• Tidak ada hasil yang ditemukan

238 457 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "238 457 1 SM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015

ISSN 2442-9775

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI

BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

Prodi BK Universitas PGRI Semarang, Jawa Tengah

Abstrak

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bimbingan sosial dengan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Subyek penelitian berjumlah 36 siswa Kelas X dengan metode pengumpulan datanya menggunakan skala psikologis dan observasi. Teknik analisis data menggunakan prosentase sederhana. Hasil penelitian bimbingan sosial dengan menggunakan bantuan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa.

© 2015 Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan & Konseling

Kata Kunci: Bimbingan Sosial; Komunikasi antar Pribadi; Media Audio Visual

PENDAHULUAN

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain atau pertukaran informasi yang bermakna diantara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Ini berarti informasi atau pesan yang diterima dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Peserta didik dalam perkembangannya mempunyai kebutuhan yang kuat untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain dan keinginan untuk mempunyai banyak teman, namun kadang-kadang untuk membangun hubungan antar teman itu sendiri tidak mudah, peserta didik harus memiliki penerimaan diri yang baik agar tercipta suatu hubungan yang baik.

Dalam hal ini peserta didik`merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana peserta didik bersosialisasi dan berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sekolah. Karena hampir sebagian besar waktu peserta didik, banyak digunakan untuk berinteraksi di lingkungan sekolah. Suatu pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik, apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya. Artinya kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.

(2)

sendiri, (3) menemukan dunia luar, (4) membangun dan memelihara hubungan yang harmonis, (5) mempengaruhi sikap dan tingkah laku, (6) mencari kesenangan, (7) memberi bantuan.

Komunikasi antarpribadi merupakan bagian dari perkembangan peserta didik untuk mengetahui secara bertahap dan menggambarkan siapakah dirinya dengan cara berinteraksi sosial dalam lingkungan, dari interaksi tersebut terdapat masukan atau kritikan dari orang lain serta penilaian diri pribadi. Bila peserta didik cenderung menutup diri dengan berbagai kegiatan belajar tanpa ada interaksi atau bersosialisasi dengan teman dan lingkungan maka peserta didik tersebut tidak mempunyai informasi-informasi yang dapat membantunya dalam pembentukan konsep diri. Di dalam proses belajar-mengajar peranan komunikasi antar-pribadi sangat diperlukan. Pada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi banyak mengalami kesulitan pula dalam menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru atau pembimbing.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK diperoleh informasi bahwa: (1) Bimbingan sosial di sekolah telah dilaksanakan namun belum maksimal, dikarenakan beberapa hambatan baik dari segi waktu, peserta didik, guru BK, serta sarana dan prasarana dan lain sebagainya, (2) Hasil studi pendahuluan tentang kondisi keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik SMK yang dilakukan pada seluruh peserta didik kelas X yang berjumlah 150 peserta didik diperoleh hasil bahwa 24% peserta didik memiliki keterampilan komunikasi antarpribadi kurang.

Dalam mengatasi rendahnya komunikasi antarpribadi, guru BK membutuhkan model layanan yang dapat digunakan bagi peningkatan keterampilan komunikasi antarpribadi peserta didik secara efektif dan menyenangkan untuk diikuti bagi peserta didik. Hal ini berdasarkan pemantauan guru BK dan wali kelas bahwa hubungan antar peserta didik sering terjadi konflik baik perorangan maupun kelompok yang mana peserta didik sulit menyesuaikan diri, sering marah, sehingga mudah terlibat perselisihan dan perkelahian. Keterampilan komunikasi anatarpribadi pada peserta didik menjadi sangat penting karena dalam bergaul dengan teman sebayanya peserta didik sering kali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar. Salah satu cara untuk menumbuhkan agar dalam berkomunikasi antara peserta didik yang satu dengan yang lain adalah dengan bimbingan sosial, untuk menyesuaikan diri supaya dapat mengenal, memahami, dan menerima diri sendiri serta lingkungan.

Menurut Tohirin (2011) bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara baik. Tujuan utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya.

Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide. Menurut Wina Sanjaya (2010) media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2010) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning, Tindakan atauacting,Pengamatan atauobserving,Refleksi ataureflecting.

Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan November 2014 bertempat di SMK Islam Al-Amin Bonang Demak dengan subjek penelitian yaitu 36 siswa kelas X. Metode pengumpulan datanya menggunakan dokumentasi dan skala psikologis.

Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan persentase sederhana. Hal ini untuk mengetahui persentase penguasaan konsep-konsep pada penelitian ini. Perhitungan persentase dalam penelitian ini dibuat dari tiap tes sebelum layanan tindakan, tindakan kelas siklus I, tindakan kelas siklus II, dan tindakan kelas siklus III, selanjutnya dibuat simpulan secara umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil skala psikologis pada pra siklus, diketahui bahwa tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 55,19% dengan rata-rata skor klasikal 2,3 pada kategori cukup.

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik Prasiklus

Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase

1,00 1,75 Tidak komunikatif 0 0%

1,76 2,50 Kurang komunikatif 27 75 %

2,51 3,25 Sudah komunikatif 6 16,7%

3,26 4,00 Sangat komunikatif 3 8,3%

Jumlah 36 100%

Data distribusi di atas dapat divisualisasikan dalam Gambar 1 sebagai berikut.

0

(4)

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan pelayanan siklus I peneliti menentukan kompetensi layanan, yaitu: komunikasi antarpribadi dalam aspek keterbukaan (Openess) dan empati (emphaty); membuat rencana layanan dengan menyusun satlan; membuat pedoman observasi.

2. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut : a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkanslide PowerPoint keterbukaan

(Openess) dan empati (emphaty) .

b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: keterbukaan (Openess), empati (emphaty) c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian

simpulan.

d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada peserta didik.

e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan cara menyanyikan lagu dari cuplikan video Sahabat Kecil bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik. f. Peneliti menutup layanan dengan doa.

3. Observasi

Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang komunikasi antarpribadi dengan menggunakan media slide Power Point siklus I, mencapai rata-rata 2,54 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori komunikatif.

4. Refleksi

Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus I yaitu:

a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup.

b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori komunikatif .

c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan menggunakan media slide Power Point Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang komunikatif, 17 (47,2%) peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat komunikatif.

d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I yang mencapai kategori sangat komunikatif baru 22,2% belum mencapai 75% secara klasikal, sehingga dilakukan tindak lanjut berupa pelayanan siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

(5)

2. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan layanan dengan langkah-langkah secara umum sebagai berikut :

a. Sebelum mengikuti kegiatan layanan, terlebih dahulu ditayangkan slide PowerPoint Orang-orang di Sekitar Anda .

b. Memberikan motivasi dengan menjelaskan materi: dukungan (supportness), rasa positif (positiveness).

c. Diskusi kelas untuk memvalidasi hasil layanan peneliti memvalidasi hasil disertai pemberian simpulan.

d. Kegiatan Akhir: peserta didik mencatat rangkuman peneliti memberikan skala psikologi kepada peserta didik.

e. Penutup : peneliti memberikan motivasi dengan menyanyikan lagu Es Lilin bersama-sama, kemudian memberikan pesan moral kepada peserta didik.

f. Peneliti menutup layanan dengan doa. 3. Observasi

Guna memperoleh gambaran dan keberhasilan tahapan terhadap implementasi maka dilakukan observasi terhadap proses layanan berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti maupun kolaborator (guru pembimbing) selama proses tindakan. Selama proses pelayanan, observer mengamati aktivitas peserta didik dan komunikasi interpersonal peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas peserta didik dalam layanan bimbingan sosial tentang komunikasi antarpribadi dengan menggunakan mediaslide Power Pointsiklus II, mencapai rata-rata 3,06 pada kategori baik. Berdasarkan hasil skala psikologi tersebut, diketahui bahwa komunikasi antarpribadi peserta didik secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori

sangat komunikatif . 4. Refleksi

Dengan hasil observasi tahapan implementasi dan evaluasi, maka hasilnya dapat dianalisa bahwa siklus berikutnya perlu dilaksanakan. Adapun temuan hasil refleksi siklus II yaitu:

a. Aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif

b. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif .

c. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan bimbingan sosial dengan menggunakan media slide Power Point Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif.

d. Berdasarkan temuan tersebut, tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II yang mencapai kategori sangat komunikatif telah mencapai 77,8% dan telah melampaui indikator keberhasilan 75% secara klasikal, sehingga tindakan pelayanan siklus II dinyatakan telah berhasil.

Adapun peningkatan hasil komunikasi antar pribadi pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik (Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)

Tahapan Prosentase Rata-rata

Pra Siklus 55,19 2,30

Siklus I 69,96 2,80

Siklus II 84,88 3,39

(6)

Gambar 1.Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik (Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)

SIMPULAN

Layanan bimbingan sosial menggunakan media audio visual dapat meningkatkan komunikasi antar pribadi siswa. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik sebelum kegiatan layanan bimbingan sosial, 27 peserta didik (75%) termasuk kategori kurang komunikatif, 6 (16,7%) anak komunikatif, dan 3 (8,3%) anak kategori sangat komunikatif. Pada Siklus I, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 2,54 pada kategori cukup. Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus I secara klasikal adalah 69,96% dengan rata-rata skor 2,80 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus I ada 11 peserta didik (30,6%) termasuk kategori kurang komunikatif, 17 (47,2%) peserta didik sudah komunikatif, dan 8 peserta didik (22,2%) kategori sangat komunikatif. Pada siklus II, aktivitas peserta didik selama proses pelayanan rata-rata 3,1 pada kategori aktif . Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah proses pelayanan siklus II secara klasikal adalah 84,88% dengan rata-rata skor 3,39 pada kategori komunikatif . Tingkat komunikasi antarpribadi peserta didik setelah kegiatan layanan Siklus II ada 8 peserta didik (22,2%) termasuk kategori sudah komunikatif, 28 (77,8%) peserta didik sangat komunikatif. Terjadi kenaikan 7,78% dibanding siklus I.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami berterima kasih kepada Bapak Heri Saptadi Ismanto,M.Pd. Kons. Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.Kepala Sekolah, Guru dan Siswa kelas X SMK Islam Al-Amin Bonang Demak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010.Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Sugiyono, 2009,Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta

Tohirin. 2011.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Pesertadidik Prasiklus
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Skor Skala psikologi Tingkat Komunikasi Antarpribadi Peserta didik(Prasiklus, Siklus I dan Siklus II)

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Koperasi dan UM Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja perangkat daerah

Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf

Melalui tayangan slide power point peserta didik dapat menjelaskan macam – macam flowchart program visual dari demo dan tutorial dengan benar.. Melalui tayangan slide power

Secara r ata-rata konsumsi garam beriodium dikedua wilayah lebih dari 30 ppm, dan konsumsi sumber iodium dari makanan lebih dari 2 kali seminggu, namun kejadian

Resin akrilik heat curing terdiri dari serbuk (polimer) dan cairan (monomer). Polimer terdiri dari butir-butir polimetil metakrilat pra-polimerisasi dan sejumlah kecil

f. Guru bimbingan konseling menayangkan media slide Power Point mengenai bullying. Peserta didik mengamati slide Power Point dari guru bimbingan konseling. Guru binbingan