• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WEBBED TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 87 MANIPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WEBBED TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 87 MANIPI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WEBBED TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 87 MANIPI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh AKMAL HS. NIM. 10540856713

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Akmal Hs. NIM : 10540 8567 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Webbed terhadap Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2017 Yang membuat pernyataan

(5)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Akmal Hs. NIM : 10540 8567 13

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai menyusun skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2,dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2017

Yang membuat perjanjian

(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Berfikirlah sebagai seorang pemula... Maka dunia akan terbuka untukmu...

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tuaku yang penuh kasih. Saudaraku, sahabat serta seluruh keluarga yang selalu mendukung

Almamaterku Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

ABSTRAK

Akmal Hs. 2017, Pengaruh Model Pembelajaran Webbed Terhadap Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekoah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Sukri Syamsuri dan pembimbing II Tarman A. Arief.

Dengan memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penggunaan model pembelajaran webbed berpengaruh signifikan terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun pelajaran 2017/2018? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Webbed terhadap Keterampilan Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun ajaran 2017/2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai pre eksperimental, desain penelitian jenis one group pretest and posttest design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelompok sebagai kelas eksperimen. Satuan eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 22 orang. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan.

Hasil analisis uji t diketahui bahwa nilai t Hitung yang diperoleh adalah 4.320 dengan frekuensi d.b = (N-1 ) = 22 - 1 = 21. Pada taraf signifikan 0,05 (5%) diperoleh nilai t Tabel = 1.720. Jadi, t Hitung > t Tabel atau Hipotesis nol (H0) ditolak dan Hipotesis alternative (H1) diterima. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran webbed berpengaruh signifikan terhadap keterampilan menulis karangan.

.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Webbed, Keterampilan Menulis.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah swt yang senantiasa memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, selalu memberikan petunjuk kepada orang yang bersungguh-sungguh dan memberikan jalan keluar terhadap segala kesulitan. Karena Allah lah Maha kuasa atas segala sesuatu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada panutan umat Islam yaitu Nabi Muhammad saw yang memberikan tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan akhirat.

Setiap manusia harus yakin akan kekuatan Allah dan janji Allah. Begitu juga penulis yang meyakini terhadap kekuatan Maha Pengasih dan Penyayang- Nya. Seperti janji Allah dalam Al-Qur‟an ”Intansurullaha yansurkum wa yusabbit aqdaamakum” artinya siapa saja yang menolong agama Allah maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu. Ayat itulah yang menjadi motivasi penulis selama ini sehingga dengan ridha-Nya dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tua Abd. Rahim dan Almarhumah Hapsah yang telah merawat, membesarkan, mendidik dengan penuh kesabaran, senantiasa mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi, dan memanjatkan doa yang selalu mengalir dalam setiap desah nafasnya. Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. dan Dr. Tarman A. Arief M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I dan pembimbing II Skripsi penulis, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk

(9)

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Dr. H. Abd Rahman Rahim SE.MM. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib M.Pd.,Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya Makassar yang telah memberikan pengetahuan serta pengalamannya kepada penulis sebagai bekal untuk menyonsong masa depan. Sulfasyah S.Pd,.M.A.,Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidian Universitas Muhammadiyah Makassar. Dra. Hj. Maryati Z. M.Si. Selaku penasehat akademik Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Sekolah,guru,staf Sd negeri 87 Manipi dan teruntuk sahabat-sahabatku tercinta, yang telah bersedia mendoakan, menjadi penyemangat penulis, menjadi bahu sandaran ketika penulis terbentur batu sandungan dan tidak menemukan titik terang dan doa yang senantiasa dipanjatkan peneliti.

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do‟a dalam proses penulisan laporan ini. Adapun tujuan yang peneliti lakukan ialah untuk melatih dan memantapkan kemampuan serta kompetensi- kompetensi penulis secara nyata dalam mengaplikasikan teori dan ilmu yang peneliti peroleh selama menempuh proses pendidikan. Untuk itu, semoga penelitian ini bisa dipergunakan sebagaimana mestinya dan bisa bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya. Peneliti menyadari, bahwa

(10)

tak ada gading yang tak retak, dimana tidak ada pekerjaan yang sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam laporan ini, dan guna memperbaiki kesalahan tersebut, peneliti menerima saran dan kritik yang positif dari pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.

Wassalamu „alaikum Wr. Wb Makassar, Agustus 2017 Penyusun

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Penelitian yang Relevan ... 7

2. Teori Belajar dan Pembelajaran ... 9

(12)

B. Kerangka Pikir ... 29

C. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Rancangan Penelitian ... 32

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

2. Jenis Penelitian ... 32

3. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

C. Definisi Operasional Variabel ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Hasil Kemampuan Menulis Karangan Siswa(Pretest-Postest) ... 45

2. Uji Normalitas ... 47

3. Uji Homogenitas ... 48

4. Uji Hipotesis ... 49

B. Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Simpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1. Desain Penelitian ... 33 3.2. Skor Penilaian Menulis Karangan ... 36 3.3. Pedoman Penilaian Menulis Karangan ... 37 3.4 Kategorosasi Standar Hasil Belajar yang Ditetapkan oleh Departemen

Pendidikan Nasional ... 40 3.5 Kategori Standar Ketuntasan Hasl Belajar Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 87 Manipi ... .40 4.1. Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan ... 47 4.2. Distribusi Frekuensi Hasil menulis Karangan Pretest-Postest Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi ... 46 4.3. Deskripsi Ketuntasan Menulis Karangan Pretest-Posttest Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi ... 47 4.4 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis

Karangan ... 48 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis

Karangan ... 49 4.6 Hasil Uji t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan ... 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi Instrumen

Lampiran 2 : Instrumen Penelitian Pretest

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian Posttest

Lampiran 4 : RPP Pertemuan Pertama

Lampiran 5 : RPP Pertemuan Kedua

Lampiran 6 : Uji Normalitas Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 7 : Uji Homogenitas Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 8 : Uji Hipotesis Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 9 : Statistik Deskriptif Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 10 : Hasil Penilaian Pretest Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 11 : Hasil Penilaian Posttest Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 12 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis Karangan

Lampiran 13 : Contoh Menulis Hasil Karangan Siswa

Lampiran 14 : Foto Dokumentasi Penelitian

Lampiran 16 : Surat Izin penelitian

Lampiran 17 : Surat Keterangan Kepala Sekolah SD Negeri 87 Manipi

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah suatu lembaga yang dirancang khusus untuk pengajaran kepada siswa di bawah pengawasan para guru. Dari bangku sekolahlah siswa mendapatkan imunitas belajar yang kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang akan mereka lakukan dikemudian hari. Dalam mendapatkan pengajaran siswa diberikan berbagai mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menuntut siswa untuk memiliki keterampilan tertentu. Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa memiliki keterampilan yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia. Hakikat fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Penguasaan bahasa yang baik akan mempermudah proses komunikasi dan memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk berekspresi dan bersosialisasi.

Selanjutnya untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan berkesinambungan. Kemampuan bahasa meliputi empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Setiap keterampilan yang ada berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Dari empat keterampilan tersebut maka siswa diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan keterampilan berbahasa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa bukan pengajaran tentang bahasa semata. Keterampilan berbahasa tersebut yaitu keterampilan reseptif (menyimak dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). Pengajaran bahasa diawali

(17)

dengan pengajaran keterampilan reseptif dan kemudian dilanjutkan dengan keterampilan produktif untuk tahap selanjutnya, yang kemudian keempat keterampilan tersebut dapat bersatu padu sebagai kegiatan berbahasa yang terpadu.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dilatih adalah keterampilan menulis. Disadari atau tidak, kehidupan kita berkaitan dengan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif ini. Menulis menjadi kegiatan yang amat penting bagi manusia dalam kehidupan. Kegiatan menulis membantu manusia dalam proses komunikasi. Begitu pula dalam proses belajar, menulis membantu manusia dalam keberlangsungan proses tersebut.

Kegiatan menulis mempunyai tujuan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan kegiatan proses kreatif. Keterampilan menulis perlu kreatifitas tinggi dan harus dapat mengembangkan ide atau gagasan-gagasan dalam pikirannya. Dalam kegiatan pembelajaran menulis tidak mudah dilakukan oleh para siswa jika mereka tidak dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat mengembangkan ide atau gagasan mereka dalam keberlangsungan prosesnya. Banyak faktor yang dapat menghambat terjadinya pengembangan ide seseorang dalam proses kegiatan menulis, yaitu faktor internal yang ditimbulkan dalam diri siswa/penulis seperti malas menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Faktor lain, timbul dari faktor eksternal siswa, seperti kondisi kelas yang kurang kondusif atau suara-suara yang mengganggu konsentrasi siswa dalam membuat sebuah tulisan.

Salah satu jenis keterampilan menulis adalah keterampilan menulis karangan. Dalam karangan siswa bisa menuangkan apa yang dirasakannya, menuangkan pengalaman yang pernah terjadi dalam bentuk cerita. Karena

(18)

karangan merupakan suatu karya sastra yang ditulis dengan kata-kata yang sederhana dan bermakna.

Karangan merupakan salah satu dari pendidikan sastra di sekolah terutama di jenjang sekolah dasar. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra. Dari ketiga komponen tersebut, yang menjadi titik konsentrasi dalam penelitian ini adalah proses kreatif anak dalam menulis sebuah karya sastra terutama karangan.

Karangan diperkenalkan di sekolah dasar dengan mengapresiasikan melalui membaca. Mengapresiasikan karangan dengan jalan menulis atau menciptakan karangan yang diajarkan di kelas V. Karangan perlu diperkenalkan sejak dini, karena karangan tidak pernah lepas dari gejolak hidup manusia. Dalam strategi belajar dan mengajar memang sangat dituntut bagi guru untuk menggunakan sebuah model pembelajaran yang baik dan tepat.

Model yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan model yang menarik dan dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Sebenarnya banyak siswa yang antusias di dalam pembelajaran menulis, karena dengan menulis siswa dapat menuangkan segala yang ada di dalam pikirannya.

Walaupun sering kali dihadapkan kepada permasalahan seperti susahnya mencari inspirasi yang akan dituangkan di dalam tulisan tersebut, sulitnya menentukan tema yang akan diangkat dalam menulis karangan. Selanjutnya di

(19)

SD/MI masih ditemui rendahnya kemampuan menulis karangan, sulitnya siswa menggunakan ejaan yang tepat dalam menulis karangan.

Dalam menulis karangan hal yang terpenting adalah dalam menentukan tema yang akan ditulis. Setelah tema ditentukan maka menulis karangan akan menjadi mudah karena penulis tetap memperhatikan tema dan tidak berangkat jauh dari tema. Terdapat beberapa alasan yang melatar belakangi penelitian ini Diantaranya adalah bahwa menulis memiliki kedudukan yang penting bagi siswa untuk melatih kecerdasan untuk berpikir dan menunjang hasil belajar. Menulis merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berpikir dan selalu ingin berkarya, dan ingin melakukan hal yang kreatif. Namun kegiatan menulis karangan ini perlu diasah secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 87 Manipi sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan menulis karangan itu merupakan hal yang masih sulit. Tidak mudah bagi siswa untuk merangkai kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang bermakna. Dan juga sulit bagi siswa untuk menentukan tema apa yang akan mereka pilih untuk membuat karangan itu. Berdasarkan fakta tersebut, hendaknya guru mampu memadukan model pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk bisa kreatif dalam menulis karangan. Tidak hanya selalu dengan model ceramah yang menjela skan unsur-unsur yang terdapat dalam karangan tetapi tidak mengajak siswa untuk menulis karangan dengan kreatif dan tetap memperhatikan unsur-unsur dalam menulis karangan.

Model pembelajaran webbed adalah salah satu model yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga berimplikasi terhadap hasil belajar. Melalui model ini siswa akan diperlihatkan kerangka tema yang akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa dalam menulis karangan.

(20)

Latar belakang masalah di atas mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Webbed Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas V SD Negeri 87 Manipi”. B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penggunaan model pembelajaran webbed berpengaruh signifikan terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun pelajaran 2017/2018?” C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun pelajaran 2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkatan teoretis kepada pembaca dan guru dalam memilih model pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menulis.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata untuk menerapkan penggunaan model pembelajaran untuk meningkatakan keterampilan menulis siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.

(21)

a) Bagi peneliti, menambah pengetahuan khususnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia setelah dilakukan proses pembelajaran dengan pembelajaran terpadu model webbed.

b) Bagi siswa, hasil penelitian ini akan membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis mereka. c) Bagi guru, memberikan masukan kepada guru, khususnya guru bahasa

Indonesia bahwa model pembelajaran webbed dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.

d) Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan diberikan sesuatu yang baik pada sekolah itu sendiri dan sekolah lain pada umunya dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.

e) Bagi pembaca khususnya mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu kajian yang menarik untuk perlu diikuti lebih lanjut dan lebih mendalam.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara lain:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Nurhayati (2013) dalam penelitian yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Webbed dalam Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 26 Mojokerto. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa data yang dianalisis dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan 95% (ά=0,05). Jadi, dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan menulis karangan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model webbed dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Adapun perbedaan penelitian Endah dengan Penelitian ini dapat dilihat dari model pembelajaran yang digunakan, jenis menulis yang dipilih dan jenjang pendidikannya. Endah Nurhayati menggunakan Model Pembelajaran Webbed dalam Menulis Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 26 Mojokerto. Sementara penulis menggunakan model pembelajaran webbed dalam penelitian menulis karangan sederhana yang dilakukan pada kelas V SD Negeri 87 Manipi.

(23)

b. Penelitian yang dilakukan oleh Riki Harkemri (2015) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan melalui Pembelajaran Model Webbed pada Siswa Kelas VII SMPN 30 Bulukumba. Dari penelitian ini yang telah dilakukan oleh Riki Harkemri menyimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pendekatan pembelajaran webbed. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas pembelajaran, model pembelajaran webbed meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga terjadi peningkatan hasil dalam keterampilan menulis karangan yang dilakukan pada penelitian ini. Adapun perbedaan penelitian Riki Harkemri dengan penelitian ini dapat dilihat dari pendekatan yang digunakan, jenis menulis yang dipilih dan jenjang kelas pendidikannya. Sementara penulis menggunakan model pembelajaran webbed dalam penelitian menulis karangan sederhana yang dilakukan pada kelas V SD Negeri 87 Manipi. Kemudian metodologi yang digunakan oleh Riki Harkemri yaitu penelitian tindakan kelas atau Classromm Action Research, sedangkan metodologi yang akan penulis lakukan adalah ekperimen kuantitatif yaitu penelitian ekperimen.

c. Penelitian Sarifah Aisyah (2016) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Webbing dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMPN 27 Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran webbing terhadap keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII SMPN 27 Makassar. Artinya

(24)

pembelajaran dengan model webbing lebih baik dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Adapun perbedaan penelitian Sarifah Aisyah dengan penelitian ini dapat dilihat dari jenis menulis yang dipilih dan jenjang kelas pendidikannya. Sarifah Aisyah menggunakan model pembelajaran webbing dalam penelitian keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMPN 27 Makassar. Sementara penulis menggunakan model pembelajaran webbed dalam penelitian menulis karangan sederhana yang dilakukan pada kelas V SD Negeri 87 Manipi.

2. Teori Belajar dan Pembelajaran a. Belajar dan Pembelajaran

Belajar menurut Purwanto (2010: 84) adalah sesuatu yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Perubahan dalam kepribadian manusia dapat terlihat dari peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, daya berpikir, dan kemampuan lainnya.

Oemar Hamalik (2014: 54) menjelaskan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Purwanto (2010: 85) menjelaskan definisi-definisi tentang belajar terdapat elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu:

(25)

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. 4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan masalah.

5) Salah/ berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan , ataupun sikap. Wasty Soemanto (2006: 104) mendefinisikan belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Dengan proses menginterpretasikan praktek dan latihan yang baru dimiliki siswa saat belajar maka dapat membuat suatu perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan suatu upaya untuk melatih siswa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia harus diterapkan dengan baik .

Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri, baik dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya melalui sebuah proses.

(26)

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial masyarakat. Proses pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga dapat diartikan dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi dari interaksi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Artinya penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Diharapkan dari tujuan ini siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri, atau sejauh mana siswa dapat menguasai akan suatu materi pelajaran.

Dalam proses pembelajaran Wina Sanjaya (2008: 219) mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu teaching of thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan pembentukan keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada aspek tujuan pembelajaran. Teaching for thinking adalah proses pembelajaran yang diarahkan pada usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitikberatkan kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan siswa bisa berkembang secara optimal. Dan teaching about thinking adalah pembelajaran yang diarahkan pada upaya membantu agar

(27)

siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis pembelajaran ini lebih menekankan kepada metedologi yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengertian proses pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses adaptasi melalui sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah dengan tujuan pembelajaran merupakan proses yang amatlah penting untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Trianto (2014: 51) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran yang tepat ditunjukkan kepada siswa agar mencapai tujuan belajar yang maksimal. Menurut Kemp di dalam buku Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru yang ditulis oleh Rusman (2011: 132) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Dari pengertian model pembelajaran yang sudah dijelaskna dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap siswa agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif.

(28)

c. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Trianto (2014: 23) di dalam bukunya menuliskan bahwa istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Namun demikian apabila mengkaji berbagai model pembelajaran, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran berbeda dengan model pembelajaran. Secara praktis, proses pembelajaran dengan perubahan paradigma adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Strategi pembelajaran lebih umum dari model pembelajaran dan sebaliknya model pembelajaran lebih khusus dari strategi pembelajaran. Berikut ini adalah ciri-ciri model pembelajaran :

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli seperti Herbert Thelen berdasarkan teori Jhon Dewey berpendapat bahwa model pembelajaran dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synetic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pembelajaran mengarang.

4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax), (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system social, dan (4) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.

(29)

5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (1) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur, (2) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

3. Pembelajaran Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Konsep pembelajaran terpadu merupakan pada hakikatnya anak sebagai pembelajar dan proses yang melibatkan pengembangan berpikir dan belajar. Pelakasanaan pendekatan pemebelajaran terpadu ini bertolak dari suatu topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan anak.

Oemar Hamalik (2014 :133) menjelaskan pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek, yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun secara kelompok dengan metode yang bervariasi dan dengan bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.

Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam proses belajar atau mengarahkan anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan pembelajaran terpadu ini lebih menekankan kepada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

b. Model-model Pembelajaran Terpadu

Ditinjau dari cara memadukan konsep, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Fogarty mengemukakan bahwa terdapat 10 (sepuluh) model pembelajaran terpadu, yakni: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4)

(30)

sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) treated, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) network (Ridwanudin, 2015: 44). Adapun macamnya diantaranya:

Model fragmented ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya pada satu mata pelajaran saja. Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Kemudian model keterhubungan connected yaitu topik-topik dalam satu disiplin ilmu berhubungan satu sama lain. Kemudian ada model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Selanjutnya model sequenced adalah model pembelajaran yang memadukan dua bidang studi yang memiliki keterkaitan atau kesamaan topik. Jika model shared adalah model pembelajaran terpadu yang menggabungkan dua mata pelajaran atau lebih yang memiliki ketimpangan konsep sehingga dapat saling melengkapi. Kemudian model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang bertolak dari pendekatan tematik. Dalam pengembangnnya dimulai dengan menentukan tema, kemudian dikembangkan menjadi subtema dengan memperlihatkan keterkaitan dengan sub-sub tema kemudian dikembangkan dengan aktivitas belajar siswa. Setelah itu ditentukan berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung terhadap tema. Model treated adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang berpotongan dengan inti materi. Selanjutnya model integrated adalah model pembelajaran terpadu yang memadukan sejumlah topik, konsep, keterampilan dan sikap dari berbagai mata pelejaran yang saling tumpang tindih. Topik, konsep, keterampilan dan sikap tersebut selanjutnya dikaitkan dalam satu tema yang mencakup berbagai mata pelajaran. Kemudian ada model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran

(31)

dalam satu subjek. Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda, dengan begitu siswa dapat saling bertukar pengalaman dan berbagi informasi. Secara tidak langsung siswa akan terpacu untuk menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Dan yang terakhir adalah model networked adalah model pembelajaran terpadu yang mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda. Proses belajar berlangsung secara terus-menerus dikarenakan adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

c. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran Webbed

Pembelajaran terpadu model webbed menurut Trianto (2014: 41) adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Model pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa.

Menurut Alfiah (2012: 2), ”Model webbed (jaring laba-laba) dalam pembelajaran bahasa lebih mengutamakan unsur keterpatuan yang akhirnya membentuk komunikasi yang efektif antara guru dengan siswa”. Dengan demikian maka model ini sangat baik diterapkan kepada siswa agar siswa mampu berkomunikasi secara efektif dan aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Model webbed merupakan bentuk kolom jaring laba-laba sebagai tempat jawaban pertanyaan, penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar. Dari sub-sub tema ini dikembangan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

(32)

Jadi model webbed atau jaring laba-laba terimplementasi melalui pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Model webbed merupakan bentuk kolom jaring laba-laba sebagai tempat jawaban pertanyaan penuntun tentang imajinasi dari benda atau gambar. Karakteristik webbed yaitu:

1) Berpusat pada siswa

Pendekatan ini lebih banyak mendapatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2) Memberi pengalaman langsung

Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata atau konkret sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa.

4) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain yang menyenangkan. Kelebihan dari model jaring laba-laba atau webbed meliputi:

1) Menyeleksi tema sesuai dengan minat akan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Memudahkan perencanaan,

3) Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa, dan

4) Memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.

Selain kelebihan yang dimiliki, model webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:

(33)

2) Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal, dan

3) Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran terpadu model jaring aba-laba (webbed) menurut Trianto (2014: 41) adalah sebagai berikut:

1) Menentukan tema

2) Mengembangkan sub-sub temanya

3) Mengembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa

Keutamaan atau keberhasilan untuk membuat pembelajaran efektif dari model webbed adalah hal yang pertama ditinjau adalah dalam proses rancangan pembelajaran webbed ini harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi siswa (bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuan). Dengan adanya pembelajaran efektif model webbed, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermakna disini artinya memahami konsep yang siswa pelajari.

Oleh karena itu, sebagai guru yang profesional ketika di dalam kelas agar tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang baik, guru haruslah mempersiapkan perencanaan yang baik sesuai dengan kondisi peserta didik di dalam kelas.

4. Menulis

a. Definisi Menulis

Pada hakikatnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pembelajaran bahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan membaca dan menyimak biasanya disebut juga kemampuan yang bersifat aktif

(34)

reseptif. Kedua keterampilan tersebut memiliki kemampuan menerima, proses decoding, kemampuan untuk memahami bahasa atau pesan yang dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi atau tulisan.

Lain halnya dengan keterampilan berbicara dan menulis yang disebut kemampuan yang bersifat aktif produktif. Aktif produktif merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan enconding, kegiatan untuk menyampaikan bahasa kepada pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis. Fokus dalam penelitian ini akan memaparkan keterampilan menulis yang merupakan bagian dari keterampilan yang bersifat aktif produktif.

Keterampilan menulis merupakan salah satu standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia. Tujuan dari keterampilan menulis berdasarkan Permendiknas No. 23 tahun 2006 adalah menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, drama, kritik dan esai.

Menulis itu pada dasarnya merupakan kegiatan merekam buah pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan sistem dan peralatan menulis. Usaha merekam bahasa lisan ke dalam bentuk tulis menghendaki adanya aturan atau system tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi . Hal ini menyebabkan kepandaian menulis itu menjadi sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan tentu tidak akan

diperoleh apabila tidak melalui proses pelatihan yang terus menerus dilakukan. Khaerudin Kurniawan (2012: 46) mengartikan menulis merupakan suatu

proses kreatif yang melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis merupakan suatu proses kreatif, kendati demikian

(35)

wujud yang dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan. Menulis merupakan kegiatan berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan .

Menurut Nurudin (2010: 4) Menulis juga dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menuliskan buah pikiran atau mengungkapkan perasaan adalah suatu keahlian. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis melainkan harus melalui proses latihan dan paraktik teratur.

Novi Resmini (2008: 230) mengatakan bahwa menulis merupakan kegiatan berkomunikasi. Seseorang menulis dengan mempertimbangkan audiens (pembaca) karena menulis tidak ditunjukkan diri sendiri. Untuk itu, dalam menulis perlu mempertimbangkan konteks tulisan mencakup apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, bentuk tulisan, media penyajian yang dipilih, dan sebagainya sehingga tulisan yang dihasilkan komunikatif. Menulis merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap orang yang terlibat dalam kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Hal ini disebabkan semua aktivitas komunikasi saat ini tidak dapat melepaskan diri dari pemanfaatam sarana tulis. Melalui tulisan, seseorang dapat menceritakan ide, perasaan, peritiwa, dan benda kepada orang lain.

Oleh karena itu, kemampuan ini perlu diajarkan di sekolah dasar. Selain itu menulis juga merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Sebagai keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang komplek karena penulis dituntut dapat menyusun dan

(36)

mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis.

Jauharoti (2009: 17) berpendapat bahwa kemampuan menulis anak dapat diperoleh melalui proses panjang.Sebelum sampai pada tingkat menulis, siswa-siswi harus mulai tingkat awal, mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi hingga mengetahui cara menulis huruf, kata-kata, kalimat dan uraian yang lebih luas. kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan tulisan. Menulis bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap manusia. Terutama bagi setiap orang yang menuntut ilmu di dunia pendidikan. Karena manusia yang menuntut ilmu sudah tidak asing dengan kegiatan menulis. Artikel, esai, laporan, resensi, karya sastra, buku, komik, dan cerita adalah contoh bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang penting bagi siswa untuk melatih kecerdasan untuk berpikir dan menuangkan apa yang dipikirkannya. Menulis merupakan suatu kegiatan yang erat kaitannya dengan kegiatan manusia. Manusia selalu berpikir dan selalu ingin berkarya, dan ingin melakukan hal yang kreatif. Namun kegiatan menulis karangan ini perlu diasah secara maksimal.

b. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan berbagai tujuan. Tujuan merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Tujuan penulisan adalah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang kan mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya. Adapun maksud dan tujuan penulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis

(37)

akan diperolehnya dari pembaca. Berdasarkan batasan ini, Tarigan (2008: 24) mengatakan bahwa:

1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse).

2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasive (persuasive discourse).

3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literatary discourse).

4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive discourse).

Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, Novi Resmini (2008:117) merangkumnya sebagai berikut:

1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. 2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenagkan dengan karyanya sendiri.

3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

(38)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

6) Creative purpose (tujuan kreatif)

Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistic nilai-nilai kesenian. 7) Problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Berikut penuturan atar semi mengenai tujuan menulis: 1) Untuk menceritakan sesuatu

Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang yang dialami oleh yang bersangkutan. Dengan begitu, terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan.

2) Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan

Tujuan menulis yang kedua ini adalah untuk memberi petunjuk atau pengarahan kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar.

3) Untuk menjelaskan sesuatu

Tulisan yang dibuat dengan tujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca sehingga pengetahuan menjadi bertambah, dan pemahaman pembaca tentang topic yang disampaikan menjadi lebih baik.

(39)

4) Untuk meyakinkan

Tulisan yang dibuat untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu sehingga pembaca mempercayainya dan membenarkannya.

5) Untuk merangkum

Tujuan menulis untuk merangkum ini umum dijumpai pada kalangan murid sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.

Hal ini mempermudah mereka dalam mempelajari isi buku, dan menguasai bahan pelajaran .Khusus materi pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas V memuat berbagai kompetensi dalam aspek menulis seperti menulis tentang berbagai topik, pengumuman, pantun, dan surat. Dalam berbagai kegiatan menulis tersebut, siswa diharapkan nantinya dapat menulis dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dalam kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti penggunaan ejaan, huruf, dan tanda baca. Hal itu termuat dalam Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia kelas V semester I “menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memerhatikan penggunaan ejaan, penulisan tanda baca dan huruf besar”.

Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut:

1) Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) yang dituliskan itu sesuai dengan citra penulisnya.

2) Narasi adalah tulisan berbentuk karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan

(40)

maksud memberi makna kepada sebuah atau rentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

3) Eksposisi diartikan sebagai tulisan yang bertujuan untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.

4) Argumentasi adalah karangan yang terdiri dari paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.

5) Persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa menulis memiliki tujuan tertentu sesuai dengan sasaran pembaca dan jenis tulisannya. Maka sebaiknya sebelum menulis ditentukan dahulu jenis tulisan yang akan dibuat. Setelah itu baru ditentukan sasaran pembacanya.

Karena hal tersebut berpengaruh terhadap gaya bahasa yang digunakan dalam penulisan. Jika sasaran pembacanya siswa SD, maka gaya bahasa yang ditulis pun harus sesuai dengan karakter jenjang pendidikannya. Sehingga tujuan penulisan dapat tersampaikan dengan baik.

c. Manfaat Menulis

Nurudin (2010: 20-26) mengatakan bahwa Menulis merupakan hal yang sangat penting, karena menulis dapat menjadi media seseorang untuk menuangkan pikiran atau perasaan dalam bentuk tulisan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya. Sebenarnya banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan menulis. Manfaat menulis menurut diantaranya dalam hal:

1) Peningkatan ungkapan diri; 2) Sarana untuk pemahaman;

(41)

3) Pengembangan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan harga diri; 4) Peningkatan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan; 5) Keterlibatan secara bersemangat; dan

6) Pengembangan pemahaman tentang kemampuan menggunakan bahasa. Dari keempat manfaat menulis bisa dilihat bahwa manfaat menulis sangat baik. Menulis sebagai sarana untuk belajar komunikasi secara tidak langsung. Selain itu, menulis melibatkan seseorang berpikir kritis untuk mengeluarkan ide-ide yang dimiliki. Selain menambah kecerdasan juga menambah kreativitas seorang dalam menulis, hal tersebut sangatlah penting bagi seorang yang ingin menekuni dalam bidang menulis.

d. Tahap Proses Menulis

Menurut Rahayu (2007: 136) sebagai proses menulis serangkaian aktivitas yang terjadi melibatkan beberapa fase, yaitu fase prapenulisan (persiapan), fase penulisan (pengembangan isi karangan), dan fase pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Pendekatan proses dalam menulis terutama bagi penulis pemula mudah diikuti. Penulis akan mudah melakukan dengan cepat hal-hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam menulis.

1) Tahap Prapenulisan

Pada tahapan ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan bagi orang yang berolahraga. Pada fase ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, obserasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa ide atau gagasan.

(42)

2) Tahap Penulisan

Pada tahapan sebelumnya (tahap pra penulisan) penulis telah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka karangan. Dengan selesainya itu semua berarti penulis telah siap untuk menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah penulis pilih dan kumpulkan.

3) Tahap Pasca penulisan

Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan tulisan yang dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi). Penyuntingan di sini diartikan dengan kegiatan membaca ulang suatu tulisan karangan yang telah dibuat dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan memeriksa baik unsur mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah untuk menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan yang perlu disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau penulisnya sendiri.

Isah Cahyani (2007: 148) menyatakan tahap dan kegiatan dalam proses penulisan adalah sebagai berikut:

1) Pramenulis

a. Penulisan harus memiliki dan menggunakan pengetahuan tentang topik, bahasa, sistem tanda baca, dan struktur teks.

b. Penulis sudah membawa “bekal” pengalaman beruapa butir-butir tentang pengalaman menulis sebelumnya, tujuan penulisan, sarana penulisan (pembaca).

(43)

Dalam proses menulis, penulis melakukan kegiatan: a. Pembuatan kerangka ide

b. Penyusunan buram

c. Pencarian cara penyampaian d. Pemilihan implikatur

e. Membaca hasil tulisan f. Revisi dan penyuntingan 3) Pasca menulis

a. Merespon pembaca b. Merefleksi

c. Mengevaluasi

d. Mengkreasikan apa yang dituliskan 5. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di SD/MI

Menulis sebagai keterampilan yang mengemukakan gagasan, perasaan dan pikiran. Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di SD/MI adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pembelajaran menulis di SD/MI harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan

(44)

tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di SD/MI pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan.

B. Kerangka Pikir

Menulis merupakan salah satu kegiatan yang sangat diperlukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Mengingat pentingnya pembelajaran menulis, maka para siswa harus dilatih secara terus menerus. Selama ini pembelajaran menulis yang disampaikan hanya menggunakan buku pelajaran dan monoton. Hal ini membuat siswa menjadi bosan dalam belajar dan akan berakibat pada keterampilan menulis, khususnya menulis karangan menjadi rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut dan untuk mengembangkan daya kreativitas siswa, guru dapat menerapkan pembelajaran terpadu model pembelajaran webbed yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada siswa dengan melalui keterlibatan siswa secara aktif dan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami terhadap apa yang dipelajarinya dan mengaitkannya dengan apa yang telah dipahaminya. Pembelajaran terpadu model webbed ini akan diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis karangan.

Dengan menggunakan tema yang telah ditentukan, guru akan menyampaikan materi Bahasa Indonesia yang akan menuntun siswa dalam membuat karangan yang berkaitan dengan tema. Berdasarkan pokok pikiran tersebut, diharapkan penerapan pembelajaran model webbed dapat memberikan pengaruh terhadap keterampilan menulis karangan siswa. Untuk mencapai hasil

(45)

maksimal peran guru sangat menentukan hal tersebut karena peran guru adalah perancang proses pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi cara pikir siswa..

Berdasarkan dari kajian pustaka yang mendasari penelitian ini, maka disusunlah kerangka pikir pada penelitian ini.

Bagan 2.1 Pola kerangka pikir

KTSP 2006 Pembelajaran bahasa Indonesia

Keterampilan menulis karangan

Model pembelajaran webbed

Ada Pengaruh Pengruhpengaruh

Tidak ada Pengaruh PruhPengpengaruh Hasil Temuan

Analisis

(46)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi.

H1 : Terdapat pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri 87 Manipi Tepatnya di Jl. Persatuan Raya nomor 26, Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai, Kode Pos: 92653. Penelitian ini dimulai pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Penelitian eksperimen ini dilakukan di SD Negeri 87 Manipi pada kelas V tahun ajaran 2017/2018 dengan kompetensi dasar “menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memerhatikan penggunaan ejaan, huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain”.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Jenis penelitian ini dipilih karena tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari suatu perlakuan (treatment) pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran webbed.

Eksperimen yang peneliti lakukan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai pre eksperimental yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau kelompok kontrol.

3. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pre test and post test design. Desain penelitian ini hanya dilaksanakan satu

(48)

kelompok saja yang tidak dipilih secara random dan tidak dilakukan test kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan. Pada rancangan penelitian ini kelompok eksperimen hanya menggunakan satu kelas saja. Langkah pertama dalam pengambilan data adalah melakukan test awal (pretest). Tes ini dilakukan untuk mengetahui skor murid sebelum diberi perlakuan (treatment).

Setelah dilakukan tes awal, langkah selanjutnya yaitu memberikan perlakuan, dalam hal ini bentuk perlakuannya adalah pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan metode webbed sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah perlakuan selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan tes akhir (posttest) kemudian menganalisis dengan uji-t dan mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 87 Manipi.

Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1

One Group Pretest Posttest Design

Pretest Treatment Posttest

T1 X T2

Keterangan:

T1 : Tes awal (Pretest) sebelum perlakuan diberikan T2 : Posttest setelah perlakuan diberikan

X : Perlakuan (Treatment) Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran webbed

(49)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 22 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 22 siswa kelas V SD Negeri 87 Manipi tahun pelajaran 2017/2018.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Menurut Sugiyono (2013: 118) total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Penentuan sampel dilakukan dengan hanya satu kelas yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2013: 61) Operasional variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian menurut Sugiyono (2013: 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

(50)

1) Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2013: 64). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran webbed.

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2013: 64). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu keterampilan menulis karangan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena yang diamati. Instrumen penelitian yang digunakan ada dua jenis yaitu:

1) Instrumen Tes

Tes Menurut Sudijono (2011: 67) adalah cara yang dipergunakan atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk uraian yang diberikan kepada sampel penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan. Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan nilai atau kemampuan siswa dalam menyusun karangan dengan menggunakan model pembelajaran webbed dan tidak menggunakan model pembelajaran webbed. Lima aspek tersebut terbagi ke dalam beberapa kriteria yang digunakan sebagai kriteria penilaian menulis karangan.

(51)

a. Aspek isi

Aspek isi meliputi tiga kriteria, yaitu kesamaan tulisan dengan objek, ketepatan tulisan dengan objek, dan penciptaan kesan pembaca.

b. Aspek organisasi

Aspek isi meliputi tiga kriteria, yaitu kesatuan alinea, kepaduan alinea, dan kejelasan isi.

c. Aspek kosakata

Aspek isi meliputi dua kriteria, yaitu potensi kata tepat dan pilihan kata tepat.

d. Aspek penggunaan bahasa

Aspek isi meliputi dua kriteria, yaitu ketepatan struktur kalimat dan kalimat bervariasi.

e. Aspek mekanik

Aspek isi meliputi dua kriteria, yaitu diksi dan pemakaian tanda baca tepat. Berikut tabel skor penilaian menyusun karangan:

Tabel 3.2

Skor Penilaian Menulis Karangan

ASPEK SKOR Isi 30 Organisasi 20 Kosakata 20 Penggunaan Bahasa 25 Mekanik 5 Jumlah 100

Gambar

Foto Proses pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran bahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut memiliki keterkaitan

Pengajaran menulis mempunyai peranan penting dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Semua pendidik berharap anak didiknya menguasai keterampilan menulis.

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek-aspek tersebut meliputi keterampilan berbahasa dan

Menulis merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Hal

Menulis merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) yang penting dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Hal

Dalam pembelajaran berbahasa, ada enpat aspek yang harus dikuasai. Keempat aspek tersebut diantaranya adalah menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak ( listening skills ), keterampilan berbicara ( speaking skills ), keterampilan membaca ( reading

Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa strategi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis didukung oleh teknik pengajaran yang