• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

Oleh

Chika Seriulina Ginting A34304064

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Chika Seriulina Ginting A 34304064

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(3)

Pertumbuhan dan Kualitas Aksesi Rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.). Dibimbing oleh DWI GUNTORO.

Rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.) merupakan jenis rumput yang biasa digunakan pada lapangan olahraga seperti golf dan sepak bola. Umumnya, lapangan golf menggunakan media yang didominasi oleh pasir. Pasir digunakan sebagai media tanam untuk mendukung pertumbuhan rumput karena memiliki aerasi dan drainase yang baik. Penelitian dalam rangka pengembangan turfgrass lokal telah dilakukan dan terpilih aksesi Cianjur 3 dan Cianjur 4.

Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian media pasir dengan ketebalan yang tepat untuk meningkatkan kualitas fungsional dan visual Rumput Bermuda. Percobaan dilakukan di kebun percobaan Cikabayan, IPB pada bulan November 2007 hingga Mei 2008.

Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu aksesi rumput bermuda dan media pasir. Aksesi rumput Bermuda sebagai petak utama terdiri atas aksesi Cianjur 3, Cianjur 4 dan varietas Tifdwarf. Sedangkan anak petak adalah ketebalan media pasir yang terdiri atas 5 taraf, yaitu 0, 5, 10, 15 dan 20 cm di atas permukaan tanah. Satuan percobaaan berupa petak dengan ukuran 1 m x 1 m. Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan sehingga jumlah total satuan percobaan sebanyak 45 petak. Peubah yang diamati meliputi kualitas visual dan fungsional rumput. Kualitas visual meliputi kepadatan pucuk, tekstur dan warna. Kualitas fungsional meliputi kecepatan penutupan rumput, berat kering pucuk, berat kering akar, panjang akar dan daya recovery.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa rumput aksesi rumput Cianjur 3 dan Cianjur 4 memiliki kualitas yang sebanding dengan varietas introduksi. Peubah tersebut adalah lebar daun, warna, kecepatan dan persen penutupan, berat kering pucuk, daya recovery serta panjang dan berat kering akar rumput.

Ketebalan pasir berpengaruh meningkatkan kepadatan pucuk, lebar daun, daya recovery, kecepatan penutupan, panjang dan berat kering akar kecuali berat kering pucuk dan warna daun. Semakin tebal media pasir tidak selalu

meningkatkan kualitas dan pertumbuhannya. Ketebalan media pasir 15 cm mendukung pertumbuhan rumput menjadi lebih optimal. Pemberian media pasir dengan ketebalan kurang dari 15 mengakibatkan akar tidak tumbuh dengan maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk, sementara ketebalan pasir lebih dari 15 cm menyebabkan unsur hara mudah hilang dan tidak terserap dengan baik. Ketebalan pasir 5 cm meningkatkan kepadatan pucuk, tekstur daun dan kecepatan penutupan 100%. Ketebalan pasir 10 cm mempercepat daya recovery.

Interaksi antara aksesi dengan ketebalan pasir hanya berpengaruh pada kepadatan pucuk dan lebar daun rumput. Kombinasi aksesi Cianjur 3 dengan ketebalan pasir 5 cm, kombinasi aksesi Cianjur 4 dan varietas Tifdwarf dengan ketebalan pasir 15 cm dapat meningkatkan kualitas visual (kepadatan pucuk dan tekstur).

(4)

Judul :

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS

AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

Nama : Chika Seriulina Ginting NRP : A 34304064

Program Studi : Hortikultura

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dwi Guntoro SP, MSi. NIP. 132 176 851

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(5)

Penulis dilahirkan pada tanggal 25 September 1986 di Bandar Lampung. Penulis merupakan putri pertama dari Bapak Yohannes Cahaya Ginting dan Ibu Ngoei Mei Foeng.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar dari tahun 1992 hingga tahun 1998 di SD Immanuel Bandar Lampung. Tahun 1998 penulis melanjutkan studi di SLTP Immanuel Bandar Lampung hingga tahun 2001. Selanjutnya

penulis lulus dari SMU Immanuel Bandar Lampung pada tahun 2004. Tahun 2004 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.

Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi. Tahun 2004/2005 penulis menjadi anggota AgriFarma IPB dan AgricTeam Basketball IPB, Tahun 2004/2008 menjadi anggota UKM PMK IPB dan menjadi koordinator Bidang Pelayanan Kartu Komisi Pelayanan Khusus PMK IPB dan pada tahun 2007 menjadi koordinator JEM_K IPB (Jaringan

Entrepreneur Muda Kristen IPB). Selain itu penulis juga mengikuti berbagai kepanitiaan internal kampus dan eksternal. Penulis juga pernah melakukan magang kerja di Saung Mirwan Nursery selama bulan September hingga November 2008.

(6)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Ketebalan Media Pasir terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Aksesi Rumput Bermuda (Cynodon Dactylon L.). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dwi Guntoro, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan, nasehat, masukan selama penelitian dan kesabarannya selama membimbing penulis.

2. Dr. Ir. Adiwirman M.Si. dan Dr. Dewi Sukma SP. M.Si. selaku dosen penguji atas saran dan masukannya dalam perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Darda Efendi, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah. 4. Pak Milin, pak Koko, pak Joko (Ekofis), dan semua pekerja di Cikabayan

yang telah membantu dalam kelancaran teknis di lapang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Bogor, Febuari 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.) ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Kualitas Fungsional dan Visual Rumput ... 5

Pasir Sebagai Media Tanam ... 7

BAHAN DAN METODE ... 10

Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan ... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Keadaan Umum Penelitian ... 15

Kualitas Visual ... 16

Kepadatan Pucuk... 16

Lebar Daun ... 17

Warna ... 18

Kualitas Fungsional ... 19

Kecepatan dan Persen Penutupan Rumput ... 19

Berat Kering Pucuk ... 21

Daya Recovery ... 21

Panjang Akar ... 22

Berat Kering Akar ... 22

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN ... 32

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi- fraksi tanah

Menurut sistem USDA dan Internasional ... 8

2. Skor Warna Rumput Berdasarkan Munsell Colour Chart for Plant ... 13

3. Pengaruh Interaksi antara Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Kepadatan Pucuk Rumput Bermuda pada 20 dan 23 MST ... 16

4. Pengaruh Interaksi antara Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Lebar Daun Rumput Bermuda pada 22 MST ... 17

5. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Lebar Daun Rumput Bermuda ... 18

6. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Skor Warna Daun Rumput Bermuda ... 19

7. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Lama Penutupan 100% dan Daya Recovery ... 21

8. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Berat Kering Pangkasan Pucuk Rumput Bermuda ... 22

9. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Panjang Akar dan Berat Kering Akar Rumput Bermuda ... 23

Lampiran

1. Data Iklim Bulan November 2007 sampai Mei 2008 ... 33

2. Hasil Analisis Ragam Kepadatan Pucuk Rumput Bermuda ... 34

3. Hasil Analisis Ragam Lebar Daun Rumput Bermuda ... 35

4. Hasil Analisis Ragam Warna Rumput Bermuda ... 36

5. Hasil Analisis Ragam Persen Penutupan Rumput per Minggu ... 37

6. Hasil Analisis Ragam Berat Kering Pucuk Rumput Bermuda ... 39

7. Hasil Analisis Ragam Daya Recovery Rumput Bermuda ... 40

8. Hasil Analisis Ragam Panjang Akar Rumput Bermuda ... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Grafik Kepadatan Pucuk pada 19-23 MST ... 17

2. Perbandingan Lebar Daun Rumput Bermuda ... 18

3. Perbandingan Warna Rumput Bemuda . ... 19

4. Grafik Persen Penutupan Rumput Bermuda ... 20

5. Perbandingan Berat Kering Akar Rumput Bermuda ... 22

6. Perbandingan Panjang Akar Rumput Bermuda ... 23

7. Grafik Berat Kering dan Panjang Akar pada 26 MST ... 23

Lampiran

1. Proses Pengolahan Lahan dan Penanaman Rumput... 41

2. Pemasangan Plastik di sekeliling Petakan ... 42

3. Proses Pengukuran Berat Kering Pucuk ... 42

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jenis rumput-rumputan (Graminae) merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori gulma dan seringkali dinilai merugikan manusia. Akan tetapi bila diteliti secara obyektif, beberapa jenis rumput dapat memberikan keuntungan, yaitu sebagai elemen penutup tanah, elemen lanskap dan penahan erosi. Rumput lanskap digunakan untuk lapangan olahraga, taman dan areal parkir. Rumput ini juga biasanya digunakan sebagai elemen taman pada lapangan olahraga karena memiliki keindahan atau estetika (Kumurur, 2002).

Lapangan olahraga seperti golf dan sepak bola memerlukan pemilihan jenis rumput yang sesuai dengan fungsi lapangan tersebut. Salah satu jenis rumput yang biasa digunakan adalah rumput bermuda (Cynodon dactylon L.). Saat ini, terdapat sekitar 137 lapangan golf yang tersebar di seluruh Indonesia, baik yang dimiliki publik dan swasta (Persatuan Golf Indonesia, 2008). Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 11.68% dari tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa jenis olah raga golf semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Peningkatan jumlah lapangan golf tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produksi rumput.

Rumput bermuda merupakan jenis rumput yang umum digunakan untuk lapangan golf karena memiliki karakteristik yang cocok. Umumnya, lapangan golf di Indonesia masih menggunakan rumput introduksi dibandingkan rumput lokal. Penelitian dalam rangka pengembangan Turfgrass lokal asli Indonesia telah dilakukan. Cianjur 3 dan Cianjur 4 menunjukkan kesamaan karakteristik secara fisiologi dan morfologi (Guntoro, 2005), kualitas fungsional dan kualitas visual (Zakaria, 2006) terhadap rumput introduksi dari 48 aksesi rumput bermuda lokal.

Salah satu faktor pembatas untuk mendukung pertumbuhan rumput lapangan golf adalah kondisi tanah. Rumput bermuda toleran pada kondisi tanah dengan kisaran yang luas. Rumput yang ditanam pada tanah akan meningkatkan intensitas pemeliharaan karena struktur tanah pada area golf menyebabkan perakaran menjadi rusak dan menurunkan kualitas rumput (Mc Carty, 2001).

(11)

Oleh karena itu, jenis media yang digunakan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rumput selanjutnya.

Dewasa ini, lapangan golf menggunakan media pasir sebagai pengganti tanah. Pasir digunakan sebagai media tanam utama lapangan golf karena pada umumnya media tanam yang terlalu padat menghasilkan beberapa masalah bagi pertumbuhan akar rumput golf, seperti perakaran yang terhambat, kesulitan dalam pembuatan “hole”, pertumbuhan rumput menjadi jarang dan tidak seragam. Pasir ditambahkan kedalam tanah untuk meningkatkan aerasi dan drainase.

Kusreal (2005) melaporkan bahwa lapangan golf DIG-BSD menggunakan lapisan tanah green mix dengan campuran pasir (85%) dan peat moss (15%) setebal 30 cm pada luasan 79.63 ha. Selain itu, pasir juga digunakan untuk kegiatan kultivasi lain seperti coring dan top dressing. Namun, pasir memiliki sifat yang tidak lekat dan berpartikel besar sehingga seringkali pupuk mudah tercuci dalam jumlah besar. Media pasir dengan ketebalan yang sesuai diperlukan untuk mendukung pertumbuhan rumput pada kondisi tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketebalan media pasir terhadap rumput bermuda (Cynodon dactylon L.) ini agar didapatkan kualitas yang baik.

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh ketebalan media pasir terhadap kualitas fungsional dan visual rumput bermuda (Cynodon dactylon L.) dan untuk mendapatkan ketebalan pasir yang tepat untuk mendapatkan kualitas fungsional dan visual yang terbaik.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Setiap aksesi memiliki perbedaan kualitas visual dan fungsional. 2. Perbedaan ketebalan pasir menyebabkan perbedaan kualitas.

3. Terdapat kombinasi yang baik antara aksesi dan ketebalan pasir untuk memperoleh kualitas visual dan fungsional yang terbaik.

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Bermuda (Cynodon dactylon L. )

Rumput bermuda merupakan tanaman Monolotiledon, famili Poaceae, sub famili Festucoideae dan berdasarkan struktur spikelet diklasifikasikan ke dalam suku Chlorideae (Beard, 1973). Cynodon dactylon merupakan rumput perennial musim hangat yang tumbuh pada iklim subtropik dan juga tropik (Turgeon, 2002). Cynodon dactylon memiliki nama yang berbeda di beberapa negara seperti di India dikenal dengan debutan Doub, Couchgrass (Australia), Kweekgrass (Afrika Selatan), dan Bermudagrass di Amerika (Harlan, 1951).

Turgeon (2002) mendeskripsikan karakteristik rumput bermuda seperti lidah daun dikelilingi oleh rambut-rambut dengan panjang 2-5 mm, tidak memiliki kelopak daun dengan pinggiran daun yang sempit, pinggiran daun berbulu, kedua permukaan licin atau berambut dengan ujung meruncing, pembungaan dengan 4 atau 5 cabang.

Ada beberapa varietas rumput bermuda yang biasanya digunakan untuk area lapangan golf. Salah satunya adalah varietas Tifdwarf. Kultivar yang ini dirilis pada tahun 1965 ini memiliki karakteristik unggul seperti warna rumput yang cenderung gelap, kepadatan rumput yang tinggi serta pertumbuhan rumput yang lambat (Mc Carty, 2001).

Rumput bermuda dapat berkembang biak dengan rimpang dan stolon, tergantung pada batang lateral di permukaan tanah. Rumput ini memiliki stolon dan rimpang yang tumbuh kesegala arah dengan batang yang ramping dan kaku seperti kawat, dan ujung daunnya seringkali menggulung kearah dalam (Kumurur, 2002). Kultivar, tekstur tanah dan ketersediaan nitrogen mempengaruhi panjang akar. Akar dapat mencapai 245 cm di bawah permukaan tanah, namun pada umumnya panjang akar rumput bermuda berkisar kurang dari 30 cm (Burton et al.,1954).

Emmons (2000) menyatakan bahwa varietas rumput bermuda lebih banyak dikembangkan dengan menggunakan cara vegetatif sebab apabila menggunakan biji sebagai perbanyakannya akan lebih sulit tumbuh, namun perbanyakan dengan biji memiliki kelebihan yaitu murah dan lebih mudah dilakukan pada areal

(13)

penanaman yang luas. Adapun cara vegetatif yang biasa digunakan untuk memperbanyak rumput ini adalah dengan menggunakan lempengan stolon untuk mempercepat rumput menjadi establish (Christians, 2004).

Penyakit yang sering ditemukan pada Cynodon dactylon menurut Fermanian (2003) antara lain : hawar phytium (Phytium sp.), hawar fusarium (Fusarium sp.), karat, ‘dollar spot’ (Sclerotina homoecarpa), Helminthosporium sp, dan Rhizoctonia solani Kahn, sedangkan hama yang sering menyerang menurut Beard (1973) antara lain : ‘sheath spiral’ (Hoplolaimus), helicotylenchus, tungau (Aceria neocynodomis) dan ulat tanah (Agrotis ipsilon).

Syarat Tumbuh

Rumput terbagi dalam spesies musim dingin dan musim panas. Spesies musim dingin dapat beradaptasi pada 65-750F, sedangkan rumput musim panas dapat beradaptasi antara 80-950F (Christians, 2004). Menurut Johns (2004), rumput bermuda merupakan salah satu rumput musim panas yang biasa digunakan untuk stadion olahraga dan lapangan golf di berbagai tempat dan negara karena mudah beradaptasi dan pulih dari kerusakan dengan cepat.

Rumput bermuda biasanya dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki iklim panas dan terkena cahaya matahari. Rumput ini memerlukan cahaya matahari yang penuh dan sangat cocok pada area yang terbuka. Pada iklim tropik, Cynodon tumbuh cepat dan berkelanjutan (Wiecko, 2006). Rumput bermuda biasanya berhenti bertumbuh bila suhu dibawah 60º F (16º C) dan pada suhu 45º F – 50º F (7º - 10º C) daun menjadi berwarna coklat (Emmons, 2000). Selain itu aktivitas perakaran dapat terhenti bila kekekurangan air sehingga menghasilkan rumput yang tumbuh lemah (Cisar et al., 2000). Rumput bermuda toleran pada kondisi tanah dengan kisaran yang luas. Rumput bermuda yang tumbuh pada tanah yang subur akan sangat baik pertumbuhan dan perkembangannya, namun rumput ini dapat bertahan pula pada kondisi tanah yang buruk (Emmons, 2000). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan rumput dipengaruhi oleh iklim dan kondisi tanah, sebab rumput yang stress terhadap kondisi iklim dan kondisi tanah yang buruk dapat menyebabkan matinya akar rumput (Turgeon, 2002).

(14)

Rumput bermuda dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,5-8,5 apabila tanahnya memiliki drainase yang baik. Rumput ini toleran terhadap tanah salin, tetapi pertumbuhan terhambat pada tanah diatas salin (Tropicalforages, 2007).

Kualitas Fungsional dan Visual Rumput

Kualitas rumput merupakan hasil penampakan secara keseluruhan rumput yang sulit diukur secara kuantitatif karena dipengaruhi banyak faktor dan karakteristik. Kualitas rumput akan semakin rendah seiring dengan bertambahnya luas areal yang rusak.

Menurut Turgeon (2002) kualitas rumput terbagi menjadi 2 bagian, yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual merupakan hal yang tampak secara fisik sedangkan kualitas fungsional merupakan hal-hal yang berhubungan dengan fungsinya untuk tetap tumbuh. Mc Carty (2001) menambahkan untuk menghasilkan kualitas rumput lapangan golf yang baik akan didapatkan berdasarkan kombinasi dari penampilan rumput dan kualitas permainannya. Kualitas visual dan fungsional yang sempurna sangat diinginkan. Kualitas visual dan fungsional rumput menurut Turgeon (2002) meliputi:

Kualitas Visual

1. Kepadatan

Kepadatan adalah jumlah pucuk yang ada diatas permukaan tanah per satuan areal. Rumput bermuda mempunyai kepadatan pucuk tertinggi dibandingkan dengan rumput yang lainnya. Khususnya bila kebutuhan pupuk dan air terpenuhi serta bebas hama dan penyakit.

2. Tekstur

Tekstur merupakan ukuran lebar helai daun. Tekstur dan kepadatan saling berhubungan, semakin padat daunnya maka akan semakin halus tekstur rumputnya.

(15)

3. Warna

Warna berkenaan dengan gelombang cahaya yang dipantulkan rumput. Spesies dan varietas yang berbeda akan mempengaruhi keragaman warnanya. Warna juga merupakan indikator kondisi umum dari rumput.

Kualitas Fungsional

1. Berat kering pucuk

Berat kering merupakan ukuran hasil pangkasan yang terbuang setelah pemangkasan. Hal ini dipengaruhi oleh pemupukan, irigasi dan faktor budidaya lainnya.

2. Perakaran

Perakaran menggambarkan pertumbuhan rumput di satu waktu selama musim pertumbuhan. Rumput menjadi lebih tahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dengan perakaran yang dalam daripada pada perakaran yang dangkal.

(16)

3. Daya Recovery

Daya Recovery adalah kemampuan rumput untuk pulih kembali akibat kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan hama dan penyakit, lalu lintas pemain bola dan sebagainya.

Pasir Sebagai Media Tanam

Media tanam adalah dasar bagi tanaman untuk tumbuh berkembang serta establish (Johns, 2004). Harjadi (1982) menambahkan bahwa media tanam yang baik harus merupakan bahan yang memungkinkan akar berpegang kuat, aerasi tinggi dan dapat menahan air. Selain daripada itu, sifat lain yang harus dimiliki media tanam adalah bebas dari bibit gulma, hama dan penyakit.

Menurut Soepardi (1983) pasir mempunyai ukuran partikel terbesar diantara partikel tanah lain dengan bentuk bulat atau tidak menentu. Pasir memiliki pori makro, tidak memiliki kemampuan untuk menyerap air sehingga perkolasinya berlangsung cepat, sehingga tanah berpasir memiliki drainase dan aerasi yang baik. Hanafiah (2005) mengatakan bahwa tanah yang didominasi oleh banyak pasir akan mempunyai pori-pori makro (besar) disebut porous. Semakin porous tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik, air dan udara banyak tersedia bagi tanaman), tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah (Soepardi, 1983). Kemampuan akar untuk berpenetrasi dipengaruhi oleh tekstur, kepadatan dan kandungan air tanah (Grunwald et. al., 2001).

Tanah berpasir memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat menahan air sebaik tanah dengan tekstur liat pada drainase yang cepat karena memiliki ruang pori yang besar (Turgeon, 2002). Tanah berpasir memiliki kondisi aerobik yang baik apabila curah hujannya rendah (Whitehead, 2008). Selain itu juga, media berpasir harus dipupuk lebih sering dibandingkan tekstur tanah lainnya karena pasir merupakan media yang lemah dalam memegang dan menyimpan unsur hara (Emmons, 2000), serta fraksi pasir yang pada umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan (Soepardi,

(17)

tukar kation yang rendah sehingga kemampuan zona perakaran untuk menyerap dan menahan nutrisi sangat lemah.

Pasir merupakan suatu fraksi yang berukuran 0.05-2.00 mm dan berdasarkan sistem taksonomi USDA dibedakan menjadi lima bagian, yaitu pasir sangat halus, pasir halus, pasir sedang, pasir kasar dan pasir sangat kasar (Foth, 1994).

Tabel 1. Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah menurut sistem USDA dan sistem Internasional (dimodifikasi dari Foth, 1984)

Separat tanah Diameter (mm) USDA Internasional

Jumlah Partikel (g-1)

Luas Permukaan (cm2 g-1)

Pasir sangat kasar 2.00-1.00 - 90 11

Pasir kasar 1.00-0.50 - 720 23

Pasir sedang 0.50-0.25 - 5 700 45

Pasir sedang - 2.00-0.20 4 088 29

Pasir halus 0.25-0.10 - 46 000 91

Pasir Sangat halus 0.10-0.05 - 722 000 227

Debu 0.05-0.002 - 5 776 000 454

Debu - 0.02-0.002 2 334 796 271

Liat*) <0.002 <0.002 90 250 853 8 000 000

Pada umumnya, kebanyakan lapangan golf di Indonesia menggunakan media pasir untuk media pertumbuhan rumput. Kesesuaian lahan untuk lapangan golf menurut Widiatmaka (2003) memerlukan lahan yang agak berombak dengan tanah berdrainase baik dan permeabilitas baik, tekstur sedang berbatu dan ketersedian hara untuk pertumbuhan rumput perlu diperhatikan. Pasir merupakan media yang lebih disukai karena tidak terlalu padat dan memberikan drainase yang baik bagi permukaan rumput (Christians, 2004). Hal ini dikarenakan sifat pasir yang berpori aerasi tinggi dan permeabilitasnya tinggi sehingga memudahkan pertumbuhan akar rumput dalam penetrasi ke dalam tanah. Menurut Beard (1982), permeabilitas pasir yang tinggi mencegah pemadatan dan memiliki aerasi, infiltrasi dan perkolasi yang sama, sehingga dapat digunakan sebagai media untuk zona perakaran pada konstruksi Green lapangan golf modern.

Emmons (2000) menyatakan media yang digunakan untuk pertumbuhan rumput biasanya mengandung 80-100% pasir yang digunakan. Wiecko (2006)

(18)

menambahkan bahwa pasir murni dengan ketebalan 30 cm merupakan media tanam dengan ketebalan terbaik untuk mendukung pertumbuhan rumput bermuda. Waryanti (2005) melaporkan bahwa pada umumnya lapangan golf di Indonesia menggunakan pasir untuk media tanam dan dilakukan penyiraman setiap harinya. Hartmann (1983) menegaskan hal ini dikarenakan pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekwensi penyiraman lebih. Pathan et al. (2003) mengemukakan bahwa semakin tebal media pasir yang digunakan maka semakin rendah kandungan air tanah tersebut. Penambahan bahan organik ke dalam media berpasir akan meningkatkan kemampuan memegang air dan menurunkan drainase (Pathan et al., 2004).

Pasir biasa digunakan untuk kegiatan kultivasi pada lapangan golf seperti top dressing. Top dressing adalah kegiatan pemberian media tambahan terutama pasir pada permukaan rumput (Turgeon, 2002). Pasir dengan ukuran partikel 0.5 – 1 mm merupakan ukuran yang dominan digunakan untuk kegiatan kultivsi (Cisar et al., 2000). Mc Carty (2001) menguraikan kelebihan media pasir sehingga digunakan sebagai media yang paling ideal untuk penanaman rumput dibandingkan media lain yang lebih padat, yaitu bahwa pasir dapat menghasilkan rumput dengan kualitas yang baik. Hal ini disebabkan pola drainase yang baik terutama pada waktu hujan sehingga tetap memungkinkan dalam bermain golf tanpa tergantung pada keadaan cuaca. Pada prinsipnya lahan rumput haruslah menjamin pertumbuhan akar dan tajuk yang baik. Akar tidak boleh tergenang air, cukup memperoleh cahaya dengan media yang sehomogen mungkin (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990).

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai dengan Mei 2008. Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Kebun Percobaan Cikabayan IPB dengan ketinggian 250 m di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah aksesi rumput Bermuda hasil koleksi penelitian sebelumnya, yaitu aksesi Cianjur 3, Cianjur 4 dan rumput bermuda introduksi varietas Tifdwarf. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK MutiaraTM 16:16:16, pestisida Decis serta media tanam berupa pasir.

Peralatan yang digunakan adalah grid, kuadran 10 cm x 10 cm, mistar, gunting pangkas, timbangan analitik, oven, Munsell Colour Chart for Plant dan jangka sorong digital.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Percobaan terdiri atas dua faktor, yaitu aksesi rumput bermuda dan ketebalan media pasir. Satuan percobaan berupa petak dengan ukuran 1 m x 1 m. Jumlah satuan percobaan adalah 45 petak. Petak utama adalah aksesi rumput bermuda yang terdiri atas, yaitu aksesi Cianjur 3, Cianjur 4 dan rumput bermuda varietas Tifdwarf sebagai pembanding. Sedangkan Anak petak adalah ketebalan media pasir yang terdiri atas 5 taraf, yaitu :

P0 = tanpa media pasir (0 cm) P1 = 5 cm di atas permukaan tanah P2 = 10 cm di atas permukaan tanah P3 = 15 cm di atas permukaan tanah P4 = 20 cm di atas permukaan tanah

(20)

Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yijk = µ + αi + βj + δij + τk + (αβ)jk + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan aksesi ke-j dan media

ke-k

µ = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh ulangan ke-i (i= 1,2,3)

βj = Pengaruhaksesi rumput bermuda ke-j (j =1,2,3)

δij = Galat yang terjadiakibat interaksi aksesi rumput bermuda dan ulangan

τk = Pengaruh ketebalan media pasir ke-k (k=1,2,3,4,5)

(αβ)jk = Pengaruh interaksi antara aksesi rumput bermuda dan ketebalan media

pasir

εijk = Galat umum

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisi sidik ragam. Apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan

Persiapan Bahan Tanaman

Sebelum tanam, rumput dari hasil penelitian sebelumnya dibersihkan dari gulma-gulma (Gambar Lampiran 1.a), kemudian rumput dipangkas dengan tinggi hasil pangkasan 1 cm. Setelah itu diberi larutan NPK dengan dosis 18 g/petak yang dilarutkan menjadi 200 cc/petak, kemudian dibiarkan selama seminggu sampai rumput tumbuh kembali.

Rumput yang telah tumbuh kembali dengan ketinggian 2 cm dibuat lempengan rumput. Lempengan-lempengan yang berukuran 15 cm x 15 cm dibuat dengan ketebalan 5 cm. Selanjutnya, lempengan tersebut disiram dengan air agar tidak kering.

Pembuatan Petak

Petakan-petakan rumput dibuat di atas lahan yang sudah digemburkan dengan ukuran 1 m x 1 m dengan jarak antar anak petakan 1 m dan jarak antar

(21)

ulangan 1 m sebanyak 45 petak (Gambar Lampiran 1.b). Kemudian setiap petakan diisi media pasir dengan ketebalan berbeda sesuai dengan perlakuan.

Penanaman Rumput

Lempengan-lempengan rumput yang berukuran 15 cm x 15 cm ditanam pada setiap sudut petakan dan bagian tengah petakan dengan kedalaman 3 cm. Untuk satu petak digunakan 5 lempeng rumput sehingga dibutuhkan 225 lempeng rumput untuk 45 petak (Gambar Lampiran 1.c). Kemudian lempengan rumput ditekan agar rata dengan permukaan media. Setelah tanam, lempengan rumput dipupuk NPK 200 cc/petak dengan cara disiram ke atas permukaan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan mencakup penyiraman, pemangkasan, pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan dilakukan secara manual dan rutin. Penyiraman dilakukan terutama bila tidak turun hujan pada lahan percobaan.

Pemupukan untuk pemeliharaan yaitu pupuk majemuk NPK MutiaraTM 16:16:16 sebanyak 18 g/ petak kemudian dilarutkan terlebih dahulu dengan air dengan dosis 200 cc/ petak setiap 1 minggu sekali. Pemangkasan dilakukan setiap 2 minggu sekali atau tergantung dengan kondisi lapang dengan tinggi pangkasan 10 mm menggunakan gunting pangkas. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan merek dagang Decis (bahan aktif deltamerin 25 g/l) dengan konsentrasi 1.5 ml/l air pada 11 MST sampai 14 MST. Gulma yang berada di sekitar petakan dikendalikan dengan penyiangan manual menggunakan kored dan cangkul.

Pengamatan

Peubah yang diamati antara lain:

Kualitas Visual

1. Kepadatan pucuk

Kepadatan pucuk didapatkan dengan menghitung jumlah pucuk yang mempunyai minimal tiga daun pada luasan contoh 10 cm x 10 cm. Setiap

(22)

petak diambil sebanyak 3 petak contoh. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali sesudah seluruh permukaan ditutupi rumput 100 %.

2. Tekstur

Tekstur berhubungan dengan lebar helaian daun. Pengamatan dilakukan dengan mengukur lebar daun dengan menggunakan jangka sorong digital. Pengamatan dilakukan setelah rumput 100% menutupi permukaan setiap satu minggu sekali dengan mengambil 3 titik pengamatan dari setiap petak dan dari setiap titik pengamatan diambil 3 contoh helai daun sehingga berjumlah 9 daun contoh per petakan.

3. Warna

Warna rumput diukur dengan menggunakan Munsell Colour Chart for Plant. Pengamatan dilakukan pada minggu terakhir penelitian. Skor warna rumput ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor Warna Rumput Berdasarkan Munsell Colour Chart for Plant

Skor Warna Notasi Munsell

1 (2.5 GY P 9/6) 2 (2.5 GY B.1 8/9) 3 (2.5 GY L.3 7.5/6) 4 (2.5 GY L.4 6/6.5) 5 (2.5 GY DI.3 5/6.5) 6 (2.5 GY DI.4 4/6) Kualitas Fungsional

1. Persen penutupan rumput

Pengamatan terhadap persentase penutupan rumput dilakukan dengan menggunakan sistem grid. Pengamatan dilakukan dengan melihat kecepatan penutupan rumput sampai 100% menutupi permukaan tanah pada ketiga aksesi. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali sampai rumput menutupi seluruh permukaan tanah.

2. Berat kering pucuk

Berat kering pucuk diukur dengan mengambil contoh rumput pada setiap petak percobaan dengan menggunakan kuadran 10 cm x 10 cm. Rumput yang

(23)

akan dijadikan contoh dipangkas dengan ketinggian pangkas 10 mm. Kemudian pucuk rumput hasil pangkasan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam lalu ditimbang berat keringnya dengan timbangan analitik (Gambar Lampiran 3). Pengamatan dilakukan satu minggu sekali setelah rumput 100% menutupi permukaan tanah.

3. Panjang akar

Contoh akar yang akan diukur panjangnya diambil dari setiap petakan dengan luasan 10 cm x 10 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur panjang akar dari pangkal sampai ujung akar yang terpanjang dengan penggaris. Pengukuran panjang akar dilakukan pada akhir penelitian (26 MST).

4. Berat kering akar

Berat kering akar diukur dengan mengambil akar bersama dengan medianya seluas kuadran 10 cm x 10 cm dengan kedalaman 20 cm. Contoh akar tersebut dipisahkan dari bagian tajuknya kemudian dibersihkan secara manual dari pasir dan material lain yang menempel pada akar. Setelah itu contoh akar dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam lalu ditimbang berat keringnya (Gambar Lampiran 4). Pengamatan dilakukan pada minggu terakhir penelitian (26MST).

5. Daya recovery

Kemampuan rumput untuk hijau kembali setelah dilakukan pemangkasan pendek (0 cm) pada luasan 10 cm x 10 cm. Daya recovery diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan hingga rumput tumbuh kembali setelah perlakuan pemangkasan pendek. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian.

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Keadaan Umum Penelitian

Keadaan umum iklim selama penelitian pada bulan November 2007 sampai dengan Mei 2008 menunjukkan rata-rata suhu sebesar 25.3oC, kelembaban 85%, curah hujan 212 mm/bulan serta 15 hari hujan (Tabel Lampiran 1). Cynodon dactylon akan berhenti tumbuh bila suhu berada dibawah 60oF (16oC) dan pada suhu 45-50oF (7-10oC) daun berubah menjadi kecoklatan. Suhu optimal yang baik untuk pertumbuhan rumput berkisar antara 26.7-35oC. Rumput bermuda dapat tumbuh dan bertahan pada curah hujan di atas 410 mm/ tahun (Blueplanetbiomes, 2007).

Pada awal penanaman, dilakukan penyiraman secara teratur. Hal ini disebabkan jumlah curah hujan yang rendah (116 mm/bulan) pada bulan tersebut, namun pada bulan berikutnya hujan turun dengan frekuensi yang teratur dan cukup sehingga tidak dilakukan penyiraman. Namun, pada awal bulan Desember peningkatan curah hujan mengakibatkan erosi pada media pasir terutama pada petakan dengan ketebalan pasir lebih dari 10 cm, sehingga hal ini ditanggulangi dengan memasang plastik penahan di sekeliling petakan (Gambar Lampiran 2).

Pada minggu ke 11 setelah tanam ketika rumput hampir menutupi seluruh permukaan tanah, terjadi serangan hama ulat tanah (Agrotis ipsilon) pada beberapa tanaman rumput. Hama ini dikendalikan dengan penyemprotan insektisida Decis (bahan aktif deltametrin 25 g/l) dengan konsentrasi 1.5 ml/l air selama 1 bulan (11-14 MST) dengan interfal semprot seminggu sekali. Gulma yang banyak ditemui pada setiap petakan antara lain adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Mimosa pudica, Ageratum conyzoides, Emilia soncifolia dan Vernonia cinerea. Gulma yang berada dalam petakan dikendalikan secara manual, sedangkan yang berada pada luar petakan dibersihkan dengan kored dan cangkul.

(25)

Kualitas Visual

1. Kepadatan Pucuk

Aksesi, ketebalan pasir dan kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir berpengaruh dalam meningkatkan kepadatan pucuk (Tabel Lampiran 2). Interaksi antara aksesi dan ketebalan pasir berpengaruh pada 20 dan 23 MST. Semua ketebalan media pasir tidak berpengaruh nyata terhadap rumput aksesi Cianjur 3, Cianjur 4 dan Tifdwarf pada 20 MST, sedangkan pada ketebalan media pasir 15 cm dan 20 cm yang dikombinasikan dengan varietas Tifdwarf memberikan kepadatan pucuk terbanyak. Pada 23 MST aksesi Cianjur 3 dengan ketebalan pasir 5 cm, Cianjur 4 dengan ketebalan pasir 10 cm dan varietas Tifdwarf dengan ketebalan pasir 15 cm memberikan pengaruh nyata pada peningkatan kepadatan pucuk sebesar 45.46%, 55.87%, dan 30.16% dibandingkan dengan tanpa media pasir. Pada semua ketebalan media pasir, varietas Tifdwarf memberikan jumlah pucuk terbanyak dibandingkan dengan aksesi lokal (Tabel 3). Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian media pasir akan meningkatkan jumlah pucuk rumput dibandingkan dengan tanpa pemberian media pasir.

Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Kepadatan Pucuk Rumput Bermuda pada 20 dan 23 MST (20 MST) Ketebalan Pasir (cm)

Aksesi 0 5 10 15 20

---(Pucuk/100 cm2)--- Cianjur 3 37.11cd 54.22cd 39.33cd 35.22d 44.89cd Cianjur 4 33.44d 42.89cd 51.44cd 54.89cd 49.22cd Tifdwarf 55.67bcd 60.67abc 58.00abcd 79.67a 78.44ab

(23 MST) Ketebalan Pasir

Aksesi 0 5 10 15 20

---(Pucuk/100 cm2)--- Cianjur 3 61.74fg 89.81bcd 68.15defg 67.70defg 63.11efg Cianjur 4 54.96g 73.69defg 84.37cdef 85.67bcde 87.56bcd Tifdwarf 90.11bcd 104.11abc 105.37abc 117.29a 108.07ab

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

(26)

Gambar 1. Grafik Kepadatan Pucuk pada 19-23 MST 2. Lebar Daun

Aksesi tidak berpengaruh terhadap lebar helai daun. Lebar daun setiap perlakuan sama (Gambar 2). Ketebalan pasir hanya berpengaruh terhadap peubah lebar daun pada 23 MST sedangkan kombinasi aksesi dan ketebalan pasir hanya berpengaruh pada 22 MST (Tabel Lampiran 3). Pada kombinasi varietas Tifdwarf dan ketebalan pasir 10 cm menghasilkan lebar daun tersempit (1.42 mm) pada 22 MST. Perlakuan ketebalan pasir 15 cm menghasilkan lebar daun tersempit pada aksesi Cianjur 4 (1.42 mm), sedangkan pada ketebalan pasir 10 cm menghasilkan lebar daun terlebar. Kombinasi Cianjur 3 dengan ketebalan pasir 5 cm menghasilkan lebar daun tersempit, yaitu 1.43 mm pada 22 MST (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Interaksi antara Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Lebar Daun Rumput Bermuda pada 22 MST

Ketebalan Pasir

Aksesi 0 5 10 15 20

---mm--- Cianjur 3 1.65ab 1.43c 1.50abc 1.55abc 1.55abc Cianjur 4 1.50abc 1.46bc 1.67a 1.42c 1.54abc Tifdwarf 1.58abc 1.49abc 1.42c 1.46bc 1.58abc

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

Pada 19-21 MST ketebalan media pasir tidak berpengaruh terhadap lebar daun. Sedangkan pada 23 MST ketebalan media pasir 20 cm menghasilkan lebar

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 18 19 20 21 22 23

Minggu Setelah Tanam (MST)

Ju ml ah P u c u k / 10 0 cm 2 0 5 10 15 20

(27)

daun terlebar yang sama dengan kontrol (tanpa pasir) dan pada ketebalan pasir 15 cm menghasilkan lebar daun yang cenderung lebih sempit (1.49 mm) (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Lebar Daun Rumput Bermuda

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

Gambar 2. Perbandingan Lebar Daun Rumput Bermuda

3. Warna Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh aksesi, ketebalan pasir dan kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir terhadap warna rumput (Tabel Lampiran 4). Ketebalan media pasir tidak memberikan pengaruh pada warna daun rumput bermuda (Gambar 3). Warna rumput diukur berdasarkan skor dengan Munsell Colour Chart for Plant Tissue. Skor warna rumput pada percobaan menunjukkan skor 2 sampai skor 4. Notasi 2.5 GY B.1 8/9 ditunjukkan dengan skor 2, notasi 2.5 GY L.3 7.5/6 ditunjukkan dengan skor 3 dan 2.5 GY L.4 6/6.5 ditunjukkan dengan skor 4 (Tabel 6 ).

Perlakuan Lebar Daun

19MST 20MST 21MST 23MST Aksesi ---(mm)--- Cianjur 3 1.40a 1.50a 1.61a 1.61a Cianjur 4 1.32a 1.52a 1.53a 1.62a Tifdwarf 1.43a 1.41a 1.47a 1.54a Pasir (cm) 0 1.29a 1.47a 1.63a 1.65a 5 1.29a 1.40a 1.41a 1.56bc 10 1.35a 1.50a 1.53a 1.59ab 15 1.46a 1.46a 1.54a 1.49c 20 1.53a 1.56a 1.57a 1.65a

(28)

Tabel 6. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Skor Warna Daun Rumput Bermuda

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

Gambar 3. Perbandingan Warna Rumput Bemuda

Kualitas Fungsional

1. Lama dan Persen Penutupan Rumput 100%

Berdasarkan hasil analisis ragam, lama penutupan rumput dipengaruhi oleh ketebalan pasir namun tidak dipengaruhi oleh aksesi maupun kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir (Tabel Lampiran 5). Lama menutup 100% sama antara aksesi lokal (Cianjur 3 dan Cianjur 4) dengan varietas introduksi (Tifdwarf)

Perlakuan Skor Warna Daun

19MST 20MST 21MST 22MST 23MST Aksesi ---(skor)--- Cianjur 3 3.00a 3.00a 3.06a 3.07a 2.93a Cianjur 4 3.13a 3.20a 3.13a 3.00a 2.93 a Tifdwarf 3.33a 3.27a 3.27a 3.20a 3.27 a Pasir (cm) 0 3.00a 3.00a 3.11a 3.11a 2.89a 5 3.33a 3.44a 3.33a 3.22a 3.22a 10 3.00a 3.00a 3.00a 2.89a 2.89a 15 3.22a 3.11a 3.22a 3.22a 3.11a 20 3.22a 3.22a 3.11a 3.00a 3.11a

(29)

yaitu dicapai pada 15 minggu. Pada ketebalan pasir 5 cm, penutupan rumput 100% (15 minggu) menjadi lebih cepat 2 minggu dibandingkan kontrol (17 minggu). Peningkatan ketebalan media pasir diatas 5 cm menghasilkan penutupan yang sama dengan ketebalan pasir 5 cm (Tabel 7). Persen penutupan rumput setiap minggu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Persen Penutupan Rumput Bermuda

C ianjur 3

0 20 40 60 80 100 120 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Ming g u S etelah T anam (MS T )

Pe rs e n  Pe n u tu p a n   (% ) 0 5 10 15 20

C ianjur 4

0 20 40 60 80 100 120 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Ming g u S etelah T anam (MS T )

Pe rs e n  P e n u tupa n   (% ) 0 5 10 15 20

T ifdwarf

0 20 40 60 80 100 120 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Ming g u S etelah T anam (MS T )

Pe rs e n  P e n u tupa n   (% ) 0 5 10 15 20

(30)

2. Daya Recovery

Daya recovery dipengaruhi oleh ketebalan pasir, namun tidak dipengaruhi oleh aksesi dan kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir (Tabel Lampiran 7). Aksesi Cianjur 3 dan Cianjur 4 memiliki daya recovery yang sama dengan kontrol. Ketebalan pasir lebih dari 5 cm mempercepat kemampuan recovery sebanyak 4 hari dibandingkan tanpa media pasir, yaitu 14 hari (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Lama Penutupan 100% dan Daya Recovery

Perlakuan Kecepatan Penutupan (minggu) Daya Recovery (Hari) Aksesi Cianjur 3 15.13a 19.07a Cianjur 4 14.60a 16.27a Tifdwarf 14.47a 13.53a Pasir (cm) 0 16.56a 20.00a 5 14.67b 18.00a 10 14.11b 14.11b 15 13.89b 14.67b 20 14.44b 14.67b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

3. Berat Kering Pucuk

Berat kering pucuk hasil pangkasan dipengaruhi oleh aksesi hanya pada 23 MST. Tidak terdapat pengaruh ketebalan pasir dan kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir terhadap berat kering pucuk (Tabel Lampiran 6). Berat kering pucuk hasil pangkasan rumput aksesi Cianjur 3 dan Cianjur 4 sebanding dengan kontrol (Tifdwarf). Pemberian media pasir tidak memberikan pengaruh terhadap berat kering pucuk rumput. Pengaruh terhadap berat kering pucuk ini dapat disajikan pada Tabel 8.

(31)

Tabel 8. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Berat Kering Pangkasan Pucuk Rumput Bermuda

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

4. Panjang Akar dan Berat Kering Akar

Panjang akar hanya dipengaruhi oleh ketebalan pasir, namun tidak dipengaruhi oleh aksesi dan kombinasi antara aksesi dan ketebalan pasir (Tabel Lampiran 8). Panjang dan berat kering akar aksesi Cianjur 3 dan Cianjur 4 sama dengan varietas introduksi (Tifdwarf). Pada ketebalan pasir 15 cm menghasilkan panjang akar terpanjang (19.61 cm) dengan berat kering 3.42 g (Tabel 9). Gambar 5 dan 6 menunjukkan berat kering akar yang semakin meningkat seiring meningkatnya ketebalan media pasir sampai ketebalan 15 cm. Semakin tebal media pasir akan meningkatkan panjang dan berat kering akar, namun pada ketebalan pasir lebih dari 15 cm akan kembali menurun (Gambar 7).

Gambar 5. Perbandingan Berat Kering Akar Rumput Bermuda

Perlakuan Berat Kering Pucuk

19MST 20MST 21MST 22MST 23MST Aksesi ---(g)/ 100 cm2--- Cianjur 3 1.32a 0.32a 0.62a 0.38a 0.48a Cianjur 4 1.32a 0.48a 0.69a 0.40a 0.31b Tifdwarf 1.56a 0.62a 0.79a 0.38a 0.41ab Pasir (cm) 0 1.25a 0.32a 0.90a 0.37a 0.39a 5 1.59a 0.58a 0.56a 0.42a 0.37a 10 1.40a 0.45a 0.76a 0.40a 0.43a 15 1.42a 0.61a 0.61a 0.36a 0.40a 20 1.35a 0.42a 0.69a 0.39a 0.42a

(32)

Gambar 6. Perbandingan Panjang Akar Rumput Bermuda

Gambar 7. Grafik Berat Kering dan Panjang Akar pada 26 MST 0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25 Ketebalan Pasir (cm) P a nja n g A k a r ( c m ) 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 5 10 15 20 25 Ketebalan Pasir (cm) Be ra t Ke ri n g A k a r ( g )

(33)

Tabel 9. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi atau Ketebalan Pasir terhadap Panjang Akar dan Berat Kering Akar Rumput Bermuda

Perlakuan Panjang Akar (cm) Berat Kering Akar (g/100 cm2) Aksesi Cianjur 3 17.57a 2.37a Cianjur 4 14.52a 2.05a Tifdwarf 17.59a 2.48a Pasir (cm) 0 13.04c 1.41b 5 15.71b 1.39b 10 15.66b 1.96b 15 19.61a 3.42a 20 18.78b 3.32a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5 %

Pembahasan

Aksesi Cianjur 3 dan Cianjur 4 yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kesamaan karakteristik kualitas visual dan fungsional dengan varietas kontrol (Tifdwarf). Zakaria (2006) melaporkan dua aksesi rumput bermuda lokal yaitu Cianjur 3 dan Cianjur 4 memiliki kedekatan karakteristik dengan rumput introduksi dari 48 aksesi yang berhasil dikumpulkan.

Media pasir yang digunakan sebagai media tanam rumput Bermuda memberikan pengaruh dalam meningkatkan jumlah pucuk, lebar daun, daya recovery, kecepatan penutupan, panjang akar dan berat kering akar dibandingkan kontrol. Kepadatan pucuk dan lebar daun menunjukkan kualitas visual, sedangkan daya recovery, kecepatan penutupan, panjang akar dan berat kering akar menunjukkan kualitas fungsional. Interaksi aksesi dengan ketebalan pasir berpengaruh terhadap kepadatan pucuk dan tekstur.

Emmons (2000) menyatakan bahwa kondisi tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap kedalaman akar rumput. Menurut Beard (1982), perakaran pada media pasir memiliki aerasi yang baik, khususnya oksigen untuk memperpanjang akar meskipun pada daerah perakaran memiliki kekurangan yaitu terbatasnya kapasitas tukar kation dan rendahnya retensi air. Pori aerasi yang

(34)

tinggi memberikan ruang yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan akar (Soepardi, 1983).

Pemberian media pasir meningkatkan panjang dan berat kering akar. Semakin tebal media pasir maka akan meningkatkan panjang dan berat kering akar. Pemberian media pasir dengan ketebalan lebih dari 15 cm menurunkan panjang dan berat kering akar. Media pasir yang terlalu tebal diduga akan mengakibatkan hara dan air yang diberikan mudah hilang sehingga perakaran menjadi lebih pendek karena asupan nutrisi yang diserap akar menjadi kurang optimal. Manajemen air yang baik pada budidaya rumput akan meminimalkan pencucian nutrisi sehingga kualitas rumput tetap terjaga (Gibeault et al., 1985).

Pertumbuhan dan perkembangan akar yang baik memicu pertumbuhan tajuk melalui stolon dan rimpang sehingga menghasilkan jumlah pucuk yang lebih banyak dengan tekstur daun yang lebih halus, mempercepat daya recovery serta mempercepat penutupan rumput 100%. Hal ini diduga pada media pasir memiliki aerasi yang baik dan cukup oksigen sehingga akar dapat menstimulasi pertumbuhan batang lateral untuk memproduksi pucuk baru dan menyebar di atas permukaan tanah. Pertumbuhan tajuk maupun akar yang baik adalah pertumbuhan yang seimbang. Dalam hal ini, pemberian pupuk dapat diserap dengan baik oleh akar dan ditranslokasikan ke atas. Johns (2004) menyatakan bahwa aerasi atau kehadiran udara pada media dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk mengambil nutrisi, air dan oksigen yang diperlukan untuk bertahan dan tumbuh.

Rumput bermuda yang memiliki kepadatan pucuk yang tinggi dan waktu penutupan yang cepat adalah rumput bermuda yang pertumbuhannya diinginkan. Hamparan rumput yang diinginkan adalah creeping (pertumbuhan horizontal), sehingga toleran terhadap pemangkasan rendah dan memiliki kecepatan tumbuh dan menutup yang tinggi (Mc Carty, 2002). Menurut Wiecko (2006), pemangkasan akan mengoptimalkan produksi daun, batang dan akar baru untuk menghasilkan individu yang baru sehingga akan didapatkan kepadatan rumput yang tinggi. Penggunaan media pasir meningkatkan kecepatan penutupan rumput karena akar dengan mudah terbentuk setelah pemangkasan.

Jumlah pucuk rata-rata meningkat seiring dengan umur tanaman. Berdasarkan klasifikasi kualitas rumput, Beard (1973) membagi jumlah pucuk per

(35)

100 cm2. Rumput dikatakan berkelas tinggi apabila jumlah pucuk lebih dari 200, kelas sedang jika jumlah pucuk 100-200, dan kelas rendah jika jumlah pucuk lebih kecil dari 100. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kepadatan yang tergolong rendah (<100 pucuk) dan terlihat bahwa hamparan rumput yang tidak merata sehingga secara visual tidak terlalu baik. Rendahnya kepadatan pucuk ini diduga karena kemampuan akar untuk menyerap unsur hara yang kurang optimal sehingga mengganggu pertumbuhan pucuk. Christians (2002) menyatakan bahwa sistem perakaran rumput pada tanah berpasir mempunyai kemampuan yang rendah dalam pertukaran kation dan daya pegang air.

Pada analisis ragam terdapat pengaruh kombinasi aksesi dan ketebalan pasir pada pengukuran kepadatan pucuk dan tekstur. Varietas Tifdwarf dengan ketebalan pasir 15 cm menghasilkan kombinasi tekstur dan kepadatan yang baik. Menurut Mc Carty (2002) hal ini dikarenakan rumput varietas Tifdwarf memiliki karakteristik kepadatan rumput yang tinggi. Wiecko (2006) menambahkan rumput Tifdwarf merupakan spesies rumput yang memiliki tekstur yang sangat halus. Hal inilah yang menyebabkan sampai saat ini kebanyakan lapangan golf menggunakan varietas introduksi sebagai area permainan golf.

Skor warna rumput didapatkan dengan cara membandingkan warna rumput pada lahan dengan warna baku yang terdapat pada Munsell Colour Chart for Plant Tissues. Notasi warna terbagi menjadi tiga bagian, yaitu hue (kilap), value (nilai), dan chroma (kroma). Menurut Munandar dan Harjosuwignyo (1990), warna memberikan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput lanskap. Warna merupakan kualitas visual yang penting pada rumput dan menjadi indikator kesehatan tanaman (Landschoot and Mancino, 2000). Emmons (2000) menambahkan bahwa bagi sebagian besar orang, warna hijau tua lebih disukai daripada hijau kekuningan. Pada hasil penelitian, pemberian media pasir tidak memberikan pengaruh pada warna rumput. Hal yang sama juga ditunjukkan pada percobaan Pathan et al., (2004) penanaman Cynodon dactylon pada ketebalan pasir 10-12 cm tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah warna. Hal ini diduga karena pencucian hara dan nutrisi pada media pasir terutama nitrogen. Nitrogen merupakan unsur utama yang diperlukan untuk meningkatkan warna hijan daun. Mc Carty (2002) menyatakan bahwa dosis nitrogen harus

(36)

diaplikasikan cukup untuk meningkatkan warna rumput. Adriana (2006) melaporkan bahwa dosis nitrogen sebesar 500 g/ 100 m2/ bulan dapat meningkatkan warna rumput Cianjur 3 dan Cianjur 4.

Berat kering pucuk merupakan indikator pertumbuhan rumput yang dipengaruhi oleh pemupukan, penyiraman dan jenis pemeliharaan lain serta faktor alami lingkungan. Pengukuran terhadap berat kering pucuk dilakukan dengan memotong rumput, dikeringkan kemudian ditimbang (Turgeon, 2002). Pemberian media pasir tidak memberikan pengaruh terhadap peubah berat kering pucuk. Hal ini dikarenakan setiap petakan pada lahan percobaan memiliki kepadatan dan tekstur yang berbeda. Petak percobaan dengan kepadatan pucuk yang tinggi memiliki tekstur atau lebar daun yang sempit, sedangkan pada petakan yang lain dengan kepadatan pucuk yang lebih rendah memiliki lebar daun yang lebih lebar. Sehingga ketika dikeringkan akan menghasilkan berat kering yang cenderung sama. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan Waryanti (2005) dan Ansari (2000) dimana penggunaan media campuran pasir, bentonit dan sekam padi dengan berbagai persentase tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah rata-rata berat kering pucuk atau memberikan respon yang sama terhadap semua perlakuan media tanam yang diujicobakan.

(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada hampir semua peubah, aksesi rumput Cianjur 3 dan Cianjur 4 memiliki kualitas yang sebanding dengan varietas introduksi. Peubah tersebut adalah lebar daun, warna, lama dan persen penutupan, berat kering pucuk, daya recovery serta panjang dan berat kering akar rumput.

Ketebalan pasir berpengaruh meningkatkan kepadatan pucuk, lebar daun, daya recovery, lama penutupan, panjang dan berat kering akar kecuali berat kering pucuk dan warna daun. Semakin tebal media pasir tidak selalu meningkatkan kualitas dan pertumbuhannya. Ketebalan media pasir 15 cm mendukung pertumbuhan rumput menjadi lebih optimal. Pemberian media pasir dengan ketebalan kurang dari 15 mengakibatkan akar tidak tumbuh dengan maksimal dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tajuk, sementara ketebalan pasir lebih dari 15 cm menyebabkan unsur hara mudah hilang dan tidak terserap dengan baik. Ketebalan pasir 5 cm meningkatkan kepadatan pucuk, tekstur daun dan kecepatan penutupan 100%. Ketebalan pasir 10 cm mempercepat daya recovery.

Interaksi antara kombinasi aksesi dengan ketebalan pasir hanya berpengaruh pada kepadatan pucuk dan lebar daun rumput. Kombinasi aksesi Cianjur 3 dengan ketebalan pasir 5 cm, kombinasi aksesi Cianjur 4 dan varietas Tifdwarf dengan ketebalan pasir 15 cm dapat meningkatkan kualitas visual (kepadatan pucuk dan tekstur).

Saran

Penggunaan media pasir dengan ketebalan 15 cm dianjurkan sebagai media tanam rumput Bermuda (Cynodon dactylon L.) untuk mendapatkan kualitas visual (kepadatan pucuk dan lebar helai daun) dan fungsional (panjang akar, berat kering akar dan kecepatan penutupan rumput) yang baik.

(38)
(39)

Tabel Lampiran 1. Data Iklim Bulan November 2007 sampai dengan Mei 2008 Bulan Temperatur Rata-rata Rata-rata Kelembaban Curah Hujan (mm/bulan) Hari Hujan (hari)

(oC) (%) November 25.0 81 116 12 Desember 25.3 89 211 19 Januari 25.7 84 241 10 Febuari 24.4 90 201 15 Maret 25.1 87 281 18 April 25.5 83 257 16 Mei 25.8 82 175 14 Rata-rata 25.3 85 212 15

(40)

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Kepadatan Pucuk Rumput Bermuda

Minggu Keragaman Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah hitung F Pr > F (%) KK

19MST Ulangan 2 64.692 32.346 0.23 0.8051 20.5 Aksesi 2 2580.311 1290.156 9.13 0.0323* Aksesi*Ulangan 4 565.171 141.293 2.31 0.0873 Pasir 4 865.061 216.265 3.53 0.0211* Aksesi*pasir 8 1009.126 126.141 2.06 0.0818 Galat 24 1469.607 61.234 Total 44 6553.968 20MST Ulangan 2 721.211 360.605 0.49 0.6435 15.7 Aksesi 2 5072.028 2536.014 3.47 0.1337 Aksesi*Ulangan 4 2924.305 731.076 11.09 0.0001 Pasir 4 1401.163 350.291 5.31 0.0033** Aksesi*pasir 8 1778.414 222.301 3.37 0.0099** Galat 24 1582.798 65.950 Total 44 13479.918 21MST Ulangan 2 63.765 31.883 0.08 0.9250 14.6 Aksesi 2 10295.766 5147.883 12.84 0.0182* Aksesi*Ulangan 4 1604.272 401.068 3.06 0.0359 Pasir 4 2631.510 657.878 5.02 0.0044** Aksesi*pasir 8 1286.901 160.863 1.23 0.3256 Galat 24 3144.662 131.028 Total 44 19026.876 22MST Ulangan 2 155.652 77.826 0.11 0.9017 12.1 Aksesi 2 9870.237 4935.119 6.73 0.0524 Aksesi*Ulangan 4 2931.674 732.918 6.67 0.0009 Pasir 4 3329.864 832.466 7.57 0.0004** Aksesi*pasir 8 2062.830 257.854 2.35 0.0508 Galat 24 2638.653 109.944 Total 44 20988.911 23MST Ulangan 2 4842.004 2421.002 5.28 0.0754 11.5 Aksesi 2 10178.732 5089.366 11.11 0.0233* Aksesi*Ulangan 4 1832.762 458.190 4.86 0.0052 Pasir 4 2721.940 680.485 7.21 0.0006** Aksesi*pasir 8 2184.453 273.057 2.89 0.0208* Galat 24 2264.763 94.365 Total 44 24024.653

(41)

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Lebar Daun Rumput Bermuda

Minggu Keragaman Sumber db KuadratJumlah Kuadrat Tengah hitung F Pr > F (%) KK

19MST Ulangan 2 2.687 1.343 7.16 0.0477 15.9 Aksesi 2 0.114 0.057 0.3 0.7538 Aksesi*Ulangan 4 0.750 0.188 3.89 0.0142 Pasir 4 0.407 0.102 2.11 0.1106 Aksesi*pasir 8 0.331 0.041 0.86 0.5644 Galat 24 1.158 0.048 Total 44 5.447 20MST Ulangan 2 0.074 0.037 0.94 0.4628 14.2 Aksesi 2 0.111 0.055 1.4 0.3457 Aksesi*Ulangan 4 0.158 0.040 0.9 0.4802 Pasir 4 0.117 0.029 0.66 0.6225 Aksesi*pasir 8 0.462 0.058 1.31 0.2843 Galat 24 1.055 0.044 Total 44 1.977 21MST Ulangan 2 0.093 0.047 1.69 0.2933 9.7 Aksesi 2 0.167 0.084 3.04 0.1576 Aksesi*Ulangan 4 0.110 0.028 1.25 0.3183 Pasir 4 0.225 0.056 2.54 0.0658 Aksesi*pasir 8 0.362 0.045 2.04 0.0842 Galat 24 0.531 0.022 Total 44 1.488 22MST Ulangan 2 0.049 0.025 0.95 0.4593 5.9 Aksesi 2 0.006 0.003 0.13 0.8856 Aksesi*Ulangan 4 0.104 0.026 3.23 0.0296 Pasir 4 0.092 0.023 2.88 0.0443* Aksesi*pasir 8 0.162 0.020 2.52 0.0379* Galat 24 0.193 0.008 Total 44 0.607 23MST Ulangan 2 0.006 0.003 0.55 0.6135 4.5 Aksesi 2 0.055 0.028 4.79 0.0867 Aksesi*Ulangan 4 0.023 0.006 1.11 0.3741 Pasir 4 0.155 0.039 7.51 0.0005** Aksesi*pasir 8 0.027 0.003 0.66 0.7203 Galat 24 0.124 0.005 Total 44 0.391

(42)

Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Warna Rumput Bermuda

Minggu Keragaman Sumber db Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F hitung Pr > F (%) KK

19MST Ulangan 2 0.311 0.156 1.75 0.284 9.1 Aksesi 2 0.844 0.422 4.75 0.088 Aksesi*Ulangan 4 0.356 0.089 1.07 0.395 Pasir 4 0.800 0.200 2.40 0.078 Aksesi*pasir 8 1.600 0.200 2.40 0.046 Galat 24 2.000 0.083 Total 44 5.911 20MST Ulangan 2 0.311 0.156 1.00 0.444 10.0 Aksesi 2 0.578 0.289 1.86 0.269 Aksesi*Ulangan 4 0.622 0.156 1.56 0.218 Pasir 4 1.244 0.311 3.11 0.034* Aksesi*pasir 8 0.756 0.094 0.94 0.500 Galat 24 2.400 0.100 Total 44 5.911 21MST Ulangan 2 0.578 0.289 5.20 0.077 10.3 Aksesi 2 0.311 0.156 2.80 0.174 Aksesi*Ulangan 4 0.222 0.056 0.53 0.717 Pasir 4 0.578 0.144 1.37 0.274 Aksesi*pasir 8 1.689 0.211 2.00 0.091 Galat 24 2.533 0.106 Total 44 5.911 22MST Ulangan 2 0.711 0.356 6.40 0.057 10.2 Aksesi 2 0.311 0.156 2.80 0.174 Aksesi*Ulangan 4 0.222 0.056 0.56 0.697 Pasir 4 0.756 0.189 1.89 0.145 Aksesi*pasir 8 1.244 0.156 1.56 0.191 Galat 24 2.400 0.100 Total 44 23MST Ulangan 2 0.844 0.422 4.75 0.088 11.2 Aksesi 2 1.111 0.556 6.25 0.059 Aksesi*Ulangan 4 0.356 0.089 0.76 0.560 Pasir 4 0.800 0.200 1.71 0.180 Aksesi*pasir 8 2.000 0.250 2.14 0.071 Galat 24 2.800 0.117 Total 44 7.911

(43)

Tabel Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Persen Penutupan Rumput Bermuda per Minggu

Minggu Sumber db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F KK (%) Keragaman 8MST Ulangan 2 2212.844 1106.422 0.46 0.6604 25.2 Aksesi 2 552.044 276.022 0.12 0.8942 Aksesi*Ulangan 4 9599.822 2399.956 15.68 0.0001 Pasir 4 317.244 79.311 0.52 0.7232 Aksesi*pasir 8 1167.956 145.994 0.95 0.4933 Galat 24 3674.000 153.083 Total 44 17523.911 9MST Ulangan 2 1785.600 892.800 0.45 0.6654 19.1 Aksesi 2 563.333 281.667 0.14 0.8714 Aksesi*Ulangan 4 7903.867 1975.967 17.48 0.0001 Pasir 4 281.911 70.478 0.62 0.6503 Aksesi*pasir 8 1046.889 130.861 1.16 0.3635 Galat 24 2713.200 113.050 Total 44 14294.800 10MST Ulangan 2 238.933 119.467 0.39 0.7022 8.9 Aksesi 2 12.133 6.067 0.02 0.9806 Aksesi*Ulangan 4 1235.733 308.933 6.82 0.0008 Pasir 4 1304.133 326.033 7.2 0.0006** Aksesi*pasir 8 572.533 71.567 1.58 0.1833 Galat 24 1087.333 45.306 Total 44 4450.800 11MST Ulangan 2 24.044 12.022 0.09 0.9144 Aksesi 2 35.244 17.622 0.13 0.8783 Aksesi*Ulangan 4 525.556 131.389 3.74 0.0168 Pasir 4 1502.444 75.611 310.68 0.0001** 6.9 Aksesi*pasir 8 317.422 39.678 1.13 0.3801   Galat 24 843.733 35.156   Total 44 3248.444    12MST Ulangan 2 147.778 73.889 1.07 0.4244 Aksesi 2 22.711 11.356 0.16 0.8538   Aksesi*Ulangan 4 276.222 69.056 2.02 0.1237   Pasir 4 1919.022 479.756 14.03 0.0001** 6.6 Aksesi*pasir 8 321.511 40.189 1.18 0.3536   Galat 24 820.667 34.194   Total 44 3507.911   

(44)

Tabel Lampiran 5. Lanjutan 13MST Ulangan 2 334.178 167.089 4.75 0.0878 3.6 Aksesi 2 4.578 2.289 0.07 0.9380 Aksesi*Ulangan 4 140.756 35.189 3.15 0.0326 Pasir 4 922.444 230.611 20.62 0.0001** Aksesi*pasir 8 70.756 8.844 0.79 0.6157 Galat 24 268.400 11.183 Total 44 1741.111 14MST Ulangan 2 198.978 99.489 5.18 0.0775 2.8 Aksesi 2 8.578 4.289 0.22 0.8091 Aksesi*Ulangan 4 76.756 19.189 2.59 0.0621 Pasir 4 755.689 188.922 25.53 0.0001** Aksesi*pasir 8 26.311 3.289 0.44 0.8821 Galat 24 177.600 7.400 Total 44 1243.911 15MST Ulangan 2 84.311 42.156 5.32 0.0746 2.9 Aksesi 2 0.844 0.422 0.05 0.9488 Aksesi*Ulangan 4 31.689 7.922 0.95 0.4538 Pasir 4 377.111 94.278 11.28 0.0001** Aksesi*pasir 8 25.822 3.228 0.39 0.9175 Galat 24 200.667 8.361 Total 44 720.444 16MST Ulangan 2 26.844 13.422 5.54 0.0703 1.9 Aksesi 2 0.178 0.089 0.04 0.9643 Aksesi*Ulangan 4 9.689 2.422 0.71 0.5945 Pasir 4 85.689 21.422 6.26 0.0013** Aksesi*pasir 8 11.378 1.422 0.42 0.9002 Galat 24 82.133 3.422 Total 44 215.911

(45)

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Pucuk Rumput Bermuda

Minggu Keragaman Sumber db KuadratJumlah Kuadrat Tengah hitung F Pr > F (%) KK

19MST Ulangan 2 0.237 0.118 0.88 0.4834 38.9 Aksesi 2 0.591 0.295 2.19 0.2282 Aksesi*Ulangan 4 0.540 0.135 0.45 0.7680 Pasir 4 0.537 0.134 0.45 0.7702 Aksesi*pasir 8 0.538 0.067 0.23 0.9823 Galat 24 7.129 0.297 Total 44 9.572 20MST Ulangan 2 0.208 0.104 0.89 0.4789 65.2 Aksesi 2 0.683 0.342 2.93 0.1647 Aksesi*Ulangan 4 0.467 0.117 1.22 0.3273 Pasir 4 0.514 0.128 1.35 0.2819 Aksesi*pasir 8 1.102 0.138 1.44 0.2295 Galat 24 2.289 0.095 Total 44 5.262 21MST Ulangan 2 0.602 0.301 1.57 0.3144 60.3 Aksesi 2 0.220 0.110 0.57 0.6045 Aksesi*Ulangan 4 0.768 0.192 1.07 0.3950 Pasir 4 0.644 0.161 0.89 0.4832 Aksesi*pasir 8 0.612 0.077 0.42 0.8948 Galat 24 4.326 0.180 Total 44 7.173 22MST Ulangan 2 0.077 0.039 3.53 0.1309 31.9 Aksesi 2 0.005 0.002 0.22 0.8085 Aksesi*Ulangan 4 0.044 0.011 0.71 0.5927 Pasir 4 0.018 0.005 0.3 0.8764 Aksesi*pasir 8 0.039 0.005 0.32 0.9507 Galat 24 0.370 0.015 Total 44 0.554 23MST Ulangan 2 0.485 0.242 15.53 0.0130 35.0 Aksesi 2 0.229 0.114 7.34 0.0459* Aksesi*Ulangan 4 0.062 0.016 0.78 0.5471 Pasir 4 0.024 0.006 0.3 0.8761 Aksesi*pasir 8 0.169 0.021 1.06 0.4207 Galat 24 0.478 0.020 Total 44 1.447

(46)

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Daya Recovery Rumput Bermuda Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F KK (%) Ulangan 2 33.911 16.956 0.40 0.6935 15.6 Aksesi 2 229.644 114.822 2.72 0.1796 Aksesi*Ulangan 4 168.889 42.222 6.53 0.0011 Pasir 4 240.356 60.089 9.29 0.0001** Aksesi*Pasir 8 67.244 8.406 1.30 0.2902 Galat 24 155.200 6.467 Total 44 895.244

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Panjang Akar Rumput Bermuda Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F KK (%) Ulangan 2 12.844 6.422 0.78 0.5194 15.0 Aksesi 2 93.641 46.821 5.65 0.0683 Aksesi*Ulangan 4 33.143 8.286 1.35 0.2819 Pasir 4 253.130 63.283 10.28 0.0001** Aksesi*Pasir 8 96.876 12.110 1.97 0.0956 Galat 24 147.733 6.156 Total 44 637.368

Keterangan: ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Tabel Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Bobot Kering Akar Rumput Bermuda Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F KK (%) Ulangan 2 5.986 2.993 2.89 0.1671 33.9 Aksesi 2 1.495 0.747 0.72 0.5398 Aksesi*Ulangan 4 4.140 1.035 1.7 0.1840 Pasir 4 36.246 9.062 14.84 0.0001** Aksesi*Pasir 8 9.041 1.130 1.85 0.1163 Galat 24 14.654 0.611 Total 44 71.562

(47)

a. Lahan Penelitian Sebelumnya yang akan Diolah

b. Pemberian Media Pasir pada Setiap Petakan

c. Penanaman Lempengan Rumput

(48)

Gambar Lampiran 2. Pemasangan Plastik di sekeliling Petakan

Gambar Lampiran 3. Proses Pengukuran Berat Kering Pucuk

Gambar

Tabel 1.  Klasifikasi ukuran, jumlah dan luas permukaan fraksi-fraksi tanah  menurut sistem USDA dan sistem Internasional (dimodifikasi dari  Foth, 1984)
Gambar 1. Grafik Kepadatan Pucuk pada 19-23 MST  2. Lebar Daun
Tabel 5. Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap     Lebar Daun Rumput Bermuda
Tabel 6 .  Pengaruh Faktor Tunggal Aksesi dan Ketebalan Pasir terhadap Skor  Warna Daun Rumput Bermuda
+7

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan maka yang perlu dilakukan adalah berfikir bagaimana dapat menyelesaikan masalah tersebut maka penulis kembali ke konsep awal , yaitu dibuatnya satu aplikasi atau

Selama kunjungan tersebut, dilakukan pendekatan secara kekeluargaan yaitu dengan melakukan obrolan-obrolan ringan sambil membantu melakukan pekerjaan rumah keluarga Bapak I

Penelitian ini bertujuan : (1.) Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 03 Ngemplak dengan menggunakan

Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk

Because Klein’s attack as described in Section 3.1 is not hindered by strong keys, we suggest to additionally implement this attack without key ranking, to be able to attack even

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan mengenai strategi pengembangan pada SAB untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan

لوس ر اا دمحم ام و Ditulis Wa mā Muḥammadun illā rasūl.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi berbusana muslimah siswi kelas X SMK

3.9 Menerapkan cara perlakuan panas (heat treatment) pada benda tuang ferro dan non-ferro sesuai dengan hasil yang dicapai sesuai POS. 4.9 Melakukan proses perlakuan panas