• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Penyampaian Laporan Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Triwulan IV Tahun 2021 Tanggal : 12 Januari 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ": Penyampaian Laporan Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Triwulan IV Tahun 2021 Tanggal : 12 Januari 2022"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ASISTEN DEPUTI KERJA SAMA EKONOMI REGIONAL DAN SUB REGIONAL

NOTA DINAS

Nomor: KSI.04.01/06.ND/D.VII.M.EKON.4/01/2022

Kepada Yth. : Plt. Kepala Biro Perencanaan

Dari : Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Perihal : Penyampaian Laporan Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama

Ekonomi Regional dan Sub Regional Triwulan IV Tahun 2021 Tanggal : 12 Januari 2022

Lampiran : 1 (satu) berkas

Tembusan : 1. Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional;

2. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Menindaklanjuti Nota Dinas Saudara Nomor

AK.3.1- 249/SET.M.EKON.1/12/2021

tanggal 30 Desember 2021, bersama ini kami sampaikan laporan kinerja triwulan IV tahun 2021 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional untuk dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerja sama Saudara kami ucapkan terima kasih

Ditandatangani secara elektronik oleh Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

Netty Muharni

(2)

Laporan Capaian Kinerja Triwulan IV Tahun 2021

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

A. Capaian Kinerja Triwulan IV Tahun 2021

Hasil pengukuran kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 dapat ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Triwulan IV Tahun 2021

No Indikator Kinerja Utama Satuan

Target Tahun 2021

Realisasi Triwulan

IV

Capaian (%)

I

Sasaran Program 1. Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

1.1 Indikator Kinerja 1.1 Jumlah kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disepakati

Jumlah 2 2 100%

1.2 Indikator Kinerja 1.2 Jumlah rekomendasi percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disupervisi Kemenko Perekonomian

Jumlah 3 3 100%

1.3 Indikator Kinerja 1.3 Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian

Jumlah 8 8 100%

1.4 Indikator Kinerja 1.4 Jumlah kesepakatan tingkat Kepala Negara di forum ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian

Jumlah 1 1 100%

II

Sasaran Program 2. Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang Berkualitas

2.1

Indikator 1.1 Persentase rekomendasi kebijakan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima oleh Deputi

Persentase 100% 100% 100%

(3)

Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 sebagaimana tercantum dalam ringkasan Tabel 1 dapat diuraikan sebagai berikut:

1

Sasaran Program 1. Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

Pencapaian Sasaran Program 1. Terwujudnya Kesepakatan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional ditunjukkan oleh pencapaian 4 (empat) indikator kinerja yaitu:

1. Jumlah kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disepakati;

2. Jumlah rekomendasi percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disupervisi Kemenko Perekonomian;

3. Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian;

4. Jumlah kesepakatan tingkat Kepala Negara di forum ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian;

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1.1. Jumlah Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang Disepakati

Latar Belakang

Perjanjian kerja sama ekonomi internasional adalah persetujuan/perjanjian yang disepakati antara Indonesia dengan negara mitra baik dalam forum kerja sama ekonomi bilateral, regional dan sub regional, maupun multilateral. Hal ini meliputi kesepakatan bilateral, multilateral, regional, dan sub regional secara khusus dapat berupa persetujuan/perjanjian dalam bentuk PTA/FTA/CEPA, Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral.

Peran yang dilakukan oleh Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020-2024 dengan perannya pada pilar pertama yaitu Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas. Oleh sebab itu, dalam upaya mewujudkan agenda pertama ini, Pemerintah menetapkan bahwa salah satu arah kebijakan untuk Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas adalah melalui upaya meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja, ekspor, dan daya saing perekonomian.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan IV Tahun 2021, terdapat 2 (dua) kesepakatan yang terealisasi atau mencapai 100% dari target ringkasan sebagai berikut:

(4)

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

IKU-1.1

1.1. Jumlah kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disepakati;

Jumlah 2 2 100%

Target kinerja pada tahun 2021 ditetapkan sebanyak 2 (dua) kesepakatan kerja sama ekonomi pada tingkat regional dan sub-regional yang disepakati yaitu Review ASEAN India FTA dan Upgrading ASEAN Australia New Zealand FTA. Berdasarkan target yang telah ditetapkan dapat dikatakan kinerja telah tercapai 100% dikarenakan target pada triwuan IV tahun 2021 terkait pertemuan Joint Committee AANFTA telah terlaksana. Pembahasan mengenai upgrading AANZFTA akan terus dilaksanakan lebih intensif pada tahun mendatang dengan target penyelesaian pada 2023.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW IV

No Rencana Aksi TW IV

Status Keterangan

1. Review perjanjian ASEAN-India Free Trade Agreement (FTA) untuk

perdagangan barang (ASEAN-India Trade in Goods Agreement)

Terlaksana Indonesia telah menyusun masukan atas respon India terhadap konsep scoping paper usulan ASEAN pada tanggal 7 September 2021.

Kemenko Perekonomian melalui surat nomor KSI.04.04/100.S/D.VII.M.E KON.4/10/2021 telah menyampaikan masukan atas tanggapan India. Saat ini tengah dilakukan finalisasi scoping paper

2. Upgrading ASEAN- Australia New Zealand FTA

Terlaksana Pertemuan AANZ-FJC telah dilaksanakan pada tanggal 25 November (ASEAN Caucus) dan 29 November (ASEAN Plenary). Salah satu bahasan utama adalah

(5)

terkait usulan cakupan TSD yang diusulkan menjadi salah satu bab dalam upgrading AANZFTA.

Berkenaan dengan hal ini, pihak New Zealand telah menyampaikan revisi concept paper on TSD.

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disepakati sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 telah tercapai 100% dari target output yang ditetapkan pada tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TW IV

% Capaian Output

1 Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

2 Jumlah Kesepakatan

2 Jumlah Kesepakatan

100 %

Berdasarkan pada Tabel Pelaksanaan Rencana Aksi telah tertulis terlaksana, dengan capaian output telah tertulis 100%, namun demikian proses upgrading AANZFTA maupun AIFTA akan terus berjalan sampai selesai.

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021, secara target telah dapat tercapai dan tidak ada kendala yang dihadapi dalam prosesnya.

Namun demikian, beberapa isu yang akan dibahas selanjutnya dalam proses upgrading ke depan adalah:

1. ASEAN-India Free Trade Agreement

● Negara-Negara Anggota ASEAN secara umum telah menyepakati konsep ASEAN’s Scoping paper, namun demikian India menyampaikan kembali beberapa isu yang menjadi concern dan memerlukan pembahasan dengan target masih terdapat pending pembahasan beberapa elemen dengan India.

2. ASEAN-Australia New Zealand Free Trade Agreement

• Target pada tahap awal pembahasan upgrading telah dapat disepakati, namun masih terdapat beberapa isu yang perlu dilakukan pembahasan terkait interlinkage issue

(6)

perdagangan jasa dan investasi; penyampaian data utilisasi AANZFTA; kerja sama TSD; dan konsultasi domestik terkait rencana aksesi Chile ke AANZFTA.

Jumlah rekomendasi percepatan

penyelesaian dan implementasi

perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disupervisi Kemenko Perekonomian

Latar Belakang

Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional sebagai serangkaian tindakan yang untuk upaya mengkoordinasikan kebijakan untuk mencapai tujuan bersama di bidang ekonomi antar Negara. Adapun ruang lingkup dari kesepakatan ini adalah tercapainya kerja sama ekonomi internasional (PTA/FTA/CEPA, Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral), ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional yang disupervisi Kemenko Perekonomian, forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada tingkat bilateral, regional dan sub regional, serta multilateral, serta kesepakatan tingkat Kepala Negara di forum ekonomi internasional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian.

Implementasi perundingan kerja sama ekonomi regional dan sub regional yang disupervisi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diawali dengan proses diratifikasinya perundingan kerja sama ekonomi regional dan sub regional. Ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional adalah salah satu bentuk pengesahan atas perbuatan hukum untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasional/proses adopsi perjanjian internasional ke dalam konstitusi hukum nasional (melalui persetujuan dari badan eksekutif dan legislatif) sehingga negara terkait dapat memanfaatkan perjanjian internasional tersebut pada negaranya masing-masing. Hal ini meliputi persetujuan/perjanjian kerja sama ekonomi internasional yang telah disahkan.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan IV, terdapat 3 (tiga) perjanjian yang ditargetkan selesai proses ratifikasi pada tahun 2021 yaitu the 1st Protocol to Amend the ASEAN-Japan CEP, ASEAN Agreement on E-Commerce dan the 4th Protocol to Amend the ACIA. Disamping itu, terdapat 1 proses ratifikasi yang sudah memasuki tahap akhir pembahasan dimana pada Pembahasan Tingkat I (Komisi VI DPR) sudah disepakati bahwa ratifikasi perjanjian RCEP akan dilakukan melalui instrumen UU dan akan dilanjutkan pada Tahap II. Besaran dana yang dipergunakan untuk penyelesaian program ini adalah sebesar Rp. 67.754.000 dari pagu anggaran Tahun 2021 sebesar Rp 67.886.000 atau sebesar 99,81%

dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

IKU-1.2

1.1. Jumlah

Jumlah 3 3 100%

(7)

rekomendasi percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disupervisi Kemenko Perekonomian

Namun demikian, dapat disampaikan bahwa terdapat perubahan target ratifikasi dimana untuk proses ratifikasi perjanjian RCEP yang ditargetkan selesai pada tahun 2021, sampai dengan TW IV baru dapat disetujui pada Tahap I (pembahasan dengan Komisi VI-DPR). Sementara itu, proses ratifikasi yang ditargetkan akan dibahas pada tahun 2022 (yaitu Perubahan Ke-4 Protokol ACIA) dapat diselesaikan pada TW IV dengan disahkannya melalui instrumen Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2021 yang diundangkan pada 17 Desember 2021.

Berdasarkan target yang telah ditetapkan dapat dikatakan bahwa capaian kinerja sebesar 100% dengan adanya perubahan atau penyesuaian target.

adapun rincian target adalah sebagai berikut:

Pelaksanaan Rencana Aksi TW IV

No Rencana Aksi TW IV

Status Keterangan

1. Pengesahan 1st Protocol to Amend AJ-CEP melalui

Peraturan Presiden

Terlaksana The 1st Protocol to Amend AJCEP merupakan protokol perubahan terhadap kesepakatan perdagangan bebas AJCEP yang telah diimplementasi oleh ASEAN dengan Jepang sejak tahun 2008 dengan menambahkan elemen perdagangan jasa, Movement of Natural Person (MNP) dan investasi ke dalam kesepakatan AJCEP. Protokol tersebut telah ditandatangani pada tahun 2019 oleh Menteri Ekonomi ASEAN dan Jepang, dan telah diratifkiasi oleh Pemerintah Indonesia melalui

(8)

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2021 pada tanggal 6 Oktober 2021

2. Finalisasi Pembahasan Pengesahan ASEAN Agreement on E-Commerce

Terlaksana Pemerintah Indonesia telah memulai pembahasan proses ratifikasi sejak tahun 2019 dan telah mengesahkan ASEAN Agreement on E-Commerce melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2021.

Pengundangan UU ini dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 6 Oktober 2021.

3. Penambahan target

penyelesaian pengesahan Perubahan Protokol ke-4 perjanjian ACIA

Terlaksana Proses pengesahan Perubahan Protokol ke-4 perjanjian ACIA disepakati antara Menteri Investasi dengan DPR menggunakan instrumen Peraturan Presiden.

Proses pembahasan dengan melibatkan seluruh K/L terkait dapat diselesaikan lebih cepat dan diundangkan melalui Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2021 pada tanggal 17 Desember 2021.

4. Pembahasan dengan DPR terkait ratifikasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

Terlaksana Proses ratifikasi Indonesia

dimulai dengan

disampaikannya Surat Presiden kepada DPR pada April 2021 dan telah mendapatkan persetujuan dari DPR pada tanggal 13 Desember 2021 untuk ratifikasi Perjanjian RCEP akan

dilakukan melalui

UndangUndang (UU). Saat ini Kementerian Perdagangan (selaku Kementerian Inisiator dan Ketua Tim Perunding) sedang menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) dan dokumen pendukung lainnya (Naskah Akademis, Teks

(9)

Terjemahan, SK Panitia Antar Kementerian dan dokumen lainnya).

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah rekomendasi percepatan penyelesaian dan implementasi perundingan kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional yang disupervisi Kemenko Perekonomian sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 mencapai 100% dari target output IKU yaitu 3 Jumlah Kesepakatan tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TWI

% Capaian Output

1 Rekomendasi

Percepatan Penyelesaian dan

Implementasi Perundingan Perdagangan Internasional

3 Jumlah Kesepakatan

3 Jumlah Kesepakatan

100%

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Pandemi COVID-19 menyebabkan proses penyelesaian ratifikasi sedikit lebih lama. Pengesahan dan penandatanganan diharapkan dapat selesai akhir tahun 2021, akan tetapi untuk RCEP ditargetkan dapat selesai pada kuartal pertama tahun 2022.

1.3. Jumlah Forum yang Dipimpin oleh Kemenko Perekonomian

Latar Belakang

Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional merupakan serangkaian tindakan dalam mengkoordinasikan kebijakan untuk mencapai tujuan bersama di bidang ekonomi internasional. Adapun ruang lingkup dari kesepakatan ini adalah tercapainya kerja sama ekonomi internasional (PTA/FTA/CEPA, Bilateral, Regional dan Sub Regional, serta Multilateral), ratifikasi perjanjian kerja sama ekonomi internasional yang disupervisi

(10)

Kemenko Perekonomian, forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada tingkat bilateral, regional dan sub regional, serta multilateral, serta kesepakatan tingkat Kepala Negara di forum ekonomi internasional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian.

Dalam beberapa forum kerja sama ekonomi internasional tersebut, Kemenko Perekonomian berperan penting sebagai instansi penjuru/focal point dan menjadi Ketua Delegasi RI dalam perundingan yang dilaksanakan pada tingkat Deputi maupun tingkat Menteri. Adapun forum kerja sama yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian yaitu:

1. Pertemuan AEC Council merupakan pertemuan para Menteri Dewan MEA negara-negara anggota ASEAN yang bertanggung jawab terhadap proses integrasi ekonomi di Kawasan. Dewan MEA melaporkan progress dan memberikan rekomendasi terhadap implementasi capaian implementasi ASEAN Economic Community Blueprint 2025 dan seluruh perkembangan isu ekonomi kawasan kepada kepala negara di ASEAN/pemerintahan di ASEAN.

2. High Level Task Force on Economic Integration (HLTF-EI) yang merupakan Gugus Tugas Pejabat Tinggi yang bertugas memberikan rekomendasi kepada ASEAN Economic Ministers (AEM) dan ASEAN Economic Community Council (AECC) Ministers terkait isu-isu ekonomi strategis berupa langkah-langkah pengembangan maupun solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi dalam rangka mewujudkan integrasi ekonomi di ASEAN.

3. Pertemuan Tingkat Menteri Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional (BIMP-EAGA dan IMT-GT). Menko Perekonomian Ketua Tim Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2001. Berdasar Keppres tersebut, Menko Perekonomian adalah Signing Minister untuk kerja sama ekonomi sub regional yang akan menjadi Ketua Delegasi RI dalam pertemuan tingkat Menteri.

4. Pertemuan Tingkat Senior Official Kerja Sama Ekonomi Sub Regional (BIMP-EAGA dan IMT-GT). Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai Senior Official untuk kerja sama ekonomi sub regional (BIMP-EAGA dan IMT-GT) Indonesia sementara Asdep Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub-Regional merupakan Sekretariat Nasional.

5. CIMT Advisory Committee Meeting (ACM) adalah merupakan badan tertinggi dalam struktur Sekretariat Bersama IMT-GT (CIMT) yang akan memberikan persetujuan kegiatan CIMT dan juga arahan strategis kepada CIMT dalam membantu implementasi semua program kerja sama IMT-GT.

6. Strategic Planning Meeting (SPM) kerja sama ekonomi sub-regional (BIMP-EAGA dan IMT-GT) adalah merupakan pertemuan tingkat Senior Official yang khusus untuk membahas rencana kerja kerja dan

(11)

target capaian dari masing-masing Cluster, Working Groups dan Sub- Working Groups.

7. APEC Economic Committee (EC) adalah salah satu dari tiga Komite dalam struktur organisasi APEC, yang antara lain bertujuan untuk menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang selama ini diidentifikasi sebagai salah satu faktor utama high-cost economy, yang berimplikasi pada rendahnya daya saing satu ekonomi dalam dalam perdagangan dan investasi lintas batas. Pertemuan yang dilaksanakan setingkat Pejabat Senior.

8. APEC Structural Reforms Ministerial Meeting (SRMM) merupakan Pertemuan Tingkat Menteri APEC yang secara khusus membahas dan memberikan arahan Agenda Reformasi Struktural APEC. Agenda Reformasi Struktural APEC bertujuan untuk mendorong negara/ekonomi anggota APEC dalam meningkatkan kualitas regulasi, melakukan efisiensi dan inovasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, peningkatan kualitas institusi dan kepastian hukum, peningkatan iklim berusaha, agar tercipta sistem birokrasi yang mudah, murah dan cepat. Hal ini untuk menekan ekonomi biaya tinggi serta meningkatkan daya saing dalam perdagangan dan jasa, baik di tingkat regional maupun global.

Peran Kemenko Perekonomian dalam forum kerja sama ekonomi internasional tersebut di atas akan turut mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020-2024 pada pilar pertama yaitu “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas”. Salah satu arah kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah melalui upaya meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja, ekspor, dan daya saing perekonomian.

Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub-regional mendukung Kemenko Perekonomian dalam rangka peningkatan ekspor dengan melalui perannya sebagai instansi penjuru dalam berbagai forum kerja sama ekonomi tingkat regional dan sub regional.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan IV Tahun 2021, Jumlah Forum yang Dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada kerja sama ekonomi Regional dan Sub- Regional telah terealisasi sebanyak 8 (delapan) forum dari target 8 (delapan) forum selama 2021 dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

(12)

IKU-1.3 1.3 Jumlah Forum yang Dipimpin oleh Kemenko Perekonomian

Jumlah 8 8 100 %

Berdasarkan target yang telah ditetapkan, kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub-Regional telah tercapai 100%. Hal ini ditunjukkan dengan telah terlaksanya 8 dari 8 forum. Adapun rincian pelaksanaan pada Triwulan IV sebagai berikut:

Adapun daftar pertemuan yang telah dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pertemuan AEC Council ke-20 telah dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2021 secara virtual.

2. BIMP-EAGA 29th Senior Officials Meeting (SOM) telah dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2021 secara virtual.

3. BIMP-EAGA 24th Ministerial Meeting (MM) telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2021 secara virtual.

4. Pertemuan the 20th CIMT Advisory Committee Meeting (ACM) telah dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2021 secara virtual.

Berdasarkan data diatas, capaian kinerja di TW IV telah sesuai dengan perencanaan dan dapat dipenuhi sesuai dengan jadwal pertemuan yang diagendakan.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW IV

No Renaksi TW IV Status Keterangan 1 • E-Monitong

Prioritas MEA 2021 melalui portal STORMEA TW IV

• Rapat Koordinasi Persiapan Pertemuan AEC Council ke-20

• Pertemuan AEC Council ke-20

Terlaksana - Pertemuan Dewan

MEA ke-20

dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2021 dan dihadiri oleh Menteri MEA atau yang mewakili.

Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

didampingi oleh Menteri Perdagangan

(13)

sebagai Alternate

Menteri MEA

Indonesia

- Beberapa agenda pembahasan antara lain pertemuan Dewan MEA dan Menteri Digital ASEAN, Priority Economic Deliverables (PED), Tindak Lanjut MTR-AEC Blueprint 2025, AEC Council Report to Leader,

ASEAN Community Post 2025 Vision, Persiapan KTT ASEAN ke-38 dan 39, dan Keketuaan Kamboja pada ASEAN Tahun 2022

2 • Rapat Koordinasi Persiapan BIMP- EAGA Ministerial Meeting

• Penyusunan bahan posisi Indonesia dalam PTM BIMP EAGA

• Pelaksanaan PTM BIMP EAGA

• Rapat Koordinasi Persiapan Pertemuan SOM BIMP – EAGA

• Penyusunan posisi Indonesia dalam

Pertemuan SOM BIMP – EAGA

• Pelaksanaan Pertemuan SOM BIMP – EAGA

• Rapat Koordinasi Penyelesaia n Pending Matters

Terlaksana - Rapat Koordinasi Persiapan BIMP- EAGA Senior Official Meeting dan Ministerial Meeting telah dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2021 untuk menjaring masukan dari CWGs dan K/L terkait sebagai bahan intervensi pada pertemuan BIMP- EAGA SOM/MM - Pertemuan BIMP-

EAGA SOM telah terlaksana pada tanggal 5 Oktober 2021 secara virtual dengan melaporkan hasil perkembangan proyek CWGs BIMP- EAGA dan hasil preliminary findings BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025 Mid-term

review untuk

mendapatkan arahan

(14)

dalam kerja sama BIMP - EAGA dan IMT - GT

• Monitoring dan evaluasi implement asi program/pr oyek prioritas dalam kerja sama ekonomi sub regional

dari Pejabat Senior - Pertemuan BIMP-

EAGA MM telah terlaksana pada tanggal 11 Oktober 2021 secara virtual dengan agenda pembahasan antara lain laporan SO kepada Ministers dan endorsement Joint Statement Ministerial Meeting

- Sebagai hasil pertemuan BIMP- EAGA SOM/MM serta KTT IMT-GT dan BIMP-EAGA, telah dilaksanakan

kunjungan ke

Pontianak, Kalimantan

Barat untuk

mempersiapkan Tuan Rumah PTM BIMP- EAGA Tahun 2022 dan Batam, Kepulauan Riau, Palembang, Sumatera Selatan,

serta Medan,

Sumatera Utara untuk identifikasi usulan

proyek dalam

kerangka kerja sama IMT-GT

3 • Pertemuan Advisory Committee Meeting

• Laporan kinerja CIMT

Terlaksana - CIMT Advisory Committee merupakan badan tertinggi yang ada didalam Struktur

CIMT yang

beranggotakan Pejabat Senior dari negara anggota IMT- GT dan bertugas untuk melakukan supervisi dan memberikan arahan dari CIMT - Pertemuan ACM ke-20

telah dilaksanakan pada 20 Desember

(15)

tahun 2021 dengan agenda pertemuan sebagai berikut:

a. Presentasi dan pembahasan hasil audit CIMT tahun

2020 yang

dilakukan oleh BDO Malaysia

b. Finalisasi anggaran CIMT tahun 2022 dan laporan penggunaan anggaran tahun berjalan

c. Laporan kinerja tahun berjalan dan Rencana kerja tahun 2022

d. Presentasi poin- poin usulan amandemen dokumen Policy and Practical Manual (PPM) CIMT

4 • Monitoring dan Evaluasi kesepakatan dalam kerja sama APEC

• Diseminasi hasil- hasil kerja kerja sama ekonomi APEC

• Identifikasi sektor prioritas usulan

Terlaksana dengan perubahan:

Identifikasi isu yang akan diangkat dalam FotC CLG

- Indonesia merupakan Convenor FotC CLG, diwakili oleh BPKP - Sebagai Convenor

FotC CLG, Indonesia perlu menyusun program kerja ke depan - BPKP telah

memberikan beberapa usulan isu yang dapat diangkat.

5 • Identifikasi isu reformasi struktural Indonesia dalam APEC 2022

Terlaksana dengan perubahan:

Identifikasi isu reformasi struktural Indonesia dalam IAP EAASR 2021 - 2025

- FGD Penyusunan IAP Indonesia pada APEC EAASR 2021 – 2025 telah terlaksanan pada 29 November 2021 secara hybrid - Kemenko

Perekonomian telah menyusun draft IAP Indonesia berdasarkan

(16)

hasil dari FGD dimaksud

- Draft IAP Indonesia telah disirkulasikan dan dimintakan masukan pada KL terkait.

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah Forum yang Dipimpin oleh Kemenko Perekonomian sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 mencapai 100% dari target output IKU sejumlah 8 forum pada tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TWIII

% Capaian Output

3 Rekomendasi dalam

Penguatan Kepemimpinan

Indonesia dalam Forum Kerja Sama Ekonomi Internasional

8 Forum 8 Forum 100 %

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Implementasi prioritas tahunan menjadi sedikit lebih lama mengingat ASEAN dan dunia sedang dihadapkan dengan pandemi COVID-19

2. Mengingat hampir seluruh pertemuan kerja sama ekonomi sub regional dilakukan secara virtual, yang membuat banyaknya agenda dan rangkaian pertemuan pada level pimpinan yang berbeda, membuat pengaturan jadwal menjadi hambatan utama dalam pelaksanaan forum pertemuan.

1.4. Jumlah Kesepakatan Tingkat Kepala

Latar Belakang

(17)

Negara di Forum Ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko

Perekonomian

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 13 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional (KESR) mengamanatkan Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Koordinasi dan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian sebagai Sekretaris. Kerja sama sub-regional yang saat ini berada di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian adalah Indonesia-Malaysia- Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Brunei-Indonesia-Malaysia- Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

Sejak disepakatinya kerja sama ekonomi sub-regional IMT-GT (tahun 1993) dan BIMP-EAGA (tahun 1994) telah menunjukkan perkembangan positif dan berperan penting dalam pembangunan di sub-kawasan. KESR telah banyak berkontribusi dalam membangun perekonomian melalui peningkatan konektivitas sekaligus daya saing daerah.

Mengingat pentingnya kerja sama ini, maka Kepala Negara menaruh perhatian pengembangannya dan sejak tahun 2005 dilaksanakan pertemuan tingkat Kepala Negara atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) setiap tahun yang dilaksanakan dalam rangkaian KTT ASEAN. Dalam KTT para Kepala Negara memberikan arahan strategis dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah.

Hasil Pengukuran Kinerja

Hingga Triwulan IV Tahun 2021, Jumlah Kesepakatan Tingkat Kepala Negara di Forum Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian yang telah terealisasi sebesar 2 kesepakatan atau mencapai 200% dari target tahun 2021 dengan ringkasan sebagai berikut:

Sesuai dengan mandat Keppres 13 Tahun 2021, Kemenko Perekonomian mengkoordinasikan pertemuan Tingkat Kepala Negara untuk kerja sama ekonomi sub regional, dalam hal ini adalah BIMP-EAGA dan IMT-GT.

Tahun 2021, ditargetkan dilaksanakan KTT IMT-GT. Namun demikian, dalam perkembangannya mengingat bahwa tahun 2021 merupakan tahun yang penting bagi kedua kerja sama, maka diputuskan akan dilaksanakan kedua KTT dalam Rangkaian KTT ASEAN ke-38 dan ke-39.

Dalam kesempatan ini, Presiden RI menjadi Ketua Pertemuan KTT BIMP- EAGA ke-14 sekaligus sebagai technical host, sementara dalam KTT IMT- GT ke-13 Presiden RI menjadi Ketua Delegasi RI. Kedua KTT telah dilaksanakan pada 28 Oktober 2021 secara virtual dan Presiden RI mengikuti pertemuan dari Istana Kepresidenan Bogor. Bapak Menko Perekonomian selaku Menteri Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional turut mendampingi Presiden dan menyampaikan perkembangan kerja sama pada saat KTT BIMP-EAGA ke-14 mewakili Menteri BIMP-EAGA lain.

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

(18)

IKU-1.2

1.1 Jumlah Kesepakatan Tingkat Kepala Negara di Forum Ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko

Perekonomian

Jumlah 1 2 200%

Berdasarkan target tahun 2021, direncanakan kesepakatan tingkat kepala negara dapat tercapai pada TW II mengingat bahwa pelaksanaan KTT BIMP-EAGA ke-14 dan KTT IMT-GT ke-13 direncanakan akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan KTT ASEAN internal yg dilaksanakan pada bulan April. Namun demikian, perkembangan terakhir Brunei Darussalam sebagai Ketua ASEAN 2021 menggabungkan pelaksanaan KTT ASEAN ke-38 dan ke-39 pada satu waktu di bulan Oktober 2021 sehingga pelaksanaan KTT BIMP-EAGA dan KTT IMT-GT juga mengikuti dilaksanakan pada Oktober 2021. Sehubungan dengan hal tersebut, maka target capaian IKU baru akan tercapai pada TW IV.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW IV

No Rencana Aksi TW IV

Status Keterangan

1 ● Rapat Koordinasi penyiapan posisi Indonesia dalam KTT IMT –GT dan KTT BIMP- EAGA

● Pelaksanaan KTT IMT -GT ke-13 dan KTT BIMP- EAGA ke-14

● Penyusunan Rencana Aksi Implementasi Arahan Kepala Negara dalam KTT IMT –GT ke- 13 dan KTT BIMP-EAGA ke-14

Terlaksana - Pelaksanaan KTT IMT-GT ke-13 dan KTT BIMP- EAGA ke-14 telah dilaksanakan secara virtual pada tanggal 28 Oktober 2021

- Beberapa agenda pertemuan yang dibahas pada KTT antara lain Presentasi laporan perkembangan kerja sama IMT-GT dan BIMP-EAGA dari Menteri kepada Kepala Negara beserta arahan dari Kepala Negara dan endorsement Leaders’ Joint Statement

(19)

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah Kesepakatan Tingkat Kepala Negara di Forum Ekonomi Regional dan Sub Regional yang dikoordinasi Kemenko Perekonomian sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021 adalah sebanyak 2 atau mencapai 200% dari target output IKU tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam table sebagai berikut.

No Output Target

Tahun 2021

Realisasi TW II

% Capaian Output

3 Rekomendasi dalam Penguatan Kepemimpinan Indonesia dalam Forum Kerja Sama Ekonomi

Internasional

1 Jumlah Kesepakatan

2 Jumlah Kesepakatan

200%

Kendala Pencapaian Target

Diperlukannya penguatan Sekretariat Nasional KSER Indonesia untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim Koordinasi KSER di bidang administrasi dan teknis. Kondisi pandemi yang menyebabkan tertundanya beberapa program kerja sama terutama yang bersifat fisik serta kegiatan monitoring pelaksanaan program KSER mengakibatkan tingginya instensitas pertemuan secara virtual hingga padatnya jadwal.

Perlu dipertajamnya usulan proyek yang bersifat konkrit dalam rangka optimalisasi pemanfaatan kerja sama yang dirasa masih kurang.

Presentase provinsi/daerah yang berada dalam wilayah kerja sama dan terlibat aktif masih rendah, kiranya diperlukan pembentukan Sekretariat Daerah yang khusus menangani kerja sama ekonomi sub regional.

2

Sasaran Program 2: Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

Pencapaian Sasaran Kegiatan 2: Tersusunnya Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional ditunjukkan oleh pencapaian satu indikator kinerja yaitu:

(20)

1. Persentase Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima Deputi Bidang Koordinasi Kerja sama Ekonomi Internasional

Capaian indikator kinerja tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

2.1. Persentase Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional

Latar Belakang

Salah satu faktor pendukung terwujudnya Perekonomian Indonesia yang Unggul melalui Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Pemerataan Ekonomi yang Berkeadilan, Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan, serta Peningkatan Daya Saing adalah peran dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum Kerja sama Internasional (bilateral, sub-regional, regional dan multilateral).

Keberhasilan dan kemanfaatan yang diperoleh Indonesia ditentukan oleh Kebijakan Berkualitas yang diambill dan dijalankan oleh Pemerintah RI.

Keasdepan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional menjalankan tugas dan fungsi yaitu melaksanakan koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dalam forum Kerja sama ekonomi Regional dan Sub Regional baik dengan sesama negara anggota maupun dengan negara diluar anggota yang tidak termasuk dalam Kerja sama, dalam upaya meningkatkan Kerja sama di bidang ekonomi baik di sektor perdagangan maupun investasi, serta Kerja sama sektoral lainnya.

Dalam rangka mendukung pencapaian Sasaran Strategis di atas, maka Kedeputian Bidang Koordinasi Kerja sama Ekonomi Internasional menyusun sekaligus mengkoordinasikan terwujudnya kebijakan bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional yang berkualitas. Sedangkan Keasdepan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional mendukung pencapaian tersebut melalui penyusunan rekomendasi kebijakan kerja sama ekonomi regional dan sub-regional yang berkualitas

Rekomendasi Kebijakan Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional, Deputi Koordinasi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional untuk mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020- 2024 dengan perannya pada pilar pertama yaitu Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas.

Oleh sebab itu, dalam upaya mewujudkan agenda pertama ini, Pemerintah menetapkan bahwa salah satu arah kebijakan untuk Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas adalah melalui upaya meningkatkan nilai tambah, lapangan kerja, ekspor, dan daya saing perekonomian.

Hasil Pengukuran Kinerja

(21)

Hingga Triwulan IV Tahun 2021, Persentase Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional yang telah terealisasi sebesar 100 persen dari target tahun 2021 dengan ringkasan sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Utama Satuan Target Realisasi % Kinerja

IKU-2.1 2.1 Persentase Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional

Persent ase (100%)

100% 100% 100%

Hingga Triwulan IV, berbagai rekomendasi kebijakan kerja sama ekonomi regional dan sub regional yang mencakup kerja sama ekonomi ASEAN, APEC, dan Sub regional telah tercapai hingga 75%. Adapun beberapa kegiatan yang diharapkan menghasilkan rekomendasi kebijakan antara lain persiapan keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, Penyusunan RAN MEA, Penyusunan Policy Adjustment RCEP, Penyusunan Mid Term Review BIMP-EAGA Vision 2025, Penyusunan IMT-GT Blueprint 2022- 2025, Penyusunan Posisi Indonesia pada forum APEC dan Sub Regional dan masih banyak lagi.

Namun, mengingat masih terdapat beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sampai dengan TW IV, maka rekomendasi kebijakan yang ada juga akan terus update. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa target 100%

tahun 2021 akan tercapai sebelum akhir tahun.

Pelaksanaan Rencana Aksi TW IV

Rencana aksi kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka pemenuhan target kinerja Triwulan IV tahun 2021 adalah sebagai berikut:

No Rencana Aksi Triwulan IV

Status Keterangan

1 ➔ Sosialisasi hasil hasil

Terlaksana - Keasdepan Kerja Sama Ekonomi Regional dan

(22)

kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

Sub Regional telah melaksanakan

Diseminasi dan Jaring Masukan Rencana Aksi Persiapan Implementasi RCEP Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Nasional pada tanggal 23 Desember 2021 - Hasil Diskusi antara lain:

a. Penyusunan

Rencana Aksi diharapkan dapat dilakukan untuk seluruh sektor dalam perjanjian b. Mekanisme

Monitoring dan Evaluasi

Implementasi Rencana Aksi perlu didiskusikan lebih lanjut.

c. Penyusunan

Instrumen Hukum Rencana Aksi sebagai dasar proses implementasi

2 ➔ Rapat Penyusunan Roadmap Policy Adjustment Implementasi Perjanjian RCEP

Terlaksana - Kemenko

Perekonomian telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Strategi

Pengembangan Industri Nasional untuk

Mendukung

Implementasi Perjanjian RCEP di Indonesia yang dilaksanakan pada 9 November 2021 - Hasil diskusi yang

dilakukan antara lain:

a. Pemanfaatan implementasi

(23)

Perjanjian RCEP perlu didukung dengan

pembangunan industri yang kuat dan terfokus

b. Existing Condition menunjukkan bahwa industri Indonesia saat ini masih terkendala dengan beberapa hal seperti partisipasi dalam GVC yang rendah serta naiknya persaingan dari negara-negara ASEAN

- Maka dari itu pembangunan industri melalui RIPIN 2015- 2035 dan Making Indonesia 4.0 harus dijamin

implementasinya, begitu juga dorongan terhadap IKM untuk dapat memanfaatkan teknologi 4.0

3 ➔ Rapat Koordinasi Persiapan Pertemuani dan

Penyusunan Posisi Indonesia

Terlaksana Salah satu factor keberhasilan dalam suatu pertemuan adalah koordinasi antar K/L untuk mendapatkan

perkembangan terbaru dan Menyusun posisi Indonesia dalam berbagai pertemuan di setiap tingkat. Rapat koordinasi serta penyusunan selalu dilaksanakan dalam rangka persiapan pertemuan agar tersusun rekomendasi kebijakan yang berkualitas

(24)

4 ➔ Penyusunan Rencana Aksi Implementasi Program hasil MTR BEV 2025

Terlaksana dengan perubahan

Proses penyusunan Mid- Term Review BIMP-EAGA 2025 (MTR BEV 2025) yang pelaksanaannya didukung oleh Asian Development Bank (ADB) masih berlangsung. MTR diperlukan untuk memberikan sejumlah terobosan untuk membuat BIMP-EAGA semakin mendekati Visi BIMP-EAGA (BEV) 2025 yang Tangguh, Inovatif, Berkelanjutan dan berdaya saing Ekonomi pada tahun 2025. Adapun Penyusunan Rencana Aksi Implementasi Program hasil MTR BEV 2025 akan disusun setelah proses MTR BEV 2025 selesai yang diperkirakan akan selesai/difinalisasi pada pertemuan SPM tahun 2022.

5 ➔ Penyusunan Rencana Aksi

Implementasi Program hasil IB 2022-2026

Terlaksana dengan perubahan

IB 2022-2026 rencananya akan disahkan pada Konfrensin Tingkat Tinggi IMT-GT tahun 2021 akan tetapi dengan adanya perubahan jadwal pertemuan pada tingkat Cluster, Working Group

maupun Sub-WG

menyebabkan pembahasan dan penyusunan IMT-GT IB 2022-2026 menjadi terlambat dan rencananya akan baru akan selesai dan disahkan pada kuartal I 2022

Capaian Output Kegiatan

Realisasi output untuk pencapaian IKU Persentase Rekomendasi Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional yang diterima Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional sampai

(25)

dengan Triwulan IV Tahun 2021 mencapai 100 % dari target output IKU 100% tahun 2021. Adapun ringkasan singkat mengenai realisasi output disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

No Output Target Tahun

2021

Realisasi TW IV

% Capaian Output

1 Rekomendasi

Kebijakan Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional

100 persen 100 persen 100%

Kendala Pencapaian Target

Sampai dengan Triwulan IV Tahun 2021, terdapat beberapa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Adapun berikut beberapa kendala yang dihadapi dalam mencapai target tersebut:

1. Kerja Sama Ekonomi Internal ASEAN

a. Rencana Aksi Nasional Masyarakat Ekonomi ASEAN (RAN-MEA) 2025

− Kesulitan penyusunan instrumen hukum dalam waktu cepat. Perlu penjajakan lebih lanjut instrumen hukum yang akan digunakan. Beberapa pertemuan menyepakati RAN menjadi lampiran RPermenlu sebagai turunan dari Perpres 54 Tahun 2020 tentang Setnas ASEAN.

b. Penyusunan Usulan Priority Economic Deliverables (PED) dalam rangka persiapan Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023.

− Mekanisme dan penyelarasan penyusunan PED dengan badan sektoral perlu dikoordinasikan lebih intens dengan dibuatnya timeline

2. Kerja Sama Eksternal ASEAN a. Roadmap RCEP

Koordinasi yang belum intensif dengan K/L Pembina Sektor terkait dengan kebutuhan policy adjustment masing-masing sektor

3. Kerjasama Ekonomi Sub Regional IMT-GT dan BIMP-EGA Adanya perubahan jadwal pertemuan pada tingkat Cluster, Working Group maupun Sub-WG menyebabkan pembahasan dan penyusunan IMT-GT IB 2022-2026 maupun BIMP-EAGA

(26)

MTR BEV 2025 menjadi terlambat dan rencananya akan baru akan selesai dan disahkan pada kuartal I 2022.

4. Kerja sama Ekonomi APEC

Dalam penyusunan IAP EAASR diperlukan komitmen dari K/L teknis terkait dengan usulan program/proyek yang akan dimasukan. Komitmen K/L teknis ini diperlukan untuk dapat mengimplementasikan usulan program/proyek, monitoring dan evaluasi berkala yang akan dilakukan oleh APEC dalam jangka waktu 2021-2025.

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Capaian Kinerja Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub  Regional Triwulan IV Tahun 2021

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi output untuk pencapaian IKU Jumlah forum yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian pada Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik sampai dengan Triwulan IV Tahun

• Peserta didik diberi kesempatan untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Pengertian ilmu ekonomi,

mengembangkannya. Pada saat ini tenaga kependidikan menggunakan model pembelajaran berbasis WEB. Dikarenakan sudah banyak penyebaran secara langsung virus corona tanpa kita

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Nilai Tegakan dan Analisis Nilai Tambah Jati (Tectona grandis L.f.) di KPH Pemalang Perum Perhutani Unit 1

Koefisien Determinasi (R²) dalam penelitian ini akan digunakan untuk mencari berapa besarnya pengaruh variabel independen yaitu brand image, brand trust, dan

Setelah dilakukan perhitungan, maka didapatkan rata-rata dan kisaran tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga kerja PT Arto Metal Internasional Sidoarjo baik sebelum maupun

Resonatornya terbuat dari kayu berleher panjang dan bersenar 2 utas.alat musik ini merupakan pengiring dalam acara ritual yang diadakan oleh masyarakat Rancakalong

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan penelitian ini tepat sasaran, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah siswa saxophone