• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menggunakan tenses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menggunakan tenses"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini berupaya meningkatkan kemampuan menggunakan tenses bahasa Inggris siswa tunanetra dengan menerapkan strategi Think-Talk-Write (TTW). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penggunaan PTK bertujuan untuk mengkaji proses pembelajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaaran dalam mewujudkan tujuan-tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (2008) bahwa:

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dalam proses pembelajaran tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan seorang observer (pengamat). Kolaborasi ini diartikan sebagai kerjasama antara pelaku tindakan dengan observer. Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah seorang guru bahasa inggris yang bernama Dudung Rustiawan, S.Pd. Peranan seorang observer dalam PTK ini adalah untuk mengamati segala kegiatan dan peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.

A. Setting Penelitian

Dalam setting penelitian ini akan dibahas tentang deskripsi subjek penelitian dan deskripsi sekolah tempat penelitian, yaitu sebagai berikut :

(2)

1. Deskripsi Subjek Penelitian a. Subjek Pelaku Tindakan

Subjek pelaku tindakan adalah peneliti sendiri yang berperan sebagai guru Bahasa Inggris kelas XI Bahasa SMALB-A.

b. Subjek Penerima Tindakan

Subjek penerima tindakan dalam penelitian ini adalah siswa tunanetra kelas XI bahasa SMALB di SLBN A Kota Bandung yang berjumlah 3 siswa. Adapun data siswa kelas XI bahasa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data Siswa Tunanetra Kelas XI Bahasa No Nama Siswa Jenis

Kelamin Usia (thn) 1 AR L 18 2 EN P 19 3 RD L 18

Alasan memilih kelas XI Bahasa SMALB-A sebagai subjek penerima tindakan adalah berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa siswa tunanetra kelas XI Bahasa masih rendah dalam penggunaan tenses bahasa inggrisnya.

2. Sekolah Tempat Penelitian Dilakukan

Nama sekolah tempat peneliti melakukan penelitian yaitu Sekolah Luar Biasa Negeri A Bandung yang berlokasi di Jl. Pajajaran no. 50.

B. Siklus Tindakan

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan penggunaan tenses siswa tunanetra SMALB SLBN – A Bandung dalam pembelajaran bahasa Inggris

(3)

Memeriksa dilapangan Perencanaan: Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Observasi/pengaruh Pelaksanaan Tindakan 1 Refleksi

Revisi perencanaan Rencana Baru Tindakan 2 Tindakan 3

Pelaksanaan Tindakan 2

Observasi Refleksi

Revisi perencanaan Rencana Baru Tindakan 3 Pelaksanaan Tindakan 3 Identifikasi Masalah Observasi Refleksi Dan seterusnya S i k l u s 1 S i k l u s 3 S i k l u s 2

dengan menerapkan Strategi TTW. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model alur penelitian tindakan kelas menurut Lewin yang direvisi oleh Elliot (Wiriaatmadja, 2006: 64), yaitu:

Gambar 3.1

(4)

Secara lebih lengkap kegiatan penelitian yang dilakukan yaitu: 1. Kegiatan Awal

Orientasi lapangan atau memeriksa dilapangan untuk identifikasi permasalahan, dilakukan melalui:

a. Wawancara terhadap guru bidang studi bahasa Inggris di SMALB SLBN – A Bandung untuk mengetahui tingkat kemampuan penggunaan tenses awal siswa tunanetra SMALB SLBN – A Bandung pada umumnya dan untuk mengetahui metode, model maupun strategi yang digunakan pembelajaran bahasa Inggris di SMALB SLBN – A Bandung.

b. Observasi lapangan mengenai kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SMALB SLBN – A Bandung.

2. Persiapan Pra-Tindakan

a. Penyusunan persiapan pembelajaran meliputi penentuan bahan ajar, pembuatan program pembelajaran dan penyusunan instrument penelitian, kemudian mendiskusikannya dengan dosen pembimbing.

b. Penetapan kelas sebagai subyek penelitian. Berdasarkan pertimbangan dari guru bidang studi bahasa inggris, maka kelas yang akan dijadikan subyek penelitian adalah XI Bahasa SMALB SLBN – A Bandung.

c. Observasi terhadap kelas yang akan dijadikan subyek penelitian. Hal yang diamati meliputi aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa inggris yang biasa dilakukan. Kemudian dilakukan wawancara terhadap guru bidang studi tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dan untuk mengetahui

(5)

kemampuan penggunaan tenses awal siswa tunanetra yang akan dijadikan subyek penelitian.

d. Pelaksanaan pretes. Pretes dilakukan kepada siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, untuk mengetahui kemampuan penggunaan tenses awal siswa sebelum dilakukan tindakan.

3. Pelaksanaan Tindakan a. Langkah Pembelajaran

1) Tindakan pembelajaran siklus I sampai siklus III : Sub Pokok Bahasan yang dipelajari sama yaitu future continuos tense bentuk positive, negative, yes-no question dan wh-word question serta penggunaanya.

2) Secara umum langkah pembelajaran yang diambil yaitu; Siswa diberikan suatu permasalahan, kemudian memikirkan solusi atau jawaban dari permasalahan tersebut dan membuat catatan kecil. Setelah itu, siswa berdiskusi kelas dengan cara menyampaikan pendapatnya mengenai solusi atau jawaban dari permasalahan itu, dan siswa lain diberikan kesempatan untuk menyanggah atau menambahkan terhadap pendapat temannya. Selanjutnya siswa mencatat atau membuat kesimpulan dari hasil diskusi tersebut..

3) Peneliti bertindak sebagai guru yang didampingi oleh dua orang observer. 4) Melakukan tes formatif disetiap akhir siklus.

5) Melakukan observasi disetiap siklus. Observasi dilakukan oleh satu orang observer yang bertugas mengamati aktivitas-aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sesuai dengan pedoman observasi yang disediakan peneliti.

(6)

6) Jika pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus selesai dilaksanakan, penulis menganalisis dan merefleksi hasil tindakan pada setiap siklus sebagai bahan pertimbangan pada siklus berikutnya.

7) Setelah keseluruhan siklus selesai dilaksanakan, dilakukan tes sub sumatif. Kemudian dilakukan wawancara terhadap guru dan siswa tentang pembelajaran bahasa Inggris dengan menerapkan strategi TTW.

b. Mengolah dan Menganalisis Data yang Diperoleh dengan Cara: 1) Mengolah dan menganalisis nilai tes siswa

2) Mengolah dan menganalisis hasil observasi 3) Mengolah dan menganalisis hasil wawancara

4) Mengolah dan menganalisis peningkatan kemampuan penggunaan tenses bahasa Inggris siswa tunanetra.

5) Mengolah, menganalisis dan merefleksikan keseluruhan hasil tindakan. c. Membuat Kesimpulan Hasil Penelitian

C. Teknik Pengumpulan Data

Prinsip pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan kelas (Supardi, 2008:127). Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:

(7)

Tes yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes tertulis, yaitu siswa diminta mengerjakan soal yang berbentuk uraian. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam menggunakan tenses bahasa Ingris. Tes terdiri dari pretest, tes formatif dan tes subsumatif.

2. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, “observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra” (Arikunto, 2002: 133). Teknik ini digunakan untuk mengamati dan mencatat secara jelas dan rinci tentang kegiatan – kegiatan atau peristiwa yang terjadi didalam kelas, serta perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. keuntungan penggunaan teknik observasi yaitu dapat diketahui sikap dan perilaku individu, kegiatan – kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

3. Wawancara

Teknik ini dilakukan dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada guru bidang studi dan siswa sebagai responden secara langsung. Pertanyaan yang ditanyakan kepada guru bidang studi dipandu oleh rambu-rambu wawancara sebagai panduan agar wawancara berlangsung secara efektif dan efisien serta dapat memperoleh informasi yang diharapkan. Sedangkan wawancara dengan siswa dilakukan dengan cara mengundang beberapa siswa untuk ditanyai tentang masalah yang ada kaitanya dengan urutan kegiatan, minat dalam mengikuti

(8)

pembelajaran, dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan strategi TTW.

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap siklus diolah dan dianalisis sebagai berikut: 1. Menganalisis Tes

Data yang diperoleh dari pretes, tes formatif dan tes sub sumatif (postes) dianalisis dan diberi skor, dengan skor minimum 0, dan skor maksimum 20 . Setiap skor yang diraih siswa mencerminkan kemampuan siswa dalam menggunakan tenses. Cara pemberian skor yang dilakukan seperti tercantum dalam lampiran A-6.

Analisis yang akan dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penggunaan tenses siswa tunanetra, diantaranya:

a. Untuk mengetahui peningkatan penggunaan tenses siswa tunanetra pada setiap siklus, dilakukan dengan menghitung peningkatan (gain) antara nilai pretes dengan nilai formatif pada setiap siklus. Nilai pretes yang diambil disesuaikan dengan materi yang diberikan pada setiap siklusnya. Dari nilai gain kemudian dihitung persentase nilai gain yang positif (meningkat), yang menunjukan persentase jumlah siswa yang kemampuannya meningkat.

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penggunaan tenses siswa dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Akan dianalisis dengan membandingkan nilai tes formatif I dengan nilai tes formatif II, dan nilai tes formatif II akan dibandingkan dengan nilai tes formatif III, tujuannya untuk melihat peningkatan

(9)

kemampuan penggunaan tenses siswa dari satu siklus ke siklus berikutnya. Untuk mengetahui persentase peningkatan kemampuan penggunaan tenses dihitung menggunakan rumus: % 100 x siswa seluruh jumlah meningkat nilainya yang siswa jumlah meningkat persentase =

b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Penggunaan tense berdasarkan keseluruhan tindakan yang dilakukan, akan dihitung gain aktual antara nilai pretes dengan nilai tes sub sumatif. Gain aktual yaitu nilai tes sub sumatif dikurangi nilai pretes.

c. Selain itu, untuk mengetahui peningkatan kemampuan penggunaan tenses secara kualitatif dari keseluruhan tindakan pembelajaran, akan dihitung indeks gain antara nilai pretes dan tes sub sumatif. Indeks gain yang diperoleh akan diinterpretasikan, menggunakan interpretasi menurut Hake. Menurut Hake (Marzuki, 2006: 59), indeks gain (gain ternormalisasi menurut Meltzer) adalah proporsi antara gain aktual (postes-pretes) dengan gain maksimal yang dapat dicapai. Rumus yang digunakan yaitu:

etes Maksimum Skor etes Postes Gain Indeks Pr Pr − − =

Kemudian indeks gain yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria indeks gain menurut Hake, apakah indeks gain termasuk kategori tinggi, sedang atau rendah.

Kriteria indeks gain (g) adalah: g > 0,7 : tinggi

(10)

g≤0,3 : rendah

Kemudian akan dihitung persentase setiap kriteria pada setiap siklus dengan menggunakan rumus:

% 100 x Siswa seluruh Jumlah Kriteria setiap Siswa Jumlah Kriteria Persentase =

Setiap perhitungan persentase pada analisis tes, akan diinterpretasikan menggunakan kategori persentase berdasarkan pendapat Kuntjaraningrat (Amalia, 2006: 27) seperti pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.2

Klarifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Besar persentase Interpretasi

0% Tidak ada 1%-25% Sebagian kecil 26%-49% Hampir setengahnya 50% Setengahnya 50%-75% Sebagian besar 76%-99% Pada umumnya 100% Seluruhnya

Target tindakan pembelajaran yang dilakukan adalah standar ketuntasan belajar mengajar. Siswa dikatakan tuntas belajar jika sedikitnya 65% materi diserap, dan ketuntasan belajar secara klasikal dikatakan baik apabila sedikitnya 85% dari jumlah siswa mencapai tingkat ketuntasan belajar. Apabila yang mencapai ketuntasan belajar 70% maka dikatakan cukup, sedangkan apabila kurang dari 60% disebut kurang.

Daya Serap = x100% maksimum skor subjek total skor

Persentase ketuntasan belajar secara klasikal: 65x100% n

s

(11)

Keterangan:

s≥65 adalah Jumlah siswa yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 65 dalam skala 100

n adalah Jumlah Siswa

2. Menganalisis Lembar Wawancara

Data yang terkumpul ditulis dan diringkas berdasarkan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini.

3. Observasi

Pengamatan untuk aktivitas siswa menggunakan kategori baik (B), Cukup (C) dan kurang (K) untuk setiap aktivitas siswa selama pembelajaran.

Pengamatan untuk aktivitas guru menggunakan kategori ya dan tidak untuk setiap aktivitas guru selama pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

lubang bekas galian ini akan mengakibatkan daya tahan lahan atau tanah berkurang,. sehingga sangat mudah

Fazlollahtabar, Hamed., (2011), A Heuristic Methodology For Assembly Line Balancing Considering Stochastic Time and Validity Testin, Springer.. Hakansson, Johan., (2008), A

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh dari segi pelayanan, produk, dan fasilitas dengan menggunakan metode skala Likert konsumen menyatakan puas, sedangkan