• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deputi Bidang Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Deputi Bidang Ekonomi"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

TRIWULAN IV TAHUN 2013

(2)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

(3)

KATA PENGANTAR

Laporan Perkembangan Perekonomian Indonesia edisi triwulan IV tahun 2013 merupakan lanjutan dari laporan triwulanan yang diterbitkan oleh KedeputianBidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Laporan triwulan IV tahun 2013 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga akhir triwulan IV tahun 2013. Dari sisi perekonomian dunia, laporan ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia, khususnya Cina, Jepang dan India. Dari sisi perekonomian nasional, laporan ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2013 dan perkembangan ekonomi Indonesia dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama internasional, serta industri dalam negeri.

Sangat disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan laporan ini dapat tercapai.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... III DAFTAR TABEL ... VI DAFTAR GAMBAR ... VIII

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ... 2

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ... 3

Perkembangan Ekonomi Eropa ... 5

Perkembangan Ekonomi Asia ... 7

Perekonomian Cina ... 7

BOX 1 ... 10

Reformasi Besar Cina dan Dampaknya ... 10

Perekonomian India ... 12

Perekonomian Jepang ... 14

Perekonomian Singapura ... 16

Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia ... 17

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA ... 21

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 21

Indeks Tendensi Konsumen ... 25

Indeks Keyakinan Konsumen ... 26

Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor ... 28

Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen ... 29

Neraca Pembayaran Indonesia ... 30

BOX 2 ... 33

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 ... 33

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ... 36

Pembiayaan Utang Pemerintah ... 36

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ... 36

Posisi Utang Pemerintah ... 37

Surat Berharga Negara (SBN) ... 39

Pinjaman ... 42

(6)

Isu Terkini ... 44

Dua Kawasan Dipromosikan Jadi KEK 2014 ... 44

Tahun Ini, BKPM akan Mendorong Reinvestasi ... 45

Lelang terhadap Kontainer yang Menumpuk Bertahun-tahun di Tanjung Priok ... 45

Perkembangan Perundingan RCEP ... 46

Hasil KTM ke-9 WTO di Bali ... 46

Keberhasilan Indonesia menjadi Ketua dan Tuan Rumah APEC 2013 ... 47

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ... 48

Perkembangan Ekspor ... 48

Perkembangan Impor ... 52

Perkembangan Neraca Perdagangan ... 55

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2013... 57

Perkembangan Harga Domestik ... 58

Perkembangan Harga Komoditi Internasional ... 59

PERKEMBANGAN INVESTASI ... 61

Perkembangan Investasi ... 61

Realisasi Investasi Triwulan III Tahun 2013 ... 62

Realisasi Per sektor ... 62

Realisasi Per Lokasi ... 64

Realisasi per-Negara ... 66

Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional ... 67

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ... 67

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Cina FTA ... 68

Ekspor ASEAN Ke Cina ... 68

Impor ASEAN Dari Cina ... 69

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ... 70

Ekspor Impor Indonesia- ASEAN ... 70

(7)

Inflasi ... 74

Inflasi Global ... 74

Inflasi Domestik ... 74

Nilai Tukar Mata Uang Dunia ... 76

Indeks Harga Saham... 77

Indeks Harga Komoditas Internasional ... 78

Harga Bahan Pokok Nasional ... 79

Respon Kebijakan Moneter ... 80

LAMPIRAN ... 81

Lampiran 1: Inflasi Global ... 82

Lampiran 2: Inflasi Domestik ... 83

Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) ... 84

Lampiran 2: Inflasi Domestik (lanjutan) ... 85

Lampiran 3: Nilai Tukar Mata Uang ... 86

Lampiran 4: Indeks Saham Global ... 87

Lampiran 4: Indeks Saham Global (lanjutan) ... 88

Lampiran 5:Indeks Harga Komoditas Internasional ... 89

Lampiran 6: Harga Bahan Pokok Nasional ... 90

SEKTOR PERBANKAN ... 91

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) ... 93

Laporan Perkembangan Sektor Industri Triwulan IV Tahun 2013 ... 96

Perkembangan Sektor Industri ... 96

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ... 2

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ... 4

Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ... 18

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012-2013Menurut Lapangan Usaha (YoY) ... 23

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012-2013 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ... 24

Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan IV Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya ... 25

Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April-Desember 2013 ... 27

Tabel 8. Neraca Pembayaran Indonesia Tahun 2012 –2013 (Miliar USD) ... 32

Tabel 9. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2014 ... 33

Tabel 10. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2008-2013 dan APBN-P 2013 (Triliun Rupiah) ... 36

Tabel 11. Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang Tahun 2013 (Triliun Rupiah) ... 37

Tabel 12. Posisi Utang Pemerintah s.d. Desember 2013 ... 38

Tabel 13. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2008 -2013 ... 38

Tabel 14. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2008-2013 (Triliun Rupiah) ... 39

Tabel 15. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (Neto) (Juta Rupiah) ... 40

Tabel 16. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Per Triwulan III Tahun 2013 (Triliun Rupiah) ... 41

Tabel 17. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2008-2013 (Triliun Rupiah) ... 42

Tabel 18. Perkembangan Ekspor Tahun 2013 ... 49

Tabel 19. Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas TerpilihTahun 2013 ... 50

Tabel 20. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Komoditas Terpilih Tahun 2013 ... 51

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Non Migas ke Negara Tujuan Utama Tahun 2013 ... 51

(9)

Tabel 25. Neraca Perdagangan Tahun 2013 ... 55

Tabel 26. Neraca Perdagangan Indonesia-Cina ... 55

Tabel 27. Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ... 56

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat ... 56

Tabel 29. Neraca Perdagangan Indonesia-India ... 57

Tabel 30. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2013 ... 58

Tabel 31. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu ... 58

Tabel 32. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu ... 59

Tabel 33. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2013(persen) ... 61

Tabel 34. Realisasi PMA PMDN Tahun 2006 - Trw III Tahun 2013 ... 62

Tabel 35. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMDN Tahun 2013 Berdasar Sektor (YoY) ... 63

Tabel 36. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Tahun 2013 ... 64

Tabel 37. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Tahun 2013 ... 65

Tabel 38. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Tahun 2013 ... 65

Tabel 39. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Tahun 2013 ... 66

Tabel 40. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Tahun 2013 ... 67

Tabel 41. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ... 67

Tabel 42. Ekspor ASEAN ke Cina ... 69

Tabel 43. Impor Asean dari Cina ... 70

Tabel 44. Ekspor dan Impor Indonesia-ASEAN ... 71

Tabel 45. Tingkat Inflasi Global (YoY) ... 82

Tabel 46.Tingkat Inflasi ... 83

Tabel 47. Inflasi Berdasarkan Komponen (YoY) ... 83

Tabel 48. Inflasi Berdasarkan Sumbangan (Share) ... 83

Tabel 49. Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (YoY) ... 83

Tabel 50. Perkembangan Indeks Nilai Tukar ... 86

Tabel 51. Indeks Saham Global ... 87

Tabel 52. Indeks Harga Komoditas Internasional ... 89

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ... 3

Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ... 19

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2001-2013 (persen) ... 21

Gambar 4. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012- Triwulan IV Tahun 2013 ... 26

Gambar 5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Desember 2013 ... 27

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Mobil Januari-Desember 2013 ... 28

Gambar 7. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-Desember 2013 ... 29

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-Desember 2013 ... 30

Gambar 9. Nilai dan Volume Ekspor Jan-Des 2013 ... 48

Gambar 10. Volume dan Nilai Impor 2013 ... 52

Gambar 11. Indeks Tendensi Bisnis sampai dengan Triwulan IV Tahun 2013 ... 57

Gambar 12. Inflasi YoY 66 Kota Juli – September 2013 ... 84

Gambar 13. Inflasi MtM 66 Kota Juli–September ... 85

Gambar 14. Perkembangan Index Nilai Tukar (1 JANUARI 2004 = 100) ... 86

Gambar 15. Perkembangan Indeks Saham Global ... 88

Gambar 16. Indeks Harga Komoditas Internasional (3 Januari 2012=100) ... 89

Gambar 17. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ... 91

Gambar 18. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ... 92

Gambar 19. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya ... 93

Gambar 20. Target dan Realisasi Pemberian KUR ... 94

Gambar 21. Pertumbuhan PDB, Industri, dan Industri Non-Migas Tahun 2001 – 2013 (Persen) ... 96

Gambar 22. Pertumbuhan Subsektor Industri Manufaktur Tahun 2013 ... 97

Gambar 23. Perkembangan Produksi Semen Nasional (dalam Ribu Ton) ... 98

Gambar 24. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Mobil Tahun 2013 ... 99

Gambar 25. Perkembangan Produksi Dan Ekspor Sepeda Motor Nasional Tahun 2000-2013 ...100 Gambar 26. Jumlah Wisatawan Mancanegara Dan Penerimaan Sektor Pariwisata .101

(11)

 Pada bulan Januari 2014, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2014 menjadi 3,7 persen (YoY).

 PDB Amerika Serikat pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 2,7 persen (YoY).

 Ekonomi Cina pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 7,7 persen (YoY).

(12)

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Aktivitas ekonomi diharapkan meningkat lebih lanjut pada tahun 2014-2015, seiring memulihnya sebagian besar negara maju. Pada Januari 2014, IMF memproyeksikan perekonomian dunia meningkat pada tahun 2014, 3,7 persen dan 3,9 persen pada tahun 2015.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun 2014 diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan naiknya permintaan domestik. Namun pertumbuhan ekonomi akan melambat pada tahun 2015 sebagai akibat pengetatan fiskal. Eropa akan mengalami pemulihan. Namun karena hutang di kawasan negara-negara Eropa masih tinggi diharapkan ekspor dapat ditingkatkan agar pemulihan dapat terjadi. Pertumbuhan ekonomi Cina cukup tinggi pada pertengahan tahun 2013, disebabkan oleh peningkatan di sektor investasi. Namun ini hanya berlangsung sementara, mengingat adanya reformasi ekonomi, yaitu dengan melambatkan investasi dan pertumbuhan kredit dan lebih fokus meningkatkan konsumsi domestik. Sementara itu di India, permintaan domestik terus melemah karena adanya pengetatan kondisi fiskal dan ketidakpastian kebijakan serta kondisi politik yang membebani sektor investasi.

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

Realisasi Perkiraan Kelompok Negara 2013 2014 2015 Dunia 3,0 3,7 3,9 Negara Maju 1,3 2,2 2,3 Negara Berkembang 4,7 5,1 5,4 Euro Area -0,4 1,0 1,4 Negara Berkembang Asia 6,5 6,7 6,8 ASEAN-5 5,0 5,1 5,6

Amerika Latin dan

Karibia 2,6 3,0 3,3

Sub Sahara Afrika 5,1 6,1 5,8

Sumber: World Economic Outlook, Januari 2014

(13)

tapering off di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2014. Pemerintah negara

berkembang disarankan untuk memperketat kebijakan makroekonomi. Selain itu, pemerintah negara berkembang diharapkan juga menyeimbangkan sisi permintaan domestik dan aliran modal masuk untuk mengantisipasi resiko stabilitas pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat

Ekonomi Amerika Serikat mulai menunjukkan proses pemulihan pada triwulan IV tahun 2013. Berdasarkan Bureau Economic Analysis, perekonomian Amerika Serikat tumbuh 2,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, meningkat signifikan dibandingkan pada periode sebelumnya tahun 2012 yang tumbuh 2,0 persen (YoY). Faktor pendorong utama peningkatan pada triwulan IV tahun 2013 tersebut adalah peningkatan konsumsi, investasi, dan ekspor.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)

(14)

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) 2012 2013 I II III IV I II III IV Pertumbuhan Ekonomi 3,3 2,8 3,1 2,0 1,3 1,6 2,0 2,7 Konsumsi 2,2 2,3 2,2 2,0 1,9 1,9 1,9 2,3 Barang 2,7 3,2 3,9 3,5 3,3 3,6 3,8 4,1 Jasa 2,0 1,9 1,4 1,3 1,1 1,0 1,0 1,5 Investasi 14,3 10,1 11,2 3,1 1,7 4,4 6,9 8,5 Ekspor 4,7 4,4 2,8 2,4 1,0 2,0 2,9 5,4 Impor 3,0 3,4 2,4 0,1 0,1 1,2 1,6 2,7 Belanja Pemerintah -1,7 -1,3 0,2 -1,1 -1,8 -2,0 -2,7 -2,3 Belanja Pemerintah Pusat -1,8 -2,3 0,7 -2,3 -3,8 -4,1 -6,5 -6,1 Belanja Pertahanan -2,2 -4,0 -1,7 -5,0 -6,2 -6,1 -8,9 -6,8 Belanja Non-Pertahanan -1,2 0,8 5,1 2,6 0,3 -0,8 -2,2 -5,1 Belanja Pemerintah Daerah -1,6 -0,6 -0,2 -0,3 -0,5 -0,5 -0,1 0,3

Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2014

Dari sisi pengeluaran, konsumsi tumbuh 2,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, setelah sebelumnya tumbuh 2,0 persen (YoY) pada periode sebelumnya. Konsumsi barang tumbuh signifikan 4,1 persen (YoY), sedangkan konsumsi jasa tumbuh melambat 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013.

Investasi meningkat drastis, mencapai 8,5 persen pada triwulan IV tahun 2013. Naiknya investasi di Amerika Serikat kemungkinan akibat adanya isu bank sentral (The Fed) akan melakukan pengurangan stimulus moneter pada pertengahan tahun 2014, sehingga dana-dana yang tadinya berada di luar negeri ditarik dan dimasukkan kembali ke Amerika Serikat. Pengurangan stimulus moneter itu disebabkan pemerintah Amerika Serikat memperkirakan keadaan perekonomian mereka sudah mulai pulih. Salah satu indikator yang digunakan adalah tingkat pengangguran. Apabila tingkat pengangguran menurun artinya keadaan ekonomi membaik.

Walaupun impor Amerika Serikat meningkat pada triwulan IV tahun 2013, namun defisit neraca perdagangan Amerika Serikat mengecil. Hal ini dikarenakan peningkatan ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan peningkatan impor. Ekspor tumbuh 5,4 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013. Meningkatnya ekspor dikarenakan kondisi ekonomi global mulai mengalami pemulihan. Cina telah

(15)

signifikan pada triwulan IV tahun 2013. Para pengusaha mungkin waspada membawa terlalu banyak barang dari luar negeri.

Sedangkan belanja pemerintah pada triwulan IV tahun 2013 turun 2,3 persen. Hal ini sejalan dengan keputusan Kongres yang berencana mengetatkan anggaran belanja pemerintah Amerika Serikat akibat defisit yang terus menerus terjadi. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, tingkat pengangguran menurun pada bulan Januari tahun 2014 menjadi 5,4 persen (MtM), dari 5,6 persen pada bulan Desember tahun 2013. Selain itu, tingkat partisipasi kerja tumbuh 63,0 persen (MtM) pada bulan Januari tahun 2014, meningkat dari bulan Desember 2013 tumbuh 62,8 persen (MtM). Berdasarkan kondisi mulai membaiknya perekonomian Amerika Serikat tersebut, The Fed memangkas pembelian obligasi sebesar USD 10 miliar.

IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2014 sebesar 2,8 persen, naik cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan tahun 2013, yaitu 1,9 persen. Selain adanya kenaikan yang cukup mengejutkan pada persediaan barang tahun 2013, kenaikan pertumbuhan tersebut akibat adanya prediksi permintaan domestik akan meningkat seiring membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat. Namun, perekonomian Amerika Serikat diperkirakan akan melambat pada periode selanjutnya tumbuh sebesar 3,0 persen tahun 2015. Hal ini akibat adanya perjanjian untuk melakukan pengetatan anggaran tahun 2015.

Perkembangan Ekonomi Eropa

Pada triwulan IV tahun 2013, perekonomian Uni Eropa 28 negara (EU27+Bulgaria) tumbuh 1,0 persen. Sementara itu, perekonomian negara-negara di kawasan Euro (EA17, yaitu kawasan yang negaranya memakai Euro sebagai mata uang) tumbuh 0,5 persen (YoY).

Romania dan Lithuania menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV tahun 2013, yaitu masing-masing tumbuh 5,1 persen dan 3,3 persen. Ekonomi Inggris tumbuh signifikan 2,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, setelah pada triwulan III tahun 2013 tumbuh 1,9 persen. Sementara itu, Jerman hanya tumbuh 1,4 persen (YoY) setelah sebelumnya tumbuh 0,6 persen pada triwulan III tahun 2013 (YoY), dan Perancis tumbuh hanya 0,8 persen (YoY) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 0,3 persen (YoY). Siprus menjadi negara yang mengalami kontraksi paling dalam pada triwulan IV tahun 2013, yaitu mencapai 5,3 persen (YoY).

Pada triwulan IV tahun 2013, produksi industri di kawasan Euro tumbuh 0,5 persen dan di kawasan Uni Eropa tumbuh 0,9 persen di Uni Eropa (YoY).

(16)

Sementara itu, volume perdagangan ritel turun 0,3 persen di kawasan Euro dan tumbuh 0,1 persen di Uni Eropa.

Eropa secara umum mengalami surplus neraca pembayaran pada triwulan IV tahun 2013. Negara-negara Uni Eropa (EU28) pada tahun 2013 mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 49,9 miliar. Sementara itu kawasan Euro (EA17) mengalami surplus transaksi berjalan sebesar EUR 153,8 miliar, meningkat signifikan apabila dibandingkan pada tahun 2012, yaitu mengalami defisit sebesar EUR 115,0 miliar. Sepanjang tahun 2013, Jerman merupakan negara dengan surplus transaksi berjalan terbesar di Eropa mencapai EUR 185,5 miliar dan Belanda sebesar EUR 50,6 miliar. Krisis defisit transaksi berjalan terbesar di kawasan Eropa terjadi di Inggris dan terus berlanjut sehingga mencapai mencapai EUR-78,6 miliar sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2013.

Sementara itu tingkat tabungan rumah tangga baik di Uni Eropa maupun di kawasan Euro mengalami perlambatan. Tingkat tabungan rumah tangga di Uni Eropa sampai dengan akhir triwulan III tahun 2013 tumbuh 10,7 persen. Begitu juga di kawasan Euro, tingkat tabungan rumah tangga pada triwulan III tahun 2013 mengalami perlambatan, hanya tumbuh 13,0 persen dibandingkan dengan triwulan II tahun 2013, yang besarnya 12,9 persen. Di sisi lain, tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa dan kawasan Euro tidak ada perubahan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan III tahun 2013 tingkat investasi rumah tangga di Uni Eropa mencapai 7,8 persen dan di kawasan Euro mencapai 8,5 persen. Kondisi fiskal beberapa negara di kawasan Eropa menurun seiring menurunnya tingkat hutang di sebagian besar negara. Pada triwulan III tahun 2013, di kawasan Euro tingkat hutang mencapai 92,8 persen dari GDP, menurun dari triwulan sebelumnya yang besarnya 92,7 persen. Namun, pada Uni Eropa tingkat hutang tumbuh 86,8 persen dari GDP. Yunani menjadi negara dengan tingkat hutang terhadap PDB tertinggi yaitu sebesar 171,8 persen, disusul oleh Italia sebesar 132,9 persen, dan Portugal sebesar 128,7 persen. Sementara itu negara dengan tingkat hutang terhadap PDB terendah adalah Estonia sebesar 10,0 persen dan Bulgaria sebesar 17,3 persen.

Berlarutnya resesi yang terjadi di Eropa menyebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran di 28 negara Eropa pada bulan Desember 2013 mencapai 10,7 persen, sedikit menurun dari periode sebelumnya yang sebesar 10,8 persen pada bulan November tahun 2013. Sedangkan di kawasan Euro, tingkat pengangguran pada bulan Desember 2013 sebesar 12,0 persen, stabil semenjak bulan Oktober

(17)

adalah Austria (4,9 persen pada Desember 2013), Jerman (5,1 persen pada Desember 2013).

Perkembangan Ekonomi Asia

Perekonomian negara-negara kawasan Asia diperkirakan meningkat, pada tahun 2014. Pada bulan Desember 2013, Asian Development Bank (ADB) mengeluarkan revisi proyeksinya, terkait pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia. Proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang Asia pada tahun 2014 tetap sebesar 6,2 persen. Ekonomi Cina dan India yang tumbuh melambat akan menjadi faktor yang membebani pertumbuhan ekonomi negara-negara regional Asia. Perlambatan ekonomi Cina terutama mempengaruhi turunnya tingkat perdagangan negara berkembang di Asia.

ADB menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur sebesar 6,7 persen pada tahun 2014 akibat adanya investasi pada sektor infrastruktur. Estimasi untuk Asia Selatan tidak berubah, tumbuh sebesar 5,5 persen tahun 2014 dimana sebagian besar disebabkan oleh belum pulihnya perekonomian India. Sedangkan ASEAN mengalami penurunan estimasi, yaitu menjadi 5,5 persen pada tahun 2014, dari sebelumnya diprediksikan 5,6 persen. Hal ini disebabkan oleh bencana angin topan melanda Filipina dan masih berlangsungnya kekacauan politik di Thailand sehingga melambatkan pertumbuhan kedua negara. Pertumbuhan ekonomi di Asia Tengah diperkirakan menjadi 6,1 persen pada tahun 2014. Terakhir, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Pasifik, dari 5,5 persen menjadi 5,4 persen.

Perekonomian Cina

Ekonomi Cina melemah pada triwulan terakhir, setelah mengalami kenaikan signifikan antara bulan Juli dan September tahun 2013, karena perlambatan pertumbuhan kredit dan penurunan permintaan. Menurut laporan Biro Statistik Cina, PDB tumbuh 7,7 persen selama triwulan IV, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu 7,8 persen. Selama tahun 2013, PDB juga tumbuh 7,7 persen, terendah sejak 1999. Meski mencatat pertumbuhan terlambat dalam 14 tahun terakhir, ekonomi Cina selama tahun lalu masih bisa tumbuh di atas target pemerintah, yaitu 7,5 persen.

Perlambatan ini merupakan dampak dari reformasi struktural yang dijalankan pemerintah Cina untuk mengatasi ketidakseimbangan, yang disebabkan oleh model pertumbuhan yang didorong investasi dan kredit. Presiden Xi Jinping mengatakan dalam jangka pendek, Cina akan mengorbankan pertumbuhan ekonominya. Menurutnya, Cina sedang memprioritaskan kestabilan ekonomi

(18)

dibandingkan pertumbuhan yang cepat. Cina akan mengurangi ketergantungan pertumbuhan pada kinerja ekspor dan investasi dan lebih fokus pada target belanja konsumen dalam negeri dan jasa.

Terbukti, pada bulan Desember tahun 2013 ekspor naik 4,3 persen dari tahun sebelumnya, namun melambat dari 12,7 persen pada bulan November tahun 2013 dan dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 4,9 persen. Sedangkan, impor naik 8,3 persen, tumbuh lebih tinggi dari 5,3 persen pada bulan November tahun 2013 dan melebihi tingkat yang sama yang diharapkan oleh pasar. Hal ini meningkatkan optimisme bahwa permintaan domestik akan terus meningkat. Tahun 2013, ekspor naik 7,9 persen dan impor naik 7,3 persen, menghasilkan surplus perdagangan sebesar USD 259,8 miliar, tumbuh 12,4 persen dari tahun 2012.

Akibat melambatnya ekspor, indeks Shanghai menjadi salah satu indeks dengan kinerja terburuk pada tahun 2013 lalu. Aktivitas manufaktur Cina pada bulan Desember tahun 2013 paling rendah dalam tiga bulan terakhir. Data HSBC menunjukkan Purchasing Managers’ Index (PMI) turun ke 45,1 dari 51,4 pada bulan November tahun 2013, jauh di bawah ekspektasi analis. Pada tanggal 26 Desember, bank sentral Cina menggelar operasi reverse repo untuk pertama kali selama tiga minggu. Bank sentral menyediakan dana tunai bagi perbankan, setelah terjadi aksi jual besar-besaran saham perusahaan Cina yang diperdagangkan di bursa Shanghai, Hong Kong, dan New York.

Beberapa tantangan yang menonjol dalam program pembangunan ekonomi Cina adalah meningkatnya biaya tenaga kerja. Menteri SDM dan Jaminan Sosial Cina, Yin Weimin, menyatakan otoritas di 27 provinsi dan kota di Cina telah menaikkan upah pekerja pada tahun ini rata-rata 17 persen. Naiknya upah pekerja ini berdampak pada eksportir Cina, namun analis percaya penjualan pada tahun 2014 dapat meningkat karena perbaikan permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa.

Tantangan lainnya adalah biaya lingkungan yang tinggi. Cina masih menjadi emiter gas rumah kaca terbesar di dunia. Pada tahun 2013, Cina mencatat level polusi udara tertinggi selama 52 tahun. Total biaya membersihkan polusi udara Cina lebih besar dari beberapa PDB beberapa negara tahun 2012, seperti Portugal dan Finlandia. Biaya yang harus dikeluarkan Cina kurang lebih sebesar 1,6 miliar yuan antara tahun 2013 sampai tahun 2017.

Cina kini menetapkan target yang ambisius untuk menciptakan udara bersih dan memerintahkan kota-kota untuk mengurangi emisi gas beracun hingga 25 persen

(19)

karena ekonomi masih dianggap prioritas, pemerintah daerah menekankan gerakan hijau mereka dengan membangun taman nasional, lahan basah, atau proyek reboisasi daripada mengatasi penyebab polusi.

Selain itu, hal lain yang perlu diwaspadai adalah Cina saat ini mengalami titik balik demografis. Jumlah tenaga kerja di perkotaan yang menghasilkan sebagian besar

output mengalami pertumbuhan yang lambat. Kelompok usia tenaga kerja

menyusut drastis. Populasi usia kerja menyusut 2,4 juta pada tahun 2013. Hal ini memberikan kontribusi terhadap perlambatan ekonomi Cina, setelah tahun-tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar dua digit. Permintaan akan berkurang, padahal permintaan mendorong pertumbuhan. Di satu sisi, terlalu sedikit pengeluaran untuk barang dan jasa akan menghasilkan pengangguran. Sementara itu, IMF pada bulan Januari tahun 2014 menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina pada tahun 2014 menjadi 7,5 persen, setelah proyeksi sebelumnya sebesar 7,2 persen pada bulan Oktober tahun 2013. IMF juga memproyeksikan pertumbuhan Cina pada tahun 2015, sebesar 7,3 persen. Berdasarkan Asian Development Outlook Revised pada bulan Desember tahun 2013, ADB juga menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi Cina menjadi 7,7 persen pada tahun 2013 dan 7,5 persen pada tahun 2014. Estimasi tersebut naik dari estimasi sebelumnya yang dikeluarkan pada bulan Oktober 2013 yaitu 7,6 persen pada tahun 2013 dan 7,4 persen pada tahun 2014.

Cina diperkirakan akan menjaga target pertumbuhan pada tahun 2014 seperti tahun 2013, yakni sebesar 7,5 persen. Pemerintah Cina percaya bahwa dengan mempertahankan target 7,5 persen akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, menciptakan lebih banyak ruang reformasi, dan mencegah pemerintah daerah mengejar tingkat pertumbuhan yang tinggi. Selain itu, pemerintah telah berjanji untuk memberikan penekanan yang lebih pada kinerja pejabat lokal atas tingkat pinjaman, peningkatan kesejahteraan, dan degradasi lingkungan.

(20)

BOX 1

Reformasi Besar Cina dan Dampaknya

Mengurangi pengaruh badan usaha milik negara (BUMN) dan menciptakan peluang usaha yang lebih banyak untuk perusahaan swasta

Pemerintah mengusulkan untuk meningkatkan pajak dari BUMN, meningkatkan transparansi keuangan BUMN, meningkatkan manajemen profesional BUMN, dan memungkinkan perusahaan swasta untuk berinvestasi dalam proyek-proyek BUMN. Untuk perusahaan global diharuskan menjual barangnya ke pasar domestik Cina. Ini berarti akan ada peluang yang lebih besar untuk bersaing, terutama di daerah yang lama dilindungi seperti industri berat dan berbagai layanan. BUMN saat ini memiliki keuntungan dalam hal akses terhadap kredit, kekuatan harga, koneksi politik, dan tarif pajak yang rendah. Sementara reformasi tidak akan mengakhiri semua hak-hak istimewa dan agenda reformasi tidak mengatakan mengenai privatisasi BUMN, nampaknya reformasi akan meningkatkan daya saing perusahaan – termasuk perusahaan swasta asing.

1.

Membiarkan pasar untuk menentukan harga berbagai barang dan jasa

Pemerintah akan mempertahankan kontrol harga untuk monopoli, namun akan memungkinkan gerakan bebas dari harga di daerah, sehingga akan ada persaingan. Bagi perusahaan global dengan distribusi yang efisien dan manajemen persediaan, ini bisa berarti keunggulan kompetitif yang signifikan.

2.

Membiarkan investor swasta untuk menciptakan bank-bank komersial dalam persaingan dengan bank-bank milik pemerintah

Ini akan menjadi bagian dari reformasi yang lebih besar dari sistem keuangan. Reformasi tersebut kemungkinan akan mencakup liberalisasi suku bunga deposito, penciptaan asuransi deposito, dan liberalisasi arus modal lintas-perbatasan. Tujuannya adalah untuk menekan investasi yang tidak efisien, meningkatkan alokasi modal yang lebih efisien, memberikan penabung dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, dan mengurangi risiko keuangan. Bagi perusahaan jasa keuangan global, mungkin ada kesempatan yang lebih besar untuk bersaing di Cina, khususnya di zona perdagangan bebas berkembang. Untuk Cina pada umumnya, reformasi ini menunjukkan bahwa perusahaan swasta akan mendapatkan akses yang lebih besar untuk modal kerja dan kredit, sehingga mengarah ke investasi yang lebih efisien.

(21)

Melindungi hak milik pribadi, termasuk menciptakan pengadilan untuk mengadili sengketa kekayaan intelektual

Ini sangat penting untuk perusahaan global, banyak yang menghasilkan nilai-nilai dari modal intelektual mereka. Sedangkan tujuan pemerintah Cina jelas adalah untuk mempromosikan inovasi Cina. Efek satu sisi kebijakan ini bisa untuk membantu perusahaan global yang beroperasi di Cina.

Mempromosikan migrasi desa-kota yang lebih dengan memberikan pelayanan yang lebih umum bagi para migran

Ini akan sangat penting untuk menjaga pasokan tenaga kerja murah. Tidak adanya migrasi, Cina menghadapi kekurangan tenaga kerja di kota-kota tersebut, yang telah menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam upah. Kekurangan tenaga kerja Cina menyebabkan perusahaan global yang sumber barang di sana untuk mencari lokasi produksi yang lebih murah. Semakin banyak urbanisasi akan menekan upah di perkotaan dan meningkatkan pertumbuhan produktivitas. Layanan lebih bagi para migran akan menjadi bagian dari upaya yang lebih besar untuk mengatasi meningkatnya ketimpangan pendapatan, meskipun akan menjadi mahal untuk menyediakan layanan tersebut.

(22)

Perekonomian India

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi India yang masih lemah menjadi tantangan pada triwulan III tahun 2013 dengan tahun finansial yang dimulai pada bulan April. Lonjakan tajam dalam biaya makanan mengakibatkan kenaikan tertinggi dalam harga eceran sepanjang catatan sejarah, serta kontraksi lebih buruk dari yang diantisipasi dalam produksi industri. Kenaikan defisit fiskal dan ketidakseimbangan dalam neraca transaksi berjalan, memperlihatkan tantangan internal yang mempengaruhi kepercayaan investor terhadap kemampuan perekonomian India untuk tumbuh. Selain itu, adanya pemilihan umum dalam beberapa bulan mendatang, menciptakan kebingungan dan skeptisisme dalam kondisi politik di India.

Tingkat pertumbuhan PDB India sebesar 4,4 persen dan 4,8 persen masing-masing pada triwulan pertama dan kedua dari tahun finansial 2013/2014. Pertumbuhan pada setengah tahun pertama 2013/2014 sebesar 4,6 persen. Naiknya pertumbuhan PDB disebabkan oleh lonjakan produksi sektor pertanian dan sektor listrik, gas, dan air bersih. Musim hujan meningkatkan hasil pertanian sehingga belanja konsumen pedesaan tumbuh. Hal ini diharapkan akan terus terjadi pada satu atau dua triwulan berikutnya. Hasil pertanian tumbuh 4,6 persen pada triwulan II tahun 2013, meningkat signifikan dari 2,7 persen pada triwulan sebelumnya. Sedangkan produksi sektor listrik, gas, dan air bersih mencapai pertumbuhan tertinggi dari sub-sektor lainnya, yaitu 7,7 persen. Namun, sektor manufaktur terus menjadi hambatan pada pertumbuhan PDB secara keseluruhan akibat hasil manufaktur hanya naik sebesar 1,0 persen. Di sisi lain, produksi sektor jasa pada triwulan II tahun 2013 melambat, yaitu 5,9 persen, dari 6,6 persen pada periode sebelumnya.

Harga pangan yang meningkat tajam mendorong inflasi ritel menjadi 11,2 persen pada bulan November tahun 2013 dari sebelumnya 10,17 persen pada bulan Oktober. Namun pada bulan Desember tahun 2013, tingkat inflasi ritel mengalami penurunan sedikit menjadi 9,9 persen disebabkan harga sayuran mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut menjadikan kenaikan harga pangan pada bulan Desember tahun 2013 melambat menjadi 12,2 persen, setelah periode November tahun 2013 sebesar 14,7 persen. Harga pangan menjadi hal yang sensitif di India, karena banyaknya kemiskinan ekstrim di banyak daerah, walaupun kelas menengah melonjak naik sebesar 14,7persen pada tahun 2013. Dibawah Rajan, bank sentral India menjadikan perang terhadap inflasi sebagai prioritas karena dampaknya yang sangat besar terhadap kaum miskin. Kenaikan

(23)

sehingga impor masih tinggi. Hal tersebut membuat neraca transaksi berjalan India tetap mengalami defisit, walaupun mengalami penurunan. Pada triwulan II tahun 2013, defisit transaksi berjalan India sebesar USD 5,2 miliar atau 1,2 persen dari PDB – terendah sejak triwulan I tahun 2009. Periode sebelumnya, triwulan I tahun 2013, defisit transaksi berjalan mencapai USD 21,8 miliar atau 4,9 persen dari PDB.

Pertumbuhan yang buruk dan tantangan ekonomi mempengaruhi sentimen konsumen dan bisnis. Menurut survei yang diadakan bank sentral India, kepercayaan konsumen berkurang pada bulan September tahun 2013, dengan sekitar 60 persen responden mengestimasi bahwa kondisi ekonomi akan memburuk. Indeks Ekspektasi Bisnis turun di bawah ambang batas dari 100-97,3 untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, menunjukkan bahwa bisnis sangat pesimis tentang prospek ekonomi dan prospek investasi. Naiknya suku bunga dan kenaikan yang dirasakan dalam biaya keuangan eksternal berdampak pada keputusan investasi, sedangkan persepsi margin keuntungan berlanjut tetap negatif. Goldman Sachs memperkirakan pertumbuhan investasi melambat sebesar untuk 1,2 persen tahun fiskal ini, menyeret turun pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan menjadi 4,3 persen.

Kabar baiknya adalah, India memiliki banyak penduduk usia muda dan beragam populasi, dengan kelompok berpenghasilan menengah berkembang dengan cepat, sehingga memberikan perekonomian dengan potensi pasar yang besar serta sumber daya produktif untuk melayani pasar. Jika populasi ini dikelola secara efektif, India memiliki kemampuan untuk mengembangkan model pertumbuhan mandiri dan mengurangi ketergantungan pada pasar global. Ketersediaan pendidikan yang berkualitas, reformasi tenaga kerja, dan inklusi keuangan dapat membantu perekonomian menuai keuntungan dari pertumbuhan populasi.

Selain itu, keuangan India relatif lebih kuat dari negara-negara lainnya. Utang keseluruhan publik negara itu terhadap PDB telah menurun sejak tahun 2006 dan saat ini 66 persen dari PDB, yang hanya 46 persen dipegang oleh pemerintah pusat. Beban utang eksternal India juga rendah, hanya 5,2 persen dari utang jangka pendek.

Pada Januari 2014, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India, yaitu 5,4 persen pada tahun 2014 dan 6,4 persen pada tahun 2015. Sedangkan ADB melalui Asian Development Outlook Desember 2013 tidak mengubah estimasi negara India yang sebelumnya diterbitkan pada bulan Oktober 2013. Pertumbuhan ekonomi India diproyeksikan tetap berada di angka 4,7 persen pada tahun 2013 dan 5,7 persen pada tahun 2014.

(24)

Perekonomian Jepang

Perekonomian Jepang yang terus stagnan mendorong pemerintah di bawah Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe telah merilis kebijakan baru yang dikenal sebagai Abenomics. Tujuannya hanya satu, meraih target inflasi sekitar 2 persen. Selama tahun 2013, kebijakan Abenomics memiliki dampak yang cukup sukses pada pertumbuhan ekonomi Jepang, kepercayaan diri, dan inflasi. Untuk pertama kali dalam enam tahun, pemerintah Jepang secara jelas menyatakan bahwa perekonomian nasional negara tersebut “mulai pulih.” Pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2013 sebesar 1,7 persen, meningkat dari tahun 2012 yang sebesar 1,4 persen.

Pencapaian paling besar pada tahun 2013 berasal dari rilis data inflasi oleh pemerintah Jepang dimana secara tahunan indeks harga konsumen (IHK) pada bulan Desember tahun 2013 mencapai 1,3 persen. Keberhasilan meraih inflasi tersebut sekaligus menandai kinerja perekonomian Jepang telah keluar dari jerat deflasi. Kinerja inflasi tersebut juga tercatat melampaui ekspektasi pasar sebesar 1,2 persen. Laju inflasi Jepang kali ini juga tercatat sebagai yang tertinggi dalam lima tahun. Tingkat inflasi kali ini juga dinilai sebagai selangkah lebih dekat menuju target ambisius pemerintah Jepang yang ingin merangsang perekonomiannya, dengan inflasi sebesar 2,0 persen.

Namun, setelah disesuaikan dengan inflasi, pendapatan rumah tangga terus menurun. Pendapatan riil rata-rata rumah tangga upah produktif tahun 2013 turun 1,3 persen dari tahun lalu. Ini mencerminkan bahwa, meskipun terjadi kenaikan harga, bisnis tidak merespons dengan kenaikan upah. Jika tren ini berlanjut, akan ada implikasi negatif bagi pengeluaran rumah tangga. Selain itu, kurangnya inflasi upah menandakan inflasi Jepang sekarang hanya sementara. Inflasi tidak bisa hanya mengandalkan yen menurun untuk dipertahankan. Perlu ada tekanan upah juga. Pemerintah telah menekan perusahaan untuk meningkatkan upah dan telah berjanji untuk memberlakukan undang-undang yang akan menawarkan insentif bagi kenaikan upah.

Walaupun upah tidak mengalami peningkatan, tingkat pengangguran pada bulan Desember tahun 2013 juga turun menjadi 3,7 persen, terendah dalam enam tahun terakhir. Tingkat pengangguran Jepang pada tahun 2013 menurun menjadi 4,0 persen. Penurunan tingkat pengangguran Jepang tahun 2013 merupakan penurunan tahunan ketiga secara beruntun. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran Jepang mencapai 4,3 persen.

(25)

sebesar 15,3 persen akibat adanya peningkatan permintaan mobil dan baja, sedangkan impor meningkat lebih tinggi sebesar 24,7 persen. Dalam beberapa tahun terakhir, impor energi Jepang meningkat setelah semua reaktor nuklir ditutup pascatsunami dan gempa bumi tahun 2011. Impor volume LNG Jepang meningkat 2 persen pada 2013 dibanding tahun sebelumnya namun nilainya naik sampai 18 persen. Nilai yen yang terus melemah menjadi penyebabnya. Mata uang yang lemah dapat menarik pembeli asing dan meningkatkan keuntungan eksportir dengan pendapatan dari luar negeri. Namun mata uang yang lemah juga mengakibatkan harga impor yang mahal dan mempengaruhi neraca perdagangan. Kelemahan yen belum cukup kuat untuk memberi dampak positif kepada eksportir kecil dan menengah.

Jepang terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade tahun 2020. Banyak yang mengkhawatirkan hal tersebut. Biaya pembangunan Olimpiade bakal memperparah krisis utang pemerintah Jepang. Memasuki bulan Oktober tahun 2013, pemerintah Jepang harus mengatasi utang-utangnya. Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, mengatakan akan terjadi kenaikan pajak. Pemerintah bakal menaikkan PPh dari 5 persen menjadi 8 persen yang berlaku pada April 2014. Selanjutnya, Jepang juga bertekad menaikan PPh menjadi 10 persen pada Oktober tahun 2015. Di akhir Juni tahun 2013, utang Jepang mencapai angka 1.000 triliun Yen atau sekitar USD 10,46 triliun. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), utang Jepang bakal mencapai 245 persen dari total produk domestik bruto (PDB) pada akhir tahun 2013. Ini adalah rasio utang tertinggi di seluruh dunia.

Pada tahun fiskal 2013, beban utang Jepang menyedot anggaran belanja negara. Dalam setahun, Jepang harus mengeluarkan 22,2 triliun Yen untuk membayar bunga utang. Jumlah ini setara dengan setengah dari pendapatan pajak negara. Beban bunga utang juga mencakup 24 persen dari total anggaran pemerintah. Kemudian, rasio utang yang sangat besar mempengaruhi yield obligasi pemerintah. Yield obligasi Jepang tenor 10 tahun kini telah menyentuh posisi terendah sepanjang masa di level 0,3 persen. Selama lima tahun terakhir, rata-rata yield obligasi Jepang sebesar 1,1 persen.

Pada Januari 2014, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 2014 dari 1,3 persen menjadi 1,7 persen. Namun, proyeksi pertumbuhan Jepang pada tahun 2015 dari IMF turun 0,2 persen dari 1,2 persen menjadi 1,0 persen. Sementara itu ADB juga menaikkan estimasi pertumbuhan ekonomi Jepang pada 2014 menjadi 1,6 persen, setelah sebelumnya diprediksikan 1,4 persen.

(26)

Perekonomian Singapura

Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan ekonomi Singapura mencatat pertumbuhan sebesar 3,7 persen pada 2013, lebih baik dari perkiraan sebelumnya, yaitu 3,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Singapura tahun ini terbantu oleh pemulihan ekonomi AS dan Eropa. Prospek kawasan Asia masih positif, tapi terdapat beberapa masalah dan ketegangan antar wilayah yang menghambat, seperti persengkataan wilayah antara Singapura dan Malaysia dan perselisihan Korea Selatan dan Korea Utara.

Singapura telah mengalami pertumbuhan begitu pesat selama beberapa dekade. Menurut IMF, Singapura dikategorikan negara maju. Namun ketimpangan antara orang kaya dan orang miskin semakin melebar. Menurut data pemerintah Singapura, pada tahun 2013, setidaknya ada 105.000 rumah tangga miskin di Singapura. Angka ini sama dengan satu dari 10 rumah tangga (sekitar 387.000 orang) hidup dalam kemiskinan. Penghasilan mereka per bulan “hanya” SGD 1.323 dan sebanyak 114.0000 penduduk hanya menghasilkan uang SGD 805. Padahal pendapatan rata-rata per capita Singapura mencapai SGD 52.305 setahun, dimana merupakan salah satu tertinggi di dunia. Selain itu, pekerja di Singapura pada umumnya membutuhkan minimal SGD 1.400-1.500 per bulan untuk mengatasi biaya hidup. Ekonom menyarankan pemerintah Singapura untuk segera menetapkan garis kemiskinan resmi dan upah minimum untuk mengatasi masalah ini.

Salah satu hal yang menjadi faktor pendorong pertumbuhan Singapura adalah sektor pariwisata. Otoritas pariwisata Singapura (Singapore Tourism Board/STB) mencatat rekor jumlah wisatawan sebanyak 15,5 juta pengunjung pada tahun 2013, naik 7,2 persen dari tahun sebelumnya. STB juga melaporkan pendapatan dari pariwisata mencapai angka tertinggi SGD 23,5 miliar, meningkat 1,6 persen dari tahun 2012. Selain adanya dua resor kasino dan Universal Studios theme park pertama di Asia Tenggara, Singapura memang selalu menjadi tempat berlangsungnya acara-acara internasional, seperti lomba balap motor Formula F1. Kunci keberhasilan pariwisata Singapura adalah tingkat kejahatan yang rendah dan kebersihan kotanya.

Isu yang sedang berkembang di Singapura saat ini adalah pemerintah Singapura terus memperketat masuknya tenaga kerja asing, di tengah ketidakpuasan di kalangan warga Singapura atas besarnya kehadiran asing di negara kota kecil itu, sebesar 5,4 juta orang pada tahun 2013. Sementara itu, hanya 3,8 juta orang yang merupakan warga negara dan penduduk tetap Singapura. Pihak berwenang secara

(27)

pertama kali mencoba untuk merekrut warga lokal sebelum mempekerjakan pekerja profesional asing.

Pada tahun 2009, laporan harga rumah di tengah suku bunga rendah menimbulkan kekhawatiran adanya gelembung perumahan di Singapura sehingga pemerintah berusaha untuk membatasi bisnis properti. Singapura mengeluarkan aturan baru pada bulan Juni tahun 2013, yaitu mengatur bagaimana lembaga keuangan memberikan kredit properti kepada individu, selain pembatasan termasuk pajak baru dan pembayaran down-payment (DP) lebih tinggi. Akibatnya, harga rumah di Singapura pada triwulan empat tahun 2013 turun untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun. Penurunan nilai perumahan di pinggiran kota Singapura sebesar 1 persen. Indeks harga properti residensial swasta turun 0,9 persen pada bulan Desember tahun 2013. Penjualan rumah di Singapura turun 72 persen menjadi 565 unit pada bulan Desember tahun 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 2.028 unit.

Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia

Rata-rata harga minyak mentah pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 104,5 per barrel menurun dibandingkan dengan rata-rata harga minyak triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 107,4 per barrel. Harga minyak mentah Brent pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 109,4 per barrel atau menurun dari rata-rata harga triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 110,1 per barel. Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah WTI dengan harga sebesar USD 97,4 per barrel pada triwulan IV tahun 2013 dibandingkan dengan harga pada triwulan III tahun 2013 yang mencapai USD 105,8 per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah Dubai pada triwulan IV tahun 2013 meningkat dibandingkan harga minyak mentah Dubai pada triwulan sebelumnya. Harga minyak mentah Dubai pada triwulan IV tahun 2013 sebesar USD 106,7 per barrel atau meningkat dibandingkan harga minyak mentah Dubai pada triwulan III tahun 2013 sebesar USD 106,2 per barrel.

Harga minyak mentah dunia pada tahun 2013 menurun dibandingkan harga minyak mentah dunia pada tahun 2012. Rata-rata harga minyak mentah dunia pada tahun 2013 sebesar USD 104,1 per barrel lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harga minyak mentah dunia pada tahun 2012 yang mencapai USD 105,0 per barrel. Harga minyak mentah dunia yang dikeluarkan oleh Brent dan Dubai juga menunjukkan penurunan harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah Brent pada tahun 2013 sebesar USD 108,9 per barrel atau menurun sebesar USD 3,9 per barrel dibandingkan harga minyak mentah Brent pada tahun 2012. Harga minyak mentah Dubai pada tahun 2013 sebesar USD 105,4 per barrel atau menurun sebesar USD 108,9 per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI

(28)

pada tahun 2013 justru meningkat USD 3,7 per barrel dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Penurunan harga minyak mentah dunia didorong oleh peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat (AS). Kelanjutan shutdown AS pada awal Oktober 2013 dan pulihnya kegiatan produksi minyak di Teluk Meksiko yang sempat terhambat akibat adanya Badai Karen memicu penurunan harga minyak. Pada akhir November 2013, pasokan minyak AS meningkat hingga 500 ribu barrel.

Tidak hanya di AS, peningkatan pasokan minyak di sejumlah negara OPEC juga mendorong penurunan harga minyak dunia. Pencapaian kesepakatan Iran atas penghentian penggunaan nuklir juga meningkatkan pasokan minyak yang mendorong harga minyak menurun. Meskipun sudah mulai membaik, perlambatan ekonomi dunia juga memicu penurunan harga minyak mentah. Permintaan dari AS dan Cina yang melambat akibat melemahnya manufaktur menyebabkan harga minyak menjadi turun.

Seiring dengan penurunan harga minyak dunia, dari dalam negeri, ICP pada triwulan IV tahun 2013 juga mengalami penurunan. Pada triwulan IV tahun 2013, ICP mencapai USD 106,1 per barrel atau lebih rendah USD 0,3 per barrel dibandingkan dengan ICP triwulan III tahun 2013. Penurunan juga terjadi pada ICP tahun 2013 yang sebesar USD 105,9 per barrel lebih rendah dibandingkan dengan ICP tahun 2012 sebesar USD 112,7 per barrel.

Tabel 3. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Rata-Rata Tahunan Rata-rata Triwulan Rata-rata Bulanan

Harga Minyak Mentah Dunia 2012 2013 2012 2013 2013

Q3 Q4 Q3 Q4 Okt Nov Des

Crude Oil (Rata-rata) 105,0 104,1 102,8 101,9 107,4 104,5 105,4 102,6 105,5 Crude Oil; Brent 112,0 108,9 110,0 110,5 110,1 109,4 109,5 108,1 110,7 Crude Oil; Dubai 108,9 105,4 106,2 107,2 106,2 106,7 106,3 105,9 107,9 Crude Oil; WTI 94,2 97,9 92,2 88,1 105,8 97,4 100,5 93,9 97,9 Indonesian Crude Price Oil 112,7 105,9 108,5 107,8 106,4 106,1 106,4 104,7 107,2 Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

(29)

Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

(30)

 Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2013 tumbuh 5,7 persen (YoY), atau tumbuh 5,8 persen (YoY) sepanjang tahun 2013.

 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2013 mengalami surplus USD 4,4 miliar dan sepanjang tahun 2013 defisit NPI mencapai USD -7,3 miliar.

(31)

Perekonomian Indonesia mengalami tekanan berat sepanjang tahun 2013 akibat terjadinya perlambatan ekonomi global. Perlambatan ekonomi global mengakibatkan berkurangnya permintaan ekspor komoditas Indonesia serta menurunnya harga komoditas dunia sehingga defisit neraca transaksi berjalan semakin melebar. Pada tahun 2014, perekonomian global diperkirakan akan membaik. Perbaikan kondisi ekonomi global diharapkan dapat menopang ekonomi Indonesia baik dari sisi perdagangan maupun finansial. Sementara itu, Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia pada tahun 2014 diharapkan dapat semakin mendorong pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya belanja Pemilu.

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Perekonomian Indonesia masih terjaga pada triwulan IV tahun 2013 dengan pertumbuhan mencapai 5,7 persen (YoY) dan tumbuh 5,8 persen (YoY) sepanjang tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 yang mencapai 6,3 persen (YoY). Perlambatan ekonomi global menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga terus mengalami perlambatan selama tiga tahun terakhir.

Gambar 3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2001-2013 (persen)

(32)

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun 2013 didorong terutama oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,3 persen (YoY) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2012 yang besarnya 9,6 persen (YoY). Pertumbuhan yang tinggi juga dicapai oleh sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh 6,8 persen (YoY) meskipun melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2012 yang tumbuh 7,7 persen (YoY). Sektor konstruksi tumbuh sebesar 6,2 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, namun melambat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2012 yang besarnya 8,2 persen (YoY). Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh 6,6 persen (YoY) atau melambat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2012 yang tumbuh 7,1 persen (YoY).

Pertumbuhan sektor jasa yang besarnya 5,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013 sama dengan pertumbuhan sektor jasa pada triwulan IV tahun 2012. Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2013 pertumbuhan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan dan hanya mampu tumbuh 5,3 persen (YoY) atau melambat 1,0 persen dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2012, akibat penurunan subsektor pupuk, kimia, dan barang dari karet yang besarnya 4,2 persen (YoY), serta subsektor kertas dan barang cetakan yang besarnya 0,3 persen (YoY). Meskipun tumbuh rendah, sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 3,9 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2012 yang hanya mampu tumbuh 0,6 persen (YoY). Hal ini didorong oleh pertumbuhan pertambangan bukan migas sebesar 8,2 persen (YoY) serta pertumbuhan pertambangan minyak dan gas bumi sebesar -0,4 persen (YoY), yang menunjukkan berkurangnya defisit pertambangan minyak dan gas bumi. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 3,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2013, sementara pada triwulan IV tahun 2012 sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan hanya mampu tumbuh 2,1 persen (YoY).

(33)

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012-2013Menurut Lapangan Usaha (YoY)

MENURUT LAPANGAN USAHA 2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Kumulatif Q1 Q2 Q3 Q4 Kumulatif

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

dan Perikanan 4,6 4,2 5,6 2,1 4,2 3,7 3,3 3,3 3,8 3,5

Pertambangan dan Penggalian 2,5 3,2 0,0 0,6 1,6 0,1 -0,6 2,0 3,9 1,3

Industri Pengolahan 5,5 5,2 5,9 6,3 5,7 6,0 6,0 5,0 5,3 5,6

Listrik, Gas, dan Air Bersih 5,5 6,4 6,0 7,1 6,2 7,9 4,0 3,8 6,6 5,6

Konstruksi 7,1 6,7 7,6 8,2 7,4 6,8 6,6 6,2 6,7 6,6

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,8 8,8 7,2 7,8 8,1 6,5 6,4 6,1 4,8 5,9

Pengangkutan dan Komunikasi 10,0 9,9 10,4 9,6 10,0 9,6 10,9 9,9 10,3 10,2

Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 6,4 7,1 7,5 7,7 7,1 8,2 7,7 7,6 6,8 7,6

Jasa-Jasa 5,5 5,8 4,5 5,3 5,2 6,5 4,5 5,6 5,3 5,5

Pertumbuhan PDB 6,3 6,3 6,2 6,2 6,3 6,0 5,8 5,6 5,7 5,8

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perlambatan ekonomi pada tahun 2013 dipicu oleh melambatnya pertumbuhan hampir seluruh sektor di Indonesia. Sementara itu, hanya tiga sektor yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh 10,2 persen (YoY); sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan yang tumbuh 7,2 persen (YoY); dan sektor jasa-jasa yang tumbuh 5,5 persen (YoY).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2013 masih ditopang oleh pengeluaran untuk konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,3 persen (YoY), sedikit melambat dibandingkan pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan IV tahun 2012 yang tumbuh 5,4 persen (YoY). Perlambatan ini terjadi akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan tumbuh 4,5 persen (YoY), sementara untuk bukan makanan tumbuh 5,9 persen (YoY). Konsumsi pemerintah juga tumbuh tinggi 6,4 persen (YoY). Terjadinya bencana alam di Indonesia mendorong belanja barang tumbuh 8,0 persen (YoY) yang dialirkan untuk dana bantuan sosial.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV tahun 2013 kembali mengalami perlambatan yang hanya tumbuh sebesar 4,4 persen (YoY), akibat nilai tukar rupiah yang masih melemah yang mengakibatkan harga impor cenderung lebih mahal, permintaan baik di dalam maupun di luar negeri yang belum membaik, serta tingkat suku bunga Bank Indonesia yang meningkat hingga mencapai 7,5 persen. Impor mesin dan perlengkapan serta alat angkutan luar negeri terus mengalami penurunan dengan pertumbuhan mesin dan perlengkapan

(34)

luar negeri sebesar -0,4 persen (YoY) dan alat angkutan luar negeri sebesar -18,7 persen (YoY). Sementara itu, ekspor barang dan jasa semakin membaik dengan pertumbuhan 7,4 persen (YoY), tumbuh jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2012 yang pertumbuhannya hanya mencapai 0,5 persen (YoY). Pemulihan ekspor Indonesia turut didorong oleh kebijakan pemerintah yang efektif seperti kebijakan bebas bea masuk impor untuk barang pendorong ekspor, diversifikasi pasar tujuan ekspor, dan sebagainya serta melemahnya nilai tukar rupiah. Berbeda dengan ekspor, pertumbuhan impor barang dan jasa hanya sebesar-0,6 persen (YoY) atau menurun dibandingkan triwulan IV tahun 2012 sebesar 6,8 persen (YoY).

Jika dibandingkan dengan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran pada keseluruhan tahun 2013 mengalami perlambatan terutama dari sektor PMTB yang hanya mampu tumbuh 4,7 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB tahun 2012 yang mencapai 9,7 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak didorong oleh sektor konsumsi dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh lebih tinggi 3,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya hingga mampu tumbuh 4,9 persen (YoY) serta konsumsi rumah tangga yang mencapai 5,3 persen (YoY) atau sama dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Pemulihan ekonomi global berdampak baik bagi pertumbuhan ekspor Indonesia yang mampu tumbuh 5,3 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor Indonesia pada tahun 2012 yang besarnya 2,0 persen. Pemerintah juga berhasil menekan impor yang melambat dan hanya mampu tumbuh 1,2 persen (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan impor Indonesia pada tahun 2012 yang besarnya 6,7 persen (YoY).

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012-2013 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

MENURUT JENIS PENGELUARAN

2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Kumulatif Q1 Q2 Q3 Q4 Kumulatif

Konsumsi Rumah Tangga 4,9 5,2 5,6 5,4 5,3 5,2 5,1 5,5 5,3 5,3

Pengeluaran Pemerintah 6,5 8,7 -2,8 -3,3 1,3 0,4 2,2 8,9 6,4 4,9

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,9 12,0 9,7 7,5 9,7 5,5 4,5 4,5 4,4 4,7

Ekspor Barang dan Jasa 8,2 2,6 -2,6 0,5 2,0 3,6 4,8 5,2 7,4 5,3

Impor Barang dan Jasa 8,9 11,3 -0,2 6,8 6,7 0,0 0,7 5,1 -0,6 1,2

Pertumbuhan PDB 6,3 6,3 6,2 6,2 6,3 6,0 5,8 5,6 5,7 5,8

(35)

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun 2013 mencapai 109,6 basis poin yang menunjukkan optimisme masyarakat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 110,8 basis poin, peningkatan konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan dengan nilai indeks sebesar 108,5 basis poin dan rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dengan nilai indeks sebesar 108,3 basis poin. Meskipun demikian, tingkat optimisme konsumen lebih rendah dibandingkan dengan triwulan III tahun 2013 yang mencapai 112,0.

Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan IV Tahun 2013 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2012 2013

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pendapatan rumah tangga 107,4 108,5 111,1 106,4 106,0 109,3 112,1 110,8 Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari 111,6 113,1 114,5 118,4 105,4 108,0 109,7 108,3 Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging,

ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

98,1 104,1 107,0 101,7 100,8 105,2 115,0 108,5

Indeks Tendensi Konsumen 106,5 108,8 111,1 108,6 104,7 108,0 112,0 109,6

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sepanjang tahun 2013, tingkat optimisme konsumen meningkat pada triwulan I-III tahun 2013, namun menurun pada triwulan terakhir tahun 2013. Variabel pembentuk ITK pada triwulan IV tahun 2013 bergerak lebih lambat dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya akibat melemahnya nilai tukar rupiah dan masih tingginya tingkat inflasi. Sementara itu, optimisme konsumen menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang dapat dilihat dari meningkatnya ITK secara YoY sepanjang tahun 2013.

(36)

Gambar 4. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012- Triwulan IV Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia kembali meningkat pada bulan Desember 2013. IKK pada bulan Desember 2013 yang besarnya 116,5 lebih tinggi dibandingkan dengan IKK pada bulan November 2013 yang besarnya 114,3. Kenaikan IKK terutama didorong oleh meningkatnya optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, baik saat ini maupun enam bulan mendatang. Indeks ketersediaan lapangan kerja meningkat dari 90,2 pada bulan November 2013 menjadi 98,5 pada bulan Desember 2013. Kenaikan IKK juga turut dipengaruhi oleh penghasilan saat ini yang besarnya 127,7 pada bulan Desember 2013 dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang besarnya 108,7 pada bulan Desember 2013.

Sementara itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit mengalami penurunan pada bulan Desember 2013, yaitu besarnya 121,3, lebih rendah dibandingkan dengan IEK pada bulan November 2013 yang besarnya 121,4. Menurunnya optimisme terhadap penghasilan dan kegiatan usaha enam bulan mendatang dan menurunnya optimisme terhadap kegiatan usaha berkontribusi terhadap penurunan IEK pada bulan Desember 2013. Namun, optimisme terhadap ketersediaan lapangan kerja yang meningkat menjadi 104,7 menahan laju penurunan IEK lebih dalam.

(37)

Tabel 7. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia April-Desember 2013

KETERANGAN 2013

Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 113,4 112,8 117,1 108,6 107,8 107,1 109,5 114,3 116,5

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 105,6 108,4 112,1 105,8 104,8 105,7 105,3 107,2 111,6 Penghasilan saat ini 125,7 130,3 129,4 121,8 125,1 127,9 126,1 125,9 127,7 Ketersediaan lapangan kerja 90,6 91,7 97,4 89,0 83,8 84,5 86,8 90,2 98,5 Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama 100,5 103,1 109,4 106,5 105,6 104,9 103,0 105,6 108,7

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 121,2 117,2 122,0 111,4 110,8 108,6 113,7 121,4 121,3 Ekspektasi Penghasilan 140,3 137,4 141,3 133,9 133,1 133 137,6 139,9 137,5 Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 102,6 99,4 106,5 94,2 91,6 91,0 96,0 101,2 104,7 Ekspektasi Kegiatan Usaha 120,6 114,7 118,3 106,1 107,7 101,6 107,6 123,1 121,6

Sumber: Bank Indonesia

Trend kenaikan IKK terjadi pada bulan Oktober-Desember 2013. Kenaikan IKK dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian Indonesia meskipun nilai tukar rupiah masih melemah dan tingkat inflasi masih tinggi. Pada bulan Oktober 2013, IKK sempat menurun sebesar 8,4 persen (YoY). IKK pada bulan November 2013 membaik dengan penurunan sebesar 4,8 persen (YoY). IKK semakin membaik pada bulan Desember 2013 yang tumbuh 0,1 persen (YoY).

Gambar 5. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari-Desember 2013

(38)

Perkembangan Konsumsi Kendaraan Bermotor

Pada triwulan IV tahun 2013, konsumsi mobil di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada bulan Oktober 2013, konsumsi mobil di Indonesia berjumlah 112,0 ribu unit atau menurun empat ribu unit dibandingkan dengan konsumsi mobil pada bulan September 2013. Konsumsi mobil kembali mengalami penurunan pada bulan November 2013 yang hanya berjumlah 111,8 ribu unit. Pada bulan Desember 2013, konsumsi mobil di Indonesia hanya berjumlah 97,7 ribu unit. Meskipun terus mengalami penurunan, konsumsi mobil pada bulan Oktober-Desember 2013 masih tumbuh secara YoY masing-masing 5,0; 7,8; dan 9,2 persen.

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Mobil Januari-Desember 2013

Sumber: Gaikindo, diolah

Pertumbuhan konsumsi mobil pada tahun 2013 secara keseluruhan mengalami perlambatan. Sepanjang tahun 2013, konsumsi mobil di Indonesia berjumlah 1,2 juta unit atau tumbuh 10,2 persen (YoY) dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan konsumsi mobil pada tahun 2012 yang mencapai 24,8 persen (YoY).

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) menargetkan konsumsi mobil pada tahun 2014 akan mencapai 1,3 juta unit atau tumbuh 8,3 persen (YoY) dibandingkan dengan tahun 2013. Target ini berada di tengah masa sulit yang sedang dialami oleh industri otomotif di Indonesia akibat perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan suku bunga perbankan yang tinggi. Selain

(39)

Perkembangan Produksi dan Konsumsi Semen

Pada triwulan IV tahun 2013, produksi semen mengalami peningkatan. Produksi semen pada bulan Oktober 2013 meningkat 219,7 ribu ton dari bulan September 2013. Meskipun sempat menurun pada bulan November 2013, produksi semen kembali meningkat pada bulan Desember 2013 dengan jumlah produksi sebesar 5.261,7 ribu ton. Pertumbuhan produksi semen pada bulan Oktober 2013 sebesar 8,6 persen (YoY) merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan November 2013 yang besarnya 5,1 persen (YoY) dan bulan Desember 2013 yang besarnya 5,3 persen (YoY).

Sepanjang tahun 2013, produksi semen Indonesia sebesar 55.286,1 ribu ton atau meningkat 6,2 persen (YoY). Peningkatan produksi semen Indonesia didorong oleh pembangunan dan peningkatan pabrik-pabrik semen yang ada di Indonesia. Perkembangan jumlah pabrik semen di Indonesia ini dapat meningkatkan ekspor semen hingga 1,5-2 juta ton pada tahun 2014 atau melonjak dibandingkan dengan ekspor semen Indonesia pada tahun 2013 yang hanya mencapai 650-700 ribu ton.

Gambar 7. Perkembangan Produksi Semen Indonesia Januari-Desember 2013

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sementara itu, konsumsi semen di Indonesia juga meningkat pada triwulan IV tahun 2013. Jumlah konsumsi semen pada triwulan IV tahun 2013 mencapai 16.498,7 ribu ton atau lebih tinggi 2.400,7 ribu ton dibandingkan dengan jumlah konsumsi semen pada triwulan III tahun 2013. Sepanjang triwulan IV tahun 2013, konsumsi semen tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013 dengan jumlah konsumsi semen sebesar 5.611,4 ribu ton atau tumbuh 8,1 persen (YoY). Pada bulan November 2013, konsumsi semen menurun menjadi 5.592,9 ribu ton atau

(40)

tumbuh 6,8 persen (YoY). Konsumsi semen kembali menurun pada bulan Desember 2013 menjadi 5.294,5 ribu ton atau tumbuh 3,5 persen (YoY).

Keseluruhan tahun 2013, konsumsi semen Indonesia mencapai 54.969,5 ribu ton atau tumbuh 14,5 persen (YoY). Peningkatan konsumsi semen di Indonesia seiring dengan peningkatan kebutuhan semen nasional yang didorong oleh pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 2014, kebutuhan semen di Indonesia diperkirakan akan semakin meningkat karena pemerintah sedang mengupayakan percepatan pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur. Meskipun demikian, konsumsi semen pada tahun 2014 dapat terhambat akibat kenaikan suku bunga Bank Indonesia menjadi 7,5 persen dan aturan uang muka kredit untuk rumah kedua.

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Semen Indonesia Januari-Desember 2013

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2013 mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya yang mencapai surplus USD 4,4 miliar. Surplus NPI didorong oleh semakin menurunnya defisit neraca transaksi berjalan sebesar USD -4,0 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit neraca transaksi berjalan triwulan III tahun 2013 sebesar USD -8,5 miliar. Selain itu, neraca transaksi modal dan finansial juga mengalami surplus lebih besar dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV tahun 2013, surplus neraca transaksi modal dan finansial sebesar USD 9,2 miliar, sementara pada triwulan III tahun 2013 surplus neraca transaksi modal dan finansial sebesar USD 5,6 miliar. Sejalan dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada triwulan

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)
Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)
Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2012-2013 (persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)  MENURUT JENIS
Tabel 6. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2012-Triwulan IV Tahun 2013 Menurut Sektor dan  Variabel Pembentuknya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mewujudkan upaya-upaya tersebut dalam rangka menunjang kegiatan para anggotanya (Promosi Anggota) , perusahaan koperasi pada organisasi yang didirikan oleh

Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan, pengumpulan dan analisis data berdasarkan petunjuk yang ada. Tahap ini merupakan langkah yang dilakukan penulis untuk

Senada dengan pendapat di atas Kaelan (2002: 137) menjelaskan nilai sebagai kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir atau batin. Manfaat

Bahan yang telah dipotong kemudian dikirim ke bagian pengepressan, yang berfungsi untuk memberikan bentuk bahan menjadi tutup botol sesuai dengan jenis tutup

Pada dasarnya, teknik watermarking adalah nambahkan kode identifikasi secara per- manen ke dalam data digital. Kode identifikasi tersebut dapat berupa teks, gambar, suara, atau

a) Buat empat buah kuadran sebagai tempat menggambar hasil proyeksi. b) Buat garis diagonal 45 0 miring ke kanan di kuadran III. c) Buat gambar pandangan atas di kuadran

Langkah selanjutnya adalah dilakukan penilaian KPI pada setiap kriteria dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada expert dengan menggunakan skala likert

Lima informan mengatakan bahwa SADARI penting untuk dilakukan karena SADARI merupakan suatu cara untuk mendeteksi dini adanya kanker payudara dan mengetahui perkembangan