• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PSR 1201583 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PSR 1201583 Chapter3"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang penyajiannya

diklasifikasikan menjadi tiga bagian dan terdiri dari beberapa komponen. Bagian

pertama memaparkan tentang subjek dan lokasi penelitian, bagian kedua

menjabarkan tentang definisi operasional, desain penelitian dan metode penelitian,

dan bagian ketiga dijelaskan mengenai instrumen penelitian dan pengembangan

instumen, termasuk teknik pengumpulan dan analisis data.

A.Subyek dan Lokasi Penelitian

Subjek dan lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini disesuaikan

dengan tuntutan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagaimana

yang diungkapkan pada bab sebelumnya. Adapun uraian mengenai subjek dan

lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Subjek Penelitian

Subjek dan sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X yang diambil

secara acak satu kelas dari 9 kelas yang ada di SM N 8 Cirebon, yakni kelas X7

semester II sebanyak 25 orang siswa, laki-laki 10 orang dan perempuan 15 orang.

Subjek penelitian tersebut dipilih berdasarkan hasil identifikasi masalah yang

berkaitan dengan pembelajaran musik, khususnya kepekaan pada laras.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampus SMA N 8 Cirebon. Adapun

identitas dari lokasi penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

a. Nama Sekolah : SMA Negeri 8 Cirebon

b. Nomor Identitas Sekolah : 300080 / 202222166

c. Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 30.1.02.63.04.029

(2)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelurahan/Kecamatan : Pegambiran/Lemahwungkuk

Kota/Kode pos : Cirebon/45113

e. Telp. & Fax : (0231) 234629

f. E-mail : [email protected]

g. Status Sekolah : Negeri

h. Nomor SK Pendirian Sekolah : 0313 / 0 / 1993

i. Tahun Berdirinya Sekolah : 23 Agustus 1993

j. Luas tanah/Luas Bangunan : 6000 m2

k. Status Tanah dan Bangunan : Milik Sendiri

l. Status Akreditasi/Tahun : Nilai A/2013

m. Visi

Teladan dalam Budi Pekerti, Kreatif, Terampil, Bersaing dalam Mutu

dan Berbudaya Lingkungan

n. Misi

1). Membudayakan Sikap 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)

2). Mengembangkan potensi siswa melalui kegiatan kurikuler dan

ekstrakurikuler.

3). Menjalin keharmonisan masyarakat sekolah, stakeholder untuk mendukung

kemajuan dan kemandirian sekolah.

Pemilihan lokasi tersebut di atas diambil dengan beberapa pertimbangan, di

antaranya:

a. Peneliti merupakan pengajar di sekolah tersebut, sehingga situasi tersebut

mendukung aktivitas dan mobilitas penelitian.

b. Materi Pupuh sudah pernah diajarkan di SMA Negeri 8 namun perlu dilakukan

perbaikan.

c. Siswa cukup kondusif dan antusias untuk mengikuti pembelajaran, namun

(3)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlu adanya alternatif strategi yang diterapkan guru untuk meningkatkan

kepekaan laras.

Gambar 3.1: Peta lokasi SMA N 8 Kota Cirebon

Sumber: Gambar peta rencana Struktur Tata Ruang Kota Cirebon

tahun 2010-2030

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

perumusan dan penyatupaduan beberapa konsep penelitian tindakan yang terdapat

dalam buku Action Research (Metler, 2011) dan buku Metode Penelitian

Tindakan Kelas (Wiriaatmadja: 2005). Dari kedua buku tersebut, peneliti

menemukan beberapa konsep yang sesuai dengan penelitian tindakan pada

pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik. Konsep-konsep tersebut di

antaranya konsep penelitian tindakan Mills, Piggot dan Irvine, dan Kemmis dan

McTaggart.

Dari beberapa konsep penelitian tindakan tersebut di atas, peneliti

mengadaptasi desain yang relevan untuk diterapkan pada penelitian tindakan

(4)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras,

implementasi pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk

meningkatkan kepekaan laras, dan hasil implementasi pembelajaran pupuh sekar

ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras yang diterapkan di

SMA N 8 Cirebon.

Mills (2011) dalam Mertler (2011, hlm. 23). mengungkapkan bahwa

model-model penelitian tindakan berawal dengan sebuah permasalahan atau tema

utama. Model-model tersebut meliputi observasi atau pengawasan terhadap

praktik yang sudah berjalan, diikuti oleh pengumpulan dan sintesis informasi

dengan data. Terakhir, tindakan tertentu diambil, yang kemudian berfungsi

sebagai landasan bagi tahap penelitian tindakan berikutnya. Oleh karena kegiatan

action research selalu dinamis, berkembang dan berkelanjutan, maka

langkah-langkah dalam penelitian action research selalu digambarkan dalam pola spiral

dengan beberapa siklus.

Adapun skema spiral action research yang menggambarkan desain alur

penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik yang dihasilkan

dari pengadaptasian beberapa konsep desain penelitian Sebagaimana telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya dapat dicermati pada skema bagan 3.1 berikut

(5)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan:3.1

Siklus Spiral Action Research

Diadaptasi dari model Piggot-Irvine dalam Mertler, 2011, hlm. 30 (Sumber :Madya dalam Budiman 2012, hlm. 61)

Secara garis besar, siklus penelitian tindakan yang disusun oleh peneliti

dapat dipetakan menjadi 2 bagian, yakni: 1) pra-siklus yang berkaitan dengan

tahapan studi pendahuluan, dan identifikasi masalah 2) siklus pelaksanaan

pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis saintifik untuk meningkatkan

kepekaan laras.

1. Tahap Pra-Siklus

Tahap pra-siklus dalam spiral action research model pembelajaran pupuh

adalah tahap awal yang dapat menggambarkan tentang analisis situasi

pembelajaran seni budaya yang sudah dan sedang berlangsung pada saat ini di

SMA N 8 Cirebon. Dalam penelitian pendahuluan, peneliti mengidentifikasi

tentang kondisi objektif SMA N 8 Cirebon, terutama realitas pembelajaran seni

budaya yang telah berlangsung di sekolah tersebut yaitu gejala-gejala kelemahan

dan kekurangan pembelajaran seni budaya dan juga potensi yang dimiliki oleh

SMA N 8 Cirebon untuk meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik.

Kedua hal itu penting sebagai bahan acuan dalam rangka menyusun rancangan

pembelajaran yang dapat menjawab pertanyaan penelitian.

Data yang berkaitan dengan kondisi objektif data yang berkaitan dengan

kondisi objektif SMA N 8 Cirebon yang diperoleh pada tahap pra-siklus dapat

dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut:

a. Kondisi objektif yang merupakan keunggulan SMA N 8 Cirebon.

(6)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1). SMA N 8 Cirebon berada di daerah Cirebon yang merupakan suatu kota

pesisir utara Jawa yang secara administratif terletak di timur laut propinsi

Jawa Barat berbatasan dengan propinsi Jawa Tengah. Kota ini telah

dikenal sebagai kota perdagangan di awal abad ke-16 (Nina L. Lubis,

2000). Secara budaya, daerah Cirebon meliputi wilayah-wilayah bagian

Selatan seperti Kabupaten Kuningan dan Majalengka, bagian Barat seperti

Gegesik, dan Indramayu, Banten, dan bahkan wilayah bagian Timur

seperti Brebes di Jawa Tengah.

Cirebon memiliki banyak keunikan, baik bahasa maupun budayanya.

Keunikannya menjadi ciri khas dari kota yang terkenal dengan Kota

Udang ini. Bahasa yang digunakan bukan Sunda, juga bukan Jawa, tetapi

bahasa Cirebon. Budaya dan kesenian tradisonal yang dimiliki Cirebon

pun sangat beragam. Berdasarkan informasi data dari Dinas Pariwisata

dalam buku Deskripsi Kesenian Daerah Cirebon, yang di terbitkan oleh

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda Dan olah Raga Kabupaten

CirebonTahun 2009, Cirebon memiliki 35 jenis kesenian, baik Seni

Karawitan, Seni Teater, Seni Pedalangan, Seni Musik, Seni Tari, Seni

sastra, Seni Rupa, dan Seni Pertunjukkan Rakyat. Masing-masing jenis

kesenian ini tentunya memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.

2). Sarana dan pra-sarana yang dimiliki SMA N 8 Cirebon termasuk cukup

lengkap.

b. Kondisi objektif yang merupakan kelemahan SMA N 8 Cirebon.

1) Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru pengajar mata pelajaran

seni budaya masih berorientasi pada aspek teoritis dan kurang mengasah

kompetensi musikal siswa.

2) Materi pembelajaran belum banyak mengangkat seni tradisional dan

kurang memiliki keseimbangan pada setiap dimensi pencapaian

(7)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Sumber belajar seni yang masih terbatas.

Setelah peneliti dapat mengidentifikasi kondisi objektif dan realitas proses

pembelajaran seni musik yang telah dan sedang berlangsung di SMA N 8

Cirebon, langkah berikutnya adalah analisis komparasi antara kondisi objektif

pembelajaran seni musik di sekolah tersebut dan kondisi ideal pembelajaran yang

seharusnya dilaksanakan untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik.

Kondisi ideal pembelajaran diperoleh melalui kajian yang mendalam terhadap

teori-teori pembelajaran seni musik yang dapat meningkatkan kompotensi musikal

siswa.

Bagan 3.2: Studi Pendahuluan Pada Tahap pra-Siklus

Pada bagan 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa alur skema pada tahap

pra-siklus adalah Penyusunan desain penelitian berdasarkan temuan dan kajian

analitis dari hasil identifikasi kondisi objektif yang disesuaikan dengan kondisi

ideal, dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran

seni musik di SMAN 8 Cirebon.

Kondisi Objektif Kondisi Ideal

Desain Penelitian Tahap pra-Siklus Studi Pendahuluan

(8)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melalui kajian mendalam pada tahap pra-siklus, peneliti dapat menemukan

formulasi yang tepat untuk merancang pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis

saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras. Jika sampai tahap akhir yaitu tahap

refleksi, peneliti belum menemukan data yang mendukung kondisi ideal, maka

peneliti dapat kembali pada tahap perancangan sampai kemudian dapat

menemukan desain pembelajaran yang selanjutnya diterapkan pada siklus kedua.

Hal-hal yang terkait dengan tahap studi pendahuluan dijabarkan menjadi

beberapa poin utama sebagai berikut:

a. Mengamati berbagai gejala yang terjadi di dalam proses pembelajaran seni

musik di SMA N 8 khususnya kelas X kaitannya dengan pembelajaran pupuh

yang dapat meningkatkan kepekaan laras.

b. Mengidentifikasi masalah, dari hasil pengamatan pembelajaran.

Penelitian ini, menggunakan penelitian Action Research, untuk mengetahui

Pembelajaran Pupuh sekar ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik dapat

Meningkatkan Kepekaan Laras Pada Siswa Kelas X Di SMA N 8 Cirebon

berdasarkan identifikasi masalah:

Tabel 3.1

Identifikasi Masalah

Sekolah SMA Negeri 8 Cirebon

Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas X 7(Sepuluh)

Mata Pelajaran Seni Budaya

KD 3.2.Menganalisis karya musik

berdasarkan simbol, jenis nilai

estetis dan fungsinya

Tindakan Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung

(9)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Apa masalah yang akan dipecahkan

atau apa yang akan ditingkatkan?

Kepekaan Laras

Apa tindakan yang akan dilakukan? Implementasi Pembelajaran Pupuh

Sekar ageung raehan Berbasis

Pendekatan Saintifik

Siapa yang akan dikenai tindakan

tersebut?

Siswa kelas X SMA Negeri 8 Cirebon

Rumusan Judul

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk

Meningkatkan Kepekaan Laras

c. Menyusun rancangan proposal penelitian sebagai salah satu langkah awal dari

persiapan penelitian lapangan

d. Menghadapi seminar proposal penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas

Penididikan Indonesia (SPs UPI) Bandung;

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti perangkat pedoman wawancara,

pedoman observasi, kuisioner dan pedoman penilaian dokumen serta peralatan

teknis lainnya yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan penelitian lapangan.

2. Tahap Siklus Pelaksanaan

Siklus pelaksanaan merupakan implementasi rancangan pembelajaran

pupuh sekar ageung berbasis pendekatan saintifik yang telah disusun pada

pra-siklus sebelumnya. Siklus pelaksanaan ini terdiri dari dua Siklus, berikut ini

(10)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Pra

1. Melakukan studi pendahuluan (Observasi awal) 2. Menentukan objek penelitian

3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah

4. Menyusun perangkat pembelajaran; Silabus dan Rencana

1. Kegiatan belajar 1 mengapresiasi lagu pupuh asmarandana laras salendro dan pupuh asmarandana laras pelog degung 2. Kegiatan Belajar 2 berlatih menyanyikan lagu pupuh

asmarandana laras salendro dan pupuh asmarandana laras pelog degung

3. Kegiatan Pembelajaran 3 menganalisa, perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung

4. Kegiatan pembelajaran 4 tampil menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro dan laras pelog degung

(11)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Plan/Perencanaan

Penyusunan rencana pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013.

Analisis dan pengembangan silabus yang meliputi analisis kesesuaian Kompetensi

Inti (KI), analisis kesesuaian Kompetensi Dasar (KD), penentuan materi dan

media pembelajaran, penentuan sumber, alat dan bahan pembelajaran, penentuan

tujuan, ruang lingkup, kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran,

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

saintifik, pengelolaan kelas, penyiapan sarana pra-sarana, materi, dan media

pembelajaran.

Proses penyusunan komponen pembelajaran, berpijak pada beberapa hal,

diantaranya adalah;

1. Kegiatan belajar 1 mengapresiasi lagu pupuh asmarandana laras salendro dan pupuh asmarandana laras pelog degung 2. Kegiatan belajar 2 menganalisis aturan pupuh asmarandana,

yakni: guru lagu, guru wilangan, jumlah baris dan wata k pupuh

3. Kegiatan 3 mencoba membuat syair pupuh asmarandana menggunakan bahasa Cirebon sesuai dengan guru lagu, guru wilangan, jumlah baris dan wata k pupuh.

4. Kegiatan 4 berlatih menyanyikan syair pupuh asmarandana hasil buatan siswa dengan menggunakan laras salendro atau laras pelog degung

5. Kegiatan pembelajaran 5 tampil menyanyikan syair pupuh asmarandana hasil buatan siswa dengan menggunakan laras salendro atau laras pelog dlaras salendro dan laras pelog degung di depan kelas.

(12)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perangkat pembelajaran seni budaya untuk materi pembelajaran seni musik

pada jenjang SMA harus disusun dalam rangka penerapan pembelajaran pupuh

sekar ageung berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras,

terdiri dari :

a) Penyusunan dan Analisis Silabus.

Penyusunan silabus dalam konteks penerapan pembelajaran pupuh sekar

ageung raehan berbasis saintifik ini, peneliti menganalisis silabus yang tercantum

dalam standar isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) lalu

mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan dalam penyusunan rencana

penerapan model pembelajaran tersebut. Proses yang dilakukan dalam

penyusunan silabus ini diantaranya adalah: (1) analisis keterkaitan Kompetensi

inti (KI), (2) analisis keterkaitan Kompetensi Dasar (KD), dan pemetaan standar

isi.

Kurikulum 20013 dalam proses pembelajaran Intrakurikuler didasarkan

pada prinsip-prinsip:

a. Proses pembelajaran di SMA/sederajat berdasarkan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang di kembangkan oleh guru.

b. Proses pembelajaran siswa aktif untuk menguasa KD dan KI pada

tingkat yang memuaskan.

c. Proses pembelajaran dikembangkan atas karakteristik konten

kompetensi yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan

keterampilan (psikomotorik).

d. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental

dilaksanakan berkesinambungan dan saling memperkuat satu mata

pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

e. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa

aktif melalui kegiatan mengamati (melihat, membaca, mendengarkan,

menyimak), menanya (lisan/tulisan), menganalisis (menghubungkan,

(13)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengkomunikasikan (lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel, chart, dan

lain-lain).

f. Pembelajaran remidial harus dilaksanakan untuk membantu peserta

didik menguasai kompetensi yang masih kurang.

g. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat

formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remidial untuk

memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan.

Tabel: 3.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas X

Seni Musik

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menunjukkan sikap penghayatan

dan pengamalan serta bangga

terhadap seni musik sebagai bentuk

rasa syukur terhadap anugrah

(14)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2.Menghayati mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli, (gotong royong,

secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan

dunia

2.1 Menunjukkan sikap kerjasam,

bertanggung jawab, toleran, dan

disiplin melalui aktivitas

berkesenian

2.2 Menunjukkan sikap santun, jujur,

cinta damai, dalam mengapresiasi

seni dan pembuatnya

2.3 Menunjukkan sikap responsip dan

pro-aktif, peduli terhadap

lingkungan dan sesama, serta

menghargai karya seni dan

budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait

3.1 Memahami karya musik

berdasarkan simbol, jenis nilai

estetis, dan fungsinya

3.2 Menganalisis karya musik

berdasarkan simbol, jenis nilai

estetis, dan fungsinya

3.3 Memahami rancangan pergelaran

musik

3.4 Menganalisis karya-karya musik

dan kegiatan pergelaran musik

4.Mengolah, menalar, dan menyaji

dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara

4.1 Menyanyikan lagu-lagu

berdasarkan jenisnya

4.2 Menampilkan permainan musik

berdasakan jenisnya

(15)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

mandiri, dan mampu menggunakan

metode sesuai kaidah keilmuan

memperhatikan nilai-nilai estetis

4.4 Membuat tulisan tentang ragam

musik dan lagu-lagunya

(Sumber: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan Dan

Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014)

b) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Setelah peneliti dapat membuat silabus pengembangan yang sesuai dengan

model pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasik kompetensi, langkah

selanjutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Beberapa hal yang terkait dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) diantaranya ialah: (1) penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi

pembelajaran (rincian dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media,

alat dan sumber pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran, dan (6) penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dalam rangka

pelaksanaan implementasi pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis

pendekatan saintifik ini dibuat dua RPP untuk lima kali pertemuan. Berikut

sintaksis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP 1, RPP 2 dan RPP 2 hasil

refleksi

Materi Lagu Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk

Meningkatkan Kepekaan Laras

Apresiasi Lagu Pupuh Sekar Ageung raehan

(16)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan: 3.4 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 1

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

Bagan: 3.5 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 2

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

Mendengarkan guru menyanyikan lagu Asmarandana untuk menganalisis aturan

pupuh yakni: guru lagu, guru wilangan,

jumlah baris dan watak pupuh.

(Mengamati dan Menanya)

Praktek membuat syair pupuh asmarandana menggunakan bahasa Cirebon sesuai dengan guru lagu, guru wilangan,

jumlah baris dan watak pupuh kemudian berlatih

menyanyikan syair yang dibuat oleh siswa (Mengumpulkan informasi dan Mengasosiasi)

Tampil menyanyikan syair pupuh asmarandana yang dibuat oleh siswa dengan menggunakan laras salendro atau pelog

degung di depan kelas,

(Mengkomunikasikan)

Mendengarkan guru menyanyikan contoh lagu pupuh asmarandana laras salendro

dan laras pelog degung

(Mengamati dan Menanya)

Praktek menyanyikan lagu pupuh asmarandana yang berlaras

salendrodan berlaras pelog degung dan Menganalisis

perbedaan laras salendro dengan laras pelog degung

(Mengumpulkan informasi dan Mengasosiasi)

Tampil menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro

dan laras pelogdegung dan mpresentasikan hasil analisis

perbedaan laras salendro dengan laras pelogdegung

(17)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan: 3.6 Sintaks Rencana Pelakasanan Pembelajaran 2 hasil refleksi

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir)

c) Menentukan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari model pembelajaran pupuh

sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran seni

musik ini dibagi kedalam dua garis besar, yaitu dampak instruksional dan dampak

pengiring (nurturan effects).

Dampak instruksionalnya adalah, apresiasi seni dan pemahaman terhadap

suatu nilai dan konsep pembelajaran pupuh sekar ageung berbasis pendekatan

saintifik, kemampuan menganalisa dan tumbuhnya kepekaan musikal, terutama

kepekaan terhadap laras.

Sedangkan dampak pengiring yang diharapkan pembelajaran pupuh sekar

ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran seni musik

adalah, dapat terbentuknya kemampuan berpikir kritis dan kreatif, bertanggung

jawab serta bekerja sama dalam pribadi setiap siswa.

d) Ruang Lingkup Pembelajaran

Mengingat kompleksnya mata pelajaran seni budaya yang meliputi bidang

seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, maka model pembelajaran yang

dikembangkan dibatasi lingkupnya sebagai berikut: (1) hanya mencakup satu

semester yakni semester genap (semester II untuk tingkat X) tahun pelajaran

2013/2014 sejalan dengan tahun ajaran di mana kegiatan penelitian ini

berlangsung; (2) Tidak semua bidang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) dikembangkan secara utuh diseluruh kelas, namun hanya dipilih bidang seni

musik dengan mempertimbangkan aspek representasi dan pemerataan, materi

(18)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini akan disesuaikan dengan tuntutan pencapaian Kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam struktur kurikulum seni budaya

untuk Sekolah menengaj atas (SMA).

e) Kegiatan Belajar

Kegiatan pembelajaran ditentukan dari kompentensi Inti dan kompetensi

dasar pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Berdasarkan silabus tersebut

dapat ditentukan indikator, materi pokok pembelajaran dan kegiatan

pembelajarannya. Dalam menentukan rancangan kegiatan pembelajaran ini,

peneliti perlu dengan cermat mencari keselarasan antara kegiatan pembelajaran

dalam konteks materi pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis

pendekatan saintifik sebagaimana disampaikan pada Bab II yakni kajian teoretis,

dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kurikulum yang telah

diatur dalam kurikulum nasional. Namun demikian, telah diutarakan sebelumnya

bahwa dalam Kurikulum 2013 setiap guru diperbolehkan untuk mengembangkan

kurikulumnya masing-masing tetapi masih dalam koridor pendekatan saintifik,

sehingga proses kegiatan belajar dalam penelitian ini meliputi 2 tahap

pembelajaran yakni Tahap 1: pengenalan dengan melalui lima kegiatan

pembelajaran, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan infornasi/mencoba,

menganalisis,dan mengkomunikasikan. Tahap 2: Pendalaman dengan melalui

lima kegiatan pembelajaran, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan

infornasi/mencoba, menganalisis, dan mengkomunikasikan.

Tahap Pengenalan: Apresiasi dan Analisis Lagu Pupuh Sekar Ageng Raehan berbasis pendekatan saintifik

1) Kegiatan belajar mengamati, merupakan kegiatan belajar yang dilakukan

dengan cara mendengarkan dan menyimak contoh audio CD track 1, 2, 3 dan

4: Lagu Pupuh Asmarandana, lagu Pupuh Sinom, Lagu pupuh Kinanti, dan

(19)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menumbuhkan dan mengasah kepekaan musikal siswa, khususnya kepekaan

terhadap laras.

2) Kegiatan belajar menanya, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa

untuk mendapatkan Informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati yakni

contoh-contoh audio pupuh atau Informasi tambahan tentang apa yang diamati.

Kegiatan ini bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

dengan tujuan untuk melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

3) Kegiatan belajar mengumpulkan informasi, ialah kegiatan lanjutan dari tahap

kegiatan menanya, pada tahap ini siswa dapat mengidentifikasi dan

mengembangkan data temuan dari hasil pengamatan dan pengumpulan

informasi tentang pupuh sekar ageung raehan melalui membaca sumber lain

selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/aktivitas atau memalui wawancara

dengan narasumber. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

dipelajari.

4) Kegiatan pembelajaran mengasosiasikan/mengolah informasi, ialah kegiatan

yang dilakukan untuk mengolah informasi mengenai pupuh sekar ageung

raehan yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan

kegiatan mengumpulkan informasi melalui diskusi. Kegiatan ini bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang

bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Tujuannya adalah untuk

mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,

kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

deduktif dalam menyimpulkan.

5. Kegiatan pembelajaran mengkomunikasikan, ialah kegiatan menyampaikan

(20)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau media lainnya, dengan tujuan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,

toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan

benar.

Tahap Pendalaman: Menyanyikan Lagu Pupuh Laras Salendro dan Laras Pelog Degung dan Presentasi perbedaan laras pelog dengan laras salendro

1. Kegiatan belajar mengamati pada tahap pengenalan, merupakan kegiatan

belajar yang dilakukan untuk lebih merasakan adanya perbedaan laras dengan

cara mendengarkan dan menyimak: Lagu Pupuh Asmarandana yang berlaras

Salendro dengan Pupuh Asmarandana yang Berlaras Pelog degung, dan

mendengarkan/menyimak lagu Leuleui yang notasi lagu dan syairnya sama

tetapi berbeda laras untuk kemudian dianalisis perbedaan rasa laras sebagai

stimulus menumbuhkan dan mengasah kepekaan musikal siswa, khususnya

kepekaan terhadap laras.

2. Kegiatan belajar menanya, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa

untuk mendapatkan Informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati yakni

contoh-contoh audio pupuh atau Informasi tambahan tentang apa yang diamati.

Kegiatan ini bersifat faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

dengan tujuan untuk melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

3. Kegiatan belajar mencoba menyanyikan lagu pupuh asmarandana yang

berlaras salendro dan pupuh asmarandana yang berlaras pelog, ialah kegiatan

lanjutan dari tahap kegiatan menanya, pada tahap ini siswa dapat mencoba

menyanyikan kemudian melakukan identifikasi perbedaan rasa laras salendro

dengan laras pelogdegung.

4. Kegiatan pembelajaran mengasosiasikan/mengolah informasi, ialah kegiatan

yang dilakukan untuk mengolah informasi mengenai perbedaan larassalendro

dengan laras pelog degung pada lagu pupuh asmarandana yang dikumpulkan

(21)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersifat menambah keluasan dan kedalaman kepekaan musikal terhadap laras

salendro dan laras pelog. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sikap

jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur

dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5. Kegiatan pembelajaran mengkomunikasikan, ialah kegiatan menyampaikan

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

atau media lainnya dan menyajikan lagu pupuh asmarandana yang berlaras

salendro dan berlaras pelog degung di depan kelas, dengan tujuan untuk

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

1). Perencanaan tahap pengenalan: Apresiasi dan Analisis lagu pupuh sekar ageung melalui pendekatan saintifik dengan tahapan pembelajaran

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

Secara garis besar, proses pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap

mengamati ini dapat dibagi menjadi dua kegiatan inti yang terdiri dari: 1) kegiatan

belajar siswa dalam mendengarkan dan menyimak contoh audio CD lagu pupuh

Sekar ageung raehan, dan 2) kegiatan diskusi kelompok yang membahas tentang

beberapa hal, yakni: analisis musikal audio CD lagu-lagu pupuh Sekar ageung

raehan yang telah didengarkan dan disimak. Mendengarkan dan menyimak Audio

CD lagu pupuh sekar ageung raehan dimaksudkan agar siswa dapat memahami

dan melatih kepekan musikal pengamatan secara audio.

Bentuk stimulus dalam kegiatan apresiasi dan analisis ini adalah audio CD

lagu pupuh asmarandana, sinom, kinanti dan dangdanggula. Kemudian mereka

menganalis berdasarkan 5 pertanyaan yakni: (1). Dari daerah manakan lagu pupuh

tersebut?, (2). Alat musik apa saja yang digunakan pada masing-masing lagu,

(22)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lagu pupuh tersebut, (4). Apakah ada perubahan laras pada masing-masing lagu

pupuh yang disajikan, jelaskan?, 5. Bagaimana bentuk lagu dan struktur penyajian

lagu pupuh tersebut. Kegiatan ini melalui 5 tahapan yakni, mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Tahap perencanaan pada kegiatan belajar mengapresiasi dan analisis lagu

pupuh sekar ageung raehan ini terdiri dari beberapa hal, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi; (1)

penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi pembelajaran (rincian

dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media, alat dan sumber

pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan (6)

penilaian hasil pembelajaran.

b) Penyusunan alat, bahan, dan media pembelajaran.

Sarana pembelajaran pada tahap pengenalan ini dapat dilakukan didalam kelas,

namun media penunjang pembelajaran dalam kegiatan mengapresiasi dan

anlisis audio CD dibutuhkan fasilitas yang mendukung. Alat dan bahan

tersebut diantaranya: in-focucus, speaker, dan laptop.

c) Menyusun penilaian dan jenis penilaian untuk mengukur keterserapan materi

pembelajaran apresiasi dan analisis, untuk mengevaluasi ketercapaian

kompetensi siswa yang mencakup domain afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Penilaian yang dilakukan untuk dapat mengukur keberhasilan pembelajaran

siswa pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis penilaian

diantaranya: penilaian sikap melalui lembar pengamatan, portofolio, dan

melalui tanya jawab.

d) Penyusunan sintaks pembelajaran untuk kegiatan mengapresiasi dan anlisis

(23)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2). Perencanaan tahap Pendalaman kepekaan laras dan pengalaman belajar siswa dalam menyanyikan lagu pupuh asmarandana laras salendro dan laras pelog degung.

Tahapan siklus II: yakni pendalaman kepekaan laras dan kemampuan

menyanyikan lagu pupuh yang berbeda laras melalui pendekatan saintifik.

Kegiatan belajar dalam tahap pendalaman tersebut adalah aktivitas pembelajaran

siswa dalam mengasah kepekaan terhadap laras salendro dan laras pelog degung

melalui lagu pupuh asmarandana. Dengan demikian, pada kegiatan eksplorasi ini

siswa didorong agar dapat melakukan percobaan dalam aktivitas pembelajaran

yang aktif.

Dalam tahap pendalaman ini, kemampuan kepekaan laras siswa

berkembang karena melalui kegiatan eksploratif dan latihan menyanyikan lagu

pupuh dengan laras yang berbeda, siswa dilatih untuk bisa membedakan laras

salendro dengan laras pelog degung. Siswa dikembangkan potensi musikal dalam

merasakan dan membedakan lasar tersebut. Kemudian hasil eksplorasinya

disajikan dalam bentuk presentasi.

Perencanaan yang dilakukan pada tahapan pendalaman dalam kegiatan

belajar mengeksplorasi ide komposisi musik ini terdiri dari beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a). Penyusunan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi; (1)

penentuan tujuan pembelajaran, (2) penentuan materi pembelajaran (rincian

dari materi pokok), (3) metode pembelajaran, (4) media, alat dan sumber

pembelajaran (5) penyusunan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, dan

(6) penilaian hasil pembelajaran.

b). Penyusunan alat, bahan, dan media pembelajaran.

Sarana pembelajaran pada tahap pendalaman ini dapat dilakukan didalam

(24)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c). Menyusun penilaian dan jenis penilaian untuk mengukur keterserapan materi

pembelajaran apresiasi dan analisis, untuk mengevaluasi ketercapaian

kompetensi siswa yang mencakup domain afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Penilaian yang dilakukan untuk dapat mengukur keberhasilan pembelajaran

siswa pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis penilaian

diantaranya: penilaian sikap melalui lembar pengamatan, portofolio, dan

melalui tanya jawab.

d). Penyusunan sintaks pembelajaran untuk kegiatan mengapresiasi dan anlisis

lagu pupuh sekar ageung raehan.

b. Tindakan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap ini dikategorikan sebagai

pembelajaran yang mengacu kepekaan laras. Tahap ini merupakan tindakan

implementasi perbaikan dan terdiri dari dua kegiatan utama pembelajaran, yaitu ;

1) kegiatan mengapresiasi dan menganalisis Audio CD lagu pupuh sekar ageung

raehan 2) kegiatan pendalaman kepekaan laras dengan mengeksplorasi dan

latihan menyanyikan lagu pupuh dengan laras yang berbeda, siswa dilatih untuk

bisa membedakan laras salendro dengan laras pelog degung. Siswa

dikembangkan potensi musikal dalam merasakan dan membedakan laras tersebut.

Kemudian hasil eksplorasinya disajikan dalam bentuk presentasi. Pemaparan dan

pembahasan data tindakan pada siklus ini, ditulis pada Bab IV.

c. Observasi

Pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan pada seluruh kegiatan

pembelajaran. Setiap hal yang berlangsung pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Hasil temuan data pada siklus ini dipaparkan dan dibahas pada Bab

IV.

(25)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.7 :Tindakan tahapan pembelajaran

d. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dianalisis dan dibahas

secara kritis untuk menemukan kesimpulan terhadap seluruh kegiatan

pembelajaran. Pada tahap refleksi ini, peneliti dapat menyimpulkan dan

memutuskan adanya pengulangan siklus atau melanjutkan pada siklus akhir.

Setelah semua target kegiatan pembelajaran pada tahap ini mencapai tujuan yang

diharapkan, peneliti dapat melangkah ke siklus 2, namun jika dari hasil observasi

dan refleksi implementasi tindakan pada siklus 2 masih belum mencapai target

yang diharapkan, maka peneliti dapat merencanakan kembali tindakan yang

diperlukan untuk memperbaiki hasil yang diperoleh.

f. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi yaitu penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Dalam proses pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

saintifik, evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui tiga cara, yakni; 1) self Proses Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan

Berbasis Pendekatan saintifik Untuk

Meningkatkan Kepekaan Laras

Act/Tindakan Refleksi

Observasi

(26)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

assessment yaitu penilaian untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang

dilakukan oleh diri sendiri (oleh siswa itu sendiri), atau dikenal dengan istilah

evaluasi diri, 2) peer assessment, yaitu penilaian untuk mengukur pencapaian

hasil belajar yang dilakukan oleh teman sekelas maupun rekan dalam satu

kelompok siswa tersebut, 2) teacher assessment, penilaian untuk mengukur

pencapaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru.

Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan beberapa format

penilaian, diantaranya: penilaian skala sikap melalui pengamatan pada saat proses

pembelajaran berlangsung, evaluasi diri, tes tulis dan lisan, dan penilaian unjuk

kerja penambilan menyanyikan dan mempresentasikan hasil analisis.

C.Metode Penelitian

Sesuai dengan topik pada penelitian ini yaitu, mengenai Pembelajaran

Pupuh sekar ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan

Kepekaan Laras Pada Siswa Kelas X Di SMA N 8 Cirebon, peneliti akan

menggunakan penelitian Action Research (penelitian Tindakan) dalam paradigma

kualitatif. Alwasilah (2011:100) mengatakan, kekuatan paradigma kualitatif

terletak pada induktive dan grounded, yang memang tidak sejalan dengan

pendekatan atau desain terstruktur. Peneliti kualitatif befokus pada fenomena

tertentu yang tidak memiliki generalizability dan comparalibity, tetapi memiliki

internal validity dan contextual understanding. Pengertian tentang penelitian

kualitatif lainnya diungkapkan oleh Bodgan dan Taylor dalam Moleong

(2011:4-5), bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Kemudian Denzin dan Lincoln yang dikutip oleh Moleong,

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari beberapa definisi yang

(27)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah.

Dari definisi metode penelitian kualitatif di atas,maka pendekatan dalam

penelitian ini yaitu penelitian tindakan (Action Research) yang merupakan salah

satu model penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata (2011:140), penelitian

tindakan merupakan suatu pencarian sistematika yang dilaksanakan oleh para

pelaksana program dalam kegiatannya sendiri, dalam mengumpulkan data tentang

pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian

menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan. Ada empat

aspek pokok dalam penelitian tindakan oleh Kemmis dkk, Burns, (dalam Madya,

2011: 59) yaitu observasi, penyusunan rencana, tindakan, dan refleksi.

a. Observasi dan pemantauan

Observasi di sini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengenali, merekam,

dan mendokumentasikan semua gejala indikator proses dari hasil yang dicapai

dalam pembelajaran, perubahan yang terjadi, baik yang ditimbulkan oleh tindakan

terencana ataupun efek sampingnya. Pemantauan merupakan bagian dari evaluasi,

tetapi lebih ditekankan pada; (1) seberapa jauh pelaksanaan intervensi sesuai

dengan rencana yang telah tersusun sebelumnya; (2) seberapa jauh proses yang

terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Dengan pemantauan

diharapkan gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam rancangan tindakan

dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan modifikasi rancangan

tindakan. Kegiatan observasi dan pemantuan dapat diteruskan menjadi evaluasi

dalam arti yang lebih luas. Dalam evaluasi yang lebih luas ini peneliti

mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi secara lebih seksama

sehingga dapat diandalkan untuk membuat keputusan terhadap tindakan, antara

(28)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diganti dengan tindakan lain, atau dihentikan sama sekali. (3) Evaluasi yang baik

adalah evaluasi yang dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan

terhadap kesesuaian (kontingensi, konsistensi) antara aspek-aspek konteks, input,

proses, dan produk. Evaluasi dimaksudkan juga untuk mengkaji kesepadanan

(kongruensi) antara rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi

memerlukan pendekatan yang tepat, misalnya bagian mana yang dievaluasi secara

kuantitatif dan bagian mana secara kualitatif. Efektifitas, efisiensi, dan

pemerataan biasanya menuntut indikator yang dapat didekati secara kuantitatif,

sedangkan kecukupan memerlukan pendekatan subyektif kualitatif. Indikator

pencapaian hasil atau dampak yang ditimbulkan oleh intervensi tindakan biasanya

dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan indikator proses atau mekanisme

terjadinya perubahan diukur secara induktif kualitatif. (4) Sifat kepentingan yang

memerlukan layanan informasi ikut menentukan sasaran, cara, dan waktu

pelaksanaan evaluasi, akan tetapi tidak boleh ikut menentukan hasil evaluasi.

Misalnya pemantauan implementasi, diharapkan dapat memberi informasi tentang

seberapa jauh suatu rencana tindakan dapat diteruskan atau dimodifikasi, harus

dilakukan secara lengkap sejak awal proses implementasi tersebut.

b. Plan/Penyusunan Rencana

Setelah didapat data yang cukup dan memadai dari hasil observasi,

selanjutnya peneliti menyusun Plan (Rencana) untuk mengatasi berbagai

persoalan dan mencari solusi atas berbagai permasalahan yang didapat dari

langkah observasi sebelumnya. Rencana adalah tindakan yang tersusun, dengan

kata lain di dalam rencana harus terdapat kemungkinan untuk ditindak lanjuti.

Rencana harus mengenal tindakan yang terkadang tidak dapat diprediksi dan

beresiko. Rencana umum harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan dampak

yang tidak terlihat juga hambatan yang tidak dikenal.

(29)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Act/tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang cermat dan

terkendali. Tindakan yang diambil berdasarkan dari langkah perencanaan

sebelumnya, dengan kata lain, tindakan tersebut dipandu oleh perencanaan dan

harus mengacu pada rencana dan rasionalitasnya. Penerapan pembelajaran pupuh

sekar ageung raehan yang dijadikan materi untuk meningkatkan kepekaan laras

dilakukan pada saat ini, dengan demikian ketika langkah mengambil tindakan

berlangsung, pada saat itu pula peneliti melakukan pengamatan.

d. Refleksi

Reflect (Refleksi) bisa diidentifikasikan sebagai tindakan mengeksplorasi

perbuatan yang sudah dan sedang dilakukan secara kritis, alasan keputusannya,

dan dampak-dampaknya. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk

memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil perubahan yang

terjadi sebagai akibat adanya intervensi tindakan. Refleksi juga sangat bermanfaat

untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peneliti dalam penelitian tindakan.

Dengan refleksi ini para subyek sasaran yang terlibat dalam penelitian tindakan,

mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kritisnya.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat, penulis memberikan

penjelasan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul

penelitian PEMBELAJARAN PUPUH SEKAR AGEUNG RAEHAN

BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEPEKAAN LARAS DI SMA NEGERI 8 CIREBON

1. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang sestematis dan

sistemik yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)

dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan

suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta

didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau

(30)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hlm.14). Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses

kegiatan pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras pada siswa kelas X SMA

Negeri 8 Cirebon.

2. Pupuh Sekar Ageung menurut Soepandi (1992, hlm. 5) merupakan

kelompok pupuh yang terdiri dari 4 lagu pupuh yakni Pupuh Kinanti,

Sinom, Asmarandan dan Dangdanggula disingkat KSAD. Disebut sekar

ageung karena pupuh tersebut banyak dipergunakan dalam Tembang

Sunda. Pengertian Pupuh menurut Soepandi (1985:3-4) “Arti pupuh

adalah aturan-aturan atau patokan patokan puisi Jawa lama dalam

punyusunan rumpaka sebagai sarana penampilan lagu-lagu tembang.

Sedangkan istilah “raehan” berasal dari kata “raeh” (bahasa Sunda) yang

berarti “menggubah”, setelah mendapat akhiran “an”, mengalami

perubahan makna yang berarti merujuk pada hasil jenis kegiatan (proses

kreatif) yang dilakukan seseorang. Dengan demikian, istilah pupuh raehan

merupakan pupuh yang telah mengalami perubahan dengan cara digubah

atau diaransemen.

Pupuh raehan merupakan hasil kreativitas Yus Wiradiredja seorang tokoh

seniman tembang Cianjuran. Pupuh raehan ini adalah pupuh kreasi yang

merupakan perkembangan dari pupuh buhun, pengkembangannya ada

pada waditra pengiring yang digunakan, dan pembagian suara pada

beberapa bagian vokal.

Pupuh Sekar Ageung Raehan digunakan sebagai materi pada pembelajaran

pupuh berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras

pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Cirebon.

3. Pendekatan Saintifik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang

mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan

melalui metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui

(31)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini

diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode,

teknik, maupun taktik yang digunakan. Pendekatan ini digunakan dalam

Pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan dengan tujuan untuk

meningkatkan kepekaan laras.

4. Laras yang dikenal oleh masyarakat Jawa terdiri dari dua laras, yakni

laras Salendro dan laras Pelog, sedangkan laras yang dikenal oleh

masyarakat Sunda terdiri dari laras salendro dan pelog degung. Mengapa

istilahnya pelog degung?, karena pelog Sunda adalah degung. Hal ini

disebabkan orang Sunda tidak mempunyai gamelan pelog seperti di Jawa,

tetapi ada juga gamelan degung yang susunan nadanya mirip dengan pelog

Jawa. adapun laras lain yang juga digunakan oleh seniman Sunda adalah

laras madenda. Menurut Raden Machyar Angga Koesoemadinata laras

madenda dan degung merupakan laras turunan dari laras salendro.

Pendapat ini terbukti dengan adanya sajian lagu-lagu yang berlaras

madenda dan degung bisa diiring dengan gamelan salendro.

Kepekaan laras dalam penelitian ini adalah sensitivitas musikal siswa

pada laras salendro, madenda, dan pelog degung yang dibangun dari

pembelajaran Pupuh sekar ageung raehan dengan menggunakan

pendekatan saintifik.

E. Instrumen Penelitian

Huberman & Miles (1984, hlm. 42) menjelaskan bahwa seseorang peneliti

kualitatif melakukan penelitian berpegang pada fokus dan pembatasan studi

melalui kerangka kerja konseptual, pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan

penentuan sampel. Ketiga komponen tersebut merupakan rambu-rambu dalam

melaksanakan penelitian di lapangan. Fokus yang cukup longgar memberi

peluang untuk menggunakan cara lain dalam mengungkap gejala-gejala dan

(32)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti kualitatif berangkat ke lapangan dengan rencana mengumpulkan

data, langsung atau tidak langsung, dan biasanya berpegang pada kerangka kerja

konseptual dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Senada dengan pendapat

tersebut, Lincoln & Guba (1985, hlm. 199) secara tegas mengemukakan bahwa

apabila metode penelitian yang akan digunakan telah jelas kualitatif maka

instrumen yang digunakan adalah manusia. Peneliti sebagai instrumen melakukan

observasi, wawancara, mengkaji dokumen-dokumen dan catatan- catatan yang

ada di lapangan dan menjelaskan isyarat-isyarat non-verbal.

Instrumen dalam penelitian ini mempunyai empat ciri : (1) tidak dibuat

secara rinci; (2) bisa disesuaikan dengan konteks penelitian atau kondisi nyata di

lapangan; (3) lebih mengutamakan pendalaman kasus yang dikaji; (4) dimulai

dengan beberapa pertanyaan awal sesuai dengan teknik pengumpulan data yang

digunakan. Walaupun bersifat longgar, tetapi tetap berpegang pada struktur dan

keabsahan konteks atau kerangka konseptual yang telah dibangun. Pertimbangan

ini menempatkan ketiga pertanyaan pokok di atas menjadi rambu-rambu atau

arahan utama bagi peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan.

Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari

seperangkat pedoman observasi, pedoman wawancara, daftar isian dan pedoman

studi dokumenter. Pedoman observasi digunakan untuk melihat situasi dan

kondisi yang terjadi selama proses pembelajaran seni musik di kelas berlangsung.

Pedoman wawancara digunakan sebagai pembimbing peneliti untuk mengarahkan

pelaksanaan konfirmasi dengan subjek penelitian. Pengumpulan data yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini melalui berbagai

cara yaitu observasi, studi literatur dari berbagai sumber baik cetak maupun

elektronik, telaah dari beberapa penelitian tesis atau jurnal, wawancara, studi

dokumentasi dan studi lapangan.

(33)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini, digunakan metode

pengumpulan data meurut Rohidi (2012) dan Alwasilah (2011) yaitu:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat proses secara langsung pembelajaran pupuh

sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan

kepekaan laras. Ada tiga macam metode observasi menurut Rohidi (2012, hlm.

184) yaitu; (1) metode observasi biasa, metode observasi biasa lazimnya

digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan informasi yang diperlukan

berkenaan dengan masalah-masalah yang terwujud dari suatu peristiwa,

gejala-gejala dan benda; (2) metode observasi terkendali, pada observasi terkendali

para pelaku yang akan diamati dipilih dan kondisi-kondisi yang ada dalam

ruang atau tempat kegiatan dikendalikan oleh peneliti; dan (3) metode

observasi terlibat, observasi ini menuntut keterlibatan langsung pada dunia

sosial yang dipilih untuk diteliti. Keterlibatan peneliti dalam kancah penelitan

memberi peluang yang sangat baik untuk melihat, mendengar, dan mengalami

realitas sebagaimana yang dilakukan dan dirasakan oleh para pelaku, pada

masyarakat dan kebudayaan setempat.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan pada narasumber dan responden yang berkaitan dengan

penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan

saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras.

a. Wawancara terhadap para siswa, yang dilakukan untuk lebih mendalami

bagaimana proses dan hasil pembelajaran dalam perspektif siswa sebagai

subjek penelitian yang mempelajari objek (materi pembelajaran pupuh sekar

ageung raehan untuk meningkatkan kepekaan laras) pembelajaran. Data yang

diperoleh dari hasil wawancara setelah proses pembelajaran selesai dilakukan

dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian untuk memperoleh gamabaran

yang lebih terperinci mengenai hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh

(34)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Analisis Dokumen Pekerjaan siswa

a. Jurnal

Jurnal dibuat oleh siswa dengan tujuan untuk memberikan tanggapan, pendapat

atau keluhan mengenai materi selama kegiatan belajar mengajar pada setiap

akhir pembelajaran. Jurnal tersebut kemudian dijadikan data pendukung untuk

melihat ketertarikan dan respon siswa terhadap proses pembelajaran.

b. Hasil Analisis Siswa

Hasil analisis siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar dikumpulkan

sebagai bahan untuk analisa, hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan

kepekaan siswa pada setiap pertemuan.

4. Quesioner

Quesioner dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian. Pada awal

penelitian, quesioner diberikan untuk mengetahui pengetahuan dan

kemampuan siswa tentang pupuh dan pembelajaran pupuh. Kemudian pada

akhir penelitian juga diberikan quesioner untuk mengetahui peningkatan

pengetahuan dan kemampuan siswa tentang pupuh dan pembelajarannya

sekaligus untuk mengetahui peningkatan kepekaan siswa terhadap laras.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif seringkali dilakukan bersamaan

atau secara simultan dengan pengumpulan data melalui proses yang dinamis dan

berkelanjutan. semua analisis kualitatif melibatkan upaya untuk memahami

fenomena yang diteliti, mensintesis informasi dan menjelaskan hubungannya,

berteori tentang bagaimana dan mengapa hubungan tertentu muncul, dan

menghubungkan kembali pengetahuan baru dengan apa yang sudah diketahui.

Upaya mengolah dan menafsirkan data yang sudah terkumpul kearah yang

efektif dilakukan proses ataupun petunjuk pelaksanaan pembelajaran komposisi

musik melalui pemanfaatan perkakas tangan yang relevan, Artinya upaya untuk

(35)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan tetapi tentang apa adanya pada saat ini dilakukan komparasi dengan

berbagaiteori dan pedoman, Oleh karena itu pengolahan dan penafsiran data

dilakukan dengan teknik analisis kualitatif. Teknik pengolahan dan penafsiran

kualitatif tersebut bertujuan untukmelihat hubungan antara persepsi dan gambaran

mekanisme, prosedur serta kelemahan dan keunggulan pembelajaran pupuh sekar

ageung raehan berbasis pendekatan saintifik sesuai dengan kondisi saat ini.

Teknik pengolahan dan penafsiran data akan menempuh tahapan

pelaksanaan berikut ini:

1. Reduksi data; tahap reduksi, semua data yang sudah terkumpul akan diolah

dengan menemukan hal-hal pokok dalam pembelajaran pembelajaran pupuh sekar

ageung raehan berbasis pendekatan saintifik dan merupakan objek terpenting dari

temuan penelitian.

2. Display data; Kegiatan pada tahap ini yaitu membuat rangkuman temuan

penelitian dalam suasana yang sistematis sehingga pola dan tema sentral

pembelajaran pupuh sekar ageung raehan berbasis pendekatan saintifik yang

dilakukan dapat diketahui dengan mudah. Dari kesimpulan inilah data tersebut

akan diberikan makna yang relevan dengan tema penelitian.

3. Verifikasi data; verifikasi data dimaksudkan untuk melakukan pengujian atas

kesimpulan yang telah diambil dengan membandingkan teori-teori yang relevan

serta pedoman pembelajaraan pupuh sekar ageung raehan. Upaya memantapkan

pengujian dikaitkan dengan data prasurvey melalui kegiatan member check,

sehingga menghasilkan suatu penelitian yang bermakna. Setelah semua kegiatan

dianggap tuntas, maka selanjutnya dibuat laporan utuh dalam bentuk Tesis.

Upaya untuk mencapai keabsahan atas data dan informasi yang dihimpun di

lapangan secara aktual dilakukan dengan berpedoman pada kombinasi konsep

Nasution (1988) dan Mugahdjir (1990) melalui tiga langkah seperti diuraikan di

bawah ini:

(36)

Eli Yulianti, 2014

Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kredibilitas dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya. Dalam kepentingan ini, dilakukan kegiatan berupa: (a)

Trianggulasi yakni mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang

diperoleh dari sumber lain, seperti membicarakannya dengan ketua Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni budaya SMA Negeri 8 Cirebon atau yang

relevan lainnya. (b) membicarakan dengan kolega guna memperoleh penajaman

analisis, seperti teman-teman seangkatan atau mereka yang telah menyelesaikan

studi setingkat atau program doktoral lainnya. (c) menggunakan bahan referensi

guna memahami konteks inti pembicaraan. (d) mengadakan member check, setiap

akhir wawancara atau membahas suatu topik diusahakan menyimpulkan secara

bersama untuk menghindarkan perbedaan persepsi dan melakukan konfirmasi

dengan narasumber dari hasil wawancara sehingga kekurangan, kekeliruan dapat

diperbaiki sesuai dengan yang dimaksud oleh nara sumber.

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya

adalah bahwa temuan dari penelitian pembelajaran pupuh sekar ageung raehan

berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan kepekaan laras di SMA N 8

Cirebon dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi

Gambar

Gambar 3.1: Peta lokasi SMA N 8 Kota Cirebon
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan.. bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan

Kepemimpinan situasional mendasarkan pada perilaku hubungan dan tugas, dimana seorang pemimpin yang efektif tidak saja ditunjukkan pada jumlah kekuasaan

[r]

Metode Zero Suffix dimulai dengan pengurangan biaya di dalam tablo baris dengan biaya yang paling minimum pada baris, kemudian dilanjutkan pengurangan biaya di dalam

Ragam Bahasa Remaja : studi terhadap Pemakaian Bahasa oleh ramaja dalam Media Sosial Facebook. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

pada ragam bahasa remaja dalam Facebook.. 4) Media jejaring sosial Facebook merupakan sebuah sarana komunikasi untuk. memperluas pergaulan dan pertemanan dalam lingkup

[r]