• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIZINAN MINIMARKET DALAM KERANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERIZINAN MINIMARKET DALAM KERANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERIZINAN MINIMARKET DALAM KERANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Margana Maha Putra, Tisnanta, Syamsir Syamsu

Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35154

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menentukan prosedur perizinan minimarket di Kota Bandar Lampung serta perlindungannya ke Pasar Tradisional. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan Normatif-Empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif. Prosedur pemberian izin mendirikan minimarket di Kota Bandar Lampung adalah berdasarkan Pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung pada pasal 3 disebutkan yaitu Setiap penyelenggaraan minimarket harus terlebih dahulu mendapat perizinan dari Pemerintah Daerah. Perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional dalam kaitannya dengan pemberian izin minimarket di Kota Bandar Lampung adalah persyaratan Lokasi pendirian minimarket mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) Bandar Lampung. Bentuk perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional yang kedua adalah yang tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 pada pasal 5 huruf a tentang kewajiban dikatakan bahwa diharapkan menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau koperasi untuk usaha perpasaran swasta skala besar, menengah dan kecil (khusus hanya Mini Swalayan). Kata kunci : Perizinan, Pasar, Perlindungan Hukum

ABSTRACT

This study aims to determine how the role of Dublin City Government in determining the licensing procedure minimarket in Bandar Lampung and protection to the Traditional Market.

(2)

The research method in this study is Normative-Empirical approach. The data used in this study is primary data and secondary data. Data was collected through library research and field study. Data analysis was performed using descriptive analysis method kualitatif.

Prosedur granting permission to set up a minimarket in Bandar Lampung is based In Dublin Mayor Regulation No. 89 Year 2011 on Requirements and Structuring Minimarket in Bandar Lampung on Article 3 states that every implementation must first mini obtain permits from the local government. Legal protection of Traditional Markets in connection with licensing minimarket in Bandar Lampung is the establishment of mini-location requirements refer to the Spatial Plan region (RTRW) and Bandar Lampung City Spatial Plan Details (RDTRK) Bandar Lampung. Form of legal protection of traditional markets which are both contained in the Dublin Mayor Regulation No. 89 Year 2011 on article 5, paragraph a of the said obligations that are expected to partner with small businesses or cooperative efforts of marketing for private large, Medium and small (only special mini self).

Keywords: Licensing, Markets, Legal Protection

I. PENDAHULUAN

Pembangunan Kota Bandar Lampung merupakan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu masa depan yang lebih baik, dalam rangka menetapkan tujuan pembangunan Kota Bandar Lampung. Untuk itu salah satu programnya adalah mengembangkan Kota Bandar Lampung sebagai pusat jasa dan perdagangan, berbasis pada ekonomi kerakyatan salah satu pendorong kegiatan ekonomi utama adalah pasar. Pasar merupakan salah satu tempat yang menampung UMKM merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat

berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional, di antara banyak pasar salah satu pasar yang menjadi roda perekonomian masyarakat adalah Pasar Tradisional. Pengertian Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta, tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui

(3)

tawar-menawar berdasarkan pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung .Kota Bandar Lampung di tengah pembangunannya saat ini, peran Pasar Tradisional yang semestinya bisa menjadi pilar pembangunan ekonomi kerakyatan, justru terabaikan dan tidak jarang manajemennya salah urus. Pasar memang bukan suatu tempat yang asing bagi masyarakat kita, tetapi persoalan yang ada di pasar sesungguhnya ibarat benang kusut yang sukar untuk diurai. Sayangnya pihak-pihak yang terkait dengan urusan pasar tidak berusaha menyelesaikannya, mereka justru mencari keuntungan, baik keuntungan finansial maupun keuntungan politis.

Pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung maka pengertian minimarket adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung kepada konsumen akhir dengan cara swalayan. Masyarakat dengan gaya hidup modern kini lebih menyukai pasar dengan sistem pengelolaan yang tertata, bersih, nyaman, dan strategis. Di

1 Herman Malono.Selamatkan Pasar

Tradisional.islamic college.jakarta .2011.hlm 57

minimarket, para pengunjung tidak perlu tawar-menawar harga dengan pedagang, tidak perlu cemas adanya manipulasi timbangan, dan tak perlu khawatir akan kualitas barang1.Pertumbuhan minimarket saat ini memang sangat pesat. Bukan hanya di kota, tetapi sudah menjalar hingga ke pelosok-pelosok desa. Kita banyak melihat adanya minimarket yang buka 24 jam atau minimarket yang saling bersisian maupun berseberangan. Lantas jika begitu banyak masyarakat yang menggandrungi minimarket. Dewasa ini pembangunan minimarket banyak yang berdiri dengan radius jarak kurang dari 250 meter dari Pasar Tradisional. minimarket tersebut antara lain adalah minimarket seperti alfamart, Indomaret, chamart dan lain sebagainya.

Oleh karna itu guna melindungi Pasar Tradisional dari berkembangnya minimarket yang dewasa ini tumbuh sangat pesat. Pemerintah Kota Bandar Lampung khususnya harus melakukan pembinaan, penataan serta pengawasan terhadap minimarket dan Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung disini harus bersifat preventif dan represif agar pelanggaran tidak terjadi di lain waktu. Perizinan pendirian minimarket

(4)

sebenarnya membutuhkan prasyarat yaitu dari Pasar Tradisional ,hal tersebut dilakukan dengan upaya dalam perlindungan hukum Pasar Tradisional terhadap minimarket, berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung bab II tentang Persyaratan Pembangunan Minimarket pada pasal (2) huruf h yaitu pada lokasi pendirian minimarket hanya diperkenankan maksimal 4 (empat) unit minimarket dalam radius 200 meter dengan jarak antar lokasi minimal 500 (lima ratus) meter ,dan huruf i yaitu usaha minimarket harus berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari Pasar Tradisional dan berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari warung/pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor.

Guna melindungi UMKM Perizinan minimarket juga dalam pendiriannya harus memfasilitasi UMKM tersebut seperti yang tertuang dalam Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung juga diatur tentang perizinan Toko Modern dalam memfasilitasi UMKM yaitu disebutkan dalam BAB III tentang kewajiban dan larangan pada pasal 5 a yang

berbunyi diharapkan menjalin kemitraan dengan usaha kecil (khusus hanya mini swalayan). Berdasarkan dari uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana Pemerintah Kota Bandar Lampung memberikan perizinan minimarket dalam kerangka perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung.

II. PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Perizinan Minimarket Di Kota Bandar Lampung.

Dasar hukum yang menjadi acuan dari prosedur perizinan minimarket dan asas pengaturannya di Kota Bandar Lampung adalah yang pertama pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 66 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung Bahwa tujuan penyelenggaraan terpadu satu pintu adalah mewujudkan sistem pelayanan yang cepat murah, mudah, transparan, pasti dan terjangkau.

dasar hukum yang kedua yang melatarbelakangi dari pembinaan dan persyaratan penataan minimarket tersebut

(5)

dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket Di Kota Bandar Lampung yaitu Bahwa bisnis pasar modern sebagai salah satu ciri khas mulai tumbuh dan berkembang pesat. Bisnis pasar modern selain memberikan alternatif belanja yang menarik, juga menawarkan keyamanan dan kualitas produk, harga bersaing, bahkan kadang lebih murah dibandingkan dengan Pasar Tradisional. Berkembangnya bisnis Pasar Modern dikhawatirkan dapat mematikan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk itu keberadaan pasar modern ini perlu ditata dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah (RTRW) sehingga perekonomian daerah dapat berjalan dengan baik dan estetika ruang kota dapat terwujud.

Minimarket dalam pendiriannya haruslah memiliki izin, untuk itu sebelum berdirinya harus adanya prosedur dan prasyarat yang mengatur dalam perizinannya. Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung. Pertama persyaratan lokasi yang tertuang dalam pasal 2 dan 3.Pada Pasal 2 Pembangunan Minimarket harus memenuhi ketentuan yaitu Lokasi pendirian minimarket mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) Bandar Lampung. Bangunan tidak melanggar Garis Sempadan Bangunan (GSB). Yang dimaksud dengan GSB adalah garis sempadan yang di atasnya atau sejajar belakangnya dapat didirikan bangunan gedung. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan atau Toko Modern. Memiliki luas lantai penjualan kurang dari 400 m2 (empat ratus meter per segi). Minimarket hanya dapat didirikan pada radius minimal 50 (lima puluh) meter dari as tikungan jalan/persimpangan dan jembatan pada ruas jalan arteri dan jalan kolektor, kecuali yang berada pada kompleks pertokoan/pusat Perbelanjaan dan memiliki lahan parkir yang memadai. Pada lokasi pendirian minimarket hanya diperkenankan maksimal 4 (empat) unit minimarket dalam radius 200 meter dengan jarak antar lokasi minimal 500 (lima ratus) meter. Tetapi masih banyaknya ditemukan pelanggaran tersebut yang di antaranya minimarket ditemukan bersebelahan dengan minimarket lainnya. Usaha Minimarket harus berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari Pasar Tradisional dan berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari

(6)

warung/pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor.

Pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung Pasal 3 disebutkan yaitu Setiap penyelenggaraan minimarket harus terlebih dahulu mendapat perizinan dari Pemerintah Daerah. Oleh karna itu setiap pemohon harus melengkapi persyaratan sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Yang kedua izin dapat diterbitkan setelah pemohon melengkapi seluruh persyaratan yang sesuai dengan prosedur. Sebelum diterbitkannya Perizinan Daerah, pengusaha minimarket dilarang Membangun dan melakukan kegiatan usaha (transaksi jual beli). Prosedur perizinan yang kedua dalam pendirian minimarket juga diatur Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan yang tercantum dalam BAB II yaitu tentang maksud dan tujuan pada pasal 2 pemberian izin mendirikan bangunan dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, jasa, sarana, prasaranan atau falisitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Pada pasal 3

pemberian izin sebagaimana dimaksud pasal 2 meliputi kegiatan peninjauan desain

dan pemantauan pelaksanaan

pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bagunan (KLB), koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Izin mendirikan bangunan diberikan pada pasal 10 yaitu harus Memenuhi persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada Peraturan Walikota ini, memenuhi persyaratan teknis bangunan sesuai peraturan yang berlaku, Persyaratan mengenai hak atas lokasi dan atau tanah dimana bangunan akan didirikan terpenuhi. Persyaratan tersebut harus terpenuhi dan tidak boleh ada pelanggaran di dalamnya karna apabila terdapat pelanggaran maka bisa terdapat penolakan.Untuk mendapatan izin dalam mendirikan minimarket atau Toko Modern tersebut maka berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 66

(7)

Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung pada pasal Pasal 3 ayat (1) Perizinan skala besar dengan jenis kegiatan/usaha yang dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi masayarakat dan atau lingkungan sekitarnya, sebelum izin keterangan rencana kota (KRK) diterbitkan, permohonannya harus dibahas dan mendapatkan rekomendasi persetujuan dari tim BKPRD. Yang dimaksud dengan BKPRD adalah tim badan koordinasi penataan ruang daerah, tim ini yang memantau dan melakukan peninjauan langsung untuk memastikan bahwa permohonan izin kegiatan/usaha tersebut sudah sesuai dengan prosedur.

Prosedur penerbitan izin tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 66 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung Pasal 5 ayat (4) yaitu Petugas verifikasi memeriksa kelengkapan berkas Bila lengkap, berkas permohonan di agenda dan pemohon diberi tanda terima berkas, selanjutnya berkas permohonan dikirim ke masing-masing bidang tehnis dan apabila tidak lengkap berkas dikembalikan ke pemohon.

Berdasarkan hasil penelitian dari BPMP maka Berkas pemohon diproses dan dipelajari, dengan3 (tiga) alternatif keputusan yaitu terhadap pemohon izin yang tidak memerlukan pemeriksaan lapangan maka berkas dapat langsung diproses pada tahap selanjutnya tetapi Terhadap permohonan izin yang memerlukan pemeriksaan lapangan maka akan dilakukan pemeriksaan lapangan oleh petugas BPMP yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dan hasil BAP tersebut tanggung jawab petugas lapangan, bila tidak ada pelanggaran maka proses dilanjutkan dan bila ada pelanggaran ditolak maka diberikan surat penolakan. Sejauh ini pelanggaran yang terjadi semakin banyak oleh bangunan komersil, tetapi tetap saja Pemerintah Kota Bandar Lampung tetap memberikan izin tersebut padahal sudah jelas apabila permohonan izin tidak sesuai maka akan dibuat penolakan. Pemerintah Kota Bandar Lampung seharusnya memberikan perlindungan hukum karna berdasarkan Perda tentang pasar dan visi misi Kota Bandar Lampung dijelaskan peran Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional ,warung, UMKM dan pedagang kecil.

(8)

2.2 Perlindungan Hukum Pasar Tradisional Di Kota Bandar Lampung Dalam menunjang perdagangan pasar yang maju dan modern Pemerintah Kota Bandar Lampung mendukung kegiatan ekonomi berbasis Toko Modern seperti minimarket tetapi di satu sisi Pemerintah Kota Bandar Lampung juga melindungi keberadaan Pasar Tradisional maupun UMKM dan warung kecil yang ada di Kota Bandar Lampung. Untuk itu dalam melindungi pasar pasar tradisional ,UMKM maupun warung kecil maka dibuatlah peraturan yang mengatur tentang penataan minimarket dan Pasar Tradisional yang tertuang Pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung.

Salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional, UMKM maupun warung kecil adalah yang tertuang pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung tentang persyaratan lokasi / jarak yang mengatur pendirian minimarket terhadap Pasar Tradisional. Persyaratan lokasi /jarak tersebut dalam Perwali No 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar

Lampung itu juga dibuat berdasarkan pedoman dari Perpres No 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern juga dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-Dag/Per/12/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Berdasarkan peraturan di atas maka Pemerintah Kota Bandar Lampung menjadikan pedoman dalam membuat peraturan penataan minimarket dalam kerangka perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung mengenai jarak dan lokasi minimarket tersebut dalam pendiriannya. untuk itu tertuang dalam Perwali No 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung pasal 2 yaitu Pembangunan Minimarket harus memenuhi ketentuan yaitu Lokasi pendirian minimarket mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) Bandar Lampung. Bangunan tidak melanggar Garis Sempadan Bangunan (GSB). Yang dimaksud dengan GSB adalah garis sempadan yang di atasnya atau sejajar belakangnya dapat didirikan bangunan

(9)

gedung. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 (enam puluh meter per segi) luas lantai penjualan Pusat Perbelanjaan dan atau Toko Modern. Memiliki luas lantai penjualan kurang dari 400 m2 (empat ratus meter per segi). Minimarket hanya dapat didirikan pada radius minimal 50 (lima puluh) meter dari as tikungan jalan/persimpangan dan jembatan pada ruas jalan arteri dan jalan kolektor, kecuali yang berada pada kompleks pertokoan/pusat Perbelanjaan dan memiliki lahan parkir yang memadai. Pada lokasi pendirian minimarket hanya diperkenankan maksimal 4 (empat) unit minimarket dalam radius 200 meter dengan jarak antar lokasi minimal 500 (lima ratus) meter. Tetapi masih banyaknya ditemukan pelanggaran tersebut yang di antaranya minimarket ditemukan bersebelahan dengan minimarket lainnya. Usaha Minimarket harus berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari Pasar Tradisional dan berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari warung/pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor.

Bentuk perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional yang kedua adalah yang tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang

Persyaratan dan Penataan minimarket di Kota Bandar Lampung pada pasal 5 huruf a tentang kewajiban dikatakan bahwa diharapkan menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau koperasi untuk usaha perpasaran swasta skala besar, menengah dan kecil (khusus hanya Mini Swalayan). Untuk itu apabila keberadaan minimarket dewasa ini dalam pendiriannya dapat bekerjasama dan menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau koperasi ,untuk itu walaupun dewasa ini keberadaan minimarket semakin pesat dengan dibuatnya peraturan yang mengenai kemitraan dengan usaha kecil maka usaha kecil akan menjadi berkembang. Dalam perlindungan hukum yang ketiga yang dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan pengawasan terhadap minimarket tersebut sebelum berdiri maupun setelah berdirinya oleh karna itu dibuatlah pelayanan terpadu satu pintu dalam pengendalian dan pengawasan terhadap minimarket tersebut, Tujuan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu adalah mewujudkan sistem pelayanan yang cepat ,murah ,mudah, transparan, pasti dan terjangkau.

Bahwa dengan telah disahkannya Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No 7 Tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu sebagai pelaksana Undang-Undang No 28

(10)

Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Bandar Lampung No 49 Tahun 2011

tentang Pelimpahan Sebagian

Kewewenangan Dibidang Perizinan Kepada Badan Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Bandar Lampung maka perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Walikota Bandar Lampung No 53 Tahun 2010 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Kota Bandar Lampung .untuk itu dibuatlah Peraturan Walikota Bandar Lampung No 66 Tahun 2011 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian langsung dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) menurut hasil wawancara dengan Ibu Sri Yuiati sebagai Kepala Sub Bidang (KASUBBID)

Pengkajian Dan Pengembangan

Penanaman Modal dan Bapak Muhtadi A.

Temenggung sebagai KASUBBID

Pengawasan Penanaman Modal bahwa sebelum berdirinya minimarket tersebut maka BPMP akan melakukan pemeriksaan lapangan oleh sebuah Tim dari BPMP.Berkas pemohon diproses dan dipelajari, dengan3 (tiga) alternatif keputusan :

a. Terhadap pemohon izin yang tidak memerlukan pemeriksaan lapangan maka berkas dapat langsung diproses pada tahap selanjutnya b. Terhadap permohonan izin yang

memerlukan pemeriksaan lapangan maka akan dilakukan pemeriksaan lapangan oleh petugas BPMP yang dituangkan dalam berita acra pemeriksaan (BAP) dan hasil BAP tersebut tanggung jawab petugas lapangan, bila tidak ada pelanggaran maka proses dilanjutkan dan bila ada pelanggaran ditolak maka diberikan surat penolakan.

c. Terhadap pemohon izin skala besar yang dapat menimbulkan dampak yang signifikan bagi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya maka akan dilakukan peninjauan lapangan dan pembahasan oleh tim tehnis perizinan atau tim BKPRD. Pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh BPMP ini dimaksudkan agar pemberian izin terhadap pendirian minimarket tersebut sudah sesuai dengan prosedur. Dalam upaya Pemerintah untuk melindungi Pasar Tradisional dan UMKM adalah salah satunya dengan persyaratan lokasi yang sesuai dengan prosedur yaitu minimarket berjarak minimal 250 (dua ratus lima

(11)

puluh) meter dari Pasar Tradisional dan berjarak 250 (dua ratus lima puluh) meter dari warung/pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor, untuk itu salah satu cara untuk mencegah adanya pelanggaran dalam pendirian nya adalah dengan pemeriksaan lapangan. Tetapi tetap saja banyaknya pelanggaran yang terjadi dalam pendirian minimarket tersebut dan Pemerintah lebih mementingkan pemilik modal daripada melindungi Pasar Tradisional dan pedagang kecil. Oleh karna itu Pemerintah Kota Bandar Lampung seharusnya melakukan peninjauan dan pemeriksaan terhadap minimarket yang ada di Kota Bandar lampung secara berkala agar tidak terjadi pelanggaran bila perlu menindak tegas setiap pelanggaran yang terjadi dengan memberikan sanksi yang tegas terhadap minimarket tersebut demi melindungi keberlangsungan Pasar Tradisional ,warung dan UMKM yang ada di Kota Bandar Lampung.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ditarik Kesimpulan sebagai berikut:

1. Prosedur pemberian izin

mendirikan minimarket di Kota

Bandar Lampung adalah

berdasarkan pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung pada pasal 3 disebutkan yaitu setiap penyelenggaraan minimarket harus terlebih dahulu mendapat perizinan

dari Pemerintah

Daerah.Berdasarkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan, Izin mendirikan bangunan diberikan pada pasal 10, apabila Pada pasal 10 ayat (2) yaitu harus Memenuhi persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada Peraturan Walikota ini, memenuhi persyaratan teknis bangunan sesuai peraturan yang berlaku, persyaratan mengenai hak atas lokasi dan atau tanah dimana bangunan akan didirikan terpenuhi. Prosedur penerbitan izin tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 66 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar

(12)

Lampung Pasal 5 ayat (4) yaitu Petugas verifikasi memeriksa kelengkapan berkas, bila lengkap berkas permohonan di agenda dan pemohon diberi tanda terima berkas, selanjutnya berkas permohonan dikirim ke masing-masing bidang tehnis dan apabila tidak lengkap berkas dikembalikan ke pemohon.Berkas pemohon diproses dan dipelajari, dengan 3 (tiga) alternatif keputusan yaitu Terhadap pemohon izin yang tidak memerlukan pemeriksaan lapangan maka berkas dapat langsung diproses pada tahap selanjutnya tetapi Terhadap permohonan izin yang memerlukan pemeriksaan lapangan maka akan dilakukan pemeriksaan lapangan oleh petugas BPMP yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) dan hasil BAP tersebut tanggung jawab petugas lapangan, bila tidak ada pelanggaran maka proses dilanjutkan dan bila ada pelanggaran ditolak maka diberikan surat penolakan.

2. Perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional dalam kaitannya dengan pemberian izin minimarket di Kota Bandar Lampung adalah sebagai

berikut:Lokasi pendirian minimarket mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) Bandar Lampung. Yaitu harus sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030 untuk itu setiap minimarket yang berdiri sudah sesuai dengan prosedur pendirian dan tidak melanggar RTRW Kota Bandar Lampung. mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dan Rencana Detail Ruang Kota (RDTRK) maka setiap pembangunan minimarket tidak boleh berada pada RTRW pemukiman penduduk, oleh karna itu usaha minimarket harus berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari Pasar Tradisional dan berjarak radius 250 (dua ratus lima puluh) meter dari warung/pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor untuk itu diharapkan dengan jarak yang telah diatur agar Pasar Tradisional, warung kecil dan pedagang eceran tidak mengalami kebangkrutan akibat adanya minimarket yang semakin

(13)

mengalami peningkatan pesat pertumbuhannya dewasa ini di Kota Bandar Lampung.

Bentuk perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional yang kedua adalah yang tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung pada pasal 5 huruf a tentang kewajiban dikatakan bahwa diharapkan menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau koperasi untuk usaha perpasaran swasta skala besar, menengah dan kecil (khusus hanya mini swalayan) untuk itu apabila keberadaan minimarket dewasa ini dalam pendiriannya dapat bekerjasama dan menjalin kemitraan dengan usaha kecil atau koperasi ,untuk itu walaupun dewasa ini keberadaan minimarket semakin pesat dengan dibuatnya peraturan yang mengenai kemitraan dengan usaha kecil maka usaha kecil akan menjadi berkembang.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung seharusnya melakukan peninjauan dan pemeriksaaan terhadap minimarket sebelum berdiri dengan profesional dan tidak meluluskan

apabila memang terjadi

pelanggaran sebelum berdirinya minimarket tersebut.

2. Pemerintah Kota Bandar Lampung seharusnya melakukan peninjauan dan pemeriksaan dengan mengecek langsung ke lapangan secara berkala terhadap penduduk disekitar tempat berdirinya minimarket yang mempunuyai usaha kecil dan menengah agar tidak mengalami kebangkrutan, karna sebagai upaya pemerintah untuk melindunginya agar tetap berkembang.

3. Pemerintah Kota Bandar Lampung seharusnya menindak tegas segala jenis pelanggaran yang terjadi dalam pendirian minimarket tersebut sebagai upaya dalam perlindungan hukum terhadap Pasar Tradisional di Kota Bandar Lampung.

(14)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU

Sutedi,adrian S.H.,M.H.2011. Hukum perizinan dalam sektor pelayanan publik .

jakarta. Sinar grafika.

Herman Malono.2011.Selamatkan pasar tradisional.Jakarta. islamic college.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung. Universitas

Lampung.

Henry,Nicholas.1995.Administrasi negara dan masalah-masalah publik. jakarta.

PT raja grafindo persada.

Ridwan, Juniarso dan Sudrajat, Sodik, Achmad. 2009. Hukum Administrasi

Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung. Nuansa.

Soerjono soekanto ,2009. Pengantar penelitian hukum, jakarta. universitas

indonesia.

Abdulkadir ,Muhammad.2004.Hukum dan

Penelitian Hukum. Bandung. Citra

Aditya Sakti .

B. PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN

1. Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-Dag/Per/12/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 17 Tahun 2009 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung

5. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung

6. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 40 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan

(15)

7. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 66 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

8. Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu 9. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 49 Tahun 2011 Tentang Pelimpahan Sebagian Kewewenangan di bidang Perizinan Kepada Badan Penanaman Modal 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah 11. Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030

C. INTERNET

Pasar-tradisional-yang-terancam-mati.http://inspirasitabloid.wordpress.com/ 21/07/2013

Visi-misi pemkot

bandar-lampunghttp://bandarlampungkota.go.id/2 1/07/2013

Http://www.lampung-news.com/article/bandarlampug.21/07/201 3

Referensi

Dokumen terkait

SEM dan analisis -EDX padual Al seri 6063 pada perlakuan panas penuaan T78 (a) pada temperatur 240 0 C dengan waktu 1jam. Hasil pengamatan dengan SEM produk korosi tidak

Alasan yang paling mendasar ketika Kelompok Usaha Bersama melakukan pengembangan masyarakat dengan sistem magang dan memberikan keterampilan ( skill ) sebagai

memenangkannya, justru kembali dilakukan penyidikan dan ditetapkan sebagai tersangka, hal ini dilakukan oleh penyidik dengan bermodalkan surat perintah penyidikan

Empat point di atas merupakan kriteria hadis palsu dari segi sanad secara umum yang disepakati mayoritas ulama hadis. Kriteria Kedua, dari segi matan: sebagian ulama seperti Ibn

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yang telah dilakukan, umur reksadana memiliki nilai prob lebih dari 0,05, maka berbeda dengan ketentuan HA4 bahwa

Pengaruh Permainan Sepak Bola Terhadap Perilaku Sosial Agresif Siswa di SMPN 7 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. Kegiatan

Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian organisme air.

Bagan Titrasi Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan oksigen (DO) (Suin, 2002).. 1 ml MnSO4 1 ml KOH-KI Dikocok