11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Good Governance
Konsep pengelolaan pendidikan modern dengan prinsip desentralisasi mencakup dua konsep dasar, yaitu konsep tata pamong yang baik (good governance)
dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management).
Pengertian Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik (Mardiasmo, 2002:23). Sedangkan World Bank memberikan definisi
governance sebagai “the way state power is used in managing economic and social resources for development of society”, sedangkan dalam buku Corporate Governance Concept and Model (2009:2) menyebutkan bahwa: “kata governance merupakan kata benda (noun) yang bermakna ‘pengelolaan’. Di Indonesia, sebagian literatur menerjemahkan sebagai tata-kelola dan se-bagian lainnya tata-pamong”. Dalam hal ini governance
dikaitkan dengan keterlaksanaan standar pengelolaan maka dapat diartikan sebagai tata pamong. Dalam hal ini keterlaksanaan standar pengelolaan mengacu pada
good governance yang sering diartikan sebagai tata pamong yang baik.
12
akuntabilitas (accountability), transparansi ( transparan-cy), keterbukaan (openess), dan rule of law. Sementara menurut Ganie-Rochman (2000:151), menyebutkan ada empat unsur utama yaitu accountability, kerangka hukum (rule of law), informasi, dan transparansi. Menurut United Nations Development Programme (UNDP) sebagaimana dikutip dari Lembaga Administrasi Negara (2000:7)
karakteristik “good governance” antara lain:
participation, rule of law, trancparency, responsive-ness, consensus orientation, equity, effectiveness and efficiency, accountability, strategic vision.
13 integritas Sekolah/Madrasah.
Implementasi good governance tercermin dari baiknya sistem pengelolaan fungsional sekolah/ma-drasah, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengembangan staf, pengarahan, pengawasan, moni-toring dan evaluasi, terutama dalam penggunaan sumber daya pendidikan, agar tercapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan.
2.2
Standar Pengelolaan Pendidikan
Dua konsep dasar pengelolaan pendidikan modern yaitu: konsep tata pamong yang baik (good governance) dan Konsep Manajemen Efektif (Effective Management), membuat beberapa ahli memberikan pengertian dan sudut pandang yang berdeda-beda dalam mengartikan pengelolaan pendidikan. Namun demikian apabila dicermati subtansinya hampir sama.
14
untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdaya-kan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Dengan demikian pengelolaan pendidikan merupakan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Standar Pengelolaan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Penge-lolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah diatur dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007. Standar pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, harus mampu mencerminkan enam komponen kegiatan penting Standar Pengelolaan Pendidikan meliputi: 1) Perencanaan Program, 2) Pelak-sanaan Rencana Kerja, 3) Pengawasan dan Evaluasi, 4) Kepemimpinan Sekolah/Madrasah, 5) Sistem Informasi Manajemen, dan 6) Penilaian Khusus.
sekolah/-15 madrasah, (2) struktur organisasi sekolah/madrasah, (3) pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah, (4) kesiswa-an, (5) kurikulum dan kegiatan pembelajarkesiswa-an, (6) pendidik dan tenaga kependidikan, (7) sarana dan prasarana, (8) keuangan dan pembiayaan, (9) budaya dan lingkungan sekolah/madrasah, dan (10) peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah/madrasah. Bagian pengawasan dan evaluasi mengatur tentang: (1) program pengawasan, (2) evaluasi diri, (3) evaluasi dan pengembangan KTSP, (4) evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan (5) akreditasi sekolah/madrasah.
Dalam penelitian ini akan membahas standar pengelolaan pendidikan pada lima komponen penting yaitu 1) perencanaan program sekolah/madrasah; 2) pelaksanaan rencana kerja sekolah/madrasah; 3) pengawasan dan evaluasi sekolah/madrasah; 4) kepemimpinan sekolah; 5) sistem informasi manajemen sekolah/madrasah; serta keterlaksanaan pedoman pengelolaan sekolah/madrasah yang merupakan bagian dari pelaksanaan rencana kerja. Komponen keenam yaitu Penilaian Khusus tidak disertakan dalam penelitian ini karena keberadaan sekolah/madrasah pengelolaannya mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
2.2.1 Perencanaan Program
16
2011:65) mengungkapkan, bahwa perencanaan adalah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematik yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan dalam suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian perencanaan mengan-dung unsur: a) sejumlah kegiatan yang ditetapkan se-belumnya, b) adanya proses, c) hasil yang ingin dicapai, dan d) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
17 sekolah/marasah. Visi sekolah/madrasah harus disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan, dan ditinjau ulang atau dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Langkah berikutnya adalah penyusunan misi. Muhaimin, et. al. (2011;165) mengungkapkan, bahwa: misi sekolah/madrasah dikembangkan dari kegiatan utama lembaga dengan memperhatikan visi yang telah ditetapkan. Misi harus merupakan hal-hal penting yang harus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam upaya mencapai visi. Kejelasan misi ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan (yang me-rupakan tuntutan tugas dari luar) dan keinginan dari dalam (antara lain berkaitan dengan visi ke masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini). Dengan demikian misi adalah pernyataan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan rumusan penugasan dan keingin-an dari dalam (berkaitkeingin-an dengkeingin-an visi), serta memberi arah yang jelas yang akan ditempuh sekarang dan yang akan datang.
Permendiknas No. 19 tahun 2007 mensyaratkan bahwa misi sekolah/madrasah harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/ madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; 2) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu tertentu;
3) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; 4) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan
mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/ madrasah;
18
berkaitan dengan program sekolah/madrasah;
6) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembang-an kegiatpengembang-an satupengembang-an-satupengembang-an unit sekolah/madrasah yang terlibat
7) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/ madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
8) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
9) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Misi sekolah/madrasah merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Menurut Mulyono (dalam Haryono, 2010), tujuan merupakan apa yang akan dihasilkan oleh sekolah yang bersang-kutan, dan kapan hasil tersebut akan dicapai.
Tujuan sekolah/madrasah dalam standar pengelolaan pendidikan haruslah:
1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai
dalam jangka waktu menengah;
2) Mengacu pada visi, misi dan tujuan pendidikan
nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan pemerintah;
4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang
berkepentingantermasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah;
5) Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan
segenap pihak yang berkepentingan.
19 yang meliputi masa 4 (empat) tahun”. Rencana kerja tahunan dikategorikan sebagai rencana operasional, sedangkan rencana kerja jangka menengah sebagai kategori rencana strategik. Lebih jauh, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 menyatakan bahwa sekolah/madrasah wajib membuat: (1) Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; dan (2) Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah haruslah disetujui oleh dewan pendidik setelah memperhatikan pertim-bangan komite sekolah/madrasah dan disahkan berla-kunya oleh dinas pendidikan kota/kabupaten. Pada sekolah/madrasah swasta rencana kerja disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah/madrasah.
20
(bagi sekolah swasta). Masa RKAS hanya berlaku untuk satu tahun ajaran yang akan datang, terdiri atas pendapatan dan belanja (pengeluaran). Pendanaan yang dicantumkan dalam RKAS hanya mencakup pengeluaran dalam bentuk uang yang akan diterima dan dikelola sekolah.
Dengan adanya RKJM dan RKAS yang jelas, semua pihak yang berkepentingan (orang tua, guru, pegawai sekolah, komite sekolah, warga di sekitar sekolah, dan kepala sekolah sendiri) akan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh sekolah, apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan sekolah, maksud dan tujuan yang akan dilakukan.
21 dan rencana jangka menengah (empat tahunan). Keter-libatan dewan pendidik dan komite sekolah dalam penyempurnaan rencana kegiatan dan angaran (kesis-waan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran tenaga kependidikan dan prasarana, keuangan dan pembiaya-an, peran serta masyarakat dan kemitraan).
2.2.2 Pelaksanaan Rencana Kerja
Untuk mencapai tujuan dan sasaran, selanjutnya membuat strategi yang diperinci dalam kebijakan, program operasional dan kegiatan (Akdon, 2007:186). Dalam menjalankan kegiatan di sekolah agar terlaksana dengan baik dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan maka perlu dilakukan upaya penyusunan rencana kerja sekolah sehingga sekolah memiliki rambu-rambu yang bisa dijadikan landasan dalam pengelolaan program, implementasi, monitoring dan evaluasi yang baik, terstruktur dan terukur.
Dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 diurai-kan 10 hal yang perlu dilakudiurai-kan Sekolah/Madrasah dalam Pelaksanaan Rencana Kerja antara lain diurai-kan sebagai berikut:
1) Pedoman Sekolah/Madrasah
Sekolah/Madrasah membuat dan memiliki pedo-man yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak terkait. Pedoman Pengelolaan sekolah/madrasah meliputi:
22
c. Struktur Organisasi Sekolah/Madrasah d. Pembagian Tugas diantara Guru
e. Pembagian Tugas di antara Tenaga Kependi-dikan
f. Peraturan Akademik
g. Tata tertib sekolah/madrasah h. Kode etik sekolah/madrasah
i. Biaya operasional sekolah/madrasah
Pedoman sekolah ini berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional.
2) Struktur Organisasi sekolah
Berisi tentang sistem penyelenggaraan dan administrasi yang diuraikan secara jelas dan transparan
3) Pelaksanaan Kegiatan Sekolah/Madrasah
Dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Tahunan oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.
4) Bidang Kesiswaan
a. Sekolah/madrasah menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik;
b. Sekolah/Madrasah meberikan layanan konse-ling kepada peserta didik;
c. melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik;
d. melakukan pembinaan prestasi ungulan; e. melakukan pelacakan terhadap alumni 5) Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran
Menyusun:
23 b. Kalender Pendidikan
c. Program Pembelajaran
d. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik e. Peraturan Akademik
6) Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
menyusun program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dengan memperhatikan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, di-kembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/ madrasah, termasuk pembagian tugas, mengatasi bila terjadi kekurangan tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan pengembangan profesi bagi setiap pendidik dan tenaga kependidikan serta menerapkannya secara profesional, adil, dan terbuka.
7) Bidang Sarana dan Prasarana
24
ekstrakurikuler disesuaikan dengan perkembangan kegiatan ekstrakurikuler peserta didik dan mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana. Pengelolaan laboratorium dikembangkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dilengkapi dengan manual yang jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan yang dapat menimbulkan kerusakan.
8) Bidang Keuangan dan Pembiayaan
Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional yang mengacu pada Standar Pembiayaan.
9) Budaya dan Lingkungan Sekolah/Madrasah
Sekolah/madrasah menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif untuk pembelajaran yang efisien dalam pelaksanaan. Hal ini dapat di wujudkan melalui tata tertib sekolah/ madrasah dan kode etik sekolah/madrasah.
10) Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/ Madrasah
Melibatkan warga dan masyarakat pendukung sekolah/madrasah dalam pengelolaan akademik dan non-akademik dibatasi pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.
harapan-25 harapan para pemangku kepentingan sekolah baik eksternal maupun internal, tanpa mengabaikan kondisi nyata sekolah.
2.2.3 Pengawasan dan Evaluasi
Menurut Pidarta (2004:158), sasaran pengawasan ada dua yaitu: perilaku individu sebagai orang-orang yang memproses input menjadi output organisasi, serta
output organisasi itu sendiri. Perilaku individu diarah-kan agar berperilaku organisasi, sedangdiarah-kan output
organisasi diusahakan agar tidak menyimpang dari rencana semula. Dengan demikian, definisi pengawasan menurut Robbins seperti dikutip oleh Pidarta adalah:
Proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk me-ngetahui apakah individu-individu dan organisasi itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber-sumber pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuannya, serta memberikan koreksi apabila tidak tercapai.
Pengawasan dan Evaluasi dalam standar pengelolaan pendidikan yang harus dilakukan oleh sekolah antara lain: Program Pengawasan; Evaluasi Diri; Evaluasi dan Pengembangan KTSP; Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan Akreditasi Sekolah.
26
pengelolaan. Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah/ madrasah dan pengawas sekolah/madrasah. Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang dilakukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua wali peserta didik. Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan disekolah kepada bupati/walikota melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan sekolah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasi pada sekolah terkait. Pengawas madrash melaporkan hasil penga-wasan di madrasah keoada kantor departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersang-kutan, setelah dikonfirmasi pada madrasah terkait. Setiap pihak yang menerima lapran hasil pengawasan menindaklanjuti laporan hasil pengawasan tersebut dalam rangka meningkatkan mutu sekolah/ madrasah, termasuk memberikan sanksi atas penyimpangan yang ditemukan. Sekolah/Madrasah mendokumentasikan dan menggunakan hasil pemantauan, supervisi, evaluasi, dan pelaporan serta catatan tindak lanjut untuk mem-perbaiki kinerja sekolah/madrasah, dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan secara keseluruhan.
27 proses pembelajaran secara periodik pada akhir se-mester akademik; evaluasi program kerja tahunan secara secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah-/madrasah. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasarkan data dan informasi yang sahih.
Proses Evaluasi dan Pengembangan KTSP: dilak-sanakan secara komprehensif dan fleksibel; berkala; integatif dan monolitik; serta menyeluruh dengan melibatkan berbagai pihak. Melakukan Evaluasi Pendayagunaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Akreditasi Sekolah/Madrasah: sekolah/madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk mengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perun-dang-undangan yang berlaku; sekolah meningkatkan status akrditasi, dengan menggunakan lembaga ekster-nal yang memiliki legitimasi; sekolah/madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaan secara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.
2.2.4 Kepemimpinan Sekolah
28
guru dalam situasi yang kondusif (Mulyono, 2009:144). Pola kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin akan sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan yang dibangun. Dalam Permen nomor 19 Tahun 2007, Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah memiliki kemampuan memimpin yaitu pengetahuan, keterampil-an, dan perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas keprofesio-nalan sesuai dengan Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan. Kemudian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam pengelolaan Sekolah Dasar dan Menengah tahun1994, menjelaskan, bahwa:
kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatan secara bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif
Kepala sekolah/madrasah dalam Permen 19 tahun 2007 memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
b) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan
dicapai;
c) Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan dan
kelemahan sekolah/madrasah;
d) Membuat rencana kerja strategis dan rencana
kerja tahunan untuk pelaksanaan peningkatan mutu;
e) Bertanggung jawab dalam membuat keputusan
anggaran sekolah/madrasah
f) Melibatkan guru, komite sekolah dalam
peng-ambilan keputusan penting sekolah/madrasah.
g) Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan
29
h) Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja
pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan sanksi atas pelanggaran per-aturan dan kode etik;
i) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang
efektif bagi peserta didik;
j) Betanggung jawab atas perencanaan partisipatif
mengenai pelaksanaan kurikulum;
k) Melaksanakan dan merumuskan program
super-visi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah/ madrasah;
l) Meningkatkan mutu pendidikan;
m)Memberikan teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang dibeikan kepadanya;
n) Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan
dan pelaksanaan visi pembelajaran yang di-komunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah/madrasah;
o) Membantu, membina, dan mempertahankan
ling-kungan sekolah/madrasah dan program pembe-lajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan pertumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan.;
p) Menjamin manajemen organisasi dan
peng-operasian sumber daya sekolah/madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien dan efektif
q) Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat, dan komite sekolah/ madrasah menanggapi kepentingan dan ke-butuhan komunitas yang beragam, dan memo-bilisasi sumber daya masyarakat;
r) Memberi contoh/teladan/tindakan yang
ber-tanggung jawab
Kepala sekolah dapat mendelegasikan sebagian tugas dan kewenangan kepada wakil kepala sekolah/-madrasah sesuai dengan bidangnya.
2.2.5 Sistem Informasi Manajemen
30
dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan infor-masi kepada semua komponen sekolah, terutama bagi semua siswa, orang tua siswa, guru, dan pengelola sekolah. Sistem berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
31 kesatuan sistem yang akan mengelola sekolah secara keseluruhan.
Kurniawan (2002) menyatakan, bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem terstruktur yang digunakan untuk mengelola data secara komputerisasi. Didalam SIM terdapat beberapa fungsi yang dibutuhkan yaitu pencarian, pemu-takhiran, presentasi data dan penyimpanan data. Dengan demikian dapat diharapkan dengan SIM dapat dikaitkan untuk mempermudah penyusunan informasi manajemen sekolah agar terstruktur dengan baik. Dengan informasi-informasi tersebut dapat membantu untuk menggambarkan keadaan sekolah baik dari segi visi maupun sumber daya manusia yang ikut ber-partisipasi.
Dengan diterapkannya SIM sekolah/madrasah berbasis teknologi informasi akan memberi peluang:
1) Sekolah/madrasah untuk:
a. mengelola SIM yang memadai guna mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien, dan akuntabel;
b. menyediakan fasilitas informasi yang efektif, efisien, dan mudah diakses;
32
lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasikan; dan
d. melaporkan data informasi sekolah/madrasah yang telah terdokumentasikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
2) Komunikasi antar warga sekolah/madrasah di lingkungan sekolah/madrasah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2.3
Akreditasi Satuan Pendidikan
Akreditasi adalah benchmark yang sangat positif dalam upaya meningkatkan mutu sekolah yang bersifat berkelanjutan. Sekolah bermutu terpadu merupakan bagian dari prinsip Total Quality Manajemen (TQM). Salis (2006) menuliskan, TQM merupakan suatu prinsip yang efisien untuk melakukan pelayanan mutu terus-menerus. Umiarso dan Gojali (2010) berpendapat bahwa peningkatan mutu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan melalui prinsip TQM. Prinsip tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan pelibatan anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab proses belajar mengajar serta dibutuhkan perbaikan terus-menerus, perlu juga menjalin hubungan baik antara pihak sekolah dengan pengguna jasa pendidikan.
33 ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Akreditasi pada satuan pendidikan memberikan informasi bahwa sebuah sekolah atau program telah memenuhi standar kelayakan dan kinerja yang telah ditentukan.
Dalam Pasal 60 Undang-Undang N0.20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa sekolah perlu diakreditasi karena:
a. Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
b. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwewenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
c. Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
34
memiliki prestasi dalam suatu bidang tertentu yang mendapat pengakuan masyarakat. 4) Membantu seko-lah dalam menentukan dan mempermudah transfer peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru, dan kerjasama yang saling mengun-tungkan. 5) Membantu mengidentifikasi sekolah dan program dalam rangka pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donator atau bentuk bantuan lainnya.
Bagi Sekolah hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:
1) Acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah.
2) Umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah.
3) Pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara bertaha, terencana, gradual dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan internasional;
4) Bahan informasi bagi sekolah sebagai masyarakat belajar untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga, dan dana. (BSNP 2010).
35 1) Obyektif
Berbagai aspek yang terkait dengan kinerja dan kelayakan diperiksa untuk memperoleh informasi tentang keberadaan yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya dan dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan. Dalam prosesnya digunakan indikator-indikator yang dikaitkan dengan kriteria-kriteria yang diinginkan sebagai dasar penilaian. 2) Efektif
Hasil yang diperoleh harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti kepala sekolah dalam rangka melakukan perencanaan atau peningkatan mutu, dan pihak pemerintah maupun masyarakat dalam rangka memfasilitasi upaya peningkatan kelayakan dan kinerja sekolah itu.
3) Komprehensif
Dalam pelaksanaan akreditasi sekolah meliputi berbagai aspek yang bersifat menyeluruh. Dengan demikian hasil yang diperoleh dapat menggambarkan secara utuh kondisi kelayakan dan kinerja sekolah tersebut.
4) Memandirikan
36
sekolah dibandingkan standar kelayakan nasional yang dijadikan pagu. Proses akreditasi akan berdampak bagi sekolah yang bersangkutan untuk dapat mengetahui kekuatan dan kelemahannya, dan berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu kelayakan dan kinerjanya.
5) Keharusan
Akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Namun demikian sekolah yang akan diakreditasi dapat mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Badan Akre-ditasi Sekolah. Sekolah yang belum siap dapat meng-ajukan permohonan untuk menunda pelaksanaan akreditasi.
2.4
Keterlaksanaan Antara SMA
Terakre-ditasi A dengan TerakreTerakre-ditasi B
37 kekuatan mereka dalam mewujudkan manajemen profesional yang sangat dominan. Hal ini dilihat dari pola manajemen yang dinamis, efektif, dan antisipatif. Sekolah tersebut mampu merespon tantangan eksternal dan internal dengan cepat, bahkan mampu melakukan ekspansi keluar demi pengembangan kelembagaan. Selain itu kaderisasi berjalan dengan baik dan monitoring serta evaluasi terus dilakukan. Kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tidak otoriter dan sentralistik. Ada pembagian kerja sesuai dengan aturan yang ada sehingga masing-masing pihak bekerja dalam koridor yang jelas dan tidak terjadi tumpang tindih. Penjelasan ini memberi keterangan bahwa sekolah yang terakreditasi A memiliki tata kelola yang baik. Tidak ada pembahasan yang menunjukkan sekolah terakreditasi B dijadikan dasar pembahasan untuk acuan keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan. Dasar ini digunakan untuk membentuk sebuah hipotesis yang menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan antara Sekolah yang terakreditasi A dan Sekolah terakreditasi B.
38
akreditasi. Data atau dokumen penunjang berisi kumpulan data dan informasi mengenai masukan, proses, keluaran, hasil dan dampak yang bercirikan upaya untuk meningkatkan mutu kinerja, keadaan dan perangkat kependidikan sekolah/madrasah secara berkelanjutan. Yang dinilai adalah: (1) Kinerja penge-lolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan kemitraan yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan di-ketahui oleh semua pihak; (2) Rencana kerja sekolah mencantumkan tujuan yang jelas untuk program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang ter-sosialisasi dengan baik; (3) Rencana kerja sekolah berdampak terhadap peningkatan hasil belajar; (4) Pengumpulan dan penggunaan data yang handal dan valid; (5) Pemberian dukungan dan kesempatan kesem-patan pengembangan profesi bagi para pendidik dan tenaga kependidikan; dan (6) Masyarakat mengambil bagian dalam kehidupan sekolah.
39
Tabel 2.1
Kualifikasi Penilaian Akreditasi
Aspek Kualifikasi A Kualifikasi B
Visi dan Misi sekolah Merumuskan dan
menetapkan visi
Tujuan sekolah Merumuskan dan
menetapkan tujuan
Rencana kerja Memiliki rencana
jangka menengah
Struktur organisasi Memiliki struktur
organisasi yang
Kegiatan sekolah Sebanyak 76% - 100
% kegiatan sesuai
Kegiatan kesiswaan Melaksanakan 4
atau lebih kegiatan
kegiatan atau lebih. Melaksanakan 3 kegiatan.
Program pendayagu-naan pendidik dan tenaga kependidikan.
Melaksanakan 4
program atau lebih. Melaksanakan 3 program.
Program sarana dan
prasarana. Mengelola 4 program atau lebih. Mengelola 3 program.
Program pengelolaan pembiayaan
pendidikan.
Memiliki 4 program
atau lebih. Memiliki 3 program.
Menciptakan suasa-na, iklim, dan ling-kungan pembelajaran
Melaksanakan 4
40
Aspek Kualifikasi A Kualifikasi B
yang kondusif.
atau lebih. Memiliki 3 dokumen.
Program pengawasan Memiliki 4 dokumen
atau lebih. Memiliki 3 dokumen.
Evaluasi diri Melaksanakan
eva-luasi diri
setidak-ti-program evaluasi Melaksanakan 3 program evaluasi
Unsur pelaksanaan
akreditasi Mempersiapkan 4 unsur pelaksanaan
akreditasi.
Mempersiapkan 3 unsur pelaksanaan akreditasi.
Tupoksi
kepemim-pinan kepala sekolah Melaksanakan 15-18 tupoksi Melaksanakan 11-14 tupoksi
Sistem informasi Memiliki sistem
in-formasi dan memi-Sumber: BAN – S/M 2014, Instrumen Akreditasi SMA
Dalam melaksanakan penjaminan mutu Standar Pengelolaan Pendidikan, sekolah perlu memperhatikan dua hal. Pertama, kriteria minimal yang harus dicapai berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007, indikator operasional, dan kriteria pencapaian tujuan.
41
2.5
Penelitian-penelitian sebelumnya dan
literatur yang mendukung
Penelitian tentang Standar Pengelolaan Pendidik-an sebelumnya pernah dilakukPendidik-an oleh Haryono (2010) di SMK Farmasi Semarang, dengan hasil analisis: sekolah belum melakukan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Pengelolaan Pendidikan secara maksimal, sekolah yang diteliti kurang memahami Standar Pengelolaan Pendidikan. Selanjutnya dalam penelitiannya ia menemukan bahwa dari 5 komponen Standar Pengelolaan Pendidikan, yang belum berjalan sama sekali adalah komponen Sistem Informasi Manajemen. Sedangkan Komponen Pelaksanaan Ren-cana Kerja dan Kepemimpinan Sekolah pelaksana-annya cukup baik (diatas 50%), sedangkan Komponen Perencanaan Program dan Pengawasan dan Evaluasi pelaksanaannya masih kurang (di bawah 50%). Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa di SMK Farmasi Semarang terdapat 2 Komponen dalam Standar Pengelolaan Pendidikan yang pelaksanaannya masih kurang baik.
42
SD/MI terakreditasi A (Sangat Baik) dan 37 orang kepala dari SD/MI terakreditasi B (Baik). Dari penelitian itu diperoleh: Nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi A adalah 232,667 ada pada kategori Baik, sedangkan nilai rerata (Mean) sekolah terakreditasi B adalah 231,946 ada pada kategori Baik. Nilai tes uji beda (t- test) koefisien t = 0,425; p = 0,674 > 0,05. Hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara SD/MI terakreditasi A dengan SD/MI terakreditasi B dalam keterlaksanaan Standar Penge-lolaan Pendidikan di Kota Salatiga. Dari penelitian tersebut, Subagyo memberi sudut pandang bahwa tidak ada perbedaan keterlaksanaan standar pengelolaan pendidikan di Sekolah terakreditasi A dan B.
Sementara haryono menegaskan SMK Farmasi ”Yayasan Pharmasi” Semarang belum melakukan pengelolaan pendidikan sesuai dengan Standar Penge-lolaan Pendidikan secara maksimal. Hal tersebut me-nunjukkan bahwa keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan belum terlaksana dengan baik.
43 berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan sebesar 63,6%.
BSNP (2012) Naskah Standar Pengelolaan Pendi-dikan ini berisi tentang: Perencanaan Program Sekolah, Pendayagunaan Guru dan Tenaga Kependidikan, Pengelolaan Sarana Prasarana, Kegiatan Pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar dan Pengawasan di Sekolah/-madrasah (BNSP 2012). Literatur di atas menjadi bahan kajian dan pedoman dalam penelitian ini.
2.6
Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini dikembangkan ber-dasarkan Standar Nasional Pendidikan dalam rangka penjaminan pendidikan bermutu. Pada penelitian Ke-terlaksanaan Standar Pengelolaan Penidikan Peneliti akan melihat pada sisi yang berbeda dengan melaku-kan analisis deskriptif dan analisis komparatif dengan Uji t pada SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi B di Kabupaten Semarang.
44
Gambar. 2.1 Kerangka Pikir
Standar Nasional Pendidikan
Standar 6: Standar Pengelolaan Pendidikan
1. Perencanaan Program
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
3. Pengawasan dan Evaluasi
4. Kepemimpinan Sekolah
5. Sistem Informasi Manajemen
Pelaksanaan Pengelolaan
Pendidikan dan Pihak Sekolah StakeHolder
Standar Penjaminan Mutu
Keterlaksanaan Standar PengelolaanPendidikan
SMA Terakreditasi A SMA Terakreditasi B