di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh
ABDUL ROHMAN
NIM : 114 08 036
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara Abdul Rohman dengan Nomor Induk Mahasiswa 114 08 036
yang berjudul PEMBINAAN KEBERAGAMAAN DAN MORALITAS SISWA ( Studi Kasus Pada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah
Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2010 )
Telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )
Salatiga, 28 Agustus 2010 18 Romadlon 1431 Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo,M.Ag Dr.Rahmat Hariyadi,M.Pd NIP.195808311983031002 NIP.196701121992031005 Penguji I Penguji II
Benny Ridwan,M.Hum Dr.H.M.Zulfa,M.Ag NIP.197305201999031006 NIP. 195204301977031001
Pembimbing
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Abdul Rohman
NIM : 11408036
Jurusan : Tarbiyah
Progran Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Magelang, 13 Agustus 2010
Penulis
Abdul Rohman
MOTTO
BISMILLAHIRROHMANISSOHIM
Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih sukses !
Karena sesungguhnya apapun yang ada di dunia ini tidak ada yang
sukit kecuali kamu malas
Layukallifulloha nafsan illa wus’aha
Dan Alloh tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya
HALAMAN DEKLARASI ……… ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iv
HALAMAN MOTTO ……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi
HALAMAN ABSTRAK ……… vii
KATA PENGANTAR ……… viii
DAFTAR ISI ……….. ix
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Fokus Penelitian ……….. 3
C. Tujuan Penelitian ……….. 4
D. Kegunaan Penelitian ……… 5
E. Penegasan Istilah ……….. 5
F. Metode Penelitian ………. 7
G. Sistematika Penelitian ……… 20
B. Moralitas siswa
1. Pengertian Moralitas ………. ………. . 34
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas ……… 36
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Tempuran 1. Identitas Sekolah ……….………….. 48
2. Sejarah SMP Muhammadiyah Tempuran …... 49
3. Visi dan Misi ………. 51
4. Program sekolah ………...……. 52
5. Guru dan Tenaga Kependidikan ……… 61
6. Sarana dan prasarana ………. 62
7. Keadaan siswa ……… 63
8. Kegiatan siswa ……… 64
B. Data Tentang Pembinaan Keberagamaan SMP Muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang ………. ………… 65
C. Data Tentang Moralitas SMP Muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang ………. ………… 68
BAB IV ANALISIS DATA
B. Saran ………. 79
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan Guru Pendidikan Agama islam pada lembaga pendidikan
memegang peranan yang cukup signifikan, apalagi peran Guru Pendidikan
Agama Islam pada sekolah. Selain sebaagai pembentukan watak dan
kepribadian (charakter building), Guru mampu menjadi konseling dalam
kehidupan di madrasah (sekolah). Melalui pendidikan agama islam, guru
mampu menamkan nilai sosial (kepekaan sosial) yang hidup dan
dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi bagian yang tak
dapat dipisahkan. Hal ini karena subtansinya peran guru agama islam syarat
dengan pengajaran dan penanaman moralitas kehidupan.
Perkembangan informasi dan teknologi sering kali berdampak pada
perubahan tingkah laku siswa di sekolah. Maraknya komunikasi serta
fulgarnya informasi yan ditawarkan, seakan perlu adanya kontroling
berkelanjutan bagi peserta didik. Kompetensi Guru agama memang sering
dihadapkan pada realitas yang nyata, fenomena kenakalan remaja berupa
tawuran masa, bolos sekolah, sikap arogan kepada Guru, pergaulan bebas
terhadap lain jenis, premanisme bertutur kata kotor menjadi peluang bagi
guru untuk menekan sekecil mungkin. Hal ini dikarenakan merosotnya moral
dan pembinanaan penanaman keagamaan bagi peserta didik.
Ramayulis (2008:198) beranggapan bahwa praktik pendidikan agama
islam pada sekolah perlu mendapatkan porsi yang cukup, bahkan tugas guru
bukan hanya saat dikelas namun memperhatikan situasi diluarnya. Peran serta
masyarakat sangat membantu dalam proses penanaman sikap dan perilaku
siswa disekolah, untuk mencapai masyarakat yang bertakwa dan bermoral
baik.
Guru agama perlu mengembangkan perlunya penanaman budi pekerti
(uswatun hasanah) bagi peserta didik, melaui kegiatan sosial kemasyarakat
dan agama. Oleh karena itu, guru agama perlu memiliki kemampuan untuk
dapat bekerja sama dengan guru-guru lain dan seluruh masyarakat sekolah
dalam mengemban misi penanaman nilai kepada peserta didik secara efektif.
Pemahaman terhadap nilai moralitas yang berkesan kontras diatas
seakan-akan memojokan keberadaan guru agama islam ditinjau dari aspek
mutu, kompetensi, peran dan performancenya dalam mengemban misi
pendidikan nilai kepada anak didik. Idealitas penyelenggara pendidikan
agama sebagai pendidik moral disekolah mampu melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik. Hal ini berarti kompetensi yang melekat
pada diri guru agama benar-benar dilandasi oleh potensi dasar yang
dimilikinya. Oleh karenanya, setiap guru memilik tingkat kompetensi dan
memiliki kemampuan profesional.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, penulis terdorong
Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP
Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”).
B. Fokus Penelitian
Penetapan Fokus Penelitian dimaksudkan untuk : ( 1 ) membatasi
studi, dan ( 2 ) memenuhi kreteria memasukkan atau mengeluarkan suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan ( Moleong, 2007). Dengan
penetapan fokus yang jelas dan mantap peneliti dapat membuat keputusan
yang tepat tentang data mana yang harus dikumpulkan dan data mana yang
harus dibuang, meskipun menarik tetapi tidak relevan. Penelitian ini
difokuskan pada kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.
Fokus penelitian ini, Pembinaan Keberagamaan dan Moralitas Siswa
(Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah
Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Ada 2 sub fokus
yang perlu dibahas dalam penelitian ini.
1. Bagaimana pola pembinaan keberagamaan siswa di SMP Muhammadiyah
Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
a. Bagaimana pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama
Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
b. Bagaimana pembinaan oleh sekolah dan Guru selain Pendidikan
Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
2. Bagaimana pengaruh pembinaan keagamaan terhadap moralitas siswa di
SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
a. Di lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2009/2010 ?
b. Di luar lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola pembinaan keberagamaan siswa di SMP
Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun
Ajaran 2009/2010?
a. Untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan
Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
b. Untuk mengetahui pembinaan oleh sekolah dan Guru selain
Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang,
Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
2. Bagaimana pengaruh pembinaan keagamaan terhadap moralitas siswa di
SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
2009/2010.
a. Di lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang
Tahun Ajaran 2009/2010 ?
b. Di luar lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?
Secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya
khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.
2. Secara praktis
a. Bagi guru dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya
kompetensi guru yang bersinggungan langsung dengan anak didik,
guru dan pihak terkait terhadap kualitas Pembelajaran.
b. Bagi siswa diharapkan dapat menerima pelajaran serta memahami
dan menerapkan dengan baik, materi pelajaran agama islam yang
disampaikan oleh guru pendidikan agam islam.
c. Bagi Lembaga Pendidikan (SMP Muhammadiyah) membuka
wawasan baru dalam proses pembelajaran dan pembekalan
kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Serta
membantu Guru Bimbingan Konseling dalam memerankan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai kontrol siswa mewujudkan
Masyarakat Sekolah yang nyaman dan dinamis.
E. Penegasan Istilah
Untuk memberi gambaran yang jelas dan terarah tentang istilah yang
digunakan dalam penulisan skripsi, berikut ini akan disampaikan istilah-istilah
yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dijadikan topik kajian.
Adapun istilah-istilah tersebut sebagai berikut:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:578) Pembinaan
Keberagamaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan membentuk budi
pekerti yang luhur, akhlak dalam hal ini berarti kelakuan-kelakuan yang
juga berarti watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral).
Dalam penelitian ini, pembinaan keberagamaan di kaitkan
dengan penerapan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran agama islam. Misalnya Guru menerapkan quantum
teaching, yang berpegang pada asas utama bawalah dunia mereka ke
dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dua mereka.
2. Moralitas siswa
Moralitas menurut Zakiyah Darajat (Darajat :1995:23),
memandang moralitas sebagai sesuatu fenomena atau fakta sosial yang
inhern dan terdiri dari rangkaian-rangkaian aturan atau aktivitas sosial
yang diciptakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Moralitas berarti sesuatu yang dianut, diyakini, dan
dijunjung tinggi oleh seseorang, masyarakat dan memaksa orang lain
untuk terlibat didalamnya untuk menganut, meyakini dan
melaksanakanya sebagai suatu kewajiban atau keharusan. Moralitas
yang dimaksudkan dalam penelitian adalah perilaku peserta didik dalam
kehidupan di sekolah.
Adapun indikator Pembinaan keberagamaan dan moralitas
siswa dalam penelitian diantaranya :
2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan teknik)
pendidikan.
3. Mempunyai kemampuan menganalisis materi pelajaran yang
diajarkan dan menghubungkan dengan realitas sosial.
4. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah diperoleh
sebelum disajikan kepada anak didik
5. Memotivasi siswa untuk melaksanakan perbuatan yang baik.
6. Evaluasi proses hasil pendidikan
7. Memberkan uswatun hasanah dan meningkatkan profesionalnya
kepada anak didik dan masyarakat sekolah.
F. Metode Penelitian
Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan
menganalisis data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan
sebagai berikut :
1. Pendekatan dan jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan ( field research ),
dimaksudkan untuk mengetahui dataresponden secara langsung di lapangan, yakni
suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit
sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.Pendekatan kkwalitatif menurut Rusdi Pohan ( Pohan 2007 : 7 ) Yaitu
penelitian terhadap suatu proses, peristiwa atau perkembangan dimana bahan-bahan
atau data dikumpulkan adalah berupa keterangan-keterangan kwalitatif.
Metode kwalitatif dipandang sebagaiprosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini
dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti
apa yang akan terjadi. Pendekatan kwalitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari
realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, terlebih obyek
penelitiannya adalah guru Pendidikan Agama Islam.Menurut Rusdi Pohan ( Pohan,
2007 : 45 ) data kwalitatif yaitu semua bahan, keterangan data fakta-fakta yang tak
dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis,tetapi hanya berwujud keterangan
naratif belaka.(sedangakn data kwantitatif adalah keterangan atau fakta yang dapat
digolongkan secara matematis). Data kwalitatif hanya dapat digolongkan dalam
wujud kategori-kategori. Misalnya dapat kita beri contoh pernyataan
orang tentang suatu keadaan bagus, buruk, mencekam, menarik,
membosankan, sangat istimewa dan sebagainya. Hakikatnya adalah
makna dan interpretasi dalam bersikap dan bertingkah laku. Makna
interpretasi itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan sekitar.
Dalam proses penelitian ini, ada beberapa karakteristik yang dapat
dirangkum kedalam beberapa hal berikut ini :
Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek memakai bahasa
Indonesia yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah
dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan responden.
Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenaranya dengan
cara menguji keakuratan data tersebut dengan yang lainya, misalnya dari
pihak kedua, ketiga dan seterusnya mengunakan metode yang berbeda.
Tujuannya membandingkan informasi tentang hal yang sama yan
diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tingkat kepercayaan
terhadap data yang diajukan. Pengunaan metode ini memungkinkan
terhindarnya aspek subjektivitas.
Peneliti mementingkan pandangan responden, bagaimana ia
memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. Peneliti tidak
memaksakan pandanganya sendiri. Dengan kata lain, peneliti memasuki
wilayah penelitian tanpa generalisasi, seakan akan tidak mengetahui
sedikit pun, sehingga dapat menaruh perhatian penuh pada konsep-konsep
yang dianut partisipan.
Peneliti mengadakan verifikasi, terutama jika peneliti berhadapan
dengan kasus-kasus yang dipandang bertentangan atau negatif. Untuk
akurasinya, peneliti mencari kasus-kasus yang bebeda atau bertentangan
dengan yang telah ditemukan. Maksudnya, untuk memperoleh hasil yang
lebih tinggi tingkat kepercayaanya yang mencangkup situasi yang lebih
luas, sehingga apa yang semula tampak berlawanan akhirnya dapat
meliputi dan tidak lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai.
Pendekatan kualitatif dipilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi
pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai
instrument sekaligus pengumpul data. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertegas peran peniliti sebagai pengamat penuh. Kehadiran peniliti di
SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang, berperan sebagai
subjek atau informan. Dimaksudkan untuk mempermudah dan mengawal
jalannya proses penelitian lapangan.
3. Lokasi dan waktu penelitian
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang pada semester I tahun pelajaran 2009-2010.
Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian diantaranya :
2) Mudah dijangkau dengan alat transportasi, baik transportasi umum
maupun pribadi.
3) Sekolah swasta yang berlatar belakang islam di kecamatan
tempuran Kab. Magelang. Sehingga peran Guru Pendidikan
Agama Islam sebagai Bimbingan Konseling Islam, memang dapat
terwujud.
b. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah
Tempuran, Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010
sampai dengan Juli 2010.
4. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber
lapangan. Sumber informasi lapangan ialah kepala sekolah, wakil kepala
sekolah urusan kurikulum, wali kelas, Ketua Osis, Ketua Kerohanian
Islam, serta guru pendidikan agama islam. Sedangkan sumber sekunder
yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian,
serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang kompetensi Guru
Pendidikan Agama Islam dan Penerapan nilai moralitas siswa.
5. Prosedur Pengumpulan data
Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi
data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode penelitian ditujukan pada
penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sember-sumber
dokumen (Surakhmad, 1985:132). Metode ini dimaksudkan untuk
mencari data berupa foto-foto, gambar, dokumen, notulen rapat,
catatan harian, agenda, dan sebagainya. Data yang akan dikumpulkan
melalui metode ini adalah keadaan secara global SMP Muhammadiyah
Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang, diantaranya keadaan
gedung, guru dan siswa.
b. Pengamatan (Observasi)
Sebagai metode ilmiah Observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dan sistematik fenomene-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 1995:136). Metode ini digunakan peneliti secara
pengamatan langsung untuk mengukur Pembinaan Keberagamaan dan
Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
2009/2010.
c. Wawancara
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam dan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk
mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan pandangan ,
Wawancara mendalam. Untuk mengali informasi lebih dalam
mengenai pikiran serta perasaan responden, dan untuk mengetahui
lebih jauh bagaimana responden memandang dunia berdasarkan
perspektifnya, pencarian informasi secara emic. Informasi emic ini
diolah, ditafsirkan dan dianalisis oelh peneliti sehingga melahirkan
etic pandangan peneliti tentang data.
Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal
dengan menggunakan lembaran berisi garis besar tentang apa-apa
yang akan ditanyakan, yaitu :
1. Bagaimana menerapkan Pengelolaan kelas agar pembelajaran
PAI lebih efektif diterapkan di dalam kelas
2. Bagaimana strategi yang dikembangkan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam upaya pembinaan nilai moralitas siswa.
3. Bagaimana cara memperlakukan peserta didik dalam proses
kegiatan belajar mengajar di kelas.
4. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
memberikan “Uswatun Khasanah/contoh perilaku dan tindakan” dalam kehidupan di sekolah
5. Bagaimana dengan keterlibatan Guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengkontrol siswa baik pada saat istirahat di kelas serta
diluar kelas
6. Adakah kegiatan ekstra kulikuler yang bergerak dalam
pembinaan Akhlak atau budi pekerti perserta didik di SMP
7. Bagaimana dampak peserta didik yang mengikuti kegiatan
dengan yang tidak mengikuti ekstra kulikuler
8. Apakah dengan pencapaian Nilai Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam akan berdampak pada penilaian perilaku peserta
didik.
9. Bagaimana usaha Bapak/Ibu guru dalam mengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang berbasis pada
moralitas.
10. Bagaimana Alokasi kegiatan keagamaan di luar jam belajar
11. Bagimana dengan pembinaan peserta didik yang enggan
melaksanakan kegiatan rutinitas yang dicanangkan sekolah, dan
bagaimana dengan memberikan pembinaanya.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data Kompetensi Guru Pendidikan Agama
Islam dalam pembinaan nilai moralitas peserta didik menggunakan
analisis kualitatif. Data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
wawancara, gambar maupun foto.
Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat
ditafsirkan. menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema,
atau ketegori tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada
analisis, menjelaskan pola atau ketegori, mencari hubungan antara
berbagai konsep. Analisis data yang dilakukan di SMP Muhammadiyah
Tempuran akan dilakukan melalui cara, yaitu :
Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian
yang sangat lengkap. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih
hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal-hal-hal yang penting dan berkaitan
dengan masalah, sehingga memberi gambaran yang lebih tajam
tentang hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam memberikan
kode kepada aspek-aspek yang dibutuhkan. Misalnya mempermudah
dalam mencari berkenaan dengan pembinaan keberagamaan dan
moralitas siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran Tahun 2009-2010.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik pemerikasaan data dalam penelitian dilaksanakan
berdasarkan beberapa kriteria tertentu, yang dibagi menjadi empat kriteria
yang digunakan untuk melakukan pemerikasaan keabsahan data kualitatif,
yaitu :
a. Derajat kepercayaan (credibility)
Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti dari konsep
validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Kriteria kredibilitas ini
berfungsi untuk melakukan penelahaan data secara akurat agar tingkat
kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam
menentukan kredibilitas ini adalah memperpanjang masa observasi,
manganalisis kasus negatif, manggunakan bahan referensi,
membicarakan dengan orang lain serta mangadakan member check.
wawancara masih ada materi yang belum terjawab, maka akan
dilakukan perpanjangan wawancara sampai peneliti merasa cukup
diinformasikanya.
b. Kebergantungan (dependability)
Konsep ini merupakan pengganti dari konsep reability
dalam penelitian kuantitatif. Reability tercapai bila alat ukur yang
digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian
kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu
sendiri. Lain dari pada itu, rancangan penelitian terus berkembang.
Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan
data sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan
untuk mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemerikasaan
data yang sudah dipolakan. Respondeng dengan pertanyaan yang
sama, dan akan menghasilkan jawaban yang sejenis juga. Maka
peneliti mengumpulkan data yang berkenaan dengan hasil responden
tentang pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa SMP
Muhammadiyah Tempuran kemudian dikelompokan (dipolakan)
sesuai dengan kebutuhan.
c. Kepastian (confirmability)
Konsep ini merupakan pengganti dari konsep “objektivitas”
pada penelitian kuantatif. Bila pada kuantitatif, objektifitas itu diukur
melalui orangnya atau penelitianya. Diakui bahwa peneliti memiliki
disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa
dipandang objektif. Jadi persoalan objektivitas dan subjektifitas dalam
penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang. Dalam
penelitian pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa pada SMP
Muhammadiyah Tempuran ini, peniliti bersikap objektif responden
mempunyai hak penuh, tugas peneliti hanya memberikan
rambu-rambu tentang permasalahan yang dihadapinya.
8. Tahap-tahap penelitian
Penelitian ini membagi tahap-tahap secara garis besarnya
kedalam tiga fase, yaitu :
a. Tahap orientasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengumpulan data
secara umum, mengadakan pengamatan dan wawancara secara
mendalam dan terbuka sehingga memperoleh informasi yang luas
mengenai hal-hal yang umum tentang pembinaan keberagamaan dan
Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
2009/2010. Informasi dari sejumlah responden dianalisis untuk
menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna.
b. Tahap Eksplorasi
Dalam tahap ini fokus telah lebih jelas sehingga dapat
dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesefik. Observasi
dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubunganya dengan
fokus. Wawancara dilakukan dengan lebih terstruktur dan mendalam
sehingga informasi yang mendalam dan bermakna diperoleh tentang
Pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada
Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran
Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
c. Member check
Hasil wawancara dan observasi yang telah terkumpul,
awal dianalisis, dituangkan dalam bentuk laporan, hasilnya kemukakan
kepada responden atau informan untuk dicek kebenaranya agar hasil
penelitian dapat dipercaya. Member check akan dilakukan setelah
setiap wawancara penulis merangkum hasil pembicaraan dan meminta
responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonfirmasikan
kesesuaianya dengan informasi yang diberikan.
Didalam menguraikan proses pelaksanaan penelitian
dilapangan, maka sistematika tahap penelitian di diantaranya sebagai
berikut :
1) Kegiatan Administratif yang meliputi: pengajuan ijin operasional
yaitu SMP muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang , menyusun
pedoman wawancara, lembar observasi dan administrasi lainnya.
2) Kegiatan lapangan yang meliputi:
a) Survey awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian
b) Memilih sejumlah guru sebagai informen yang dilajutkan
dengan responden penelitian.
c) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai
sejumlah responden maupun informen sebagai langkah
pengumpulan data.
d) Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
memudahkan untuk melakukan pemaknaan
e) Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah
atau menyimpang, setelah mulai tampak adanya kekurangan
data sebagai akibat proses reduksi
f) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuan penelitian
g) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran awal dari skripsi ini perlu penulis
paparkan mengenai sistematika penulisan :
Dalam bab satu membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi
Bab dua membahas tentang Pembinaan Keberagamaan meliputi
pengertian kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, indikator kompetensi
Guru Pendidikan Agama Islam, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama
Islam. Moralitas Melalui pendidikan Agama, yang meliputi pengertian Nilai
Moral, Peran Pendidikan Agama dalam penanaman nilai moralitas peserta
didik, Model dan Pendekatan dalam penanaman Nilai Moral peserta didik.
Pembinaan Keberagaman dan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
Dalam bab tiga menyajikan data yang peneliti peroleh dari penelitian
yang meliputi Gambaran umum SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang diantaranya: sejarah berdiri dan perkembanganya, visi, misi dan
tujuanya, program madrasah, tujuan penyelenggaraan pendidikan, hasil yang
diharapkan dari pembelajaran, sarana gedung, guru dan keadaan siswa, tenaga
kependidikan, data keadaan guru, kegiatan siswa, dan struktur organisasinya.
Pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa.
Bab empat ini membahas tentang : Pembinaan Keberagamaan Guru
Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Penanaman Nilai Moralitas Siswa Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Pembinaan keberagamaan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten
Magelang Tahun Ajaran 2009/2010
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Keberagamaan Anak 1. Pengertian Pembinaan Keberagamaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga bahwa
Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.Pembinaan yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan pihak sekolah
(khususnya guru atau siswa SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang)
dalam upaya membina kepribadian siswa menjadi kepribadian yang baik.
Menurut etimologi kata agama berarti percaya atau kepercayaan
sedangkan menurut terminologi pendapat Zakiyah Darajat (Darajat, 1995: 56)
bahwa . agama adalah sebagai hubungan antara mahkluk dengan khaliknya,
hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadahnya
yang dilakukannya, dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya. Secara
istilahagama berarti peraturan Allah yangditurunkanNya kepada manusia
dengan perantara Rasul Nya untuk jadi pedoman bagi manusia dalam
melaksankaan kehidupan dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya
agar mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan
akhirat. Agama mengandung unsur-unsur peraturan Allah yang diberikan-
penghidupan manusia di dalam segal aspeknya, yang bertujuan agar manusia
mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan akhirat.
Dalam konteks kata beragama menurut Zakiyah Darajat (Darajat,
1995: 57) adalah sebagai upaya manusia untuk mencontoh sifat-sifat yang
suci, Sedangkan mengenai kata beragama dan keagamaan dalam Kamus
Bahasa Indonesia adalah menganut atau memeluk agama, beribadah atau taat
kepada agama atau lebih kongkretnya kata beragama dan keagamaan diartikan
sebagai memeluk atau taat menjalankan ajaran agama yang dianut
(KBBI,1999:753).
Jadi dapat diketahui bahwa keagamaan merupakan suatu sikapyang
kuat dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama serta sebagai cerminan
dirinya atas ketaatannya terhadap ajaran agama yang dianutnya. Menurut
Jalaluddin Rahmad (Rahmad, 2002:72) tentang sikap keberagamaan , yaitu
merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong
untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap
keberagamaan tersebut boleh adanya konsisten antara kepercayaan terhadap
agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur
konatif.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan sikap keberagamaan
adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan atas
aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya.Dalam hal ini pula dirinya
merealisasikan atau mempraktekan setiap ajaran agamanya atas dasar iman
yang ada dalam batinnya.
2. Metode-metode keberagamaan
Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai
ajaran agama Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang
harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan
nasehat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh Guru, orang tua
agar perilaku anak didik yang menyimpang dapat dikendalikan.
Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan
internalisasi dalam kehidupan keluarga dengan menggunakan metode yang
tepat seperti yang dikemukakan AD. Marimba (Marimba, 1980: 9) bahwa
metode pendidikan dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh Guru,
orang tua dalam kehidupan sekolah dan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Metode hiwar (percakapan)
2. Metode kisah
3. Metode mendidik dengan amtsal (perumpamaan)
4. Metode mendidik dengan teladan.
5. Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.
6. Metode mendidik dengan mengambil ibroh (pelajaran) dan mau’idhoh
(peringatan)
7. Metode mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
Menurut Al-Ghazali (Asyari, 2007:32) menjelaskan bahwa perubahan dan
peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan
moral yang sesuai, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik
dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode akhlak sebagai berikut
: (1) pengalaman (Al-Tajribah) dan (2) latihan diri (Riyadhah).
Materi yang diberikan pada para remaja dalam pendidikan akhlak
sebaiknya tidak terlepas dari ruang lingkup akhlak Islami yang mencakup
berbagai aspek seperti yang dikemukakan oleh Marzuki (Marzuki,
2009:22) diantaranya : akhlak terhadap Allah (Ha blumMinallah), akhlak
terhadap manusia (Hablum Minannas), akhlak terhadap alam semesta
(Hablum Minal A’lam) dan akhlak terhadap diri sendiri (Hablum
Minnafsi).
3. Manfaat keberagamaan
a. Aspek Akidah
Manfaat sikap keberagamaan dalam aspek akidah merupakan
hal yang krusial, yaitu menambah kuatnya akidah atau sebuah
pemahaman. Dengan adanya sikap keberagamaan yang merupakan
realisasi dari sebuah pemahaman maka akan terjadi keseimbangan
yang baik antara ranah teotiris dengan ranah empiris. Menurut Imam
Al Ghazali (Ghazali, 2008:41) ada tiga cara untuk memantapkan
aqidah yaitu :
a. Membaca Al Quran dengan mempelajari arti dan tafsirnya.
c. Konsekuensi menegakkan segala tugas ibadah
Menurut Imam Al Ghazali bahwa dengan tekun mengerjakan
tiga macam ibadah tersebut aqidah akan semakin bertambah mantap.
Dan ini memang bisa kita rasakan sendiri , asal kita melakukannya
dengan hati yang ikhlas, bukan karena ingin dipuji. Ciri aqidah
yang benar berdasarkan keterangan dalam Al- Quran dan hadits bahwa
diantara ciri-ciri aqidah yang benar terhadap Allah itu adalah sebagai
berikut :
1) Yakin akan keeasaan Allah, Tuhan yang sebenarnya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah memerintahkan
Ummat manusia menyembah Nya dan melarang manusia
mempersekutukannnya dengan sesuatu. Kita harus yakin bahwa
Allah itu Esa ( satu ), tidak ada dua Nya. Penegasan semacam itu
sudah ada sejak Nabi Adam hingga Nabi-nabi sesudahnya, sampai
Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW.
2) Tidak ada rasa takut kepada selain Allah, karena patuh kepada
perintah dan larangan Allah. Dalam surat Ali Imran ayat 175:
Artinya: Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka,
3). Berani menegakkan kebenaran dan keadilan seusai dengan ajaran
Agama Islam, karena yakin bahwa barang siapa yang membela
kebenaran dan keadilan sesuai dengan agama Allah itu pasti akan
ditolong oleh Allah SWT, sebagaimana firman Nya dalam surat
Muhammad ayat 7:
Artinya : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
4) Orang yang betul - betul beriman kepada Allah pasti tidak akan
tunduk begitu saja kepada kehendak orang .orang kafir dan
munafik maupun sesama Islamnya bila bertentangan dengan
aqidahnya. Mereka lebih mengutamakan kepatuhannya kepada
Allah dan Rasulnya dari pada kepada manusia. Memang Allah
SWT melarang orang-orang yang beriman tunduk kepada mereka,
sebagaimana firmaNya dalam surat Al Ahzab ayat 48.
Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-
dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai
Pelindung.
5) Orang yang beriman kepada Allah itu tidak akan berani angkuh
dan sombong di kala ia kuat , baik kuat dalam arti fisik maupuan
kuat dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya larangan untuk
bersikap angkuh dan sombong itu adalah demi kemaslahatan dan
kebahagiaan manusia itu sendiri, sehingga seandainya masih juga
tidak mau memperhatikan larangan itu, maka berarti orang itu
sudah nekat untuk masuk neraka jahanam.
6) Orang yang benar dan baik imannya kepada Allah tidak akan berani
bersikap pura -pura baik di hadapan orang , karena yakin bahwa
niat hatinya pasti diketahui oleh Allah. Allah mengingat kan hal
itu dengan firman Nya dalam surat Al An’am ayat 3:
Artinya: Dan dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi;
dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.
b. Aspek diri Pribadi
Menurut Zakiyah Daradjat (Daradjat, 1970: 22) Manfaat sikap
keberagamaan dalam kehidupan seseorang berpengaruh biasanya pada
individual diri paham akan kesehatan sebagai anugrah dari Tuhan dan
harus dijaga, dengan adanya sikap keberagamaan ia akan berpikir
untuk tidak merusak kesehatan atau tubuhnya dengan melakukan
hal-hal yang buruk sehingga mengakibatkan kerusakan atas tubuhnya,
meningkatkan kualitas psikologi subtansi psikologis (
kejiwaan/Rohaniah). Kualitas jasmaniah berhubungan dengan bidang
kesehatan dipengaruhi oleh jenis dan kualitas makanan sejak
dilahirklan, pada masa kanak .kanak , remaja dan bahkan setelah
dewasa. Kualitas jasmaniah ini sejak masa konsepsi dalam kandungan,
lahir dan hingga dewasa sangat ditentukan oleh orang tua, yang
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas diri /individu secara
keseluruhan setelah dewasa.
Kualitas psikologi subtansi psikologis (kejiwaan/Rohaniah)
bersifat abstrak yang hanya berfungsi dalam kesatuan nya dengan
jasmani ( tubuh ). Perwujudan fungsinya itu dikongkritkan dalam
perkataan yang mengambarkan sikap, hasil berpikir dan berupa
perilaku dalam merespon perangsang (stimulus) dari dalam dan luar
diri manusia. Kualitas psikologis diukur dari tingkat pengembangan
dan pendayagunaan potensi-potensi yang terdapat didalamnya seperti
kemampuan berpikir, pengendalian emosi, kepedulian sosial, dan
lain-lain. Dengan adanya sikap keberagamaan dalam jiwanya
potensi-potensi yang ada akan dapat lebih meningkatkan kualitas kehidupan
c. Aspek rasa tanggung jawab sosial
Jalaludin Rahmad dalam buku Psikologi Agama (Rahmad,
2002: 34) mengatakan bahwa agama suatu unsur mengenai
pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang
tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan - kekuasaan yang
dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula , yang menambah
dan melestarikan nilai. nilai ini, dan sejumlah ugkapan yang sesuai
tentang urusan serta pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan
upacara-upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan – perbutan
yang lain yang bersifat perseorangan , serta yang bersifat
kemasyarakatan.
Di dalam Al-Quran dan Sunnah sudah terdapat prinsip-prinsip
umum tentang pembinaan masyarakat yang harus kita jadikan
landasan. Ada beberpa kaidah sosial atau prinsip-prinsip
kemasyarakatan yang perlu diperhatikan oleh manusia dalam
menyusun konsepsi bagi masyarakat , bangsa dan Negara. Prinsip
-prinsip sosial itu adalah sebagi berikut:
Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada baik dan
buruknya akhlaq individu masyarakat itu. Dalam surat Al Anfal ayat
Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Anfal ayat 53)
Maksud ayat tersebut menurut keterangan Tafsir Al Maraghi
ialah bahwa nikamat Allah yang telah di karuniakanNya kepada
Ummat manusia dan individu masyarakat tergantung kepada akhlaq
serta sifat-sifat dan amal pebuatan ummat dan orang itu. Selama
akhlak dan sifat serta perbuatannya baik, maka nikmat tersebut akan
tetap juga Allah tidak akan menarik kembali nikmat itu dari mereka
tanpa kezholiman mereka sendiri . Apabila mereka merubah aqidah
dan akhlaq serta amal baiknya menjadi jelek, maka Allah akan
merubah pula keadaan mereka dari merampas kembali nikamt yang
telah Dia berikan, sehingga orang kaya bisa menjadi miskin, yang
mulia dan berpangkat menjadi orang yang hina dina dan yang kuat
akan menjadi lemah.
Rusaknya masyarakat banyak disebabkan oleh rusaknya
rusaknya moral para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat itu.
Kaedah sosial kedua ini menegaskan bahwa penyebab utama
kerusakan moral masyarakat adalah karena meniru pemmpin dan
moral masyarakat adalah cermin rusaknya moral para pemimpin dan
tokoh masyarakat itu. Kebejatan moral rakyat kecil adalah merupakan
kebejatan moral orang-orang besar itu. Kenakalan para remaja, muda
dan mudi sebenarnya sebgai korban kenakalan orang tua dan
orang-orang yang dituakan dalam suatu bangsa atau masyarakat .
Hanya kepada orang-orang yang shaleh yang bisa dipercayakan
untuk memperbaiki keadaan dunia ini . Dalam surat Al Anbiya ayat
105:
Artinya :Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis
dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Kaidah sosial yang ketiga ini penting sekali diperhatikan dan
direnungkan oleh generasi sekarang untuk dijadikan landasan dalam
usaha pembinaan kualitas generasi muda yang nantinya akan
memegang estafet kepemimpinan bangsa dan negara. Pembinaan
kualitas manusia tidak hanya dinilai dari segi intelektualnya,
keterampilannya dan kesehatan jasmaninya, akan tetapi yang paling
penting adalah kualitas rohaninya, kualitas akhlaqnya. Atau dengan
kata lain kita harus mengusahakan generasi penerus ini menjadi
manusia.manusia yang shaleh bukan manusia tang bangga dengan
lingkungan disekitar kita adalah ciptaan Allah untuk menjadi sumber
kebahagiaan hidup manusia di dunia. Dia akan dapat dijadikan alat
untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat bilamana kita dapat
memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul Nya. Oleh
karena kita harus memelihara lingkungan hidup ini dengan penuh rasa
tanggung jawab,demi kebahagiaan hidup kita sendiri. .Untuk
memelihara lingkungan hidup kita harus memelihara
keseimbangannya dan memperbaiki yang sudah rusak.
B. Moralitas Siswa
1. Pengertian Moralitas
Ada beberapa istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk
menunjukkan maksud yang sama, istilah moral, akhlak, karakter, etika, budi
pekerti dan susila. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1994:876),
“moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga
berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu
moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan (Rahmad, 2002:75). Kata moral
sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.
Dengan demikian pengertian moral dapat dipahami dengan
a) Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan
dengan tuntutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan
meningalkan perbuatan jelekyang bertentangan dengan ketentuan yang
berlaku dalam suatu masyarakat.
b) Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat
untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau sebaliknya
buruk.
c) Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan, seperti
berani, jujur, sabar, gairah dan sebagainya.
Dalam terminology Islam, pengertian moral dapat disamakan
dengan pengertian “akhlak” dan dalam bahasa Indonesia moral dan akhlak
maksudnya sama dengan budi pekerti atau kesusilaan (KBBI :1994).
Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (bahasa Arab) yang berarti
perangai, tabi’at dan adat istiadat. Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai
suatu perangai (watak/tabi’at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan
merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara
mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya (Al Ghazali
: 1994).
Pengertian akhlak seperti ini hampir sama dengan yang dikatakan
oleh Ibn Maskawih. Akhlak menurutnya adalah suatu keadaan jiwa yang
menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan
dipikirkan secara mendalam (Miskawaih :1994). Apabila dari perangai
baik.Demikian sebaliknya, jika perbuatan yang ditimbulkannya perbuatan
buruk, maka disebut akhlak jelek.
Pendapat lain yang menguatkan persamaan arti moral dan akhlak
adalah pendapat Muslim Nurdin yang mengatakan bahwa akhlak adalah
seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik buruknya
suatu perbuatan atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan
manusia (Nurdin : 1993).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
mendasar antara akhlak dan moral. Keduanya bisa dikatakan sama, kendatipun
tidak dipungkiri ada sebagian pemikir yang tidak sependapat dengan
mempersamakan kedua istilah tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas siswa
Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau
perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut
perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang
berhubungan dengan aspek psikologis.Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam manusia (internal) atau yang
berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor itulah yang akan menentukan
apakah proses perubahan manusia mengarah pada hal-hal yang bersifat positif
atau sebaliknya mengarah pada perubahan yang bersifat negative.
Kaitannya dengan pembentukan moral, maka membicarakan proses
pembentukan moral, tidak lain membicarakan salah satu aspek dari aspek
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti halnya perubahan manusia pada
umumnya.
Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan manusia atau yang
lebih spesifik mengenai pembentukan moral dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Namun, mereka berbeda pendapat dalam hal faktor mana yang
paling dominant mempengaruhi proses perubahan tersebut. Perbedaan tersebut
diakibatkan karena berbedanya sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan oleh masing-masing tokoh.
Dalam beberapa literature pendidikan terdapat aliran-aliran yang
biasa digunakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai suatu pendekatan
dalam menilai faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan atau
perkembangan manusia. Aliran-aliran tersebut adalah :
a. Aliran Nativisme
Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar
dalam pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur
(1788-1860) seorang filosuf berkebangsaan Jerman (Rahmad, 2002 : 92). Aliran
ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi perkembangan manusia
adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat yang dibawanya
sejak lahir.Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat
Usaha-usaha mendidik dalam pandangan aliran ini merupakan
usaha yang sia-sia.Karena pandangan pesimis ini, maka aliran ini dalam
dunia pendidikan disebut “Pesimesme pedagogis.”
Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau cirri-ciri
yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang
tuanya.Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau
potensi-potensi yang terdapat pada seseorang yang selama perkembangannya bisa
direalisasikan atau pengertian ini bisa disamakan dengan bakat (anleg).
Perbedaan pengertian antara keturunan dan pembawaan
sebenarnya bukan masalah substansial, karena banyak pemikir cenderung
tidak membedakan arti keduanya.
Al-Syaibani menyebutkan keturunan/pembawaan sebagai cirri
dan sifat-sifat yang diwarisi dari orang tuanya.Sifat-sifat tersebut dibagi
tiga macam.
1) Sifat-sifat tubuh (Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran
tubuh, bentuk kepala, wajah, rambat dan lain-lain.
2) Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain.
3) Sifat-sifat akhlak atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat,
pemberani, pemarah, pemaaf, penyabar, penolong, beriman dan
bertaqwa, dan lain-lain.
Pengaruh faktor keturunan terhadap pembentukan manusia
sampai saat menjadi polemik. Ada yang setuju ada yang tidak setuju dan
terhadap aspek jasmani (tubuh/badan) manusia dan akalnya. Tetapi mereka
tidak menerima faktor keturunan dapat mempengaruhi sifat akhlak (moral)
dan kebiasaan sosial (Khalid, 2002:76).
Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa keturunan banyak
mempengaruhi pertumbuhan manusia dalam aspek jasmani dan kualitas
akal.Namun, terhadap akhlak dan prilaku sosial manusia,
kemungkinannyaa sangat kecil.
Tidak adanya ruang bagi pendidikan untuk mempengaruhi
perubahan manusia karena aliran ini berkeyakinan bahwa satu-satunya
faktor yang dapat mempengaruhi hanya faktor pembawaan atau faktor
keturunan.
Hampir sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme.
Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini
berpendapat bahwa pada dasarnya semua anak (manusia) adalah
baik.Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal manusia, aliran ini
tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau pendidikan.
Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang baik.
Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia
menadi jelek juga.
J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak
adalah baik pada dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh
karena itu dia mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan
berkembang menurut alamnya.Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut
mencampurinya.
Dalam konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran
nativisme, moral seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan
sifat-sifat pembawaan yang ada sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak
mempunyai peran dalam membentuk moral siswa.
b. Aliran Emperisme
Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme.Kalau
dalam nativisme pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang
mempengaruhi perkembangan manusia, maka dalam emperisme yang
mempengaruhi perkembangan manusia adalah lingkungan dan pengalaman
pendidikannya.
Lingkungan menurut Zakiyah Daradjat (Daradjat, 1970: 38)
dalam arti yang luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan
adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan
yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia
atau benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian
atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan manusia. Sejauh manakah
manusia berinteraksi dengan lingkungan, sejauh itulah terbuka peluang
Sartain (Seorang ahli psikologi Amerika) menyebutkan bahwa
yang dimaksud lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kemudian dia membagi lingkungan menjadi tiga
bagian; lingkungan alam/luar (External environment), lingkungan dalam
(Internal environment) dan lingkungan sosial (Social Environment)
(Daradjat : 1970: 79).
1) Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini dan
bukan manusia seperti, tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim, air dan
sebagainya.
2) Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri manusia
dan mempengaruhi pertumbuhan fisiknya.
3) Lingkungan sosial adalah semua orang atau orang lain yang
mempengaruhi manusia baik secara langsung atau tidak langsung.
Dari ketiga pembagian lingkungan di atas, maka lingkungan
sosiallah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan moral
seseorang.
Aliran ini juga mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah
satu tokoh tulen behavioris Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak
yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari
setiap orang anak, entah yang mana dapat saya jadikan dokter, seorang
pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki, menjadi
Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran
lingkungan dan pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau
mengembangkan manusia dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan
kepentingan dan arahan lingkungan.Pendapat kaum emperis yang optimis
ini, di dalam dunia pendidikan dikenal dengan “optimisme pedagogis”.
Doktrin mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah
teori “tabula rasa”, sebuah istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau
lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam
arti perkembangan manusia tergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak
ada pengaruhnya (Daradjat:1970: 32).
Dalam hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap
anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya
kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa anak kelak tergantung
pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya
yang akan menentukan apakah anak tersebut akan menjadi Yahudi,
Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari).
Sukar untuk tidak menyakini bahwa lingkungan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap proses pembentukan manusia.
yang tinggal dalam kondisi sosial masyarakat yang tidak teratur,
kemampuan ekonomi di bawah rata-rata, lingkungan alam yang kumuh
tanpa fasilitas-fasilitas umum yang memadai seperti sarana ibadah, sarana
olah raga dan lain-lain, kondisi seperti itu akan menyuburkan pertumbuhan
anak-anak nakal dan kurang bermoral. Untuk anak yang hidup dalam
lingkungan ini, maka tidak cukup alasan untuk tidak menjadi brutal,
apalagi jika orang tuanya kurang peduli dengan perkembangan anaknya.
Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan
sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik
(bermoral) tempat di mana anak-anak melakukan interaksi akan
terpengaruh pada terciptana anak-anak yang berprilaku dan bermoral baik.
Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan menciptakan anak-anak
yang bermoral tidak baik.
c. Aliran Konvergensi
Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap
pertentangan antara dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme.
Konvergensi berusaha untuk mengkompromikan arti penting aspek
keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan di sisi yang lain sebagai
faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh aliran ini, Louis
William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).
Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran
tetapi juga mempercayai faktor keturunan.Konvergensi memposisikan
pembawaan dan lingkungan dalam posisi yang sama-sama
penting.Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap perkembangan
manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai.
Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat
pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan
harapan. Bagi aliran konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama
mempunyai peran dan andil dalam perkembangan manusia.
Tentang pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap
perkembangan manusia, al-Syabany menegaskan kita menyakini bahwa
manusia (insan) dengan seluruh perwatakannya (karakter) dan
pertumbuhannya adalah pencapaian dan faktor; yaitu warisan dan
lingkungan. Dan faktor ini mempengaruhi manusia dan berinteraksi
dengannya sejak hari pertama ia menjdi embrio hingga hayat. Oleh karena
kuat dan bercampur aduknya peranan kedua faktor ini, maka sukar sekali
untuk menunjukkan perkembangan tubuh atau tingkah laku (moralitas)
secara pasti kepada salah satu dari dua factor (Marimba, 1980: 65).
Keterkaitan peran antara keturunan dan lingkungan dapat
diumpamakan dengan menyemai benih tanaman yang bagus, jika ingin
menghasilkan tanaman yang bagus, maka harus disemai di lahan yang
subur. Seandainya benih tersebut disemai di tanah yang tidak cocok atau
sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak bagus maka
hasilnya pun tentu kurang bagus.
Dalam hal ini yang berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat
pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap pertumbuhan
manusia.Pengaruh kedua faktor ini juga berbeda melihat umur dan fase
pertumbuhan yang dilalui.Faktor keturunan umumnya lebih kuat
pengaruhnya pada tingkat bayi.Faktor keturunan berkembang sebelum
terjadinya interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman
baru.Sebaliknya faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila
manusia meningkat dewasa.Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan
interaksi dengan lingkungan sosial dan pengalaman-pengalaman hidup
semakin luas terbuka.
Dengan adanya berbagai pandangan tentang perubahan
moralitas, penulis cenderung sepakat dengan pandangan yang terakhir
(aliran konvergensi), karena dalam keyakinan penulis antara faktor
pembawaan dan faktor lingkungan (pendidikan) sama-sama mempunyai
peran dalam membentuk moralitas seseorang.
Al-Ghazali mengatakan, dalam diri manusia memang ada
potensi-potensi yang mengarahkan manusia untuk berbuat jahat, seperti
sifat syahwah (ambisi) dan ghadlob (emosi). Tetapi potensi jahat itu bisa
diredam dengan cara melakukan perlawanan terhadapnya (Mujahadah) dan
melalui proses latihan yang diterima secara terus menerus (Riyadlah)
Secara alami manusia dalam dirinya mempunyai potensi karakter
yang berkecenderungan baik dan buruk, tetapi dengan pendidikan atau
melalui nasehat-nasehat yang mulia cepat atau lambat karakter tersebut
pasti mengalami perubahan.Manusia yang secara alami buruk bisa berubah
menjadi baik melalui pendidikan atau pergaulan dengan orang-orang yang
baik dan shaleh. Ibnu maskawih kemudian mengutip perkataan Aristoteles
dalam Book on ethie dan book on categories, bahwa orang yang buruk
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Tempuran, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
1. IdentitasSekolah
a. Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah
b. AlamatSekolah : Desa Tempurejo
Kecamatan : Tempuran
Kabupaten : Magelang
c. Nama dan alamat Yayasan /Penyelenggara Sekolah :
YayasanMuhammadiyah
d. NSS : 204030811053
e. Jenjang Akreditasi : B
f. Tahun didirikan : 1976
g. Tahun Beroperasi : 1976
h. Status Tanah : Wakaf
i. Surat Kepemilikan Tanah : Surat Keterangan Kepala Desa tentang
Perwakafan Tanah Milik (dalam proses Sertifikasi)
j. Status Banguanan : Milik Sendiri
2. Sejarah Singkat SMP Muhammadiyah Tempuran
SMP Muhammadiyah Tempuran berdiri pada Ta