video model kinemaster untuk mengedit, terus setelah itu paginya saya pakai google classroom nanti anak sudah bisa membukanya.” (ST/29/4/2021)

(15)

Selaras dengan apa yang dikatakan informan diatas bahwa pembuatan video pembelajaran ini guru harus merekam video dengan menggunakan kamera atau handphone. Selanjutnya video tersebut diedit sesuai keinginan guru dengan menggunakan aplikasi editing video seperti kinemaster, filmora, dan movie maker. Kemudian pada saat jam pelajaran video pembelajaran tersebut dibagikan kepada siswa melalui google classroom. Begitu juga dengan GJ yang juga membuat video pembelajaran seperti yang dikatakan pada wawancara berikut :

“Iya saya membuatnya ya sebisa saya, dengan kemampuan saya dibidang IT. Tapi kadang saya mengambil ketika waktunya berdekatan dengan kegiatan apa kemudian saya mengambil dari berbagai sumber di youtube. Sesuai dengan apa yang saya sampaikan dan saya filter terlebih dahulu apakah sama atau tidak, dan layak atau tidak jika video itu dikirimkan ke anak.”(GJ/22/4/2021)

Selain merekam sendiri, guru juga bisa membuat video dengan mengambil bahan dari youtube kemudian dipilih dan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Setelah video yang bersumber dari youtube tersebut terkumpul, guru dapat mengabungkan untuk selanjutnya menjadi video pembelajaran yang utuh. Pada intinya pembuatan video ini juga disesuaikan dengan kemampuan guru dalam membuat video pembelajaran.

Kemudian media selanjutnya yaitu google formulir yang merupakan layanan dari google yang dapat digunakan seperti survei atau tanya jawab yang dapat disesuaikan sesuai dengan para penggunanya. Media pembelajaran dengan menggunakan google formulir ini biasanya digunakan guru untuk membuat latihan soal baik untuk pemberian tugas harian, ulangan maupun ujian. Seperti yang dikatakan SR berikut :

“Untuk pemberian tugas sama ulangan, karena memudahkan guru dalam mengoreksi. Jadi kita buat dulu naskahnya di google formulir kemudian linknya itu dimasukkan ke GCM. Walaupun link langsung saya share ya bisa, tapi saya biasanya menyuruh siswa untuk masuk ke kelasnya.”(SY/21/4/2021)

(16)

Dalam pelaksanaanya guru akan menuliskan soal-soal yang sudah dibuat sebelumnya di google formulir beserta jawabannya jika soal tersebut berupa soal pilihan ganda. Kemudian link akan dibagikan oleh guru melalui google classroom atau whatsapp grup pada waktu yang ditentukan, sehingga nantinya siswa tinggal menjawab dengan memilih jawaban yang sesuai. Begitu juga dengan yang dikatakan RW berikut :

“Sama kalau pas ujian itu menggunakan google form jadikan lebih memudahkan guru dalam penilaian. Karena kalau google form kan tinggal download nilainya kan.”(RW/22/4/2021)

Dengan menggunakan google formulir maka ketika siswa selesai mengerjakan soal nilainya bisa langsung diketahui. Media google formulir ini dipilih karena lebih mudah dan dapat diatur sesuai dengan keinginan para penggunanya.

Media terakhir yaitu podcast merupakan aplikasi yang umumnya digunakan untuk membagikan cerita kepada orang lain dengan melalui aplikasi seperti joox dan spotify sehingga aplikasi ini hasilnya berupa suara. Seperti yang dilakukan GJ yang merupakan salah satu guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada wawancara berikut :

Podcast itu kan rekaman suara jadi seperti kita menggunakan aplikasi spotify yang biasanya digunakan untuk memutar suara atau musik itu sama sistemnya. Jadi ketika anak menginstal dari playstore aplikasi spotify untuk membuka podcast. Jadi saya membuat podcast terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran terkait materi yang ingin saya sampaikan. Karena kan materi saya tidak bersifat hitung-hitungan, jadi lebih enak sehingga apa yang ingin saya sampaikan lebih mudah diterima dan bisa diulang terus menerus oleh anak dengan media yang lebih ringan daripada video pembelajaran”(GJ/22/4/2021)

Media podcast ini merupakan media tambahan yang digunakan oleh beberapa guru. Penggunaan media ini digunakan oleh guru yang membutuhkan penjelasan panjang atau bercerita pada materi yang diberikan kepada siswa berupa suara. Rekaman suara yang telah dibuat guru selanjutnya diupload ke aplikasi spotify atau joox sehingga siswa dapat mengaksesnya.

(17)

Dapat dilihat bahwa guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo menggunakan kolaborasi beberapa media pembelajaran dalam menyampaikan materi kepada anak didiknya. Setiap guru akan menggunakan kolaborasi yang berbeda. Hal ini dikarenakan guru menyesuaikan diri dengan kebutuhan serta kemampuan pada dirinya. Disamping itu pemilihan media pembelajaran juga disesuaikan dengan kondisi siswa agar siswa merasa tidak terbebani dengan media yang digunakan.

4. Proses Adaptasi Guru Dalam Penerapan Media Pembelajaran Daring

Perubahan proses pembelajaran tatap muka ke pembelajaran jarak jauh menyebabkan adanya perubahan dalam menggunakan media pembelajaran ataupun proses pembelajaran itu sendiri. Pada pembelajaran tatap muka, guru umumnya menggunakan power point untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran ke siswa.

Meskipun begitu, ada juga guru yang menggunakan video dan gambar untuk menambah pemahaman siswa terhadap suatu materi tertentu agar materi tersebut dapat tersampaikan dengan jelas.

Adanya pandemi COVID-19, guru diharuskan untuk menambah media pembelajaran basis online agar proses pembelajaran tetap berjalan Ada beberapa kendala yang dirasakan guru dengan diterapkannya media pembelajaran daring. Kendala tersebut diantaranya, tidak semua guru mahir dalam menggunakan teknologi internet sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Selain itu, para guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo juga belum pernah melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Guru terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka di kelas sehingga diperlukan proses adaptasi dalam perubahan penggunan media pembelajaran.

Tugas dan kewajiban guru yang ada tetap akan dilaksanakan dan diharapkan mampu mengembangkan kreativitasnya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Sopian, 2016). Dengan adanya perubahan

(18)

proses pembelajaran tersebut awalnya tidaklah mudah untuk setiap guru dalam melakukan proses penyesuaian dalam pembelajaran yang baru.

Guru harus tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik di tengah pandemi COVID-19. Ada beberapa proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo untuk bisa melaksanakan pembelajaran daring.

Pertama, mengikuti In House Training (IHT) yang merupakan pelatihan untuk guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 1 Sukoharjo. Seperti yang dipaparkan oleh SR selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum berikut ini :

“Ya bapak ibu guru sebelum melaksanakan pembelajaran jarak jauh akan diberikan bekal dengan sekolah memberikan pelatihan dengan melaksanakan workshop-workshop. Diantaranya workshop dalam menggunakan media pembelajaran daring atau jarak jauh yang kami sampaikan ke bapak ibu guru ini adalah google meet dan google classroom itu jadi prioritas kami agar bapak ibu guru bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh sekurang-kurangnya dengan media tersebut. Kemudian juga kami berikan pembekalan untuk program penilaian, kami pilih untuk satu media penilaian yaitu google formulir itu kami beri pelatihan kepada bapak ibu guru. Sehingga harapan kami ketiganya itu bisa mendukung dan memperlancar pelaksanaan PJJ di kelasnya masing-masing”(SR/27/4/2021).

Pelatihan ini dilaksanakan di Aula Sekolah dengan mendatangkan orang yang ahli dalam bidang teknologi. Tujuan dari diadakannya pelatihan ini yaitu untuk memfasilitasi guru agar bisa menggunakan media daring di dalam proses pembelajaran dengan baik. GJ menjelaskan terkait IHT di sekolah pada wawancara berikut :

“Ya ada, sekolah setidaknya memberikan pelatihan terhadap guru pada awal pembelajaran daring tentang bagaimana penggunaan google classroom, google meet dan google form untuk melakukan evaluasinya.” (GJ/22/4/2021)

IHT ini merupakan salah satu langkah awal yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dalam penggunaan media

(19)

pembelajaran daring. IHT ini dilaksanakan tiga kali di awal pelaksanaan pembelajaran daring dengan mendatangkan orang yang ahli dalam bidangnya. Adapun media pembelajaran yang diberikan berupa google classroom, google meet dan google formulir.

Kedua, guru belajar melalui internet dimana guru akan mencari tutorial mengenai bagaimana cara menggunakan suatu media pembelajaran tertentu melalui youtube ataupun google. Seperti yang dikatakan RS saat ditemui di SMA Negeri 1 Sukoharjo berikut :

“Iyaa, nek awal dulu pakai google classroom lihat tutorial youtube sebelum ada IHT, masak masih muda malas ya saya lihat-lihat dulu. Awalnya saya tanya suami, terus disuruh suami untuk lihat youtube. Pas IHT udah bisa, tinggal yang belum bisa, terus disuruh guru TIK nya membantu guru yang belum bisa.”

(RS/8/4/2021)

Belajar melalui youtube dapat membantu guru dalam menggunakan media daring. Walaupun sekolah telah memfasilitasi guru dengan mengadakan IHT, akan tetapi waktu yang diberikan tersebut tidak cukup bagi guru untuk menguasai suatu media pembelajaran. Sehingga guru harus tetap belajar dan berlatih sendiri. Salah satunya dengan youtube, seperti yang dipaparkan informan LS berikut :

“Iya tentu kita belajar karena workshop kan waktunya terbatas jadi juga belajar lewat youtube misal mengenai bagaimana menampilkan PPT melalui meet terus juga bagaimana membuat folder untuk tugas siswa. Yaa kita tetap belajarlah, dari aplikasi itu kita bisa belajar.”(LS/10/4/2021).

Tutorial mengenai cara pengoperasian media daring mudah ditemui di youtube ataupun google. Guru tinggal menuliskan di kolom pencarian dan nantinya hasil yang dicari akan ditampilkan. Sembari melihat video dari youtube, guru juga bisa langsung mengoperasikan dengan media pembelajaran yang sudah diinstal di laptop ataupun handphone.

Ketiga, guru belajar langsung dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan oleh sesama guru ataupun bertanya kepada orang yang lebih

(20)

paham dalam cara penggunaan media daring. Seperti yang dikatakan UK pada wawancara berikut :

“Iya, tanya ke bapak ibu guru yang lebih paham dan sudah bisa mengoperasikan media pembelajaran tertentu. Kalau dari youtube saya tidak suka, karena saya lebih ke praktik terus ada teman yang mengajari.” (UK/8/4/2021)

Belajar dengan orang lain juga menjadi cara alternatif agar guru dapat menggunakan media daring. Seperti yang dikatakan informan diatas bahwa guru dapat belajar dengan sesama guru agar dapat melakukan penyesuaian diri dalam penggunaan media pembelajaran daring. Selain belajar dengan sesama pendidik, guru juga bisa belajar dengan anggota keluarga yang ada di rumah. Seperti yang katakan SR berikut ini :

“Membuat video pembelajaran itu saya belajar dari anak saya yang nomor 3.”(SR/29/4/2021)

Proses penyesuaian dengan cara ini umumnya guru akan bertanya sekaligus belajar mempraktikkan. Belajar dengan cara ini dapat dikatakan lebih mudah daripada belajar sendiri melalui youtube karena ada orang yang mendampingi saat guru sedang belajar.

Setiap guru memiliki perbedaan dalam melakukan belajar untuk proses penyesuaian diri dengan media daring. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan karakter dan kecenderungan guru sehingga dapat mempengaruhi cara guru belajar terhadap hal-hal yang baru. Proses belajar tersebut sangat dibutuhkan agar guru dapat melakukan penyesuaian diri dengan media pembelajaran daring akibat pandemi karena proses penyesuaian ini sangat dibutuhkan agar pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik.

B. Pembahasan

Menurut Bennet adaptasi dipandang sebagai perilaku responsif manusia terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Perilaku responsif tersebut memungkinkan seseorang dapat menata sistem-sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi

(21)

dan kondisi yang ada. Seseorang akan melakukan adaptasi setelah melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu pola serta mengambil keputusan untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya.

Singkatnya, adaptasi adalah proses penyesuaian diri dengan lingkungan baik ekologi maupun sosial (Diana, 2017). Sehingga konsep adaptasi memiliki asumsi dasar bahwa manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitarnya sebagai usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam rangka bertahan hidup.

Segala bentuk proses adaptasi dalam menggunakan media pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo merupakan upaya agar bisa melakukan proses belajar mengajar selama masa pandemi COVID-19. Dengan adanya proses adaptasi menjadikan guru berupaya untuk bertahan dan masuk kedalam perubahan yang ada. Begitu juga dengan proses adaptasi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Upaya penyesuaian diri ini dilakukan karena adanya kendala dan tuntutan keadaan yang mendadak karena adanya pandemi COVID-19. Pada penelitian ini peneliti telah melakukan penelitian terhadap 12 informan utama yaitu guru mata pelajaran di SMA Negeri 1 Sukoharjo untuk menemukan cara yang dilakukan guru dalam melakukan proses penyesuaian diri. Adaptasi diri ini penting dilakukan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik selama pandemi COVID-19.

Teori adaptasi yang dikenalkan oleh Bennett (Diana, 2017) merupakan analisis pada masyarakat petani dan peternak di dataran Kanada Barat yang mengalami transisi ekologi. Transisi ini disebabkan oleh perkembangan dari masyarakat berenergi rendah ke peradaban berenergi tinggi, ini terjadi ketika masyarakat menemukan sumber energi baru dan teknologi yang semakin berkembang. Namun hal ini memberikan dampak pada bertambahnya populasi besar-besaran yang mengakibatkan kompetisi pertanian dan peternakan semakin ketat, sehingga masyarakat Jasper harus beradaptasi untuk menghadapi hambatan di tengah transisi ekologi untuk memenuhi kebutuhan dengan tujuan akhir bertahan hidup (Diana, 2017).

(22)

Sama halnya dengan adaptasi yang dilakukan guru karena adanya pandemi COVID-19. Guru dipaksaa mampu melakukan transisi dari pembelajaran tatap muka kedalam pembelajaran daring agar pelaksanaan pembelajaran dapat terus berjalan. Menurut Bennett masyarakat Jasper melakukan adaptasi dengan tiga bentuk, yaitu (a) adaptive behaviour (strategi adaptasi perilaku); (b) adaptive strategies (strategi adaptasi siasat);

dan (c) adaptive processes (strategi adaptasi proses), guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo juga melakukan bentuk strategi adaptasi serupa sebagai berikut.

Pertama, strategi perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan dengan mengikuti alur yang ada dalam lingkungan tersebut untuk mengatasi suatu masalah. Dalam hal ini maka guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo melakukan adaptasi perilaku dengan cara melaksanakan pembelajaran daring agar proses belajar mengajar tetap berjalan dimasa pandemi COVID-19. Dengan bantuan media pembelajaran daring seperti whatsapp grup, google clasroom, google meet, zoom, google formulir, video pembelajaran dan podcast. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat permasalahan yang terjadi seperti sinyal kurang stabil dan kuota internet yang terbatas. Maka guru bermain aman dengan menggunakan media whatsapp grup dan google classroom sebagai media utama sebagai media pembelajaran daring. Meskipun begitu guru juga tetap menggunakan media daring lainnya untuk menunjang proses pembelajaran.

Kedua, strategi siasat yang merupakan siasat cerdas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya.

Strategi adaptasi digunakan sebagai cara untuk menyiasati permasalahan yang muncul dari perubahan lingkungan. Meskipun perubahan lingkungan tidak melulu memberikan dampak negatif, tetapi penyesuaian diri dengan lingkungan tetap harus dilakukan oleh organisme (individu-kelompok) dengan melakukan pola-pola yang sesuai agar dapat berada pada posisi yang tepat, guna mempertahankan hidup (Diana, 2017).

Perubahan dalam penggunaan media pembelajaran daring ini guru akan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk membantu guru

(23)

dalam melakukan adaptasi. Seperti yang dilakukan oleh guru di SMA Negeri 1 Sukoharjo yaitu dengan memanfaatkan internet seperti youtube untuk meningkatkan kemampuan diri sebagai salah satu cara agar mampu melakukan adaptasi. Guru akan melihat dan mencari tahu melalui youtube mengenahi bagaimana cara untuk menggunakan media tertentu sebagai media pembelajaran. Selain itu, guru juga akan meningkatkan kualitas diri dalam penggunaan teknologi seperti dalam pembuatan video pembelajaran.

Guru akan belajar bagaimana merekam video dengan baik agar gambar dan suara yang dihasilkan jelas. Kemudian guru juga akan belajar mengenahi bagaimana mengedit video agar menjadi video pembelajaran yang baik dan menarik. Selain itu, guru juga menerapkan strategi dengan menggunakan media pembelajaran yang efektif dan hemat kuota seperti whatsapp grup dan google classroom agar siswa bisa mengikuti proses pembelajaran.

Ketiga, strategi adaptasi proses dimana hal ini dibagi dalam dua level, yaitu individu dan kelompok. Pada dasarnya individu-individu akan hidup bersama dalam suatu lingkungan sosial. Oleh sebab itu, antar individu harus dapat mempertahankan hidup dengan melakukan pemecahan permasalahan bersama yang ada dalam lingkungan sosial. Menurut Bennett adaptasi proses adalah bentuk strategi adaptasi yang memakan waktu cukup panjang (Diana, 2017). Pada level individu, guru akan belajar sendiri dengan belajar melalui internet atau youtube untuk dapat beradaptasi dalam penggunaan media daring. Guru akan mencari pada kolom pencarian mengenahi bagaimana menggunakan media pembelajaran daring tertentu dalam proses pembelajaran. Kemudian guru akan melihat dan mengamati kemudian baru dipraktikan. Pada level kelompok, guru mengikuti In House Training (IHT) untuk meningkatkan kemampuan dalam penggunaan media pembelajaran daring. Adapun yang ditawarkan dalam pelaksanakan IHT diantaranya yaitu penggunaan media google classroom, google meet dan google formulir. Selain itu, guru juga belajar langsung dengan orang lain mengenahi bagaimana penggunakan suatu media tertentu. Guru akan menanyakan kepada teman sesama guru serta belajar dengan anggota

(24)

keluarganya. Dalam hal ini, guru akan bertanya dan mempraktikannya langsung atau learning by doing.

Referensi

Dokumen terkait

Refleksi ( Reflecting ). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus II, terhadap proses belajar mengajar dan evaluasi upaya peningkatan

1 H. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru pendidikan jasmani olahraga dan

80% sesuai keinginan guru dan acuan ketuntasan belajar nasional. Hasil pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus kedua,. sungguh memperoleh peningkatan belajar siswa

yang merupakan guru pendidikan bahasa Indonesia SMA negeri 2 Surakarta yang menyatakan bahwa naskah drama Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani sangat

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan materi serta media yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru juga mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana

Pada analisis Adaptasi, narasumber menjelaskan bahwa proses adaptasi yang dilakukan oleh Aksi Kamisan Jakarta terhadap ruang publik yang dipakai sebagai

Dengan demikian hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar PKn siswa kelas X di SMA Negeri I Rancah antara yang menggunakan metode

Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu pengembangan rencana tindakan III dengan melaksanakan upaya lebih meningkatkan prestasi belajar dalam kegiatan proses