40
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Perusahaan
PT. JM Mutu Utama, didirikan pada bulan Desember 1999 oleh Bapak H. Jakaria. PT. JM Mutu Utama adalah bidang usaha perdagangan dan manufaktur terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang kimia pengeboran minyak seperti pengeboran lumpur, produksi semen, pengolahan air, stimulasi, pemecahan, baja industri, dan lain - lain.
Seiring dengan meningkatnya permintaan dari customer PT. JM Mutu Utama berkembang pesat dari tahun ke tahun. Saat ini PT. JM Mutu Utama memiliki ± 100 karyawan tetap di pabrik utama bagian Tangerang dan bagian gudang, serta meliki cabang gudang penyimpanan didaerah Jakarta untuk memunuhi permintaan yang berada di wilayah Jawa Barat, Surabaya untuk memunuhi permintaan yang berada di wilayah Jawa Timur, Medan untuk memunuhi permintaan yang berada di wilayah Sumatra serta Balikpapan dan Samarinda untuk memunuhi permintaan yang berada di wilayah Kalimantan Timur.
PT. JM Mutu Utama telah berkembang pesat di Pasar Indonesia dan Area Asia. PT. JM Mutu Utama memberikan layanan produk bermerek , layanan respon cepat, pengiriman tepat waktu dan harga bersaing. PT. JM Mutu Utama telah menikmati reputasi tinggi di Pasar Indonesia dan menerima lebih banyak pesanan.
41
4.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. JM Mutu Utama adalah struktur organisasi garis, dimana perintah mengalir secara garis lurus dari atas kebawah. Adapun struktur organisasi PT. JM Mutu Utama adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. JM Mutu Utama
Berdasarkan gambar 4.1. dapat diuraikan secara sederhana sebagai berikut : 1. Direktur Perusahaan.
1. Pimpinan perusahaan memegang kedali perusahaan dan membuat perencanaan aktivitas perusahaan secara menyeluruh.
2. Sebagai perwakilan perusahaan dalam berhubungan dengan pihak luar Melakukan koordinasi dan memberikan tugas kepada bawahan dalam melaksanakan tugas.
3. Mengontrol perkembangan perusahaan secara umum.
Direktur
Manager
Operasional Pabrik Keuangan
KABAG. HRD KABAG. UMUM KABAG. PEMBELIAN KABAG. MARKETING KABAG. QC KABAG. PRODUKSI KABAG. MAINTANCE KABAG. GUDANG FINANCE PAJAK ACCOUNTING
STAFF STAFF STAFF STAFF STAFF KOORDINATOR STAFF STAFF
KABAG. LABORATORIUM
42 2. Manager Perusahaan .
1. Membantu pimpinan dalam pembuatan perencanaan aktivitas secara menyeluruh dengan memberikan pertimbangan data yang relevan. 2. Mewakili pimpinan dalam berhubungan dengan pihak luar jika
pimpinan tidak dapat hadir.
3. Menggantikan tugas pimpinan dalam hal koordinasi dengan bawahan jika pimpinan sedang menjalankan tugas diluar.
3. Bagian Operasional.
1. Melakukan perencanaan pembelian materialdalam satu periode.
2. Melakukan pembelian material yang dibutuhkan dan mempetimbangkan jenis, harga dan kualitas barang yang akan di beli. 3. Bekerja sama dengan bagian umum dalam hal pembayaran kebutuhan
materialyang sudah dibeli.
4. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan materialyang akan di produksi.
4. Bagian Pabrik.
5. Mengatur kelancaran dari proses produksi yang berjalan.
1. Mengontrol proses produksi dan mengawasi kualitas hasil produksi. 2. Menyelesaikan proses produksi sesuai dengan standart yang berlaku. 6. Bagian Keuangan.
1. Mengatur mengenai urusan perpajakan perusahaan. 2. Membuat laporan keuangan dan pembukuan perusahaan. 7. Bagian HRD.
1. Melakukan penerimaan dan perekrutan tenaga kerja baru.
2. Melakukan pengawasan perkembangan kemampuan tenaga kerja. 3. Memberikan pelatihan terhadap tenaga kerja
8. Bagian Umum.
1. Melakukan pengawasan yang berhubungan dengan pegawai dan tugasnya.
2. Mengelola keuangan perusahaan termasuk penagihan piutang dan pembayaran upah.
43 9. Bagian Pembelian.
Melakukan persediaan material dengan pembelian ke supplier. 10. Bagian Pemasaran.
1. Melakukan pengawasan mengenai distribusi produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
2. Melayani pemesanan dari konsumen. 11. Bagian Quality Control.
Melakukan pengawasan yang berkaitan dengan kualitas dari produk yang telah diproduksi akan kesesuaian dengan standart perusahaan yang sudah di tetapkan.
12. Bagian Laboratorium
1. Pengembangkan metode pengujian/kalibrasi dan atau produksi dalam skala terbatas menggunakan peralatan dan bahan yang ada dilaboratorium
2. Peningkatan mutu produk dalam skala laboratorium 13. Bagian Produksi.
1. Melaksanakan kegiatan produksi di lantai produksi.
2. Mempersiapkan mesin produksi agar siap sebelum digunakan. 14. Bagian Maintenance.
1. Melakukan perawatan terhadap mesin-mesin yang digunakan. 2. Melakukan perbaikan jika ada mesin yang rusak.
15. Bagian Gudang.
1. Melakukan persiapan material untuk kegiatan produksi, 2. Melakukan pengaturan inventory produk jadi.
4.1.2 Karyawan PT JM Mutu Utama
Tenaga kerja di PT JM Mutu Utama sebagian besar adalah warga sekitar lokasi perusahaan di tambah pendatang dari daerah-daerah lain di jawa timur dengan total jumlah karyawan ± 100 karyawan. Jam kerja pada PT JM Mutu Utama di berikan dengan maksud sebagai pendisiplinan sehingga karyawan dapat bekerja pada waktu yang telah di tetapkan oleh perusahaan. Berikut adalah pengaturan jam kerja pada PT JM Mutu Utama.
44 1. Jam kerja Staff atau kantor.
a. Hari senin sampai jum’at : 08.00 – 17.00 b. Hari sabtu : 08.00 – 16.00 2. Jam kerja untuk bagian produksi.
a. Hari senin sampai jum’at. : 07.00 – 17.00 b. Hari sabtu : 07.00 – 16.00
4.1.3 Deskripsi Produk dan Proses Produksi JM 385 AGM ( Demulsifier )
JM 385 AGM ( Demulsifier ) adalah bahan kimia atau chemical yang berfungsi untuk memecahkan emulsi minyak dan air. PT JM Mutu Utama mengambil sampel dari Crude Oil dari customer. Bahan demulsifier yaitu pelarut n-heptana dan toluene digunakan untuk uji % BS&W (Basic Sediment and Water), analisis turbiscan dan analisis kandungan menggunakan asphaltene. Pelarut xilina, mixed alkhol ( butanol, propanol dan methanol ) untuk uji salt content. NaOH ( 12 M, 001 M, 0,0001 M ) dan HCL ( 9 M, 0,01 M, 0,0001 M ) digunakan untuk pengaturan pH.
Pengujian demulsifikasi dilakukan dengan metode bottle test. Botol diisi dengan 100 ml sampel crude oil, lalu dipanaskan pada suhu 800
1. Seleksi Demulsifier
Dari beberapa jenis demulsifier akan dipilih 3 demulsifier terbaik. Masukan masing – masing larutan demulsefier ke dalam toluena 10 % (v/v ), dilakukan uji bottle test untuk mendapakan kualitas minyak (BS&W), kecepatan pemisahan air ( Fast Water Drop ), total pemisahan air (total water drop ).
2. Uji campuran 2 Demulsefier
Uji senergi 2 demulsifier dilakukan untuk mencari pasangan demulsifier yang dapat membentuk sinergi, sehingga dapat meningkatkan daya kerja pada proses demulsifikasi. Uji senergi ini dilakukan dengan membuat kombinasi dari 3 unggulan dengan perbandingan volume 70 : 30, lalu diukur nilai ( BS&W ) sebagai ukuran kualitas minyak.
3. Uji senergi lanjutan
Uji sinergi lanjutan ini dilakukan dengan mengkombinasikan 3 demulsifier dengan perbandingan volume 50:30:20. Berdasarkan nilai % BS&W ditentukan
45
kombinasi terbaik. Selanjutnya dari kombinasi terbaik tersebut dilakukan optimasi dengan memvariasikan perbandingan volume campuran 60:30:10, 60:20:20, 70:20:10, dan 70:15:15. Selanjutnya ditentukan formula terbaik.
4. Uji variasi volume Demulsifier
Setelah formula terbaik didapatkan, lalu dilakukan uji variasi volume demulsifier yang di injeksikan pada crude oil yaitu 10, 20, 40, 60, 80, 100, 150, dan 200 ml. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan volume optimum dari proses demulfikasi crude oil.
5. Uji variasi PH
Setelah didapatkan formula terbaik dilakukan uji pH terhadap proses demulfikasi. Demulfikasi dilakukan dengan pH pada 1, 3, 5, 7, 9, 11 dan 13.
4.1.4 Jalur GreenSupply Chain PT JM Mutu Utama
Jalur green supply chain menerangkan mengenai jalur green supply chain PT JM Mutu Utama dari hulu hingga ke hilir. Adapun jalur green supply chain PT JM Mutu Utama adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Jalur green supply chain PT. JM Mutu Utama
Jalur green supply chain yang ada pada PT JM Mutu Utama dari hulu hingga ke hilir, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pertama perusahaan memberikan data demand (permintaan produk) dari depertement marketing kepada departemen Produksi.
2. Kemudian bagian produksi mengeluarkan surat permintaan barang atau material kepada departemen pembelian.
HULU HILIR
46
3. Selanjutnya departemen pembelian mengurus pengadaan barang atau material yang dibutuhkan tersebut hingga sampai ke perusahaan
4. Selanjutnya barang atau material tersebut dikirim ke departemen warehouse untuk dilakukan penyimpana sementara.
5. Kemudian bagian produksi mengeluarkan surat permintaan barang atau material kepada departemen warehouse bahan baku.
6. Selanjutnya departemen warehouse bahan baku mengurus pengadaan barang atau material yang dibutuhkan departemen produksi
7. Selanjutnya barang atau material tersebut dikirim ke departemen produksi untuk dilakukan proses produksi terhadap barang atau material tersebut. 8. Setelah produk sudah selesai diproduksi hingga tahap packaging, produk
tersebut disimpan sementara pada warehouse.
9. Selanjutnya produk tersebut dikirim ke gudang cabang untuk didistribusikan ke customer.
4.1.5 Pengukuran Kinerja Perusahaan Saat ini
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang penelitian ini, bahwa selama ini perusahaan tidak mempunyai sistem pengukuran kinerja yang jelas, pengukuran kinerja hanya diukur berdasarakan keuntungan finansial saja tanpa adanya suatu penilaian atau study yang jelas yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan
4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pengerjaan skripsi meliputi data primer dan sekunder. Dimana data primer meliputi : data supplier, jenis limbah, KPI dan kusioner . Data sekunder meliputi data profil perusahaan, bahan baku, proses produksi, transportasi, pengiriman produk dan material reject. Beberapa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat dibawah ini.
47
4.2.1 Data Volume Produksi JM 385 AGM ( Demulsifier )
Salah satu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume produksi produk JM 385 AGM ( Demulsifier ). Data ini digunakan untuk pengukuran aktual indikator, P.1.1 yaitu mengenai prosentase produk yang diproduksi untuk memenuhi pesanan.
Tabel 4.1 volume produksi Demulsifier.
Bulan Target (Btl) Aktual (Btl)
Mei 240.250 235.731
Juni 240.250 240.250
Juli 240.250 237.725
Agustus 240.250 234.271
4.2.2 Data Jumlah Bahan Baku
Data jumlah kebutuhan material digunakan pada pengukuran aktual indikator S.1.1., S.1.2., S.1.3., yaitu tentang jumlah permintaan bahan baku, tingkat ketepatan material yang datang, dan kesesuaian jumlah material yang dibutuhkan serta untuk pengukuran aktual indikator R.4.1. Prosentase Barang Bekas ( scrap ) yang tidak dapat didaur ulang dari total scrap material yang ada serta R.4.2. Prosentase Barang Bekas ( scrap ) yang dapat didaur ulang dari total scrap material yang ada.
Tabel 4.2. Jumlah kebutuhan material
Bulan Jumlah ( Kg ) Scrap Recycle
(Kg) Scrap non Recycle (Kg) Mei 1925 10,98 5,79 Juni 2225 20,23 9,23 Juli 2025 11.28 6,86 Agustus 1825 9,75 4,45
48
4.2.3 Data Kecacatan dan Total Limbah Yang Dihasilkan.
Data ini digunakan untuk pengukuran aktual indikator M.1.1 yaitu Prosentase kecacatan pada saat proses produksi.
Tabel 4.3. tabel jumlah kecacatan
Bulan Jumlah (Btl)
Januari 150
Februari 210
Maret 98
April 154
Data total limbah yang dihasilkan digunakan untuk pengukuran indikator M.4.2. dan M.4.3. yaitu banyaknya jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan.
Tabel 4.4. jumlah limbah padat yang dihasilkan
LIMBAH PADAT
Bulan Jumlah (kg) Recycle (%)
Mei 219 100
Juni 342 100
Juli 297 100
Agustus 283 100
Tabel 4.5. Jumlah limbah cair yang dihasilkan
LIMBAH CAIR
Bulan Jumlah (Liter)
Mei 1914
Juni 2100
Juli 1982
49
4.2.4 Data Pengiriman Pesanan.
Data ini digunakan untuk pengukuran aktual indikator D.1.1., D.1.2. yaitu tetang ketepatan jumlah barang dan waktu yang di kirim untuk memenuhi pesanan dan pengukuran aktual indikator R.1.1. jumlah unit yang diembalikan karena tidak sesuai standart.
Tabel 4.6. pengiriman pesanan.
Bulan Total Pengiriman (Btl) frekuensi Pengiriman Keterlambatan Tepat Jumlah (%) Return Mei 235.731 8 - 100 89 Juni 240.250 8 2 100 95 Juli 237.725 8 - 100 75 Agustus 234.271 8 1 100 69
4.2.5 Data Jumlah Komplain Terhadap Perusahaan.
Data ini digunakan untuk pengukuran aktual indikator kode R.2.1 yaitu mengenai pelanggaran terkait lingkungan dalam praktek bisnis perusahaan data ini merupakan jumlah komplain yang dilakukan masyarakat terhadap perusahaan terkait lingkungan dalam praktek bisnisnya.
Tabel 4.7 Komplain perusahaan terhadap PT. JM Mutu Utama
Bulan Jumlah Komplain
Mei 2
Juni 1
Juli 3
Agustus 1
4.2.6 Data Jumlah Penggunaan Sumber Daya
Data ini digunakan untuk pengukuran aktual indikator kode M.1.2 dan D.4.1. yaitu energi yang digunakan untuk memproduksi 1 unit produk dan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk delivery.
50
Tabel 4.8 jumlah penggunaan sumber daya.
Bulan Listrik (Kwh) BBM (L)
Mei 30.036 2674
Juni 34.032 2931
Juli 31.196 3190
Agustus 29.188 2759
Data – data diatas merupakan data-data yang digunakan dalam penelitian ini untuk lebih lengkap nya dapat dilihat pada lampiran A
4.3 Pengolahan Data.
Pada sub bab pengolahan data berisikan langkah-langkah pengolahan data secara bertahap dalam pengerjaan skripsi. Penentuan sub bab atau sub bab bab telah disinkronisasikan dengan langkah-langkah flowchart penelitian serta tujuan pada bab 1. Adapun pengolahan data pada penelitian sebagai berikut.
4.3.1 Perancangan sistem pengukuran kinerja green supply chain sesuai kondisi perusahaan.
Tahap perancangan ini mempunyai out put berupa struktur hirarki pengukuran kinerja green supply chain yang mempertimbangkan konsep green SCOR dan kondisi yang ada pada perusahaan. Adapun tahap yang dilakukan antara lain : menentukan KPI berdasarkan kerangka model green SCOR, verifikasi KPI serta pembobotan KPI dengan metode AHP menggunakan software Expert Choice.
4.3.1.1 Identifikasi Kriteria-Kriteria Pada Kinerja Green Supply Chain
Management (GSCM).
Pengukuran kinerja green supply chain digambarkan dalam suatu model hirarki yang hampir menyerupai piramid. Hirarki tersebut memiliki tujuan utama yaitu memperoleh hirarki kinerja dimana setiap elemenya semakin kebawah maka semakin detail yang diamati. Dalam penentuan ini pengukuran kinerja green supply chain difokuskan kepada 5 proses utama supply chain green scor yaitu : plan, source, make, deliver dan return yang kemudian dijabarkan dalam 5
51
kemampuan dasar yaitu : reliability (keandalan), responsiveness (kecepatan merespon), flexibility (flexibilitas), cost (biaya), dan assets( aset ). Adapun lebih rincinya dapat dilhat pada gambar 4.3.
Performansi Supply Chain
Plan
Reliability Responsiveness Flexibility Assets
Make Source Deliver Return
Indikatir – indikator kinerja supply chain
Gambar 4.3. Hirarki awal pengukuran kinerja green supply chain
Adapun penjelesan gambar 4.3. 5 proses utama supply chain green scor jika dihubungkan dengan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Rencana (Plan)
Perencanaan dan manajemen permintaan/penyediaan.
a. Menyeimbangkan sumber daya dengan kebutuhan dan menetapkan / mengkomunikasikan rencana untuk seluruh rantai pasok.
b. Mengkonfigurasikan perencanaan produksi sesuai dengan target yang ditentukan perusahaan dengan permintaan pasar.
2. Sumber (Source)
Pengadaan produk persediaan (sourcing stocked), membuat menurut pesanan (make to order) dan rancangan menurut pesanan (engineer to order)
52
a. Menjadwalkan pengiriman, penerimaan, pemeriksaan dan transfer produk dari supplier.
b. Mengelola nilai kerja pemasok dan pemeliharaan data persediaan.
c. Mengelola persediaan,, produk yang datang, jaringan pemasok dan resiko sumber supply chain.
3. Buat (make)
Proses-proses yang mentransformasikan produk ke status jadi untuk memenuhi permintaan yang direncanakan atau yang aktual.
a. Kegiatan yang berhubungan dengan produksi, output dan menyiapkan produk dan lepas produk untuk dikirim . dengan tambahan persyaratan “hijau” (green) pada SCOR.
b. mengelola aturan kinerja, data produk dalam proses, peralatan dan fasilitas jaringan produksi.
4. Kirim (Delivery)
Manajemen pemesanan , gudang, transportasi dan instalasi untuk produk persediaan “buat menurut pesanan”.
a. Semua langkah manajemen pesanan dari pemrosesan pemesanan sampai dengan penyimpanan dan pengiriman.
b. Manajemen gudang dari penerimaan dan pengambilan produk. 5. Kembali (Return)
Pengembalian bahan baku dan penerimaan pengembalian dari produk jadi. a. Langkah pengembalian semua produk cacat dari sumber indentifikasi
kondisi produk.
b. Mengelola aturan bisnis pengembalian, kinerja, pengumpulan data, produk pengembalian, bahan baku pengembalian, transportasi, konfigurasi jaringan, dengan peritimbangan penanagan limbah pengembalian.
Selanjutnya kelima aspek manajemen dasar tersebut dijabarkan kedalam empat kemampuan dasar yaitu
Reability : berhubungan dengan performa rantai pasok dalam ketepatan pengadaaan bahan baku hingga pengiriman produk akhir,
53
Responsiveness : kemampuan rantai pasok dalam merespon aktivitas yang ada
pada supply chain
Flexibility : perfomansi supply chain untuk merespon perubahan yang terjadi sewaktu – waktu pada jalur rantai pasok dalam memenangkan persaingan pasar
assets (aset) : nilai keefektifan dari suatu organisasi untuk mengatur asetnya
yang berhubungan dengan aspek lingkungan untuk mendukung kepuasan permintaan
4.3.1.2 Penentuan Key Performance Indicator (KPI)
Model green scor dibagi menjadi lima proses manajemen yaitu: plan, make, source, deliver, dan return. Dari hal tersebut dapat diperoleh KPI yang ssesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Sesuai dengan penjelasan yang ada pada bab 1 bahwa perancangan pengukuran kinerja yang dilakukan hanya dalam lingkup / internal perusahaan yang dimaksud merupakan supply chain PT JM Mutu Utama yang dimulai dari supplier sampai dengan customer. Penentuan KPI dapat dilakunan dengan berdiskusi dan melakukan wawancara kepada team manajemen perusahaan yang terkait dengan prosesnya. Hasil diskusi dan wawancara dengan team manajemen dapat dirujuk dengan jurnal atau referensi sehingga diperoleh indikator kinerja untuk mengukur dari tingkat keberhasilan dari masing-masing prespektif
54
Gambar 4.4. model Green SCOR PT JM Mutu Utama.
Berdasarkan dari hasil gambar diatas dalam penentuan KPI dapat dilakukan dengan menggunakan cara berdiskusi, wawancara pada pihak manajemen yang berkaitan dengan masing-masing proses utama yang diantaranya adalah: dari bagian pabrik meliputi Kepala Bagian HRD, Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian Pembelian, Kepala Bagian Marketing, Kepala Bagian QC, Kepala Bagian Laboratorium, Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Maintanance, Kepala Bagian Gudang, Finance & Pajak dan Accounting. Hasil yang diperoleh dari diskusi serta wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen dan serta merujuk dari beberapa referensi ataupun sumber bisa ditentukan dari indikator kinerja yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan dari masing-masing prespektif, hasil yang diperoleh dari penentuan KPI berdasarkan green scor diperoleh 30 KPI yang bisa dilihat pada tabel 4.9.
Supplier
Plan
Reliability Responsiveness Flexibility Assets
Make Source Deliver Return
55
4.3.1.3 Penentuan Indikator-Indikator Awal Pengukuran Kinerja Green
Supply Chain.
Berdasarkan tujuan strategis yang dihasilkan diperoleh key performance indicator (KPI), diperoleh indikator- indikator seperti pada tabel 4.9 dibawah :
56
Tabel 4.9 Indikator Pengukuran Kinerja awal
No Level 1 Level 2 Tujuan Strategis Simbol KPI
1 PLAN
Reliability
Meningkatkan kesesuain jumlah perencanaan produksi dengan target perusahaan
P.1.1 Prosentase kesesuaian unit hasil produksi dengan target produksi
Responsiveness Meningkatkan respon pelanggan P.2.1 Prosentase tingkat pemesanan
pelanggan
Flexibility
Meningkatkan kemampuan flexibilitas perusahaan terhadap reschedule produksi
P.3.1
Lama waktu reschedule jadwal produksi yang diperlukan jika terjadi perubahan order
Assets(environment) Meningkatkan jumlah tenaga kerja yg
diberi pelatihan lingkungan P.4.1
prosentase jumlah tenaga kerja yang diberi pelatihan terkait lingkungan
2 SOURCE Reliability Jumlah material bahan baku yang
dapat dipenuhi oleh supplier S.1.1
Prosentase jumlah permintaan material bahan baku yang dipenuhi oleh supplier
57
Jumlah material bahan baku dari
supplier yang sesuai dengan standart S.1.2
Prosentase jumlah material bahan baku yang sesuai dengan standart Kesesuaian jumlah kebutuhan material
bahan baku terhadap kebutuhan produksi
S.1.3
Prosentase Tingkat ketepatan jumlah kebutuhan material yang di butuhkan
Responsiveness
Meningkatkan kemampuan responsiveness supplier untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku
S.2.1
Lama waktu yang dibutuhkan supplier dalam merespon permintaan hingga sampai
Flexibility
Meningkatkan flexibilitas supplier terhadap pemenuhan material bahan baku jika ada perubahan order
S.3.1
Prosentase jumlah material yang dapat dipenuhi supplier ketika terjadi perubahan order
Assets(environment) Mengurangi presentase berbahaya
material bahan baku pada persediaan S.4.1
Prosentase material berbahaya pada persediaan
3 MAKE Reliability
Meminimalisir produk yang cacat
karena proses produksi M.1.1
Prosentase produk cacat pada saat proses produksi
58
pada proses produksi berlangsung digunakan pada saat proses produksi
M.1.3 Tingkat efisiensi material yang dipakai pada saat proses produksi
Responsiveness
Meningkatkan kemampuan
responsiveness untuk efisiensi waktu mesin pada proses produksi
M.2.1 Lama waktu yang dibutuhkan memproduksi satu unit produk
Meningkatkan kemampuan
responsiveness untuk Meningkatkan hasil produksi
M.2.2
Lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi Jumlah produksi actual
Flexibility
Peningkatan flexibilitas jumlah produk yang bisa dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
M.3.1
Prosentase peningkatan fleksibilitas jumlah produk yang bisa diproduksi dalam kurun waktu tertentu
Assets(environment)
Menurunkan penggunaan energi pada
saat proses produksi berlangsung M.4.1
Energi total yang digunakan untuk memproduksi satu unit produk Menurunkan Kuantitas hasil limbah M.4.2 Jumlah limbah padat yang
59
produksi dihasilkan
M.4.3 Jumlah limbah cair yang dihasilkan
4 DELIVER
Reliability Meningkatkan order produk terkirim
tepat jumlah dan waktu
D.1.1 Prosentase order (ke distributor ) terkirim tepat jumlah
D.1.2 Prosentase order (ke distributor ) terkirim tepat waktu
Responsiveness
Kemampuan responsiveness dalam mengoptimalkan waktu produk diproduksi hingga produk di terima oleh distributor
D.2.1
Waktu yang dibutuhkan sejak adanya pesanan hingga produk sampai ke distributor
Flexibility
Meminimalkan waktu yang
dibutuhkan dalam pengiriman order tambahan
D.3.1 lama waktu yang diperlukan pada saat pengiriman order tambahan
Assets(environment) Menurunkan penggunaan bahan bakar
60 5
RETURN Reliability
Menurunkan prosentase jumlah unit produk yang dikembalikan karena tidak sesuai standart
R.1.1
prosentase unit produk yang dikembalikan karena tidak sesuai dengan standart
Responsiveness
Kemampuan merespon dalam meminimalisasi pelanggaran yang dilakukan perusahaan terkait isu lingkungan melalui respon masyarakat terhadap perusahaan
R.2.1
Banyaknya pelanggaran terkait lingkungan dalam praktek bisnis perusahaan
R.2.2
Banyaknya komplain dari
masyarakat sekitar berkaitan dengan persyaratan lingkungan dan
spesifikasi produk
Flexibility Meningkatkan jumlah yang bisa di
recovery akibat pengembalian dari
R.3.1 Jumlah unit produk yang dapat di repair akibat pengembalian
61 customer
Assets(environment)
Menurunkan jumlah limbah produk yang tidak bisa di daur akibat pengembalian dari
Customer
R.4.1 Jumlah limbah yang tidak bisa di daur ulang akibat pengembalian
Meningkatkan kualitas daur ulang limbah dari hasil pengembalian customer
R.4.2 Jumlah produk yang dapat dimanfaatkan kembali
62
4.3.1.4 Verifikasi Indikator Awal untuk dijadikan KPI (Key Performance Indicator).
Proses verifikasi indikator ini didasarkan pada hasil perancangan indikator awal pada tahap sebelumnya. Dari indikator-indikator awal yang dihasilkan dilakukan wawancara dengan manager dan staf yang berkompeten dibidangnya yaitu meliputi manajer, departemen logistik, produksi dan maintainance. Verifikasi dapat dihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 verifikasi Key Perfomance Indicator
No Level 1 Level 2 Tujuan Strategis Simbol KPI Verifikasi
1 PLAN
Reliability
Meningkatkan kesesuain jumlah perencanaan produksi dengan target perusahaan
P.1.1
Prosentase
kesesuaian unit hasil produksi dengan target produksi
Verifikasi
Responsiveness Meningkatkan respon
pelanggan P.2.1
Prosentase tingkat
pemesanan pelanggan Verifikasi
Flexibility Meningkatkan kemampuan flexibilitas perusahaan terhadap reschedule produksi P.3.1 Lama waktu reschedule jadwal produksi yang
diperlukan jika terjadi perubahan order
63 Assets(environment)
Meningkatkan jumlah tenaga kerja yg diberi pelatihan lingkungan
P.4.1
prosentase jumlah tenaga kerja yang diberi pelatihan terkait lingkungan
Verifikasi
2 SOURCE Reliability
Jumlah material bahan baku yang dapat dipenuhi oleh supplier
S.1.1
Prosentase jumlah permintaan material bahan baku yang dipenuhi oleh supplier
Verifikasi
Jumlah material bahan baku dari supplier yang sesuai dengan standart
S.1.2
Prosentase jumlah material bahan baku yang sesuai dengan standart
Verifikasi
Kesesuaian jumlah kebutuhan material bahan baku terhadap kebutuhan produksi S.1.3 Prosentase Tingkat ketepatan jumlah kebutuhan material yang di butuhkan Verifikasi
64 Responsiveness Meningkatkan kemampuan responsiveness supplier untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku
S.2.1
Lama waktu yang dibutuhkan supplier dalam merespon permintaan hingga sampai Verifikasi Flexibility Meningkatkan flexibilitas supplier terhadap pemenuhan material bahan baku jika ada perubahan order
S.3.1
Prosentase jumlah material yang dapat dipenuhi supplier ketika terjadi perubahan order Verifikasi Assets(environment) Mengurangi presentase berbahaya material bahan baku pada persediaan
S.4.1 Prosentase material berbahaya pada persediaan Verifikasi 3 MAKE Reliability Meminimalisir produk yang cacat karena proses produksi
M.1.1
Prosentase produk cacat pada saat proses produksi
65
Menurunkan penggunaan sumber daya pada proses produksi berlangsung
M.1.2
Tingkat Efisiensi mesin yang
digunakan pada saat proses produksi
Verifikasi
M.1.3
Tingkat efisiensi material yang dipakai pada saat proses produksi Verifikasi Responsiveness Meningkatkan kemampuan responsiveness untuk efisiensi waktu mesin pada proses produksi
M.2.1
Lama waktu yang dibutuhkan memproduksi satu unit produk Verifikasi Meningkatkan kemampuan responsiveness untuk Meningkatkan hasil M.2.2
Lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi Jumlah produksi actual
66 produksi
Flexibility
Peningkatan flexibilitas jumlah produk yang bisa dipenuhi dalam kurun waktu tertentu
M.3.1
Prosentase peningkatan
fleksibilitas jumlah produk yang bisa diproduksi dalam kurun waktu tertentu
Verifikasi
Assets(environment)
Menurunkan penggunaan energi pada saat proses produksi berlangsung
M.4.1
Energi total yang digunakan untuk memproduksi satu unit produk
Verifikasi
Menurunkan Kuantitas hasil limbah produksi
M.4.2 Jumlah limbah padat
yang dihasilkan Verifikasi
M.4.3 Jumlah limbah cair
yang dihasilkan Verifikasi
67 produk terkirim tepat jumlah dan waktu
distributor ) terkirim tepat jumlah
D.1.2
Prosentase order (ke distributor ) terkirim tepat waktu Verifikasi Responsiveness Kemampuan responsiveness dalam mengoptimalkan waktu produk diproduksi hingga produk di terima oleh distributor D.2.1 Waktu yang dibutuhkan sejak adanya pesanan hingga produk sampai ke distributor Verifikasi Flexibility Meminimalkan waktu yang dibutuhkan dalam pengiriman order tambahan
D.3.1
lama waktu yang diperlukan pada saat pengiriman order tambahan
Verifikasi
Assets(environment) Menurunkan penggunaan
bahan bakar pada proses
68
pengiriman untuk delivery
5 RETURN
Reliability
Menurunkan prosentase jumlah unit produk yang dikembalikan karena tidak sesuai standart
R.1.1
prosentase unit produk yang
dikembalikan karena tidak sesuai dengan standart Verifikasi Responsiveness Kemampuan merespon dalam meminimalisasi pelanggaran yang dilakukan perusahaan terkait isu lingkungan melalui respon masyarakat terhadap perusahaan R.2.1 Banyaknya pelanggaran terkait lingkungan dalam praktek bisnis perusahaan Verifikasi
69 R.2.2 Banyaknya komplain dari masyarakat sekitar berkaitan dengan persyaratan lingkungan dan spesifikasi produk Verifikasi Flexibility Meningkatkan jumlah yang bisa di recovery akibat pengembalian dari customer
R.3.1
Jumlah unit produk yang dapat di repair akibat pengembalian
Verifikasi
Assets(environment)
Menurunkan jumlah limbah produk yang tidak bisa di daur akibat
R.4.1
Jumlah limbah yang tidak bisa di daur ulang akibat pengembalian
70 pengembalian dari customer
Meningkatkan kualitas daur ulang limbah dari hasil pengembalian customer
R.4.2
Jumlah produk yang dapat dimanfaatkan kembali
71
4.3.1.5 Tipe KPI
Tipe KPI dibagi menjadi 3 yaitu Large the better, Smaller the better, Nominal is better. Pada tipe KPI Large the better semakin besar nilai nya maka kinerjanya semakin baik. Tipe KPI smaller the better semakin kecil nilainya maka kinerja nya semakin baik, sedangkan Terakhir tipe KPI nominal is better biasanya di tetapkan suatu nilai nominal tertentu semakin mendekati nilai kualitas tersebut maka kinerjanya semakin baik. Pada penelitian ini KPI ditetapkan pada target realistis di setiap KPI nya. Jika target realistis pada KPI tersebut bernilai tinggi maka tipe KPI tersebut large the better, hasil pemetaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Tipe KPI
No Simbol KPI Type KPI
1 P.1.1 Prosentase kesesuaian unit hasil
produksi dengan target produksi Nominal is better 2 P.2.1 Prosentase tingkat pemesanan
pelanggan Large The Better
3 P.3.1
Lama waktu reschedule jadwal produksi yang diperlukan jika terjadi perubahan order
Smaller The Better
4 P.4.1 prosentase jumlah tenaga kerja yang
diberi pelatihan terkait lingkungan Large The Better
5 S.1.1
Prosentase jumlah permintaan material bahan baku yang dipenuhi oleh supplier
Large The Better
6 S.1.2 Prosentase jumlah material bahan
baku yang sesuai dengan standart Large The Better 7 S.1.3 Prosentase Tingkat ketepatan jumlah
kebutuhan material yang di butuhkan Large The Better
8 S.2.1
Lama waktu yang dibutuhkan supplier dalam merespon permintaan hingga sampai
72 9 S.3.1
Prosentase jumlah material yang dapat dipenuhi supplier ketika terjadi perubahan order
Large The Better
10 S.4.1 Prosentase material berbahaya pada
persediaan Smaller The Better
11 M.1.1 Prosentase produk cacat pada saat
proses produksi Smaller The Better
12 M.1.2 Tingkat Efisiensi mesin yang
digunakan pada saat proses produksi Large The Better 13 M.1.3 Tingkat efisiensi material yang
dipakai pada saat proses produksi Large The Better 14 M.2.1 Lama waktu yang dibutuhkan
memprodiksi satu unit produk Smaller The Better 15 M.2.2 Jumlah produksi aktual yang di
produksi Large The Better
16 M.3.1
Prosentase peningkatan fleksibilitas jumlah produk yang bisa diproduksi dalam kurun waktu tertentu
Large The Better
17 M.4.1 Energi total yang digunakan untuk
memproduksi satu unit produk Smaller The Better 18 M.4.2 Jumlah limbah padat yang dihasilkan Smaller The Better 19 M.4.3 Jumlah limbah cair yang dihasilkan Smaller The Better 20 D.1.1 Prosentase order (ke distributor )
terkirim tepat jumlah Large The Better 21 D.1.2 Prosentase order (ke distributor )
terkirim tepat waktu Large The Better
22 D.2.1
Waktu yang dibutuhkan sejak adanya pesanan hingga produk sampai ke distributor
Smaller The Better
23 D.3.1 lama waktu yang diperlukan pada saat
73
24 D.4.1 Jumlah bahan bakar untuk delivery Smaller The Better
25 R.1.1
prosentase unit produk yang dikembalikan karena tidak sesuai dengan standart
Smaller The Better
26 R.2.1
Banyaknya pelanggaran terkait lingkungan dalam praktek bisnis perusahaan
Smaller The Better
27 R.2.2
Banyaknya komplain dari masyarakat sekitar berkaitan dengan persyaratan lingkungan dan spesifikasi produk
Smaller The Better
28 R.3.1 Prosentase Jumlah unit produk yang
dapat di repair akibat pengembalian Large The Better 29 R.4.1 Jumlah limbah yang tidak bisa di daur
ulang akibat pengembalian Smaller The Better 30 R.4.2 Jumlah produk yang dapat
dimanfaatkan kembali Large The Better
4.3.1.6 Pembobotan Key Performance Indicator (KPI)
Pembobotan key performance indicator (KPI) bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan KPI yang ada. Model yang digunakan untuk proses pembobotan adalah dengan menggunakan analytical hierarchy process (AHP) yang proses pengolahannya dengan menggunakan software expert choice. Pembobotan dilakukan berdasarkan 3 level pada proses green supply yaitu level 1 terdapat 5 proses utama green supply chain yang terdiri dari proses plan, source, make, deliver dan return. Pada level 2 terdapat 4 aspek atau kemampuan dasar yang terdiri dari reliability, responsiveness, flexibility dan assets yang sesuai dengan kondisi perusahaan dimana pada level 3 terdapat 30 indikator.
74
Pada proses pembobotan data dikumpulkan dalam bentuk kuisioner. Kuisioner disebarkan pada pihak yang dianggap berkompeten didalam perusahaan yaitu mamanager umum. Setelah kuisioner itu dijawab, hasil kuisioner tersebut diolah menggunakan software expert choice untuk mengetahui bobot kepentingan green supply chain secara menyeluruh pada tiap indikator. Hasil pembobotan indikator kinerja dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Pembobotan KPI level 1 PT. JM Mutu Utama
No Kode Key Perfomance Indicator Bobot
1 P Plan 0,464 2 S Source 0,284 3 M Make 0,166 4 D Deliver 0,064 5 R Return 0,022 Total 1
Berdasarkan Tabel 4.12. diatas diketahui bahwa plan memiliki bobot sebesar 0,464, source memiliki bobot 0,284, make memiliki bobot 0,166, delivery memiliki bobot 0,064, yang terakhir yaitu return memiliki bobot sebesar 0,022.
75
Tabel 4.13 Hasil Pembobotan Key Performance Indicator level 2 PT. JM Mutu Utama
No Kode Key Performance
Indicator Bobot Awal Bobot Normalisasi 1 P.1 Reliability 0,538 0,250 P.2 Responsiveness 0,245 0,114 P.3 Flexibility 0,152 0,071 P.4 Assets 0,065 0,030 Total 1 0,464 2 S.1 Reliability 0,251 0,071 S.2 Responsiveness 0,506 0,144 S.3 Flexibility 0,163 0,046 S.4 Assets 0,080 0,023 Total 1 0,284 3 M.1 Reliability 0,544 0,090 M.2 Responsiveness 0,122 0,020 M.3 Flexibility 0,270 0,046 M.4 Assets 0,064 0,023 Total 1 0,166 4 D.1 Reliability 0,165 0,011 D.2 Responsiveness 0,494 0,032 D.3 Flexibility 0,285 0,018
76 D4 Assets 0,056 0,004 Total 1 0,064 5 R.1 Reliability 0,133 0,003 R.2 Responsiveness 0,565 0,012 R.3 Flexibility 0,241 0,005 R.4 Assets 0,061 0,001 Total 1 0,022
Berdasarkan tabel 4.14. diketahui bahwa reliability, responsiveness, flexibility, assets pada plan masing-masing memiliki bobot sebesar 0,250, 0,144 , 0,071, 0,030. Sedangkan reliability, responsiveness, flexibility, assets pada source masing-masing memiliki bobot sebesar 0,071, 0,144, 0,046, 0,023. Sedangkan reliability, responsiveness, assets pada make masing-masing memiliki bobot sebesar 0,090, 0,020, 0,045, 0,011 . Sedangkan reliability, responsiveness, flexibility, assets pada deliver masing-masing memiliki bobot sebesar 0,011, 0,032, 0,018, 0,004. Dan reliability, responsiveness, flexibility, assets pada return masing-masing memiliki bobot sebesar 0,003, 0,012, 0,005, 0,001. Bobot didapatkan dari bobot awal yang berasal dari expert choice dikalikan dengan bobot pada level 1 sesuai dengan pengelompokan indikator yang ada.
77
Tabel 4.14 Hasil Pembobotan Key Performance Indicator level 3 PT. JM Mutu Utama
No Kode Key Performance Indicator Bobot
Awal
Bobot Normalisasi
1 P.1.1 Prosentase kesesuaian unit hasil
produksi dengan target produksi 1,000 0,538 2 P.2.1 Prosentase tingkat pemesanan
pelanggan 1,000 0,245
3 P.3.1
Lama waktu reschedule jadwal produksi yang diperlukan jika terjadi perubahan order
1,000 0,152
4 P.4.1 prosentase jumlah tenaga kerja yang
diberi pelatihan terkait lingkungan 1,000 0,065
5 S.1.1
Prosentase jumlah permintaan material bahan baku yang dipenuhi oleh
supplier
0,281 0,071
6 S.1.2 Prosentase jumlah material bahan baku
yang sesuai dengan standart 0,584 0,147 7 S.1.3 Prosentase Tingkat ketepatan jumlah
kebutuhan material yang di butuhkan 0,135 0,034
8 S.2.1
Lama waktu yang dibutuhkan supplier dalam merespon permintaan hingga sampai
1,000 0,506
9 S.3.1
Prosentase jumlah material yang dapat dipenuhi supplier ketika terjadi
perubahan order
1,000 0,163
10 S.4.1 Prosentase material berbahaya pada
persediaan 1,000 0,080
11 M.1.1 Prosentase produk cacat pada saat
78 12 M.1.2 Tingkat Efisiensi mesin yang
digunakan pada saat proses produksi 0,474 0,258 13 M.1.3 Tingkat efisiensi material yang dipakai
pada saat proses produksi 0,474 0,258 14 M.2.1 Lama waktu yang dibutuhkan
memprodiksi satu unit produk 0,250 0,031 15 M.2.2 Jumlah produksi aktual yang di
produksi 0,750 0,092
16 M.3.1
Prosentase peningkatan fleksibilitas jumlah produk yang bisa diproduksi dalam kurun waktu tertentu
1,000 0,270
17 M.4.1 Energi total yang digunakan untuk
memproduksi satu unit produk 0,818 0,052 18 M.4.2 Jumlah limbah padat yang dihasilkan 0,091 0,006 19 M.4.3 Jumlah limbah cair yang dihasilkan 0,091 0,006 20 D.1.1 Prosentase order (ke distributor )
terkirim tepat jumlah 0,500 0,083
21 D.1.2 Prosentase order (ke distributor )
terkirim tepat waktu 0,500 0,083
22 D.2.1
Waktu yang dibutuhkan sejak adanya pesanan hingga produk sampai ke distributor
1,000 0,494
23 D.3.1 lama waktu yang diperlukan pada saat
pengiriman order tambahan 1,000 0,285 24 D.4.1 Jumlah bahan bakar untuk delivery 1,000 0,056
25 R.1.1
prosentase unit produk yang dikembalikan karena tidak sesuai dengan standart
1,000 0,133
79
lingkungan dalam praktek bisnis perusahaan
27 R.2.2
Banyaknya komplain dari masyarakat sekitar berkaitan dengan persyaratan lingkungan dan spesifikasi produk
0,500 0,283
28 R.3.1 Jumlah unit produk yang dapat di
repair akibat pengembalian 1,000 0,241 29 R.4.1 Jumlah limbah yang tidak bisa di daur
ulang akibat pengembalian 0,100 0,006 30 R.4.2 Jumlah produk yang dapat
dimanfaatkan kembali 0,900 0,055
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa indikator dengan kode P.1.1 memiliki bobot sebesar 0,538 sedangkan indikator dengan kode P.2.1. memiliki bobot sebesar 0,245 dan seterusnya. Bobot tertinggi terdapat pada indikator dengan kode P.1.1 yaitu memiliki bobot sebesar 0,538. Sedangkan bobot terendah terdapat pada indikator dengan kode M.4.2, M4.3 dan R.4.1 yaitu memiliki bobot sebesar 0,006. Bobot didapatkan dari bobot awal yang berasal dari expert choice dikalikan dengan bobot pada level 2 sesuai dengan pengelompokan indikator yang ada.
Berdasarkan hasil pembobotan diatas maka diperoleh hirarki pengukuran kinerja green supply chain dan bobot disetiap prespektif yang ada. Hirarki pengukuran kinerja green supply chain beserta bobot dapat dilihat pada gambar 4.7.
80
Pengukuran kinerja Green Supply Chain PT. JM Mutu
Utama Plan 0,464 Source 0,284 Make 0,166 Deliver 0,064 Return 0,022 Reliability 0,250 Responsiveness 0,114 Flexibility 0,071 Assets 0,030 Reliability 0,071 Responsiveness 0,144 Flexibility 0,046 Assets 0,023 Reliability 0,090 Responsiveness 0,020 Flexibility 0,045 Assets 0,011 Reliability 0,011 Responsiveness 0,032 Flexibility 0,018 Assets 0,004 Reliability0,003 Responsiveness 0,012 Flexibility 0,005 Assets 0,001 P.1.1 0,538 P.2.1 0,245 P.3.1 0,152 P.4.1 0,065 S.1.1 0,071 S.2.1 0,506 S.3.1 0,163 S.4.1 0,080 S.1.2 0,147 S.1.3 0,034 M.1.1 0,029 M.2.1 0,031 M.3.1 0,270 M.4.1 0,052 M.2.2 0,092 M.4.2 0,006 M.4.3 0,006 M.1.2 0,258 M.1.3 0,258 R.2.1 0,283 R.2.2 0,283 R.4.1 0,006 R.4.2 0,055 D.1.1 0,083 D.2.1 0,494 D.3.1 0,285 D.4.1 0,056 R.1.1 0,133 R.3.1 0,241 D.1.2 0,083 Level 1 Level 2 Level 3
81
4.3.2 Pengukuran Kinerja green supply chain
4.3.2.1 penentuan spesifikasi pada Key performance Indikator .
Penentuan spesifikasi KPI dilakukan untuk mempermudah proses pengukuran kinerja. Spesifikasi itu antara lain adalah sebagai berikut :
1. Nama KPI 2. Kode KPI 3. Tipe KPI
a) Larger the better Pada tipe ini semakin besar nilainya maka kualitasnya
semakin baik.
b) Smaller is better Pada tipe ini semakin rendah nilainya, maka kualitasnya
semakin baik.
c) Nominal is better Pada tipe ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal
tertentu, semakin mendekati nilai nominal tersebut maka kualitasnya semakin baik.
4. Satuan pengukuran Satuan pengukuran merupakan standart untuk menilai KPI, ditetapkan untuk masing-masing KPI guna memudahkan pengukuran.
5. Deskripsi Menjelaskan tentang pengertian KPI yang dimaksud
6. Nilai minimum Merupakan nilai pencapaian minimum yang pernah dicapai oleh KPI. Nilai ini juga sering disebut nilai target pencapaian KPI untuk type smaller the better.
7. Nilai maksimum Merupakan nilai pencapaian maksimum yang pernah dicapai oleh KPI. Nilai ini juga sering disebut nilai target pencapaian KPI untuk type larger the better.
8. Periode pengukuran Merupakan rentang waktu pengukuran sehingga kinerja KPI dapat dipantau secara periodic, baik itu harian, mingguan ataupun bulanan.
9. Formula atau cara mengukur Merupakan persamaan matematis atau logika sederhana yang berguna untuk mendefinisikan bagaimana cara mengukur nilai pencapaian satuan key performance indicator.
82
Adapun contoh key performance indicator berserta spesifikasinya dapat dilihat pada tabel 4.15
Tabel 4.15 Contoh tabel Key Performance Indicator Kode P 1.1 Berserta Spesifikasinya Nama KPI Prosentase kesesuaian unit hasil produksi dengan target
produksi
No KPI P.1.1
Type KPI Nominal is better Satuan Prosentase (%)
Deskripsi Prosentase kesesuaian unit hasil produksi dengan jumlah unit target produksi
Periode Pengukuran Bulanan Formula/ cara Mengukur 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑥 100
Deskripsi key performance indikator secara lengkap beserta spesifikasinya dapat dilihat pada lampiran D.
83
4.3.2.2 Scoring System dengan Objective Matrix
Scoring system berfungsi untuk menyamakan skala dari masing-masing KPI, sehingga perusahaan mampu mengukur dan menentukan tingkat pencapaian dari masing-masing KPI. Dengan menggunakan nilai range antara 0-10. Dengan pencapaian masing-masing KPI pada level range 10 yaitu menunjukkan sasaran hasil kinerja yang dicapai, dan level range 3 untuk rata-rata dan level range 0 untuk nilai terendah.
Pada metode objective matrix (OMAX) harus menentukan performance, target realistis, rata-rata dan pencapaian terburuk. Untuk itu data historis dari perusahaan dibutuhkan 4 periode, agar dapat mengisi performance, target realistis, rata-rata dan pencapaian terburuk pada objective matrix (OMAX). Untuk performance adalah data pada periode terakhir atau pada periode ke-4 untuk target realistis adalah target yang ingin dicapai oleh perusahaan atau data terbaik dari 4 periode tersebut. Untuk rata-rata adalah rata-rata dari data 4 periode tersebut dan untuk pencapaian terburuk adalah nilai yang paling buruk dari data 4 periode tersebut. Berikut merupakan tabel penjelasan untuk menentukan performance, target realistis, rata-rata dari 4 data historis, pencapaian terburuk dan penentuan skala dari yang tertinggi sampai yang terendah.
84
Tabel 4.16 Performansi PT JM Mutu Utama
No Kode KPI Satuan Periode ( 2020 ) Performance Target Realistis Rata-rata Pencapaian Terburuk Type KPI
Mei Juni Juli Agustus
1 P.1.1 % 98,11 100 98,94 97,51 97,51 100 98,64 97,51 Nominal is better 2 P.2.1 % 98,02 99,88 98,88 97,44 97,44 99,88 98,56 97,44 Large The Better 3 P.3.1 Jam 2,00 0,00 2,00 2,00 2,00 0,00 1,50 2,00 Smaller The Better 4 P.4.1 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Large The Better
85 5 S.1.1 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Large The Better 6 S.1.2 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Large The Better 7 S.1.3 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Large The Better 8 S.2.1 Hari 2,00 2,00 2,00 0,00 0,00 0,00 1,50 2,00 Smaller The Better 9 S.3.1 % 0 0 0 0 0 0 0 0 Large The Better
86 10 S.4.1 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Smaller The Better 11 M.1.1 % 0,063 0,087 0,041 0,041 0,041 0,041 0,058 0,087 Smaller The Better 12 M.1.2 Kwh/Btl 12,74 14,16 13,12 12,45 12,45 12,45 13,12 14,16 Large The Better 13 M.1.3 % 0,82 0,92 0,82 0,73 0,73 0,92 0,82 0,73 Large The Better 14 M.2.1 Detik 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 45,00 Smaller The Better
87 15 M.2.2 Btl 235.731 240.250 234.271 237.725 237.725 240.250 237.725 234.271 Large The Better 16 M.3.1 Btl 2,00 2,00 3,00 2,50 2,50 3,00 2,25 2,00 Large The Better 17 M.4.1 Kwh/Btl 12,74 14,16 13,12 12,45 12,45 12,45 13,12 14,16 Smaller The Better 18 M.4.2 Kg 219,00 342,00 297,00 283,00 283,00 219,00 285,25 342,00 Smaller The Better 19 M.4.3 Liter 1914,00 1794,00 1982,00 2100 2100 1794,00 1947,50 2100,00 Smaller The Better
88 20 D.1.1 % 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Large The Better 21 D.1.2 % 100,00 80,00 100,00 90,00 90,00 100,00 92,50 80,00 Large The Better 22 D.2.1 Hari 5,00 5,00 3,00 3,00 3,00 3,00 4,00 5,00 Smaller The Better 23 D.3.1 Hari 6,00 6,00 5,00 6,00 6,00 6,00 5,75 6,00 Smaller The Better 24 D.4.1 Liter 2674,00 2931,00 3190,00 2759,00 2759,00 2674,00 2888,50 3190,00 Smaller The Better
89 25 R.1.1 % 0,037 0,039 0,031 0,029 0,029 0,029 0,034 0,039 Smaller The Better 26 R.2.1 Kali 2,00 3,00 3,00 2,00 2,00 2,00 2,50 3,00 Smaller The Better 27 R.2.2 Kali 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 2,00 Smaller The Better 28 R.3.1 % 78,65 88,40 92,00 86,31 86,31 92,00 86,34 78,65 Large The Better 29 R.4.1 % 34,52 31,33 37,81 30,85 30,85 30,85 33,63 37,81 Smaller The Better
90
30 R.4.2 % 65,47 68,66 62,18 67,61 67,61 68,66 65,98 62,18
Large The Better
91
Performance ditentukan dari data keempat atau dari data terakhir dari data historis. Sementara target realistis ditentukan dari nilai data terbaik dari rata-rata data historis. Untuk menentukan pencapaian terburuk dilihat dari data terburuk dalam data historis di perusahaan. Setelah menentukan performance, target realistis, rata-rata dan pencapaian terburuk selanjutnya menentukan skala tertinggi hingga terendah dengan scoring menggunakan OMAX (objective matrix) yang bertujuan untuk mengetahui nilai pencapaian dari masing-masing target KPI pada periode tertentu dengan menggunakan range 0-10 pada setiap KPI nya. Dalam perhitungan nya menggunakan cara interpolasi untuk mengisi level atau skor yang ada pada kolom objective matrik. Berikut merupakan contoh perhitungan objective matrik untuk KPI P.1.1 pada prespektif plan.
Untuk selanjutnya cara perhitunganya sama seperti contoh diatas untuk keseluruhan KPI, hasil perhitugan objective matrix (OMAX) dan traffic light system (TLS) terhadap keseluruhan KPI dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Contoh perhitungan : - Untuk P.1.1 100 − 𝑥9 100 − 98,64= 10 − 9 10 − 3 100 − 𝑥9 1,36 = 1 7 700 − 7𝑥9 = 1,36 𝑥9 = 99,80
92
Tabel 4.17 obective matrix dan traffic light system prespektif plan
Kode KPI P.1.1 P.2.1 P.3.1 P.4.1 Performance 97,51 97,44 2,00 100,00 Target Realistis 10 100,00 99,88 0,00 100,00 9 99,80 99,69 0,21 100,00 8 99,61 99,50 0,42 100,00 7 99,41 99,31 0,65 100,00 6 99,22 99,12 0,85 100,00 5 99,02 98,93 1,07 100,00 4 98,83 98,74 1,28 100,00
Nilai Rata – rata 3 98,64 98,56 1,50 100,00
2 98,25 98,18 1,66 100,00 1 97,88 97,81 1,83 100,00 Pencapaian Terburuk 0 97,51 97,44 2,00 100,00 SCOR 0 0 0 10 BOBOT 0,538 0,245 0,152 0,065 NILAI 0 0 0 0,65 TOTAL 0,65
Dari tabel 4.16 perhitungan OMAX dan TLS diatas untuk KPI P.1.1, untuk KPI P.1.1 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaian 97,51 dan masuk dalam kategori warna kuning, untuk KPI P.2.1 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaan 97,44 dan masuk dalam kategori warna merah, untuk KPI P.3.1 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaian 2,00 dan masuk dalam kategori merah, sedangkan untuk KPI P.4.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 100 dan masuk dalam kategori hijau.
Contoh Perhitungan - Untuk S.1.1 100 − 𝑥9 100 − 100= 10 − 9 10 − 3 100 − 𝑥9 0 = 1 7 700 − 7𝑥9 = 0 𝑥9 = 100,00
93
Tabel 4.18 obective matrix dan traffic light system prespektif source
Kode KPI S.1.1 S.1.2 S.1.3 S.2.1 S.3.1 S.4.1 Performance 100,00 100,00 100,00 0,00 0 100,00 Target Realistis 10 100,00 100,00 100,00 0,00 0 100,00 9 100,00 100,00 100,00 0,21 0 100,00 8 100,00 100,00 100,00 0,42 0 100,00 7 100,00 100,00 100,00 0,65 0 100,00 6 100,00 100,00 100,00 0,85 0 100,00 5 100,00 100,00 100,00 1,07 0 100,00 4 100,00 100,00 100,00 1,28 0 100,00 Nilai Rata – rata 3 100,00 100,00 100,00 1,50 0 100,00 2 100,00 100,00 100,00 1,66 0 100,00 1 100,00 100,00 100,00 1,83 0 100,00 Pencapaian Terburuk 0 100,00 100,00 100,00 2,00 0 100,00 SCOR 10 10 10 10 10 10 Bobot 0,071 0,147 0,034 0,506 0,163 0,080 Nilai 0,71 1,47 0,34 5,06 16,3 0,80 Total 8,869
Dari tabel 4.17 perhitungan OMAX dan TLS diatas untuk KPI S.1.1 didapatkan skor 10 dengan nilai pencapaian 100 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI S.1.2 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 100 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI S.1.3 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaan 100 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI S.2.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 0,00 dan masuk dalam kategori hijau, sedangkan untuk KPI S.3.1 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaian 96 dan masuk dalam kategori merah dan yang terakhir untuk KPI S.4.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 100 dan masuk dalam kategori hijau. - Untuk M.1.1 0,041 − 𝑥9 0,041 − 0,058= 10 − 9 10 − 3 0,041 − 𝑥9 −0,017 = 1 7 0,287 − 7𝑥9 = −0,017 = 𝑥9 = 0,043
94
Tabel 4.19 obective matrix dan traffic light system prespektif make Kode KPI M.1. 1 M.1. 2 M.1. 3 M.2. 1 M.2.2 M.3. 1 M.4. 1 M.4. 2 M.4.3 Performa nce 0,04 1 12,4 5 0,73 45,0 0 237.7 25 2,50 12,4 5 283, 00 2100 Target Realistis 1 0 0,04 1 12,4 5 0,92 45,0 0 240.2 50 3,00 12,4 5 219, 00 1794, 00 9 0,04 3 12,5 4 0,90 45,0 0 239.8 89 2,89 12,5 4 228, 46 1815, 92 8 0,04 5 12,6 4 0,89 45,0 0 239.2 58 2,78 12,6 4 237, 92 1837, 85 7 0,04 8 `12, 73 0,87 45,0 0 239.1 67 2,67 12,7 3 247, 38 1859, 78 6 0,00 5 12,8 3 0,86 45,0 0 238.8 07 2,57 12,8 3 256, 84 1881, 71 5 0,05 3 12,9 2 0,84 45,0 0 238.4 46 2,46 12,9 2 266, 30 1903, 75 4 0,05 5 13,0 2 0,83 45,0 0 238.0 85 2,35 13,0 2 275, 76 1925, 57 Nilai Rata – rata 3 0,05 8 13,1 2 0,82 45,0 0 237.7 25 2,25 13,1 2 285, 25 1947, 50 2 0,06 7 13,4 6 0,79 45,0 0 236.5 73 2,16 13,4 6 304, 16 1896, 32 1 0,07 7 13,8 1 0,76 45,0 0 23542 2 2,08 13,8 1 323, 08 1845, 16 Pencapai an Terburuk 0 0,08 7 14,1 6 0,73 45,0 0 234.2 71 2,00 14,1 6 342, 00 1794, 00 SCOR 10 10 0 10 3 5 10 3 3 Bobot 0,02 9 0,25 8 0,25 8 0,03 1 0,092 0,27 0 0,05 2 0,00 6 0,006 Nilai 0,29 2,58 0 0,31 0,276 1,35 0,52 0,01 8 0,018 Total 5,362
Dari tabel 4.18 perhitungan OMAX dan TLS diatas untuk KPI M.1.1 didapatkan skor 10 dengan nilai pencapaian 0,041 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI M.1.2 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 12,45 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI M.1.3 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaan 0,73 dan masuk dalam kategori warna merah, untuk KPI M.2.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 45,00 dan masuk dalam
95
kategori hijau,untuk KPI M.2.2 diperoleh skor 3 dengan nilai pencapaian 237.725 dan masuk dalam kategori merah sedangkan untuk KPI M.3.1 diperoleh skor 5 dengan nilai pencapaian 2,46 dan masuk dalam kategori merah. KPI M.4.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 12,45 dan masuk dalam kategori hijau, KPI M.4.2 diperoleh skor 3 dengan nilai pencapaian 285,25 dan masuk dalam kategori merah, dan terakhir untuk KPI M.4.3 diperoleh skor 3 dengan nilai pencapaian 1947,50 dan masuk dalam kategori merah. Contoh perhitungan - Untuk D.1.1 0,41 − 𝑥9 0,41 − 0,58= 10 − 9 10 − 3 0,41 − 𝑥9 −0,17 = 1 7 700 − 7𝑥9 = −0,17 𝑥9 = 0,043
Tabel 4.20 obective matrix dan traffic light system prespektif deliver
Kode KPI D.1.1 D.1.2 D.2.1 D.3.1 D.4.1 Performance 100,00 90,00 3,00 6,00 2759,00 Target Realistis 10 100,00 100,00 3,00 5,00 2674,00 9 100,00 98,92 3,14 5,10 2704,64 8 100,00 97,85 3,28 5,21 2735,28 7 100,00 96,78 3,42 5,32 2765,92 6 100,00 95,71 3,57 5,42 2796,57 5 100,00 94,64 3,71 5,53 2827,21 4 100,00 93,57 3,85 5,64 2857,85
Nilai Rata – rata 3 100,00 92,50 4,00 5,75 2888,50
2 100,00 88,32 4,32 5,82 2989,00 1 100,00 84,16 4,66 5,91 3089,50 Pencapaian Terburuk 0 100,00 80,00 5,00 6,00 3190,00 SCOR 10 2 10 0 7 Bobot 0,083 0,083 0,494 0,285 0,056 Nilai 0,83 0,166 4,94 0 0,392 Total 6,328
96
Dari tabel perhitungan OMAX dan TLS diatas untuk KPI D.1.1 didapatkan skor 10 dengan nilai pencapaian 100 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI D.1.2 diperoleh skor 2 dengan nilai pencapaian 75 dan masuk dalam kategori warna merah, untuk KPI D.2.1 diperoleh skor 5 dengan nilai pencapaan 6 dan masuk dalam kategori warna kuning, untuk KPI D.3.1 diperoleh skor 0 dengan nilai pencapaian 8 dan masuk dalam kategori merah , untuk KPI D.4.1 diperoleh skor 7 dengan nilai pencapaian 2781 dan masuk dalam kategori kuning
Contoh perhitungan - Untuk R.1.1 0,29 − 𝑥9 0,29 − 0,034= 10 − 9 10 − 3 0,29 − 𝑥9 0,256 = 1 7 2,03 − 7𝑥9 = 0,256 𝑥9 = 0,029
Tabel 4.21 obective matrix dan traffic light system prespektif return
Kode KPI R.1.1 R.2.1 R.2.2 R.3.1 R.4.1 R.4.2 Performance 0,029 2,00 0,00 86,31 30,85 67,61 Target Realistis 10 0,029 2,00 0,00 88,40 30,85 68,66 9 0,029 2,07 0,07 88,10 31,24 68,27 8 0,030 2,14 0,14 87,81 31,64 67,89 7 0,031 2,21 0,21 87,51 32,04 67,51 6 0,031 2,28 0,28 87,22 32,43 67,12 5 0,032 2,35 0,35 86,92 32,83 66,74 4 0,033 2,42 0,42 86,63 33,23 66,36
Nilai Rata – rata 3 0,034 2,50 0,50 86,34 33,63 65,98
2 0,035 2,66 1 83,77 35,01 64,70 1 0,037 2,83 1,50 81,21 36,41 63,44 Pencapaian Terburuk 0 0,039 3,00 2,00 78,65 37,81 62,18 SCOR 10 10 10 3 10 7 Bobot 0,133 0,283 0,283 0,241 0,006 0,055 Nilai 1,33 2,83 2,83 0,723 0,06 0,385 Total 8,158
97
Dari tabel 4.20 perhitungan OMAX dan TLS diatas untuk KI R.1.1 didapatkan skor 10 dengan nilai pencapaian 0,029 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI R.2.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 2,00 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI R.2.2 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaan 0,00 dan masuk dalam kategori warna hijau, untuk KPI R.3.1 diperoleh skor 3 dengan nilai pencapaian 86,34 dan masuk dalam kategori merah , KPI R.4.1 diperoleh skor 10 dengan nilai pencapaian 30,85 dan masuk dalam kategori hijau sedangkan untuk KPI R.4.2 diperoleh skor 7 dengan nilai pencapaian 67,51.
4.3.3 Evaluasi dengan Traffic Light System.
Berdasarkan pengukuran dan evaluasi kinerja green supply chain pada PT. JM Mutu Utama dengan menggunakan OMAX dan TLS dari 30 KPI yang ada diperoleh 16 KPI yang berwarna hijau, 3 KPI yang berwarna kuning dan 11 KPI yang berwarna merah lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6 yaitu gambar hasil traffic light system. KPI yang berwarna merah di prioritas kan untuk dilakukan perbaikan dengan mempertimbangkan teori dan kondisi yang ada pada perusahaan.
98
Pengukuran kinerja Green Supply Chain PT. JM Mutu
Utama
Plan Source Make Deliver Return
Reliability Responsiveness Flexibility Assets Reliability Responsiveness Flexibility Assets Reliability Responsiveness Flexibility Assets Reliability Responsiveness Flexibility Assets Reliability Responsiveness Flexibility Assets
P.1.1 P.2.1 P.3.1 P.4.1 S.1.1 S.2.1 S.3.1 S.4.1 S.1.2 S.1.3 M.1.1 M.2.1 M.3.1 M.4.1 M.2.2 M.4.2 M.4.3 M.1.2 M.1.3 R.2.1 R.2.2 R.4.1 R.4.2 D.1.1 D.2.1 D.3.1 D.4.1 R.1.1 R.3.1 D.1.2 Level 1 Level 2 Level 3