• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PGSD 1101481 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PGSD 1101481 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Belajar adalah suatu proses tingkah laku berdasarkan pengalaman, latihan dan pengetahuan seseorang yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Sudjana (2010, hlm. 6) menyatakan bahwa belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Sejalan dengan itu menurut Mouly (dalam Sudjana, 2010, hlm. 5) mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.

Dalam belajar terdapat beberapa proses di dalamnya termasuk proses melihat, mengamati, serta memahami seusuatu yang dipelajarinya sehingga pada pengalaman tersebut seseorang dapat mengubah tingkah laku. Dalam mengubah tingkah laku tersebut terdapat beberapa faktor, baik faktor yang ada pada diri individu tersebut yang disebut dengan faktor internal maupun faktor dari luar individu atau faktor eksternal. Faktor internal merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu berupa minat dan perhatiannya, kebiasaan, usaha dan motivasi serta faktor-faktor lain. Sedangkan faktor eskternal dalam proses pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan, yakni lingkungan keluarga (informal), lingkungan sekolah (formal), dan lingkungan masyarakat (nonformal).

(2)

Pada lingkungan sekolah, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru. Kegiatan belajar-mengajar tersebut menjadi terpadu manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Agar terjadi interaksi tersebut siswa dituntut untuk aktif dalam belajar-mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat mudah dicapai karena siswa menemukan serta memahami sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dengan cara bertanya, mengemukakan pendapat, serta mencari tahu apa-apa saja yang belum mereka ketahui.

Pada proses belajar-mengajar khususnya dalam pembelajaran IPS terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Guru bukan hanya sekedar mampu menguasai materi yang akan diajarkan, tetapi guru pun berperan dalam menguasai seluruh aspek yang ada di kelas salah satunya dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan. Kondisi belajar yang aktif ini mengharuskan guru membangun pembelajaran yang memusatkan pada siswa atau disebut dengan

Student Center agar siswa dapat aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dan menggali pengetahuannya sendiri sehingga pengalaman belajarnya pun dapat dipahami betul oleh siswa.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang melibatkan fisik maupun mental, untuk dapat berbuat dan berfikir dalam proses pembelajaran, berbuat dan berpikir tersebut sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan pembelajaran yang aktif dapat meningkatkan keingintahuan siswa dalam mendapatkan informasi mengenai ilmu-ilmu baru atau materi pelajaran yang dipelajarinya.

(3)

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa aktif untuk membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan belajar perlu ditingkatkan untuk melatih siswa dalam memahami materi pelajaran yang dipelajarinya khususnya mata pelajaran IPS yang senantiasa siswa dituntut untuk lebih aktif.

Pembelajaran IPS mengharuskan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran mengenai materi yang sedang dibahasnya, karena jika metode yang digunakan guru hanya menugaskan siswa untuk menulis serta menugaskan siswa untuk menghapal, maka kemungkinan terbesar siswa kurang memahami tentang materi tersebut. IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah serta mata pelajaran intergrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial. Sehingga dalam pembelajaran IPS siswa diharuskan untuk lebih aktif agar dapat memahami materi yang dipelajarinya dalam proses pembelajaran.

Menurut Sapriya (2013, hlm. 6) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi, serta mata pelajaran sosial lainnya.

Sedangkan tujuan dari mata pelajaran IPS menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (dalam Depdiknas, 2006, hlm. 575), agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

(4)

berinteraksi langsung antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam pembelajaran, karena faktanya guru hanya menugaskan siswa untuk mengisi soal, menyalin tulisan yang ditulis guru di papan tulis, serta menugaskan siswa untuk menulis dari buku sumber sehingga guru kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran. Jika pembelajaran terus menerus berlangsung seperti itu, maka kecil kemungkinan siswa untuk dapat aktif pada saat pembelajaran. Rasa ingin tahu siswa khususnya tingkat rendah sangat besar, ia memiliki keinginan untuk mengetahui yang belum dipahami dengan cara siswa mampu aktif dalam bertanya serta mengemukakan pendapat. Akan tetapi hal itu jarang sekali terjadi dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Kota Bandung ini karena cara atau metode yang digunakan guru belum mampu untuk menciptakan kondisi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung, bahwa pembelajaran yang berlangsung sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran IPS masih satu arah, yaitu guru menjelaskan dan siswa mendengarkan.

2. Dalam proses pembelajaran IPS guru kurang memberikan stimulus kepada siswa untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.

3. Kurangnya komunikasi yang terjalin antara siswa dengan guru dalam pembelajaran, sehingga pemahaman mengenai pembelajaran IPS kurang dikuasai oleh siswa.

(5)

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan atau metode yang digunakan guru belum mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa serta kondisi belajar yang menyenangkan, sedangkan minat anak untuk belajar khususnya pada pembelajaran IPS sangat baik. Sejatinya para siswa khususnya siswa Sekolah Dasar harus sudah dibiasakan untuk aktif dalam dalam proses belajar-mengajar, aktif disini maksudnya siswa diharuskan untuk aktif dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan guru atau dengan siswa lainnya dengan cara memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat dan tidak malu untuk bertanya. Karena pembelajaran yang akan melekat atau dapat dipahami adalah pembelajaran yang memusatkan siswa untuk lebih aktif dalam menggali informasi mengenai materi pelajaran yang dibahas (Student center).

Untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS ini adalah dengan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang lebih efektif. Inovasi pembelajaran yang dipakai oleh guru meliputi aspek strategi, pendekatan, model, serta metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan atau tujuan instruksional. Pendekatan pembelajaran juga disebut sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar terciptanya kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa maka peneliti menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual yang bertujuan untuk menciptakan kondisi belajar yang aktif dengan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan mengaitkan pada situasi dunia nyata.

(6)

khususnya kelas III B ini masih belum mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, efektif dan menyenangkan serta minimnya guru dalam menerapkan suatu pendekatan pembelajaran, sehingga pada penelitian kali ini peneliti menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk meneliti keaktifan belajar siswa dalam “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah penelitian ini yaitu “bagaimana bentuk penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS ?”

Secara khusus masalah yang akan diteliti meliputi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?

2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui “penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung pada pembelajaran IPS”.

(7)

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran IPS dalam menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) di kelas III B SD Negeri Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak tentang teori-teori baru mengenai penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi aktif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta dapat bermanfaat bagi pihak yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya pada satuan Sekolah Dasar dalam mata pelajaran IPS.

2. Manfaat Praksis

Dalam penelitian ini akan menghasilkan suatu pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan serta meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), sehingga diharapkan pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi aspek pendukung, diantaranya:

a) Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

b) Bagi guru, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk kajian lebih lanjut dalam memgevaluasi pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu hasil penelitian ini akan dituangkan dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Citra Merek, Kepercayaan dan Celebrity Endorsement terhadap Niat Beli

Form input data absensi berfungsi untuk melihat data absensi guru dan dapat.. mengetahui data guru

Adapun tujuan daripada penulisan ini adalah untuk merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Pertunjukan Musik di Yogyakarta yang memberikan akomodasi

Substansi surat perjanjian itu, walaupun merupakan hasil penetapan sepihak oleh SHS Sukamandi, pada prinsipnya diadopsi dari norma-norma hubungan produksi yang lazim berlaku

Salah satu komponen yang menentukan penanganan teknologi pasca panen tersebut adalah dengan menggunakan alat-alat pasca panen, misalnya alat penggiling biji kopi tipe flat

Strategi konservasi dalam pengembangan tumbuhan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan cara : (1) Memaksimalkan pemakaian obat herbal yaitu dapat dilakukan dengan: a)

Kerangka teori yang dibahas dalam sub-judul ini merupakan pengertian atau definisi dari pembuatan film, seperti sinematografi, skenario, sutradara, produser dan modal, story

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bengkayang (salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia), permasalahan kesehatan masyarakat yaitu belum memperoleh