• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUJAN AGUSTUS 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN OKTOBER, NOVEMBER DAN DESEMBER 2016 DI BANGKA BELITUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS HUJAN AGUSTUS 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN OKTOBER, NOVEMBER DAN DESEMBER 2016 DI BANGKA BELITUNG"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS HUJAN AGUSTUS 2016

DAN

PRAKIRAAN HUJAN

OKTOBER, NOVEMBER DAN DESEMBER 2016

DI BANGKA BELITUNG

(3)

Buletin BMKG Edisi Agustus 2016 i

KATA PENGANTAR

Analisis Hujan Bulan Agustus 2016 dan Prakiraan hujan bulan Oktober, November dan Desember 2016 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos pengamatan curah hujan yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta unsur cuaca lainnya dengan memperhatikan kondisi fisis dan dinamika atmosfer yang sedang berlangsung yang cenderung dapat mempengaruhi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Disamping itu dalam buletin ini juga disampaikan beberapa informasi meteorologi lainnya, antara lain tentang banyaknya hari hujan, monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, dan kejadian ekstrim yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Mengingat ketepatan hasil Analisis dan Prakiraan curah hujan ini sangat tergantung dari data yang masuk, maka diharapkan Stasiun Kerjasama maupun Pos-Pos Hujan dapat menyampaikan data hasil pengamatan secara tepat waktu ke Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang.

Mudah-mudahan dengan diterbitkannya hasil Analisis dan Prakiraan Hujan di Kepulauan Bangka Belitungini dapat lebih bermanfaat bagi para pembuat keputusan maupun masyarakat pada umumnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada instansi, stasiun kerja sama dan semua pihak yang telah membantu penyusunan terbitan ini.

Pangkalpinang,15 September 2016 KEPALA STASIUN

METEOROLOGIKLAS I PANGKALPINANG

MOHAMMAD NURHUDA, S.T NIP. 196601191991021001

(4)

Buletin BMKG Edisi Agustus 2016 ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENGERTIAN

I. PENDAHULUAN

II. ANALISIS HUJAN BULAN AGUSTUS 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

III. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER, NOVEMBER DAN DESEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

IV. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN AGUSTUS 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

V. EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

VI. PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 SEPTEMBER 2016)

VII. PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKALPINANG BULAN SEPTEMBER 2016

LAMPIRAN

1. TABEL ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN AGUSTUS 2016

2. PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN AGUSTUS 2016PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN AGUSTUS 2016DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 3. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 4. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN NOVEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN NOVEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 5. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN DESEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN DESEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 6. ARTIKEL CUACA DAN IKLIM

(5)

Buletin BMKG Edisi September 2016 1

PENGERTIAN

Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat disuatu tempat dalam waktu yang relatif singkat, Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca atau ciri kecuacaan yang terjadi di suatu tempat atau suatu daerah, sedangkan Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok. Hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari awan yang sampai ke permukaan bumi.

1. Sifat Hujan :

Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan, dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat, sehingga jika sifat hujan Atas Normal bukan berarti jumlah curah hujan yang melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak ada hujan.

Sifat hujan dibagi menjadi tiga kriteria yaitu :

a. Atas Normal ( AN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya > 115 %.

b. Normal ( N ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya antara 85 – 115 %.

c. Bawah Normal ( BN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya < 85 %.

2. Normal curah hujan :

a. Rata-rata curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.

b. Normal curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan selama 30 tahun.

3. Musim hujan

Suatu zona musim dikatakan masuk musim hujan jika dalam 10 hari atau satu dasarian jumlah curah hujannya mencapai lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya atau dengan kata lain, dalam satu bulan jumlah curah hujannya sudah mencapai 150 mm.

(6)

Buletin BMKG Edisi September 2016 2

4. Dasarian

a. Dasarian adalah masa selama 10 ( sepuluh ) hari

b. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 ( tiga ) dasarian yaitu :

 Dasarian I: masa dari tanggal 1 sampai dengan 10

 Dasarian II: masa dari tanggal 11 sampai dengan 20

 Dasarian III: masa dari tanggal 21 sampai dengan akhir bulan Contoh:

Awal musim hujan berkisar antara AprilI –April III Artinya = Tanggal 01 April sampai dengan 30 April 5. Kriteria Intensitas Curah Hujan

a. Hujan sangat ringan intensitasnya < 5 mm dalam 24 jam b. Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam c. Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam d. Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam e. Hujan sangat lebat intensitasnya > 100 mm dalam 24 jam 6. Anomali

Adalah penyimpangan suatu nilai terhadap nilai rata-ratanya.

7. Penyempurnaan Istilah Informasi Iklim

Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BMKG no. UM.205./A.11/KB/BMKG-2010. Tentang Penyempurnaan Penggunaan Istilah Dalam Informasi Iklim / Hujan.

a. Istilah Evaluasi pada Tabel atau Bab dan Sub Bab disempurnakan menjadi Analisis. b. Istilah Prakiraan Curah hujan pada Tabel atau Bab dan Sub Bab adalah tetap

Prakiraan.

c. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi Curah Hujan disempurnakan menjadi Peta Distribusi Curah Hujan.

d. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi sifat hujan disempurnakan menjadi Peta Analisis Sifat Hujan.

(7)

Buletin BMKG Edisi September 2016 3 1. Suhu muka laut perairan Indonesia

Sep – Nov 2016 umumnya SST perairan Indonesia diprediksi tetap hangat (Anomali Positif, bagian utara dan selatan perairan Indonesia lebih hangat dibanding sekitarnya. Des – Feb 2017, Terjadi peluruhan SST dimulai dari perairan Sumatera bag.barat dan perairan Maluku meluruh mendekati normal. Terdapat pendinginan dimulai perairan Laut Cina Selatan dan semakin meluas dibulan Januari 2017. Februari 2017 Perairan Indonesai cenderung Normal. Pola SSTA kondisi La Nina, mulai hilang di bulan Oktober 2016, wilayah Nino3.4 cenderung normal.

2. ENSO (El Nino-Southern Oscillation )

Pembentukan El-Nino dikaitkan dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal sebagai osilasi selatan sehingga disebut juga El Nino-Southern Oscillation (ENSO), merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer yang terjadi di Samudra Pasifik tropis.

(8)

Buletin BMKG Edisi September 2016 4

Fenomena La Nina dapat menyebabkan meningkatnya curah hujan secara drastis, bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin tidak berpengaruh terhadap bertambahnya curah hujan secara signifikan di Indonesia.

Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi berada pada kondisi La Nina

Lemah pada bulan September 2016 dan pada bulan Oktober 2016 – Februari 2017

kondisi Normal

3. Dipole Mode

India Ocean Dipole Mode (IODM) atau yang lebih dikenal Dipole Mode didefinisikan

sebagaiinteraksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang ditandaidengan gejala akan memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Saji dan Yamagata, 2001).

(9)

Buletin BMKG Edisi September 2016 5

Jika nilai IODM positif, pada umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai IODM negatif, dapat menyebabkan adanya penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat.

Indeks Dipole Mode (IODM) di prediksikan berada pada kondisi kuat negative pada September sampai dengan November 2016 sehingga mengindikasikan bahwa adanya pasokan uap air dari Samudra Hindia kewilayah Indonesia.

(10)

Buletin BMKG Edisi September 2016 6 ANALISIS HUJAN BULAN JULI DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

A. ANALISIS CURAH HUJAN BULAN AGUSTUS 2016

Berdasarkan data curah hujan yang diterima dari Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis curah hujan Agustus 2016 adalah sebagai berikut :

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian selatan dan

tengah, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian

51 – 100

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian tengah dan selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian

barat

101 – 150

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian tengan dan selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Induk, sebagian kecilKab. Bangka Tengah bagian barat, sebagian Kab.

Bangka Selatan bagian barat, sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian timur

151 – 200

Sebagian Kab. Bangka Barat bagian timur, sebagian besar Bnagka Induk bagian utara, Pangkalpinang, sebagian besar Kab. Bangka Tengah bagian timur, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian timur, sebagian

besar Kab. Belitung timur bagian timur

201 – 300

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian tengah,

sebagian besar Kab. Belitung bagian selatan, sebagian kecil Kab. Belitung timur bagian barat

301 – 400 Sebagian kecil kab. Bangka Barat bagian barat,

sebagian kecil kab. Belitung bagian utara

401 – 500

> 500 -

Peta Analisis Curah Hujan Bulan Agustus 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.

(11)

Buletin BMKG Edisi September 2016 7

B. ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN AGUSTUS 2016

Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2016 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis sifat hujan bulan Agustus 2016 adalah sebagai berikut:

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL -

NORMAL

Sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian timur, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian utara,

sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian timur

ATAS NORMAL

Kab. Bangka Barat, sebagian besar Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, Kab. Bangka tengah, sebagian besar

Kab. Bangka Selatan, Kab. Belitung, sebagian besar Kab. Belitung Timur

Peta Analisis Sifat Hujan Bulan Agustus 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM HARIAN AGUSTUS 2016

Analisis curah hujan ekstrim harian Agustus 2016 di wilayah Pulau Bangka adalah :

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)

Parit Tiga, Mayang, Muntok, Pugul, Bakam, Koba, Penyak, Air Gegas

CURAH HUJAN SANGAT

LEBAT (> 100 mm/Hari) -

Analisis curah hujan ekstrim harian Agustus 2016 di wilayah Pulau Belitung adalah

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)

Stamet Buluh Tumbang, Perawas BPP, Sijuk, Pangkallalang, Membalong, Air Saga, Perawas, Sungai

Samak, Ibul, Badau, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Damar, Simpang Pesak, Air Asam

CURAH HUJAN SANGAT

(12)

Buletin BMKG Edisi September 2016 8

III PRAKIRAAN HUJAN OKTOBER, NOVEMBER DAN DESEMBER 2016

1. PRAKIRAAN HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2016

Prakiraan Curah Hujan Oktober 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 -

51 – 100 -

101 – 150 Sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian selatan

151 – 200

Sebagian Kab. Bangka Induk bagian selatan, Pangkalpinang, Kab. Bangka Tengah, sebagian kecil Kab.

Bangka Selatan bagian utara, sebagian Kab. Belitung Timur bagian selatan

201 – 300

Kab. Bangka Barat, sebagian Kab. Bangka Induk bagian utara, Kab. Belitung, sebagian Kab. Belitung Timur

bagian utara

301 – 400 -

401 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan Oktober 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian tengah

NORMAL

Sebagian Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian selatan, Kab. Bangka tengah, sebagian besar Kab. Bangka Selatan, sebagian kecil Kab.

Belitung Timur bagian selatan

ATAS NORMAL

Sebagian Kab. Bangka Barat bagian timur, sebagian besar Kab. Bangka Induk bagian utara, Pangkalpinang, Kab. Belitung, sebagian besar Kab. Belitung Timur bagian utara Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Oktober 2016 dapat dilihat pada Lampiran 3.

(13)

Buletin BMKG Edisi September 2016 9 B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2016

Prakiraan Curah Hujan November 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 -

21 – 50 -

51 – 100 -

101 – 150 -

151 – 200 Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian selatan

201 – 300

Sebagian besar Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, Kab. Bangka Tengah, sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian utara, sebagian besar Kab. Belitung bagian utara dan selatan, Kab. Belitung Timur

301 – 400 Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian

kecil Kab. Belitung bagian selatan

401 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan November 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian selatan

NORMAL

Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, Kab. Bangka Tengah, sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian

selatan, Pulau Belitung

ATAS NORMAL -

Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan November 2016 dapat dilihat pada Lampiran 4.

(14)

Buletin BMKG Edisi September 2016 10 C. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2016

Prakiraan Curah Hujan Desember 2016

CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH

0 – 20 - 21 – 50 - 51 – 100 - 101 – 150 - 151 – 200 - 201 – 300

Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian timur, Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, sebagian besar Kab.

Bangka Tengah bagian utara, sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian utara dan selatan

301 – 400

Sebagian besar Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian kecil Kab. Bangka tengah bagian selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian tengah, Pulau

Belitung

402 – 500 -

> 500 -

Prakiraan Sifat Hujan Desember 2016

SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH

BAWAH NORMAL -

NORMAL Seluruh Pulau Bangka dan Pulau Belitung

ATAS NORMAL -

Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Desember 2016 dapat dilihat pada Lampiran 5.

(15)

Buletin BMKG Edisi September 2016 11

IV

INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN AGUSTUS 2016

1. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KRITERIA KABUPATEN / DAERAH

> 20 hari -

10 - 20 hari

Jebus, Parit Tiga, Dendang, Mayang, Kundi, Kelapa, Bukit Ketok, Sungai Liat, Pugul, Bakam, Kace, Rukam, Celuak,

Stamet Pangkalpinang, Koba, Mangkol, Sungai Selan, Payung, Air Gegas, Stamet Buluh Tumbang, Perawas BPP,

Sijuk, Tanjung Binga, Pangkallalang, Cerucuk, Perawas, Sungai Samak, Badau, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Simpang Rengiang, Simpang Pesak, Lalang,

Air Asam, Dendang Beltim.

< 10 hari

Telak, Simpang Teritip, Muntok, Tempilang, Penyak, Lubuk Besar, Cambai, Rias, Batu Betumpang, Membalong,

(16)

Buletin BMKG Edisi September 2016 12

V EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN

ANALISIS FDRS (FIRE DANGER RATING SYSTEM) BULAN AGUSTUS 2016

Pangkal Pinang

FFMC merupakan suatu indikator mudah-tidaknya serasah (sampah hutan) terbakar dan

bahan bakar lainnya yang diintegrasikan/dihubungkan dengan pengaruh cuaca pada beberapa hari sebelumnya. Kode ini dipengaruhi oleh 4 unsur cuaca, yaitu : curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan kecepatan angin.

Dari grafik indeks FFMC di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks FFMC (Indeks bahan bakar halus) pada Level Rendah 6.45%, level Sedang 29.03%, pada level Tinggi tercatat 25.81%, dan pada level ekstrim tercatat 38.71%.

DC merupakan peringkat rata-rata kadar air dari bahan organik di bawah permukaan.

Kode ini merupakan suatu indikator yang sangat berguna dalam penggunaan bahan bakar di hutan pada musim kering, termasuk jumlah kejadian asap pada lapisan bawah dan merupakan indikator terjadinya kabut asap.

Kode ini dipengaruhi oleh 2 unsur cuaca, yaitu : Curah Hujan dan Suhu.

Dari grafik indeks kekeringan (DC) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dapat dilihat bahwa kejadian indeks DC dari tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus 2016 tercatat 100% pada level Rendah.

FWI merupakan angka peringkat intensitas kebakaran, yang dapat digunakan sebagai

angka indeks secara umum dari sistem peringkat bahaya kebakaran.

Dari grafik indeks cuaca kebakaran (FWI) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Agustus 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks cuaca kebakaran FWI pada level Rendah sebesar 48.39%, pada level Sedang 41.94% dan pada level Tinggi 9.68%.

(17)

Buletin BMKG Edisi September 2016 13

(18)

Buletin BMKG Edisi September 2016 14

Berikut adalah monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, hasil pantauan data pos hujan di wilayah Bangka Belitung :

VI. PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT

(UPDATE 10 SEPTEMBER 2016)

(19)

Buletin BMKG Edisi September 2016 15 1. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA – RATA

2. DISTRIBUSI FREKUENSI KECEPATAN ANGIN WRPLOT View - Lakes Environmental Software

NO. PROYEK : 08.2016 TANGGAL :

16-Sep-16

UNIT PELAKSANA TEKNIS :

STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG INSTANSI : BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA KETERANGAN :

<> Arah angin dalam derajat.

<> Nol (0) derajat sebagai arah utara.

<> Arah menerangkan arah datangnya angin (dari).

<> 1 Knots = 1,85 Km/jam

PLOT MAWAR ANGIN:

PENGAMATAN SEBARAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULAN AGUSTUS 2016 STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG

NORTH SOUTH WEST EAST 6% 12% 18% 24% 30% PERIODE DATA :

Start Date: 01-Aug-16 - 00:00

End Date: 31-Aug-16 - 23:00 WIND SPEED (Knots) >= 22 17 - 21 11 - 17 7 - 11 4 - 7 1 - 4 Calms: 26.88%

RATA2 KEC. ANGIN:

3.39 Knots ANGIN CALM: 26.88% JML. PENGAMATAN : 744 hrs. GAMBAR : Wind Speed Direction (blowing from)

26.9 40.7 19.5 12.4 0.5 0.0 0.0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 %

Frekuensi Sebaran Angin Bulan Agustus 2016 Di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang

Wind Class (Knots)

Calms 1 - 4 4 - 7 7 - 11 11 - 17 17 - 21 >= 22

VII PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKAL PINANG

BULAN AGUSTUS 2016

(20)

Buletin BMKG Edisi September 2016 16

Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah angin dan kecepatan angin. Arah angin merupakan arah dari mana datangnya angin. Standar penentuan arah angin adalah dengan menggunakan suatu derajat melingkar sampai 3600 . Titik 00 digunakan

sebagai titik utara, yang biasanya disebut sebagai “titik utara sebenarnya” (True North). Bertambahnya nilai derajat menuju ke 3600 (titik kembali ke 00) berarti berubahnya arah

mengikuti jarum jam. Dengan demikian akan didapatkan 00 dan 3600 sebagai titik utara, 900

sebagai titik timur, 1800 sebagai titik selatan, dan 2700 sebagai titik barat. Arah angin dibagi

menjadi 8 arah mata angin, yaitu: Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut.

Sedangkan standar kecepatan angin secara internasional yang digunakan dalam meteorologi adalah dalam satuan knots. Sebagai perbandingan, 1 Knots memiliki nilai sebesar 1.86 km/jam. Untuk membedakan tingkat kecepatannya, maka kecepatan angin umumnya diklasifikasikan ke dalam 7 kelas, yaitu: calm (0 knot), 1-4 knots, 4-7 knots, 7-11knots, 11-17 knots, 17-22knots, dan diatas 22 knots.

Model mawar angin dapat menggambarkan frekuensi arah dan kecepatan angin. Model ini lebih mirip diagram, akan tetapi berbentuk lingkaran. Gambar jari – jari melambangkan arah angin berasal. Sedangkan panjang jari – jarinya melambangkan jumlah frekuensi angin. Warna dari jari – jari windrose dapat menggambarkan interval kecepatan angin.

Adapun hasil dari pengolahan data angin pada bulan Agustus 2016 di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Arah angin didominasi angin dari Selatan sekitar 28 %; Tenggara sekitar 25 %, dan Timur sekitar 15 %. Selain itu, arah angin bervariasi dengan frekuensi masing-masing tidak sampai 5 %.

 Dilihat dari kecepatan anginnya, frekuensi terbanyak adalah angin dengan interval kecepatan 1- 4 knots sebesar 40,7 %. Kecepatan angin berikutnya adalah angin teduh (calm) sebesar 26,9 %; terbanyak ketiga pada interval 4-7 knots sebanyak 19,5 %; terbanyak keempat dengan interval 7-11 knots sebesar 12,4 %, dan kecepatan angin pada interval 11 – 17 knots sebesar 0,5 % .

(21)

Buletin BMKG Edisi September 2016 17

Lampiran 1

ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN BULAN AGUSTUS 2016

Curah Hujan CH ANALISIS

Rata - Rata AGUSTUS 2016 SIFAT HUJAN

Bulanan (mm) 85% 115% (mm) AGUSTUS 2016 I Kab. Bangka Barat

1 Mentok 79 67 91 336 AN

2 Mayang 158 134 182 203 AN

3 Kelapa 100 85 115 155 AN

II Kab. Bangka Induk

1 Sungai Liat 118 100 136 114 N

III Kota Pangkalpinang

1 Stasiun Meteorologi 115 98 132 174 AN IV Kab. Bangka Tengah

1 Sungaiselan 129 110 148 157 AN

V Kab. Bangka Selatan

1 Rias 65 55 75 107 AN VI Kab. Belitung 1 Stasiun Meteorologi 113 96 130 254 AN No Stasiun RATA - RATA AGUSTUS (mm)

LAMPIRAN

(22)

Buletin BMKG Edisi September 2016 18

Lampiran 2 :

PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN AGUSTUS 2016

(23)

Buletin BMKG Edisi September 2016 19

(24)

Buletin BMKG Edisi September 2016 20

Lampiran 3 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2016

(25)

Buletin BMKG Edisi September 2016 21

Lampiran 4 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN NOVEMBER 2016

(26)

Buletin BMKG Edisi September 2016 22

Lampiran 5 :

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN DESEMBER 2016

(27)

Buletin BMKG Edisi September 2016 23 Lampiran 6:ARTIKEL CUACA DAN IKLIM

SEBARAN TITIK PANAS (HOTSPOT) TAHUN 2015 DI BANGKA

BELITUNG

Oleh : Nur Setiawan

Staff Analisa Dan Prakiraan Stasiun Meteorologi Klas 1 Pangkalpinang

Masih jelas di ingatan kita kejadian bencana asap yang terjadi pada tahun 2015 hampir di seluruh indonesia. Bencana tersebut menjadi bencana nasional yang penangananya melibatkan banyak instansi pemerintah maupun swasta. Kebakaran hutan akibat dari pembukaan lahan menjadi penyebab utama terjadinya bencana asap tersebut. Di tambah lagi dengan panjangnya musim kemarau yang terjadi di tahun 2015 di bandingkan dengan tahun-tahun biasanya. Musim kemarau yang relatif panjang di sebabkan oleh menguatnya fenomena global el-nino yaitu menghangatnya suhu muka laut di pasifik tengah yang menyebabkan berkurangnya pasoka uap air di wilayah Indonesia. Hal tersebut yang menyebabkan banyaknya kebakaran hutan di wilayah Indonesia termasuk Kep. Bangka Belitung. Wilayah Bangka Belitung selain terkena bencana asap kiriman dari Pulau Kalimantan dan Sumatra juga terkena asap dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Bangka Belitung sendiri.

Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua yang terpasang sensor MODIS (Moderate

Resolution Imaging Spectro-radiometer) tersebar titik panas (hotspot) selama tahun 2015 di

wilayah Bangka Belitung. Titik panas (Hotspot) merupakan suatu area yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sekitarnya yang dapat deteksi oleh satelit. Area tersebut di representasikan dalam suatu titik yang memiliki koordinat tertentu. Hotspot hanyalah sebagai indikator, bukan kebakaran hutan/lahan, jadi ada hotspot nbelum tentu ada kebakaran hutan/lahan. Berikut adalah sebaran titik panas (hotspot) di wilayah Bangka Belitung pada tahun 2015.

(28)

Buletin BMKG Edisi September 2016 24 Gambar 1. Grafik sebaran titik panas (hotspot) di wilayah Bangka Belitung tahun 2015.

Dapat dilihat bahwa sebaran titik panas (hotspot) terjadi pada bulan September 2015 yaitu sebanyak 809 titik panas. Diikuti pada bulan Oktober sebanyak 434 titik dan pada bulan Agustus sebanyak 392 titik panas. Hal tersebut sesuai dengan iklim yang ada di wilayah Bangka Belitung dimana puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan September. akan tetapi yang membedakan kondisi iklim tahun 2015 adalah awal musim hujan yang mundur sampai bulan November 2015. Sehingga pada bulan November 2015 masih didapatkan titik panas (hotspot) sebanyak 75 titik. Jumlah titik panas pada gambar diatas merupakan sebaran titik panas untuk seluruh wilayah Bangka Belitung.

Tabel 1. Jumlah titik panas (hotspot) untuk tiap Kabupaten di wilayah Bangka Belitung.

<=50 % 51 - 60 % 61 - 70 % 71 - 80 % 81 - 100 % Bangka Barat 68 50 74 48 62 302 Bangka + Pangkalpinang 59 36 46 50 49 240 Bangka Tengah 86 57 66 83 107 399 Bangka Selatan 199 82 98 120 136 635 Belitung 44 32 27 41 37 181 Belitung Timur 26 23 40 43 58 190

Kabuaten Tingkat Kepercayaan Jumlah

8 19 7 2 12 36 150 392 809 434 75 3 0 150 300 450 600 750 900 Juml ah H o tsp o t

(29)

Buletin BMKG Edisi September 2016 25 Gambar 2. Sebaran titik panas (hotspot) di wilayah Bangka Belitung.

Sedangkan untuk tiap Kabupaten di wilayah Bangka Belitung sebaran yang banyak dan tingkat kepercayaan yang berbeda. Berikut adalah sebaran titik panas (hotspot) untuk tiap Kabupaten di wilayah Bangka Belitung tahun 2015. Untuk titik panas terbanyak terjadi di wilayah Kabupaten Bangka Selatan dengan 635 titik panang dengan tingkat kepercayaan diatas 80 % sebanyak 136 titik. Kemudian diikuti dengan Kabupaten Bangka Tengah dan Bangka Barat sebanyak 399 dan 302 titik panas dengan tingkat kepercayaan 107 dan 62 (Tabel

1).

Musim kemarau yang relatif panjang pada tahun 2015 menyebabkan banyaknya titik panas di wilayah Bangka Belitung. Berdasarkan kejadian bencana asap tahun 2015 dapat dijadikan pelajaran bagi semua instansi pemerintah, perusahaan ataupun masyarakat untuk mengatisipasi kejadian serupa saat musim kemarau di tahun 2016 ini. Pemerintah dan pihak terkait untuk selalu berkoordinasi dan memberikan informasi titik panas kepada masyarakat dan melakukan pencegahan sebelum kebakaran hutan/lahan menyebar. Perusahaan atau masyarakat dihimbau untk tidak membuka lahan dengan cara membakar karena dapat menyebabkan keakaran hutan/lahan ditambah saat musim kemarau angin berhembus kencang dan suhu udara yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan kebakaran akan mudah menyebar.******

(30)

Gambar

Grafik FDRS Pangkal Pinang 1 sampai dengan 31 Agustus Tahun 2016
Gambar 1. Grafik sebaran titik panas (hotspot) di wilayah Bangka Belitung tahun 2015.
Gambar 2. Sebaran titik panas (hotspot) di wilayah Bangka Belitung.

Referensi

Dokumen terkait

(c) sejauh mana orang yang bersangkutan tidak dipekerjakan pada perusahaan tersebut pada pasal 3 dan tidak tunduk pada peraturan nasional atau ketentuan lain mengenai

Implementasi awal EduApp yaitu pada fase Discovery (penamaan fase berdasarkan teori Octalysis Framework level 2 [8]), di mana siswa baru memasuki sistem aplikasi dan

Hal ini memberi makna, jika persepsi kompetensi karyawan, lingkungan kerja, dan kualitas pelayanan secara simultan terhadap kinerja karyawan diterapkan pada PDAM

Banyak tenaga kesehatan baik yang berstatus pegawai tetap / PNS maupun tenga yang tidak tetap / tenaga honorer yang kurang displin dalam kinerjanya, yang mana

Kecemasan merupakan suatu kondisi afektif negatif yang dicirikan oleh gejala fisik dan perasaan takut akan masa depan (Basant dkk., 2011). Kecemasan merupakan suatu faktor

Untuk itu, pada penelitian ini disintesis senyawa kompleks dari ion logam Cu(II) dengan ligan 2,4,5-trifenilimidazol dan dilakukan uji aktivitas antikanker dengan metode

Hal sebaliknya terjadi pada posisi detektor CC SN-9976 di y2 pada awal scanning berkas radiasi yang dikeluarkan pesawat linac mengenai setengah area sensitif walaupun

tersebut, pada kapal selam juga sudah dilaksanakan optimasi gyro inersial dengan menggunakan data output gyro tersebut sebagai sumber data PNT untuk seluruh perangkat yang