• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES Evaluation Of Drug Use In Patients With Hypertension Antihypertensive With Complications Diabetes Melitus And Chronic Kidney Disease In “X” Hospital 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES Evaluation Of Drug Use In Patients With Hypertension Antihypertensive With Complications Diabetes Melitus And Chronic Kidney Disease In “X” Hospital 2014."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES

MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT

“X” TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DESY NURMALITA SARI

K 100110149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)

2

HALAMAN PERSETUJUAN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES

MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT

“X” TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

DESY NURMALITA SARI

K 100110149

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Zakky Cholisoh, Ph. D., Apt.

(3)

3

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Berjudul:

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA

PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASIDIABETES

MELITUS DAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT

“X” TAHUN 2014

Oleh:

DESY NURMALITA SARI

K 100110149

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal:

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

Pembimbing,

Zakky Cholisoh, Ph.D., Apt.

Penguji:

1.

Dra. Nurul Mutmainah, M. Si., Apt.

1.________

2.

Puji Asmini, M. Sc., Apt.

2.________

3.

Zakky Cholisoh, Ph. D., Apt.

3.________

(4)

4

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Saya bersedia dan sanggup menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku apabila terbukti melakukan tindakan pemalsuan data dan plagiasi.

Surakarta, Februari 2016

(Desy Nurmalita Sari)

(5)

1

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN

HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DAN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT “X” TAHUN 2014

EVALUATION OF DRUGUSEINPATIENTSWITH

HYPERTENSIONANTIHYPERTENSIVEWITHCOMPLICATIONS

DIABETES MELITUS AND CHRONIC KIDNEY DISEASE IN “X”

HOSPITAL 2014

Desy Nurmalita Sari* dan Zakky Cholisoh

Faculty of Pharmacy, University of Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

Email* : desynurmalitasari93@gmail.com

ABSTRAK

Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada tahun 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya komplikasi, diantaranya gagal ginjal kronik dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal ginjal kronik dan diabetes melitus berdasarkan 4T (tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat pasien). Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode retrospetif dengan melihat data rekam medik pasien. Pengolahan data menggunakan Ms. Excel dan disajikan dengan persentase. Hasil evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik adalah 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 79,07% tepat obat, dan 83,73% tepat dosis.

Kata kunci : antihipertensi, gagal ginjal kronik, diabetes melitus

ABSTRACT

In Indonesia, the figure reached 32 percent of hypertensive patients in 2008 around the age of 25 years.The condition of elevated blood pressure that is not handled properly will cause complications, including chronic renal failure and diabetes mellitus. The purpose of this study was to evaluate the rationality of the use of antihypertensive drugs in hypertensive patients with chronic renal complications of kidney failure and diabetes mellitus based 4T (right indication, right patient, right drug, and the right of patients). Collecting data in this study using a retrospective method to see the medical records of patients. Processing data using Ms. Excel and presented with percentages. Results of the evaluation of the rationality of this is the use of antihypertensive drugs in hypertensive patients with comorbidities of diabetes mellitusand chronic kidney disease was 100% precise indications, 100 % right patient, proper medication 79,07%, 83,73% appropriate dose.

(6)

2 PENDAHULUAN

Prevalensi hipertensi di negara berkembang sekitar 80% penduduk. Di Indonesia pada tahun 2007 adalah 32,2% dan prevalensi tertinggi di temukan di Kalimantan Selatan yakni 39,6%, sedangkan terendah di Papua Barat yakni 20,1% (Rahajeng, 2009). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang persisten (Sukandar, 2008).

Gagal ginjal menjadi salah satu penyakit penyerta pada hipertensi yang dapat terjadi apabila tidak ditangani secara baik (Dipiro, 2008). Hipertensi dapat memicu terjadinya gagal ginjal baik akut atupun kronik, karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan fungsi ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik. Penurunan fungsi ginjal untuk memfiltrasi ini disebabkan adanya kerusakan pembuluh darah dalam ginjal (Guyton, 2006). Menurut persatuan nefrologi Indonesia (2009), angka kejadian gagal ginjal kronis di Indonesia mencapai angka 70 ribu penderita.

Diabetes melitus merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya aterogenik, termasuk pada hipertensi (Creager & Luscher, 2003). Pada tahun 2008, hasil riset Kesehatan Dasar menunjukkan angka kejadian diabetes melitus di Indonesia mencapai angka 57% dari jumlah penduduk Indonesia (Fatimah, 2015).

Peningkatan tekanan darah dan keberadaan penyakit penyerta menjadi acuan untuk menentukan terapi farmakologi pada hipertensi (Sukandar et al., 2008). Penggunaan obat pada terapi antihipertensi ini, kemudian mempengaruhi rasionalitas peresepan pada terapi antihipertensi. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), separuh dari obat yang diresepkan, diberikan dan dijual dengan tidak tepat, hal ini menyebabkan pasien menggunakan obat dengan tidak tepat pula. Senada dengan hasil yang ditunjukkan oleh Charina (2014) di RS Bethesda Yogyakarta dengan 73 kasus pasien hipertensi, yakni 73 kasus hipertensi menerima obat dengan tepat indikasi, 8 kasus tidak tepat obat dan tidak tepat pasien, dan 22 kasus tidak tepat dosis.

(7)

3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental, yakni penelitian tanpa adanya intervensi terhadap subjek penelitian. Desain penelitian ini adalah retrospektif, yaitu penelitian yang bersifat back-ward looking atau melihat ke belakang.

Tahapan penelitian yang dilalui oleh penulis, sebagai berikut: 1. Penyusunan proposal penelitian

2. Pelengkapan administrasi penelitian

Pada rangkaian pelengkapan administrasi penelitian diawali dengan permohonan ijin penelitian dari Fakultas Farmasi UMS kepada BAPPERDA Kota Surakarta dan KESBANGPOL Kota Surakarta, yang kemudian mendapatkan cap instansi sebagai tanda telah disetujuinya perijinan penelitian yang diajukan. Kemudian, surat ijin penelitian yang telah disetujui oleh kedua instansi tersebut dilanjutkan ke RSUD Kota Surakarta, dan penulis mendapatkan surat disposisi sebagai tanda bahwa penulis telah diijinkan untuk melakukan penelitian di RSUD Kota Surakarta.

3. Observasi dan pengumpulan data, meliputi:

a. Pengumpulan data rekam medik di RSUD Kota Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

b. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan data pada penelitian ini, yaitu data rekam medik yang lengkap, meliputi: nomor rekam medik, nama pasien, berat badan pasien, umur pasien, tekanan darah pasien, diagnosa pasien, obat yang diberikan, rute pemberian obat, dosis, aturan pakai, kadar SGPT/SGOT, dan serum kreatinin, berikut rumus Cocroft and Gault untuk menghitung klirens kreatinin:

Cl

cr

=

{ ( ) }

x 0,85

(jika pasien wanita) Keterangan:Clcr =perkiraan klirens kreatinin (mL/min)

Cr = serum kreatinin (mg/dL) 4. Analisis data

(8)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil dari data rekam medik di RSUD Kota Surakarta selama tahun 2014. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut terdapat 132 kasus hipertensi yang terjadi, namun hanya 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi. Hal ini disebabkan 89 kasus lainnya tidak memiliki data rekam medik yang lengkap, dan tidak mendapatkan terapi antihipertensi.

Penggunaan obat antihipertensi dalam penelitian ini dievaluasi dengan melihat 4T, yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat pasien dengan menggunakan referensi

The Seventh Joint National Commitee tahun 2003, Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach tahun 2008, British National Formulary 57 tahun 2009, Pharmaceutical Care

untuk penyakit hipertensi tahun 2006, KDOGI tahun 2012. 1. Evaluasi Tepat Indikasi

[image:8.595.82.540.425.758.2]

Pemberian obat dalam terapi harus sesuai dengan indikasi yang ada, atau sesuai dengan diagnosa (DepKes RI, 2015), berikut tabel evaluasi tepat indikasi dalam penelitian ini:

Tabel 1. Evaluasi tepat indikasi pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi

diabetes melitus dan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit “X” Tahun 2014

Pasien Nomor Obat yang diberikan Keterangan Jumlah dan (Persentase)

N=43

29 dan 38

34

39

11 dan 12

16 Lisinopril Furosemid Amlodipin Captopril Bisoprolol TI TI TI TI TI 5 (11,63%) 1 (2,33%) 3 (6,98%) 2 (4.65%) 1 (2,33%)

23, 28, 30

24, 26 27 Furosemid-verapamil Irbesartran-furosemid-bisoprolol Captopril-verapamil Lisinopril-furosemid TI TI TI TI 3 (6,98%) 1 (2,33%) 1 (2,33%) 1 (2,33%) 25

13, 31, 42, 43

41

2, 37 dan 32

9, 35,33,36,40

1 dan 5

3, 6, dan 9

9 Captopril-irbesartan-spironolakton-amlodipin Irbesartran-furosemid Irbesartran-amlodipin Irbesartan-furosemid-amlodipin-bisoprolol Irbesartan-furosemid-amlodipin Captopril-furosemid-bisoprolol Captopril-amlodipin Captopril-furosemid TI TI TI TI TI TI TI TI 1 (2,33%) 2 (4,65%) 1 (2,33%) 3 (6,98%) 5 (11,63%) 2 (4,65%) 3 (6,98%) 1 (2,33%) 44

8 dan 10

Furosemid peroral dengan furosemid intravena

Captopril-lisinopril

TI

TI

1 (2,33%)

(9)

5

Pada tabel 1 menunjukkan hasil 100% dari 43 subjek penelitian adalah tepat inidikasi. Dalam data rekam medik, terdapat beberapa pasien yang mengalami oedem, sehingga perlu adanya obat untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh pasien. Penggunaan furosemid golongan loop diuretik dalam terapi ini selain diindikasikan untuk terapi hipertensi, tetapi juga diindikasikan untuk mengeluarkan cairan oedem (Zakharova et al, 2012). Namun keterbatasan dalam penelitian ini penulis tidak mengetahui riwayat pengobatan pasien sebelumnya, sehingga kemungkinan pemberian terapi tersebut telah dipertimbangkan.

2. Evaluasi Tepat Pasien

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tepat pasien adalah penggunaan obat dalam terapi harus mempertimbangkan kondisi pasien, yakni tidak terdapat kontraindikasi terhadap pasien (DepKes RI, 2015).

Tabel 2. Evaluasi tepat pasien pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi

diabetes melitus dan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit “X” Tahun 2014Tahun 2014

Diagnosa Nama Obat Kontra Indikasi Ket Jumlah dan persentase

Hipertensi-Diabetes Melitus

Furosemid

Bisoprolol

Hipokalemia berat dan

sirosis hati Hipotensi Tepat Pasien Tepat Pasien 21 (100%) Captopril Lisinopril Irbesartran Amlodipin Angio-oedem Angio-oedem

Hamil dan menyusui

Menyusui Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Hipertensi-Gagal Ginjal Kronik Furosemid Spironolakton Captopril Lisinopril Verapamil Amlodipin Irbesartran Bisoprolol

Hipokalemia berat dan

sirosis hati Hiperkalemia Angio-oedem Angio-oedem Menyusui Menyusui

Hamil dan menyusui

Hipotensi Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien Tepat Pasien 22 (100%)

[image:9.595.84.540.390.656.2]
(10)

6

adanya sirosis hati, hal ini dibuktikan dengan kadar SGPT/SGOTseluruh subjek penelitian dengan rentang yaitu <15/ <17U/l untuk wanita dan <18/<22U/l untuk pria. Data pemeriksaan darah ini telah sesuai dengan Smith et al(1996), yang memaparkan kadar normal SGPT untuk wanita < 15 U/l dan SGOT <17 U/l. Kadar normal SGPT untuk pria <18 U/l dan SGOT <22 U/l..

3. Evaluasi Tepat Obat

[image:10.595.82.540.345.644.2]

Tepat obat menurut DepKes RI (2015) adalah pemberian obat sesuai dengan kelas terapi yang sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan. Dalam penelitian ini, tepat obat adalah obat yang digunakan dalam terapi merupakan drug of choice atau obat pilihan pertama. Berikut tabel evaluasi ketepatan pemberian obat:

Tabel 3. Evaluasi tepat obat pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronikdi Rumah Sakit “X” Tahun 2014

Pasien Nomor Obat yang diberikan Keterangan Jumlah dan (Persentase)

N=43 29 dan 38

34

39

11 dan 12

16 Lisinopril Furosemid Amlodipin Captopril Bisoprolol TO TTO TTO TO TTO 5 (11,63%) 1 (2,33%) 3 (6,98%) 2 (4.65%) 1 (2,33%)

23, 28, 30

24, 26 27 Furosemid-verapamil Irbesartan-furosemid-bisoprolol Captopril-verapamil Lisinopril-furosemid TTO TO TO TO 3 (6,98%) 1 (2,33%) 1 (2,33%) 1 (2,33%) 25

13, 31, 42, 43

41

2, 37 dan 32

9, 35,33,36,40

1 dan 5

3, 6, dan 9

9 Captopril-irbesartan-spironolakton-amlodipin Irbesartan-furosemid Irbesartan-amlodipin Irbesartan-furosemid-amlodipin-bisoprolol Irbesartan-furosemid-amlodipin Captopril-furosemid-bisoprolol Captopril-amlodipin Captopril-furosemid TO TO TO TO TO TO TO TO 1 (2,33%) 2 (4,65%) 1 (2,33%) 3 (6,98%) 5 (11,63%) 2 (4,65%) 3 (6,98%) 1 (2,33%) 44

8 dan 10

Furosemid peroral dengan furosemid intravena

Captopril-lisinopril

TTO

TTO

1 (2,33%)

2 (4,65%)

Pada tabel 3 menunjukkan hasil 79,07% subjek penelitian mendapatkan obat antihipertensi sesuai dengan drug of choice. Menurut Saseen dan Maclaughlin (2008) obat pilihan pertama untuk terapi hipertensi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta gagal ginjal kronik adalah antihipertensi golongan ACEI atau ARB. ACEI dan ARB digunakan sebagai obat pilihan pertama ini pun sesuai dengan rekomendasi Indian Journal of

(11)

7

ini dapat mengurangi tekanan intraglomerular yang dapat mengurangi penurunan fungsi ginjal (Saseen & Maclughlin, 2008).

Sesuai dengan JNC VII tahun 2003, Journal Of Clinical Diabetes tahun 2007, dan

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach tahun 2008, bahwa drug of choice untuk

terapi hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes melitus adalah antihipertensi golongan ACEI atau ARB. Dalam tabel tersebut menunjukkan pula adanya duplikasi obat yakni captopril dan lisinopril, dimana kedua obat ini merupakan obat dalam satu golongan yaitu ACEI, memiliki mekanisme aksi yang sama, dan efek samping yang sama. Penggunaan obat dengan cara duplikasi ini dapat meningkatkan efek samping dari obat (Viktil et al, 2006), sehingga hal ini menyebabkan pengobatan tidak rasional. Namun keterbatasan dalam penelitian ini, penulis tidak mengetahui riwayat penggunan obat pasien sebelumnya, sehingga penggunaan obat tersebut mungkin telah dipertimbangkan.

4. Evaluasi Tepat Dosis

Tepat dosis dalam penelitian ini adalah pemberian obat dalam terapi harus sesuai dengan

range terapi yang ada, ditinjau dari besarnya dosis yang diberikan dan frekuensi pemberian atau aturan

[image:11.595.79.540.467.607.2]

pakainya (DepKes RI, 2015).

Tabel 4. Evaluasi tepat dosis pada penggunaan obat antihipertensi dengan komplikasi DM dan GGKdi Rumah Sakit “X” Tahun 2014

Keterangan Nomor pasien Nama Obat Dosis dan aturan

pakai

Dosis dan aturan pakai (drug dosing

renal failure)

Jumlah (persentase) N= 43

Besaran

dosis

Kurang 24

25

Bisoprolol

Spironolakton

1x 2,5 mg

1x 25 mg

1x 5-20 mg

1x 100 mg

1 (2,32%)

1 (2,32%)

Lebih 27 Lisinopril 1x 5 mg 1x 2,5 mg 1 (2,32%)

Frekuensi Kurang 23, 26, 28, dan

30

Verapamil 1x 40 mg 3x 20-60 mg 4 (9,30%)

Lebih - - - - -

Jumlah 7 (16,26%)

Dalam tabel 4 evaluasi ketepatan dosis pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien

hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik, menggunakan parameter dosis

yang telah di sesuaikan dengan tingkat keparahan ginjal. Menurut DeBellis et al (2000) penggunaan

obat pada penderita gagal ginjal perlu disesuaikan dengan level keparahan ginjal, hal ini bertujuan

agar obat yang diekskresikan oleh ginjal yang melakukan kompensasi, tidak terakumulasi dalam ginjal

dan menyebabkan toksisitas.

(12)

8

komplikasi gagal ginjal kronik menerima terapi dengan besaran dosis yang kurang dari dosis yang tercantum dalam drug dosing renal failure. Satu subjek penelitian dengan nomor pasien 27, menerima terapi dengan besaran dosis yg berlebih dari dosis yang disarankan. Empat subjek penelitian dengan nomor pasien 23, 26, 28, dan 30 menerima terapi dengan frekuensi yang kurang dari frekuensi pemberian yang dianjurkan. Namun keterbatasan dalam penelitian ini, penulis tidak mengetahui riwayat pengobatan pasien sebelumnya.

KESIMPULAN

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi di Rumah Sakit “X” tahun 2014, menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan obat antihipertensi pada penelitian ini yaitu amlodipin 46,51%, irbesartan 41,86%, furosemid intravena 39,53%, bisoprolol 28,93%, furosemid peroral 27,90%, captopril 25,58%, lisinopril 18,60%, verapamil 4,65%, spironolakton 2,32%.

2. Hasil evaluasi pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik pada 43 subjek penelitian yaitu, 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 79,07% tepat obat, dan 83,73% tepat dosis.

SARAN

Penelitian perlu dilanjutkan dengan desain penelitian prospektif untuk mengetahui ketercapaian target terapi pada penggunaan obat antihipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2006, Standards of Medical Care in Diabetes,http://care.diabetesjournals.org/content/29/suppl_1/s4.full (diakses tanggal 18 Februari 2015)

Anggraeni, A. D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., Siahaan, S. S., 2009, Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari-Juni 2008, Laporan Penelitian: Fakultas Kedokteran, Universitas Riau, 358

Binfar, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan.

(13)

9

Corwin, Elizabeth, 2003, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Creager, M.A. & Luscher, T.F., 2003, Diabetes and Vascular Disease: Patofisiology,

Clinical Consequnces and Medical Therapy: Part 1

Dipiro, T. J., Talbert, L. R., Yee, C. G., Matzke, R. G., Wells, G. B. & Posey, M. L., 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, United States of America: The Mc-Graw Hill Companies

Eknoyan, G., Norbert, L., Kasiske, L., Bertram., Abboud, I., Omar, et al, 2012, Kidney

Disease Improving Global Outcomes,

www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/bp.php (diakses tanggal 18

Januari 2015)

Fatimah, Restyana, 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, volume 4, nomor 5

Guyton, A. C., 2006, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Edisi Ketiga), Jakarta: EGC

Hernawati, 2008, Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron: Perannya Dalam Pengaturan

Tekanan Darah dan Hipertensi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

James, A., Paul, Oparil, S, Carter L., Barry, Cushman, C., William, Dennison, C., Himmelfarb., Hendler, J., et al, 2014, 2014-Evidence Based Guideline for The

Management of High Blood Pressure in Adults Report From The Panel Members Appointed to The Eighth Joint National Commitee (JNC VIII), U.S

Department of Health and Human Service

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Jakarta: DirJend Kefarmasian dan Alat Kesehatan

National Kidney Foundation, 2012, K/DOQI Clinical Practice Guideline For Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Statification,

http://www.kidneyorg/professionals/kdoqi/guideline_ckd/htm (diakses tanggal 30 Januari 2015)

Nugroho, A. E., 2012, Farmakologi Obat-Obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu

Farmasi dan Dunia Kessehatan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Newhouse, S. J., Huq, S. M., Arunachalam, G., Caulfield, M. J. & Munroe, P. B., 2005,

Genetics of Hypertension. In: Battegay, E. J., Lip, G. Y. H, & Bakris, G. L

(eds.) Hypertension: Principles and Practice, Boca Raton, Taylor &Francis Group.

PERKENI, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

(14)

10

Prasetya, R. P. Ngurah, Karsana, Raka, Swastini, D. A., 2007, Kajian Interaksi Obat

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Hipertensi di RSUP Sanglah Denpasar 2007, FMIPA: Universitas Udayana

Price, S. A., & Wilson, L. M., 2003, Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, edisi

VI, Jakarta, EGC

Saseen, Jhoseph & MacLaughlin, Eric, 2008,Pharmacotherapy A Pathophysiologic

Approach, United States of America: The Mc-Graw Hill Companies

Soeparman, 2007, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, EGC

Smith, Jack W., Speicher, and Car, E., 1996, Pemilihan Uji Laboratorium Yang Efekif, EGC, Jakarta.

Sudoyo, Setiahadi, Alwi, Simadribata & Setiati, 2007, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia

Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. A. P. & Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta, PT. ISFI Penerbitan

Suwitra, K., Aru, W. S., Bambang, S., Idrus, A., Marcellus, S. K., Siti, S. 2006. Ilmu

Penyakit Dalam Jilid 1 edisi 4: Penyakit Gagal Ginjal Kronis Dalam, Jakarta:

Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Hal 570 – 573.

Suyono & Lyswanti, E. N., 2008, Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi Rawat Inap: Penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang,

Sjamsiah, S. 2005. Farmakoterapi Gagal Ginjal. Surabaya : Universitas Airlangga. Swandari, Swestika, 2015, Penggunaan Obat Rasional (POR) Melalui Indikator 8 Tepat

dan 1 Waspada, http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Info- Kesehatan/Penggunaan-Obat-Rasional-POR-melalui-Indikator-8-Tepat-dan-1-Waspada.phd (diakses tanggal 18 Januari 2015)

Waller, Derek et al, 2009, British National Formulary 57, London: GGP Media GmBh Widhayanti. Charina, 2014, Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal

Gambar

Tabel 1. Evaluasi tepat indikasi pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi
Tabel 2. Evaluasi tepat pasien pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan komplikasi diabetes melitus dan gagal ginjal kronik di Rumah Sakit “X” Tahun 2014Tahun 2014
Tabel 3. Evaluasi tepat obat pada penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronikdi Rumah Sakit “X” Tahun 2014
Tabel 4. Evaluasi tepat dosis pada penggunaan obat antihipertensi dengan komplikasi DM dan GGKdi Rumah Sakit “X” Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Ceramah , Diskusi Latihan Kreatifitas ide,(member contoh) kemampuan komunikasi (memberi respon) Hasil latihan

[r]

[r]

[r]

Sumber utama yang sangat potensial adalah kolagen yang berasal dari tulang ikan, diantaranya tulang ikan kakap merah.Tugas akhir ini bertujuan untuk membuat gelatin dari

Salah satu fokus yang telah diberi perhatian oleh KPPM adalah semua JPN, PPD dan sekolah perlu memastikan guru berada dalam bilik darjah (guru mata pelajaran atau guru

CSR sebagai konsep akuntansi yang baru adalah transparansi pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan, di mana transparansi informasi

Terjemahkan setiap kalimat berikut menjadi formula logika predikat dalam 3 (tiga) cara yang berbeda, yaitu dengan menentukan masing-masing domain yang sesuai menggunakan 1 buah