• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 1

KARAKTERISTIK EKSTERIOR TELUR TETAS ITIK PERSILANGAN RCp (Rambon x Cihateup) YANG DIPELIHARA

PADA KONDISI MINIM AIR

EXTERIOR CHARACTERISTICS OF HATCHING EGGS ON RCp (Rambon x Cihateup) CROSSBREED DUCK RAISED ON

MINIMUM WATER CONDITIONS

Sajidan Abdur Rahman*, Endang Sujana, Iwan Setiawan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjran 2016 e-mail : sajidanabdur@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai “Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik Persilangan RCp (Rambon x Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air” telah dilakukan di Indigenous Ducks Breeding Stasion Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang, pada tanggal 24 Juli - 31Agustus 2015. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik eksterior telur tetas itik persilangan RCp (Rambon × Cihateup) yang dipelihara pada kondisi minim air berdasarkan bobot telur, bentuk telur (shape index), dan rongga udara. Penelitian menggunakan 385 butir telur tetas itik CRp yang dipelihara pada kondisi minim air. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot telur tetas itik RCp adalah 68,65 gram, bentuk telur relatif bulat dengan rata-rata shape index 80,20, dan rata-rata kedalaman rongga udara 0,32 cm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik eksterior telur tetas itik persilangan RCp (Rambon × Cihateup) yang dipelihara pada kondisi minim air tergolong baik.

Kata Kunci: itik RCp, karakteristik eksterior telur tetas, pemeliharaan minim air.

ABSTRACT

Research on “Exterior Characteristics of Hatching Eggs on RCp (Rambon × Cihateup) Crossbreed Duck Raised on Minimum Water Conditions” has been conducted at Indigenous Ducks Breeding Stasion, Faculty of Animal Husbandry, Padjajaran University, on 24 July – 31 August 2015. The purpose of this research was to determine exterior characteristics of hatching eggs on RCp (Rambon × Cihateup) crossbreed duck raised on minimum water conditions.

(2)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 2 Research has been realized by descriptive method. The results showed that the average of eggs weight was 68,65 gram, eggs was relative round with average of shape index was 80,20, and the average of airspaces depth was 0,32 cm. Based on these results, we can concluded that the exterior characteristics of hatching eggs of RCp crossbreed duck raised on minimum water conditions were good quality.

Keywords : RCp crossbreed duck, exterior characteristics of hatching eggs, minimum water conditions.

PENDAHULUAN

Ternak itik termasuk unggas yang potensial sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif komoditas ternak unggas yang handal dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani.

Umumnya itik dipelihara peternak masih secara tradisional. Pemeliharaan itik secara tradisional yaitu dengan cara menggiring ternaknya secara bepindah-pindah dari sawah yang satu ke sawah yang lainnya untuk mencari makan. Kondisi sekarang ini, sawah tempat menggembalakan sudah semakin sempit dan tercemar oleh bahan kimia sehingga dapat mengakibatkan kematian ternak.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini ialah dengan merubah sistem pemeliharaannya dari sistem tradisional atau digembalakan menjadi pemeliharaan dengan sistem intensif atau dikandangkan. Sistem pemeliharaan yang dikandangkan, otomatis pemberian pakan dan pemberian air jadi prioritas. Pemeliharaan itik secara intensif pada kondisi air yang terbatas atau disebut minim air akan lebih menguntungkan dari pada dengan cara digembalakan, keuntungan tersebut diantaranya sistem perkawinan lebih terarah, pemberian pakan bisa terukur, hemat dalam penggunaan air karena air yang disediakan hanya untuk minum tidak untuk berenang sehingga itik memanfaatkan energinya untuk hidup dan bertelur.

Dalam upaya mendapatkan bibit itik berkualitas, selain melalui seleksi dengan memilih induk dan pejantan unggul dapat juga dilakukan melalui persilangan. Perkawinan silang pada ternak adalah perkawinan antar individu yang tidak berkerabat, baik dalam kelompok genotip yang sama maupun antar kelompok genotip yang berbeda. Perkawinan antar kelompok genotip yang berbeda dapat dilakukan antar galur, rumpun maupun antar bangsa, dan biasanya dilakukan sebagai strategi produksi untuk memanfaatkan keunggulan hibrida yang disebut heterosis, dalam meningkatkan produktivitas ternak yang bersangkutan.

Itik Cihateup dan itik Rambon merupakan dua di antara beberapa jenis itik lokal yang umum dipelihara dikalangan peternak yang memiliki potensi untuk dikembangbiakan. Itik Cihateup dan itik Rambon masing-masing memiliki keunggulan tersendiri. Itik Cihateup memiliki konformasi tubuh yang besar dan memiliki produktivitas yang tinggi namun lebih

(3)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 3 rendah dari itik Rambon, sedangkan itik Rambon memiliki produksi telur yang tinggi, namun memiliki konformasi tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan itik Cihateup dan lebih tahan terhadap penyakit. Persilangan antara dua jenis itik yang berbeda ini diharapkan dapat menghasilkan telur tetas yang berkualitas sehingga akan menghasilkan itik persilangan dengan performa yang tinggi.

Oleh karena itu, seharusnya mulai diperhatikan populasi dasar dari ternak yang dikawin silangkan sebagai generasi awal yang akan mempengaruhi performa itik pada generasi berikutnya, diantara yang perlu diperhatikan adalah karakteristik telur tetas yang akan dijadikan sebagai bibit. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Karakteristik eksterior telur tetas itik persilangan RCp (Rambon x Cihateup) yang dipelihara pada kondisi minim air”.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Percobaan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur tetas itik persilangan RCp (Rambon × Cihateup). Jumlah telur tetas itik RCp yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 385 butir. Jumlah tersebut didapat dari 4 kali pengambilan telur selama 12 hari.

2. Peralatan yang Digunakan

Alat yang digunakan selama penelitian berlangsung yakni meliputi:

a. Egg tray

b. Official air cell gauge c. Candler

d. Jangka sorong e. spidol dan ballpoint f. Timbangan digital g. Kamera

h. Kalkulator i. Laptop

3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan cara mengumpulkan data di lapangan. Data yang diambil merupakan hasil dari pengamatan dan pengukuran telur-telur segar

(4)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 4 di lokasi penelitian yang dilakukan terhadap kualitas eksterior, meliputi bentuk telur dengan menghitung rasio panjang dan lebar telur, bobot telur dan rongga udara.

4. Peubah yang Diamati dengan Cara Perhitungannya

Peubah yang diamati meliputi bobot telur, bentuk telur, dan rongga udara.

1. Bobot telur (gram)

Bobot telur dihitung dengan cara menimbang setiap telur tetas dengan menggunakan timbangan digital.

2. Bentuk telur (shape index)

Bentuk telur dihitung dengan mengukur panjang telur dan lebar atau diameter telur dengan jangka sorong.

Rumus untuk menentukan bentuk telur (shape index)

3. Kedalaman rongga udara

Pengukuran rongga udara diukur terhadap banyaknya telur yang diproduksi pada hari itu secara bertahap dengan masing-masing telur yang dihasilkan setiap harinya. Kedalaman rongga udara dihitung denga cara melakukan candling pada telur dan dilihat rongga udaranya dengan menggambarnya atau menandainya dengan menggunakan spidol atau pensil. Kemudian telur yang telah digambar ujungnya diukur dengan menggunakan official air cell gauge.

Penentuan kedalaman rongga udara yaitu sebagai berikut :

 Kualitas AA memiliki kedalaman rongga udara 0,3 cm

 Kualitas A memiliki kedalaman rongga udara 0,5 cm

 Kualitas B memiliki kedalaman rongga udara > 0,5 cm

5. Analisis Statistika Deskriptif

Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data menggunakan analisis statistika deskriptif terhadap populasi telur tetas itik Rambon Cihateup.

1. Rata-rata untuk data kuantitatif yang dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data telur oleh banyaknya data.

(5)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 5 Keterangan :

µ = Rata-rata

= Jumlah data x ke-i n = Banyaknya data sampel 2. Minimum

Untuk mengetahui nilai terendah dari peubah yang diamati.

3. Maksimum

Untuk mengetahui nilai tertinggi dari peubah yang diamati.

4. Simpangan Baku atau Standar Deviasi

Simpangan Baku adalah akar dari ragam. Ragam merupakan jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata populasi.

Keterangan :

σ = Simpangan baku xi= Nilai data ke-i µ = Rata-rata populasi N = Jumlah data

5. Koefisien Variasi

Koefisien variasi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui besarnya variasi nilai dari variable hasil pengukuran eksterior telur tetas dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

KV = Koefisien variasi σ = Simpangan baku µ = Rata-rata

(6)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Bobot Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air

Deskripsi data bobot telur Itik RCp (Rambon × Cihateup) hasil penelitian disajikan secara lengkap pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Bobot Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air

Parameter Nilai

Rata-rata (gram) 68,65

Maksimal (gram) 89,90

Minimal (gram) 57,05

Simpangan Baku 6,68

KoefisienVariasi (%) 9,73

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata bobot telur tetas itik RCp (Rambon × Cihateup) yaitu 68,65 dengan koefisien variasi 9,73. Pada persilangan ini bobot telur lebih kecil dari persilangan itik CRp (Cihateup × Rambon) yang memiliki rataan bobot telur sebesar 70,70 gram (Septiani, 2015). Demikian juga bila dibandingkan dengan telur tetas itik Cihateup populasi dasar yang memiliki rataan bobot telur sebesar 69,83 gram (Lestari, 2014) dan telur tetas itik Rambon dengan rataan bobot telur 69,28 gram (Putraperdana, 2014).

Secara umum data yang dihasilkan tersebut telah memenuhi syarat sebagai telur tetas karena memiliki bobot di atas 60 gram/butir. Berdasarkan SK Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor: 1356/Kpts/TU.210/F/12/2013 bahwa bobot minimum telur itik tetas adalah 60 gram per butir.

Ransum yang diberikan pada itik Cihateup populasi dasar yang dipelihara pada kondisi minim air mengandung protein 17,37% dengan energi metabolis 2966,4 Kkal/kg. Meskipun dipelihara pada kondisi minim air bobot telur yang dihasilkan itik RCp (Rambon × Cihateup) telah memenuhi syarat sebagai telur tetas dan karena pergerakannya sedikit terbatasi sehingga relatif lebih banyak energi yang tersimpan untuk berproduksi yang dapat dimanifestasikan dalam bentuk bobot telur (Sujana dkk, 2013).

(7)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 7 2. Bentuk Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi

Minim Air

Deskripsi data bentuk telur itik RCp (Rambon × Cihateup) hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Bentuk Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air

Parameter Nilai

Rata-rata 80,20

Maksimal 89,76

Minimal 72,42

Simpangan Baku 2,74

KoefisienVariasi (%) 3,41

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rataan bentuk telur itik RCp (Rambon

× Cihateup) yaitu 80,20 dengan koefisien variasi 3,41%. Nilai yang didapat hampir sama dengan hasil penelitian Septiani (2015) bahwa telur tetas itik CRp (Cihateup × Rambon) memiliki rataan bentuk telur sebesar 80,47 dengan koefisien variasi 4,11%. Bila dibandingkan dengan tetua sebelumnya, yaitu hasil penelitian Putraperdana (2014) rataan bentuk telur (shape index) itik Rambon populasi dasar sebesar 80,96. Namun sedikit berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2014) bahwa rataan bentuk telur (shape index) itik Cihateup populasi dasar sebesar 81,40.

Berdasarkan hasil ini maka telur itik CRp (Rambon × Cihateup) rata-rata mempunyai bentuk bulat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mac Laury (1973) bahwa bentuk telur normal nilai indeks telurnya berkisar antara 69-77, apabila telur memiliki nilai indeks lebih besar dari 77 dikategorikan bulat sedangkan apabila indeksnya lebih kecil dari 69 dikategorikan lonjong.

Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) menegaskan bahwa shape index telur mencerminkan bentuk telur, dan dipengaruhi oleh genetik, bangsa, serta proses-proses selama pembentukan telur. Menurut Jull (1977) faktor yang berperan dalam memberikan bentuk telur adalah : jumlah albumen yang disekresikan dalam oviduk, ukuran lumen dari isthmus, aktivitas serta kekuatan otot dinding isthmus dan bagian-bagian lain yang dilalui telur.

(8)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 8 3. Kedalaman Rongga Udara Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara

pada Kondisi Minim Air

Deskripsi data kedalaman rongga udara telur tetas itik RCp (Rambon × Cihateup) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Kedalaman Rongga Udara Telur Tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air

Parameter Nilai

Rata-rata (cm) 0,32

Maksimal (cm) 0,50

Minimal (cm) 0,30

Simpangan Baku 0,06

Koefisien Variasi (%) 20,82

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan rata-rata kedalaman rongga udara pada telur itik RCp yang dipelihara pada kondisi minim air yaitu 0,32 cm dengan koefisien variasi 20,82%. Rataan yang didapat sedikit lebih kecil dengan tetuanya pada penelitian Putraperdana (2014) bahwa rataan rongga udara itik Rambon populasi dasar yaitu sebesar 0,35 dengan koefisien variasi berbeda yaitu sebesar 14,36%. Pada tetua itik Cihateup populasi dasar pada penelitian Lestari (2014) rataan rongga udaranya sebesar 0,36 namun memiliki koefisien variasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 23,39%.

Angka koefisien variasi yang tinggi menunjukkan variasi kedalaman rongga udara pada telur tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang dipelihara pada kondisi minim air termasuk tinggi. Hal tersebut erat kaitannya dengan waktu penyimpanan telur tetas. Telur tetas Itik RCp (Rambon × Cihateup) yang dihasilkan termasuk kedalam grade AA dan kualitasnya sangat baik.

Rataan kedalaman rongga udara dari hasil penelitian ini mempunyai nilai yang sangat memuaskan karena telur masih dalam keadaan segar. Sejalan dengan waktu penyimpanan telur yang lebih lama, kedalaman rongga udara akan mempunyai ukuran yang semakin besar, karena terjadi penguapan air dan gas dari dalam telur.

Kedalaman rongga udara yang bagus menunjukkan kualitas kuning telur dan putih telur.

Keadaan putih telur yang masih kental menandakan mutu telur tinggi dan kuning telur yang baik terletak di tengah dan kedudukannya statis bila telur digoyang-goyang. Nilai kedalaman rongga

(9)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 9 udara dibawah 0,5 cm menurut Sudaryani (1996) akan sangat bagus untuk ditetaskan, karena telur masih dalam keadaan segar.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot telur tetas itik RCp (Rambon × Cihateup) adalah 68,65 gram, bentuk telur relatif bulat dengan rata-rata shape index 80,20 dan rata-rata nilai kedalaman rongga udara 0,32 cm. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik eksterior telur tetas itik persilangan RCp (Rambon × Cihateup) yang dipelihara pada kondisi minim air tergolong baik.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada tenaga operasional kandang yang telah membantu selama proses penelitian. Selain itu penulis ucapkan terimakasih untuk keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang sampai saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembibitan Ternak 2014. Pedoman Pelaksanaan Pembibitan Ternak Non Ruminansia.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian.

Jull, M. A. 1977. Poultry Husbandry. 3rd Edition. Tata Mc Grow-Hill Publishing Company. New Delhi.

Lestari, F. M. 2014. Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik Cihateup Populasi Dasar yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.

Sumedang

MacLaury, D. W. 1973. Shape Index Versus Hatchility of Fertill Egg of Japanese Quail. Poultry Set. 52 558-562.

Putraperdana, A. K. 2014. Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik Rambon Populasi Dasar yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.

Sumedang.

(10)

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran 10 Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. New York. John Wiley and Sons.

Septiani, W. R. 2015. Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik Persilangan CRp (Cihateup × Rambon) yang Dipelihara pada Kondisi Minim Air. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Sumedang.

Sudaryani, Titik Ir. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta

Sujana E., Indrijani H., Setiawan I. dan Anang A. Prosiding: Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan ke 5. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Sumedang. Hal 493-497.

Warwick, E.J., J.M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.ss

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan jumlah induk berpengaruh nyata terhadap derajat pembuahan dan menunjukkan tingkat Penetasan tertinggi diperoleh dari perlakuan

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

Pihak luar ( terminator/external entity ) dapat berupa sistem lain perankat keras, orang atau organisasi, dalam Sistem Autoresponse ini yang bertindak sebagai

Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik. Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa.. IL-6 dan IL-8 mukosa

Dalam media mobile learning ini terdiri dari beberapa menu Aplikasi media pembelajaran ini terdiri dari lima menu utama yaitu, (1) menu home yang digunakan

Berdasarkan pengambilan sampel dengan teknik tersebut, sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 25% dari seluruh populasi berjumlah 300 sehingga diperoleh

thususnya drt-dak korb konllik hc*enjata. nanun kcnyalaaBya kcrcnlud rc^rbur sering diluage olch pihak pihak yang bersengk€la Tidlk sedikit. nr&\d.akal sipil. anrt

Apabila latihan-latihan agama yang kaku, salah atau tidak cocok dengan anak-anak, maka waktu dewasa nanti ia akan cenderung kepada atheis atau kurang peduli terhadap agama,