• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trauma Mata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Trauma Mata"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

TRAUMA MATA

TRAUMA MATA

A.

A. DefinisiDefinisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

kehilangan mata.

Macam-macam bentuk trauma antara lain : Macam-macam bentuk trauma antara lain : 1.

1. Truama Fisik atau mekanik meliputi trauma tumpul dan trauma tajamTruama Fisik atau mekanik meliputi trauma tumpul dan trauma tajam 2.

2. Trauma Khemis meliputi trauma khemis basa, cuka, asam-asam dilaboratorium dan gas Trauma Khemis meliputi trauma khemis basa, cuka, asam-asam dilaboratorium dan gas air mata.air mata. 3.

3. Trauma Fisis meliputi trauma termal dan trauma bahan radioaktif.Trauma Fisis meliputi trauma termal dan trauma bahan radioaktif. (dcolz, 2010,¶ 1,2,

(dcolz, 2010,¶ 1,2, http://dcolz.wordpress.comhttp://dcolz.wordpress.com,, diperoleh 23 Januari 2010) diperoleh 23 Januari 2010)

B.

B. Trauma Fisik atau Mekanik Trauma Fisik atau Mekanik 

Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari rongga orbita, rima orbita, alis, tulang pipi dan Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari rongga orbita, rima orbita, alis, tulang pipi dan hidung, lemak orbita, reflex mengedip, bulu mata, sekresi kelenjar kelopak mata dan hidung, lemak orbita, reflex mengedip, bulu mata, sekresi kelenjar kelopak mata dan konjungtiva, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi konjungtiva, juga dengan telah dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekwensi kecelakaan masih tinggi. Terlebih - lebih dengan bertambah banyaknya kawasan frekwensi kecelakaan masih tinggi. Terlebih - lebih dengan bertambah banyaknya kawasan industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya industri, kecelakaan akibat pekerjaan bertambah banyak pula, juga dengan bertambah ramainya lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat lalu lintas, kecelakaan di jalan raya bertambah pula, belum terhitung kecelakaan akibat  perkelahian, yang juga mengenai mata.

 perkelahian, yang juga mengenai mata.

Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan karena Sebaiknya bila ada trauma mekanik mata segera dilakukan pemeriksaan dan pertolongan karena kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan. Adapun pemeriksaan - pemeriksaan kemungkinan fungsi penglihatan masih dapat dipertahankan. Adapun pemeriksaan - pemeriksaan yang diperlukan :

yang diperlukan :

Anamnesa: 

Anamnesa:   Kapan, dimana, ada saksi atau tidak, bagaimana visus sebelum trauma, penderita  Kapan, dimana, ada saksi atau tidak, bagaimana visus sebelum trauma, penderita memakai kacamata atau tidak, kalau memakai kacamata pecah atau tidak,apakah ada benda asing memakai kacamata atau tidak, kalau memakai kacamata pecah atau tidak,apakah ada benda asing masuk pada mata atau tidak.

masuk pada mata atau tidak.

Sta

Status Lokaltus Lokal is :is : Dilakukan pemeriksaan pada setiap jaringan mata secara teliti dan cermat sertaDilakukan pemeriksaan pada setiap jaringan mata secara teliti dan cermat serta keadaan sekitar mata. Trauma mekanik pada mata dibedakan ada 2 macam yaitu : trauma keadaan sekitar mata. Trauma mekanik pada mata dibedakan ada 2 macam yaitu : trauma mekanik tumpul

mekanik tumpul dan dan trauma mekanik trauma mekanik tajam.tajam.

1.

(2)

Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi dalam waktu Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi dalam waktu singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar antara cairan vitreus dan singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar antara cairan vitreus dan sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum zinni dan dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum zinni dan corpus ciliaris.

corpus ciliaris.

Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya  perubahan

 perubahan patologi patologi akan akan menyebabkan menyebabkan kromatolisis kromatolisis sel. sel. 2). 2). Reaksi Reaksi Pembuluh Pembuluh darah. darah. ReaksiReaksi  pembuluh darah

 pembuluh darah ini berupa vasoparalisa ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah sehingga aliran darah menjadi lambat, menjadi lambat, sel endotel rusak,sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini  biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

 biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

a.

a. PalpebraPalpebra 1)

1) Perdarahan Kornea = ecchymosis, black eyePerdarahan Kornea = ecchymosis, black eye

Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan, karena jaringan Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan, karena jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom kacamata (bril menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan eksofthalmos. Bila ecchymosis tampak hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan eksofthalmos. Bila ecchymosis tampak segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan  pemeriksaan

 pemeriksaan seksama seksama dari dari bagian bagian mata mata yang yang lainnya. lainnya. Juga Juga perlu perlu pemeriksaan pemeriksaan foto foto rontgenrontgen tengkorak.

tengkorak.

Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila perdarahan kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila perdarahan timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura antara trauma terjadi sampai timbulnya ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura tesebut. Kalau perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di tesebut. Kalau perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di  belakang sekali.

 belakang sekali.

2)

2) Emfisema PalpebraEmfisema Palpebra

Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan langsung antara Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan langsung antara ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering mengenai lamina ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering mengenai lamina  papyricea os

 papyricea os ethmoidalis, yang ethmoidalis, yang merupakan dinding merupakan dinding medial dari ronmedial dari rongga orbita, gga orbita, karena dinding karena dinding iniini tipis.

(3)

Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi dalam waktu Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkann tekanan yang sangat tinggi dalam waktu singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar antara cairan vitreus dan singkat didalam bola mata. Tekanan dalan bola mata ini akan menyebar antara cairan vitreus dan sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat sclera yang tidak elastis. Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada tempat dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum zinni dan dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut iridocorneal, ligamentum zinni dan corpus ciliaris.

corpus ciliaris.

Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya Respon jaringan akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya  perubahan

 perubahan patologi patologi akan akan menyebabkan menyebabkan kromatolisis kromatolisis sel. sel. 2). 2). Reaksi Reaksi Pembuluh Pembuluh darah. darah. ReaksiReaksi  pembuluh darah

 pembuluh darah ini berupa vasoparalisa ini berupa vasoparalisa sehingga aliran darah sehingga aliran darah menjadi lambat, menjadi lambat, sel endotel rusak,sel endotel rusak, cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini  biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

 biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan sebagainya.

a.

a. PalpebraPalpebra 1)

1) Perdarahan Kornea = ecchymosis, black eyePerdarahan Kornea = ecchymosis, black eye

Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan, karena jaringan Pada perdarahan hebat, palpebra menjadi bengkak dan berwarna kebiru-biruan, karena jaringan ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat ikat palpebra halus, perdarahan ini dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom kacamata (bril menyeberang melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan eksofthalmos. Bila ecchymosis tampak hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan eksofthalmos. Bila ecchymosis tampak segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan segera sesudah trauma, menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan  pemeriksaan

 pemeriksaan seksama seksama dari dari bagian bagian mata mata yang yang lainnya. lainnya. Juga Juga perlu perlu pemeriksaan pemeriksaan foto foto rontgenrontgen tengkorak.

tengkorak.

Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila perdarahan kompres hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila perdarahan timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan adanya fraktura dari dasar tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura antara trauma terjadi sampai timbulnya ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura tesebut. Kalau perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di tesebut. Kalau perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma, maka frakturanya terletak di  belakang sekali.

 belakang sekali.

2)

2) Emfisema PalpebraEmfisema Palpebra

Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan langsung antara Menunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita, sehingga timbul hubungan langsung antara ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering mengenai lamina ruang orbita denga ruangan hidung atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering mengenai lamina  papyricea os

 papyricea os ethmoidalis, yang ethmoidalis, yang merupakan dinding merupakan dinding medial dari ronmedial dari rongga orbita, gga orbita, karena dinding karena dinding iniini tipis.

(4)

Pengobatan : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara dari palpebra dan Pengobatan : berikan balutan yang kuat untuk mempercepat hilangnya udara dari palpebra dan dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat memperhebat emfisemanya. dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat memperhebat emfisemanya. Kemudian disusul dengan pengobatan dari frakturanya.

Kemudian disusul dengan pengobatan dari frakturanya.

3)

3) Luka Laerasi dipalpebraLuka Laerasi dipalpebra

Bila luka ini hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula, jangan segera dijahit, tetapi Bila luka ini hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula, jangan segera dijahit, tetapi  bersihkanlah lukanya da

 bersihkanlah lukanya dan tutup n tutup dengan pembalut dengan pembalut basah yang steril. Bila basah yang steril. Bila pembengkakannya tpembengkakannya telahelah  berkurang,

 berkurang, baru baru dijahit. dijahit. Jangan Jangan membuang membuang banyak banyak jaringan, jaringan, bila bila tidak tidak perlu. perlu. Bila Bila luka luka hebat,hebat, sehingga perlu skingraft, yang dapat diambil dari kulit retroaurikuler, brachial dan sehingga perlu skingraft, yang dapat diambil dari kulit retroaurikuler, brachial dan supraklavikuler. supraklavikuler. 4) 4) PtosisPtosis Kausa : Kausa :

-- Parese atau paralise m. palpebra superior (N. III.)Parese atau paralise m. palpebra superior (N. III.) -- Pseudoptosis, oleh karena edema palpebraPseudoptosis, oleh karena edema palpebra

-- Bila ptosisnya setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik tetap takBila ptosisnya setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik tetap tak menunjukka perbaikan, mak dilakukan operasi.

menunjukka perbaikan, mak dilakukan operasi.

b.

b. KonjungtivaKonjungtiva 1)

1) Perdarahan Sub KonjungtivaPerdarahan Sub Konjungtiva

Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai peradangan mata. Tampak sebagai bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai peradangan mata. Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci, antibiotika bila taku terkena infeksi. Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci, antibiotika bila taku terkena infeksi. Perdarahannya sendiri dapat diabsorbsi dalam 1

Perdarahannya sendiri dapat diabsorbsi dalam 1  –  –   2 minggu, yang dapat dipercepat dengan  2 minggu, yang dapat dipercepat dengan  pemberian

 pemberian kompres kompres hangat hangat selam selam 10 10 menit menit setiap setiap kali. kali. Kompres Kompres hangat hangat jangan jangan diberikan diberikan padapada hari pertama, karena dapat memperhebat perdarahannya, pada waktu ini sebaiknya diberikan hari pertama, karena dapat memperhebat perdarahannya, pada waktu ini sebaiknya diberikan kompres dingin.

kompres dingin.

2)

2) EdemaEdema

Bila masif dan terletak sentral dapat mengganggu visus. Kondisi ini dapat diatasi dengan jalan Bila masif dan terletak sentral dapat mengganggu visus. Kondisi ini dapat diatasi dengan jalan reposisi konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan untuk mengurangi edema reposisi konjungtiva atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan untuk mengurangi edema tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang hipertonik untuk mempercepat tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang hipertonik untuk mempercepat  penyerapan.

 penyerapan.

3)

(5)

Bila laserasi sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi kerusakan. Daya Bila laserasi sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi kerusakan. Daya regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga akan tumbuh dalam beberapa hari. Bila > 1 regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga akan tumbuh dalam beberapa hari. Bila > 1 cm dijahit dan diberikan antibiotika.

cm dijahit dan diberikan antibiotika.

c.

c. KorneaKornea 1)

1) Erosi KorneaErosi Kornea

Bila pennderita mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita lakukan Bila pennderita mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita lakukan  pemeriksaan

 pemeriksaan pengecatan pengecatan fluorescein. Bila fluorescein. Bila (+) berarti (+) berarti sebagian kosebagian kornea rnea tampak tampak hijau hijau yang byang berartierarti ada suatu lesi atau erosi kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan diharapkan 1 - 2 hari terjadi ada suatu lesi atau erosi kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan diharapkan 1 - 2 hari terjadi  penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan antibiotika.

 penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan antibiotika.

2)

2) Edema KorneaEdema Kornea

Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat dan menekuk ke dalam masuk ke Dapat berupa edema yang datar atau edema yang melipat dan menekuk ke dalam masuk ke membran bowman dan descemet. Pengobatan dengan bebat mata dan antibiotika, kadang-kadang membran bowman dan descemet. Pengobatan dengan bebat mata dan antibiotika, kadang-kadang diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada fase penyembuhan.

diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada fase penyembuhan.

d.

d. Bilik Mata Depan :Bilik Mata Depan : terjadi Hifematerjadi Hifema

Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar. Merupakan keadaan yang gawat. Sebainya Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar. Merupakan keadaan yang gawat. Sebainya dirawat, Karena takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat daripada perdaran primer, dirawat, Karena takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat daripada perdaran primer, yang biasanya timbul hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan yang biasanya timbul hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan darah terlalu cepat diserap, sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk darah terlalu cepat diserap, sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam bilik mata depan, regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam bilik mata depan, dapat menghambat aliran aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat menimnbulkan galukoma dapat menghambat aliran aquos ke dalam trabekula, sehingga dapat menimnbulkan galukoma sekunder. Hifema dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk sekunder. Hifema dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk hemosiderin, yang dapat meresap masuk ke dalam kornea, menyebabkan kornea berwarna hemosiderin, yang dapat meresap masuk ke dalam kornea, menyebabkan kornea berwarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea. Jadi penyulit yang harus diperhatikan kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea. Jadi penyulit yang harus diperhatikan  pada

 pada hifema hifema adalah adalah : : glaucoma glaucoma sekunder, sekunder, uveitis uveitis dan dan hemosiderosis hemosiderosis atau atau imbibisio imbibisio kornea.kornea. Hifema dapat sedikit dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik Hifema dapat sedikit dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokuler normal. Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan, dapat dan tekanan intraokuler normal. Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan, dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh glaukomanya. Jika hifemanya mengisi seluruh bilik mata depan rasa sakit bertambah dan visus glaukomanya. Jika hifemanya mengisi seluruh bilik mata depan rasa sakit bertambah dan visus lebih menurun lagi, karena tekanan intraokulernya bertambah pula. lebih menurun lagi, karena tekanan intraokulernya bertambah pula. Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur dengan elevasi kepala 30

Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur dengan elevasi kepala 30 –  –  4545 derajat. Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tak bergerak. Keadaan ini harus derajat. Kepala difiksasi dengan bantal pasir dikedua sisi, supaya tak bergerak. Keadaan ini harus

(6)

dipertahankan minimal 5 hari. Pada anak-anak mungkin harus diikat tangan dan kakinya ditempat tidur. Kedua mata ditutup, atau dapat pula mata yang sakit saja yang ditutup. Beri salep mata, koagulansia. Bila terisi darah segar, berikan antifibrinolitik, supaya bekuan darah tak terlalu cepat diserap, untuk memberi kesempatan pembuluh darah menyembuh, supaya tak terjadi perdarahan sekunder. Pemberiannya tak boleh melewati 1 minggu, karena dapat mengganggu aliran humor aquos, menimbulkan glaucoma dan imbibisio kornea. Dapat diberikan 4 kali 250 mg transamic acid. Selama dirawat yang perlu dipehatikan adlah hifema penuh atau tidak, tekanan intraokuler naik atau tidak, fundus terlihat atau tidak.Hifema yang penuh dengan kenaika intra okuler, perlu pemberian diamox, gliserin yang harus dinilai dalam 24 jam. Jika tekanan intraokuler tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, dilakukan parasentese. Jika tekanan menjadi normal, diamox tetap diberikan dan dinilai setiap hari. Bila tekanan ini tetap normal dan darah masih terdapat sampai hari ke 5  –   9,dilakukan parasentese. Bila terdapat glaukoma yang tak dapat dikontol dengan cara diatas, maka dilakukan iridenkleisis, dengan merobek iris, yang kemudian diselipkan diantara insisi korneo skleral, sehingga pupil tampak sebagai lubang kunci yang terbalik.

e. Iris

1) Iridoplegi

Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi midriasis. Iridoplegi ini dapat  berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk

mencegah terjadi kelelahan sfinter dan pemberian roboransia.

2) Iridodialisis

Merupakan robekan pada akar iris, sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan  biasa teerdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisa. Pada  pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah pada pupil dan juga pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek fundus.Pengobatan dapat dicoba dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan menekan pada akarnya. Istirahat ditempat tidur. Mata ditutup. Bila menimbulkan diplopia, dilakukan reposisi, dimana iris dikaitkan pada sclera.

f. Pupil : terjadi Midriasis

Disebabkan iriodoplegi, akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil. Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2  –   3 minggu, dapat juga permanen, tergantung adanya parese atau

(7)

 paralise dari otot tersebut. Dalam waktu ini mata terasa silau. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

g. Lensa

1) Dislokasi Lensa

Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat sebagian (subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan dapat pula ke belakang. Bila tak menimbulkan penyulit glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja, dengan memberi koreksi keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila kemudian timbul penyulit glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan uveitisnya diredakan dahulu.

2) Katarak Traumatika

Katarak ini timbul karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak traumatika yaitu vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang keriput. Pengobatan tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia dapat dipasang lensa intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak trauma bila tidak terjadi penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lai sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.

h. Badan Kaca : terjadi Perdarahan Badan Kaca

Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya bila terdapat perdarahan didalam  badan kaca, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, untuk mengetahui keadaan

dibagian posterior mata.

Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau parenteral disamping istirahat di tempat tidur. Tindakan operatif vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6 bulan dilakukan pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam penglihatan.

i. Retina

1) Edema Retina

Edema retina biasanya didaerah polus posterior dekat macula atau di perifer. Tampak retina dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu dengan skotoma sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan refleks fovea tampak kembali. Untuk mempercepat  penyerapan dapat disuntikkan kortison subkonjungtiva 0,5 cc 2 kali seminggu.

(8)

Robekan pada retina menyebabkan ablasi retina = retinal detachment. Umumnya robekan berupa huruf V didapatkan di daerah temporal atas. Melalui robekan ini, cairan badan kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen dan lapisan batang dan kerucut, sehingga visus dapat menurun, lapang pandang mengecil, yang sering berakhir kebutaan, bila terdapat ablasi total. Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya dilakukan pengeluaran cairan subretina, koagulasi ruptura dengan diatermi.

3) Perdarahan Retina

Dapat timbul bila trauma tumpul menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bentuk perdarahan tergantung lokalisasinya. Bila terdapat dilapisan serabut saraf tampak sebagai bulu ayam, bila tampak lebih keluar tampak sebagai bercak yang berbatas tegas, perdarahan di depan retina mempunyai permukaan yang datar di bagian atas dan cembung di bagian bawah. Darahnya dapat  pula masuk ke badan kaca. Penderita mengeluh terdapat bayangan-bayangan hitam di lapangan  penglihatannya, kalau banyak masuk kedalam badan kaca dapat menutup jalannya cahaya, sehingga visus terganggu. Pengobatan dengan istirahat di tempat tidur, istirahat mata, di beri koagulansia, bila masuk ke badan kaca diobati sebagai perdarahan badan kaca.

 j. Sklera : terjadi Robekan Sklera

Kalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan robekannya dijahit. Pada robekan yang  besar lebih baik dilakukan enukleasi bulbi, untuk hindarkan oftalmia simpatika. Robekan ini  biasanya terletak di bagian atas.

k. Nervus Optikus

1) Avulsi Papil Saraf Optik 

Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.Penderita ini perlu dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

2) Optik Neuropati Traumatik 

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.

Penglihatan akan berkurang setelah cedera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan warna

(9)

dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi  pucat.

Pengobatan adalah dengan merawat penderita pada waktu akut dengan memberi steroid. Bila  penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.

l. Enoftalmus

Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon yang menyelubungi bola mata di luar sclera atau disebabkan fraktura dasar orbita. Oleh karena itu harus dibuat foto rontgen dari tulang tengkorak. Seringkali enoftalmus tidak terlihat selama masih terdapat edema. Gejalanya : penderita merasa sakit, mual, terdapat diplopi pada pergerakan mata keatas dan ke bawah. Saraf infra orbita sering rusak dan penderita mengeluh anesthesia pada kelopak mata atas dan ginggiva. Pengobatan : operasi, dimana dasar orbita dijembatani dengan graft tulang kartilago atau badan aloplastik.

m. Eksoftalmus

Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber berasal dari A. Oftalmika beserta cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat tidur perdarahan diserap kembali, juga diber koagulansia. Bila eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada aneurisma antara arteri karotis interna dan sinus kavernosus.

Pengobatan: pengikatan pada a. karotis sisi yang sama (dcolz, 2010, 1-15, http://dcolz.wordpress.com, diperoleh 23 Januari 2010).

o Patofisiologi Trauma Tumpul

(terlampir) 

2. Trauma Mekanik Tajam

Pada trauma mekanik tajam ada baiknya diberi anestesi lokal, supaya pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti dan pada luka-luka yang hebat, yang dapat menimbulkan prolaps dari isi  bola mata. Serum antitetanus harus diberikan pada setiap luka akibat benda tajam.

a. Palpebra

Kalau pinggiran palpebra luka dan tak diperbaiki, dapat menimbulkan koloboma palpebra akwisita. Bila besar dapat akibatkan kerusakan kornea oleh karena mata tak dapat menutup dengan sempurna. Oleh karena itu tindakan harus dilakukan secepatnya. Kalau tidak kotor dapat ditunggu sampai 24 jam. Pada tindakan tersebut harus diperbaiki kontinuitas margo palpebra dan kedudukan bulu mata. Jangan sampai menimbulkan trikiasis. Bila robekan mengenai margo

(10)

inferior bagian nasal, dapat memotong kanalikuli lakrimal inferior, sehingga air mata tak dapat melalui jalan yang seharusnya dan mengakibatkan epifora. Rekanalisasi dapat dikerjakan secepatnya, bila ditunggu 1 – 2 hari sukar untuk mencari ujung-ujunng kanalikuli tersebut.

b. Konjungtiva

1) Perdarahan : Penatalaksanaan sama dengan rudapaksa mata mekanis tumpul.

2) Robekan

Bila kurang dari 1 cm tidak dijahit, diberikan anestesi lokal. Bila lebih dari 1 cm dijahit denga  benang cut gut atau sutera berjarak 0,5 cm antara tiap-tiap jahitan. Diberikan antibiotika lokal

selam 5 hari dan bebat mata untuk 1 - 2 hari.

c. Kornea

1) Erosi Kornea : Penatalaksanaan seperti rudapaksa tumpul.

2) Luka Tembus Kornea

Dari anamnesa didapatkan teraba nyeri, epifora, photofobi dan blefarospasme. Pada pemeriksaan didapat tes fluorescein (+).

Pengobatan: tanpa mengingat jarak waktu antara kecelakaan dan pemeriksaan, tiap luka terbuka kornea yang masih menunjukkan tanda-tanda adanya kebocoran harus diusahakan dijahit. Jaringa intraokuler yang keluar dari luka, missal: badan kaca, prolap iris sebaiknya dipotong sebelum luka dijahit. Janganlah sekali-kali dimasukkan dalam bolamata. Jahitan kornea dilakukan secara lamellar untuk menghindari terjadinya fistel melalui bekas jahitan. Luka sesudah dijahit dapat ditutup lembaran konjungtiva yang terdekat. Tindakan ini dapat dianggap dapat mempercepat epitelialisasi. Diberikan antibiotika lokal dalam bentuk salep, tetes atau subkonjungtiva. Atropin tetes 0,5 –  1% tiap hari. Dosis dikurangi bila pupil sudah cukup lebar. Bila ada tanda-tanda glaucoma sekunder dapat diberikan tablet. Analgetik, antiinflamasi, koagulasi dapat diberika bila perlu.

3) Ulkus Kornea

Sebagian besar disebabkan oleh trauma yang mengalami infeksi sekunder. Dari anamnesa teraba nyeri, epifora, photofobi, dan blefarospasme. Dari pemeriksaan nampak kornea yang edema dan

keruh dan tes flurescein (+).

Pengobatan dapat diberikan antibiotika lokal tetes, salep atau subkonjuntiva, scraping atau  pembersihan jaringan nekrotik secara hati-hati bagian dari ulkus yang nampak kotor, aplikasi  panas, cryo terapi.

(11)

d. Sklera : Luka Terbuka atau tembus

Luka ini lekas tertutup oleh konjungtiva sehingga kadang sukar diketahui. Luka tembus sclera harus dipertimbangkan apabila dibawah konjungtiva nampak jaringan hitam (koroid).

Pengobatan: sama dengan luka tembus pada kornea. Bila luka sangat besar dan diragukan bahwa mata tersebut masih dapat berfungsi untuk melihat, maka sebaiknya dienukleasi untuk menghindarkan timbulnya oftalmia simpatika pada mata yang sehat.

e. Badan Siliar : terjadi luka pada badan siliar

Luka disini mempunyai prognosis yang buruk, karena kemungkinan terbesar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis, yang dapat berakhir dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma, sedang pada mata yang sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu bila lukanya besar, disertai prolaps isi bola mata sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi, sebaiknya dilakukan enukleasi bulbi supaya mata yang sehat masih tetap baik.

f. Bilik Mata Depan : Penatalaksanaan sama denga trauma tumpul.

g. Iris : terjadi Iritis

Sering akibat dari trauma. Dari anamnese didapatkan keluhan nyeri, epifora, photofobi, dan  blefarospasme. Dari pemeriksaan didapatkan pupil miosis, reflek pupil menurun dan sinekia  posterior.

Pengobatan dapat diberikan Atropin tetes 0,5 –   1% 1 - 2 kali selama sinekia belum lepas dan antibiotika. Diberikan diamox bila ada komplikasi glaukoma.

h. Lensa

1) Dislokasi Lensa : Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul.

2) Katarak : Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul.

i. Segmen Posterior : Penatalaksanaan sama dengan trauma mekanik tumpul

 j. Luka dengan benda asing (Corpus Alienum)

Pemeriksaan yang teliti secara sistimatis sangat diperlukan untuk dapat menentukan adanya, macamnya, lokalisasi dari benda tersebut.

1) Anamnese :

Terutama pada penderita yang bekerja di perusahaan, dimana benda logam memegang peranan. Harus ditanyakan apa pekerjaannya dan benda asing apakah kiranya yang masuk ke dalam mata. 2) Pemeriksaan :

(12)

Benda asing tersebut harus dicari secara teliti maemakai penerangan yang cukup mulai dari  palpebra, konjungtiva, fornixis, kornea, bilik mata depan.Bila mungkin benda tersebut berada dalam lensa, badan kaca diman perlu pemeriksaan tambahan berupa funduskopi, foto rontgen, ultrasonografi, pemerisaan dengan magnet, dan coronal CT Scan. MRI merupakan kontra indikasi untuk benda logam yang mengandung magnet. Benda asing yang dapat masuk ke dalam mata dibagi dalam beberapa kelompok:

- Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah hitam, besi tembaga. Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.

- Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian.

- Benda inert, yaitu benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, kalau terjadi reaksipun hanya ringan saja dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina batu, kaca, dan porselin.

- Benda reaktif : terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, bulu ulat. Pengobatan yaitu dengan mengeluarkan benda asing tersebut. Bila lokalisasi di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anestesi lokal.Untuk mengeluarkan perlu kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.Arah  pengambilan adalah dari tengah ke tepi.Bila benda bersifat magnetik maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable atau giant magnet. Kemudian diberi antibiotika lokal, sikloplegik dan mata dibebat. Pecahan besi yan terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui luka ini ujaung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda tersebut, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit pula seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik denga magnit, sesudah dibuat sayatan di limbus kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa denga cara ekstraksi linier pada orang muda dan ekstraksi ekstra kapsuler atau intrakapsuler pada orang yang lebih tua. Bila lokalisasinya di dalam badan kaca dapat dilakukan pengeluaran dengan magnit raksasa, setelah dibuat sayatan dari skera. Bila tidak berhasil atau benda asing itu tidak magnetik dapat dikeluarkan dengan opersai viterektomi. Bila benda asing itu tidak dapat diambil harus dilakukan enukleasi bulbi untuk mencegah timbulnya oftalmia simpatika pada mata sebelahnya (Edy, 2010, ¶ 1-20, http://urangcijati.com, diperoleh 23 Januari 2010).

(13)

o Patofisiologi Trauma Tajam

(terlampir) 

C. Trauma Kimia

Truma Kimia dibagi menjadi : trauma kimia asam dan trauma kimia basa

1. Trauma Kimia Asam pada Mata a. Pengertian

Trauma asam merupakan salah satu jenis trauma kimia mata dan termasuk kegawatdaruratan mata yang disebabkan zat kimia bersifat asam dengan pH < 7

b. Etiologi

Trauma kimiawi biasanya disebabkan akibat bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah.

- Bahan kimia asam

Asam sulfat, sulfurous acid, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, danasam hidroflorida.

- Ledakan

Baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimiawi

- Asam

 Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Industri (pembersih dinding, glass etching (pengukiran pada kaca dengan cairan kimia), electropolishing, dan penyamakan kulit., fermentasi pada pengolahan bir).

 Cairan atau gas

c. Patofisiologi

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

(14)

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan

kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida. Bahan ini merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat menembus membran sel .

d. Penatalaksanaan

- Irigasi jaringan yang terkena secepat-cepatnya, selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.

Irigasi dapat dilakukan dengan garam fisiologi atau air bersih lainnya paling sedikit 15-30 menit. Anestesi topikal (blefarospasme berat)

- Penetralisir ---> natrium bikarbonat 3%. - Antibiotik---> bila perlu

- Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, - sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu

2. Trauma Kimia Basa pada Mata a. Pengertian

- Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.

- Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina b. Etiologi - Semen - Soda Kuat - Amonia -  NaOH - CaOH

(15)

c. Patofisiologi

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak membran sel ---> penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema ---> terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung disertai masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

d. Penatalaksanaan

- Irigasi dengan garam fisiologik selama mngkn (2000 ml selama ± 3 0 menit) - Pemeriksaan kertas lakmus.

- Bila penyebab CaOH ---> diberi EDTA (bereaksi dengan basa pada jaringan) - Antibiotik ---> mencegah infeksi.

- Siklopegi ---> mengistirahatkan irir, mengatasi iritis. - Anti glaucoma ---> mencegah glaukoma sekunder. - Steroid (7 hari pertama) ---> anti inflmasi.

(16)

- Vitamin C ---> membentuk jaringan kolagen.

- Bebat (perban) pada mata, lensa kontak lembek dan tetes air mata buatan. Operasi keratoplasti ---> bila kekeruhan kornea sangat mengganggupen glihatan.

(Soemarmo, 2010, ¶ 1-7, http://www.scribd.com, diperoleh tanggal 25 Januari 2010)

D. Trauma Fisis

Trauma fisis dibagi menjadi 2 yaitu

1. Trauma Termik 

Trauma ini disebabkan seperti panas, umpamanya percikan besi cair, diperlukan sama seperti trauma kimia

2. Trauma Radiasi

Trauma radiasi disebabkan oleh inframerah dan ultraviolet. Trauma ini berjalan lambat dan kecenderungan terjadi dalam waktu lama. Seseorang akan mengalami keluhan dan datang  berobat karena marasa matanya sakit, matanya kabur, mata lelah dll (Bayu, 2010, ¶ 3,

http://www.bayusatria.web.id, diperoleh tanggal 25 Januari 2010)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA MATA A. Pengkajian

Pengkajian didasarkan pada :

1. Kapan trauma terjadi (waktu kejadian/lamanya trauma) 2. Keadaan mata (respon jaringan pada organ mata)

3. Jenis Trauma yang didapat

4. Besarnya benda yang mengenai mata, kekuatan/kecepatan benda mengenai mata 5. Memakai alat pelindung wajah seperti helm atau kacamata

6. Pertolongan pertama yang telah dilakukan dilokasi 7. Tajam penglihatan

8. Tekanan Bola Mata

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul tergantung pada jenis trauma dan lokasi organ yang terkena. Diagnosa yang mungkin adalah :

(17)

1.  Nyeri yang berhubungan dengan iritasi saraf kornea/peningkatan sensibilitas saraf kornea terhadap erosi/robekan kornea, laserasi atau hematom palpebra dan konjungtiva, adanya hifema. 2. Gangguan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan ablasio retina, edema retina, erosi

kornea.

3. Risiko cidera yang berhubungan dengn gangguan penglihatan akibat trauma

4. Ansietas yang berhubungan dengan penurunan penglihatan dan kemungkinan kebutaan

5. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat trauma 6. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat (tidur) yang berhubungan dengan kesulitan menutup

mata dan nyeri mata.

C. Rencana Tindakan

1.  Nyeri yang berhubungan dengan iritasi saraf kornea/peningkatan sensibilitas saraf kornea terhadap erosi/robekan kornea, laserasi atau hematom palpebra dan konjungtiva, adanya hifema. Tujuan : melaporkan pengurangan atau hilangnya nyeri

Intervensi

a. Hematoma Palpebra

- Dini : lakukan kompres dingin pada palpebra untuk mengurangi nyeri dan perdarahan - Lama : lakukan kompres hangat pada palpebra untuk meningkatkan absorbs darah

 b. Hematoma subkonjungtiva

Lakukan kompres hangat. Hematoma akan hilang atau diabsopsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

c. Erosi kornea

- Antibiotik spectrum luas, tetes mata untuk mencegah infeksi - Sikloplegik aksi pendek

- Bebat tekan 24 jam d. Hifema

- Tirah baring sempurna dalam posisi fowler - Berikan kompres es

- Pemantauan tajam penglihatan

(18)

- Batasi membaca dan melihat TV

- Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna - Berika diet lunak dan semua keperluan klien dibantu

- Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka - Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak - Persiapan parasentesis

e. Trauma Tajam

- Tutup mata dan lakukan kompres es - Kurangi kecemasan klien

2. Gangguan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan ablasio retina, edema retina, erosi kornea.

Tujuan : klien beradaptasi terhadap penurunan visual yang terjadi Intervensi :

- Tentukan tajam penglihatan klien - Kurangi situasi kacau

- Pada klian ablasio retina, anjurkan berdres total dengan satu atau kedua mata ditutup - Kolaborasi pengobatan sesuai indikasi serta siapkan intervensi bedah

3. Risiko cidera yang berhubungan dengn gangguan penglihatan akibat trauma Tujuan : Klien tidak mengalami dan dapat menghindari cidera

Intervensi :

- Dapatkan deskripsi fungsional tentang apa yang bisa d an tidak bisa dilihat klien - Orientasikan klien terhadap lingkungan sekitar

- Batasi dan bantu aktivitas klien sesuai kebutuhan

4. Ansietas yang berhubungan dengan penurunan penglihatan dan kemungkinan kebutaan Tujuan : Kecemasan klien berkurang atau hilang

Intervensi :

- Gunakan pendekatan untuk menenangkan klien saat memberikan informasi - Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang kehilangan penglihatan - Beritahu klien tentang penyakitnya

5. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat trauma Tujuan : Klien dapat menerima perubahan tubuhnya

(19)

Intervensi :

- Beritahu klien tentang kondisinya dan tujuan tindakan yang dilakukan

- Beritahu tentang prognosis penyakitnya secara jujur dan beritahu pentingnya ketaatan terhadap  perubahan yang terjadi

- Libatkan keluarga atau orang terdekat klien

6. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat (tidur) yang berhubungan dengan kesulitan menutup mata dan nyeri mata.

Tujuan : Kebutuhan istirahat klien terpenuhi Intervensi :

- Kaji tingkat nyeri klien

- Bicarakan dengan klien dan keluarga tentang terapi distraksi - Beri kompres dingin dan hangat sesuai kebutuhan

- Beri kesempatan pada klien untuk istirahat pada siang hari dan waktu tidur malam hari. Diposkan oleh ILMU KEPERAWATAN di 07.37

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 

Tidak ada komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

 ▼  2011 (2) o ►  Maret (1) o ▼  Februari (1)  TRAUMA MATA

Mengenai Saya

ILMU KEPERAWATAN Lihat profil lengkapku

(20)

TRAUMA OKULI

Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun lambat.

Trauma mata dapat dibagi maenjadi:

I. Trauma Mekanik:

1. Trauma tumpul (contusio oculi)

2. Trauma tajam (perforasi trauma)

II. Trauma Fisika

1. Trauma radiasi sinar inframerah

2. Trauma radiasi sinar ultraviolet

3. Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi

III. Trauma Kimia

1. Trauma asam

2. Trauma basa

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.

I. Trauma Mekanik

1. Trauma tumpul

Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakn pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya. Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga. Biasanya  benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis

meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersifat Counter Coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula.

a. Hematoma Kelopak

Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah kulit kelopak

akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.

Gambaran klinis

Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. Bila  perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata

hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada  pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.

(21)

Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsidarah dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak.

 b. Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk

akibat trauma tumpul.

Gambaran klinis

Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah

rangsangan terhadap konjungtivanya.

Penatalaksanaan

Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selapt lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.

c. Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah.

Gambaran klinis

Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan di  bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap  penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.

Penatalaksanaan

Pengobatan pertama pada hematoma subkonjungtiva adalh dengan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dengan sendirinya dalam 1 –  2 minggu tanpa diobati.

d. Edema kornea

Gambaran klinis

Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar  bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang  positif.

Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutan garam hipertonik 2 –  8%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untuk menghilangkan

rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.

e. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat mengakibatkan oleh

gesekan keras pada epitel kornea.

Gambaran klinis

Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.

Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna hijau.

(22)

Penatalaksanaan

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah kerusakan epitel.

Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah terjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan

sufasetamid tetes.

Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik

aksi- pendek seperti tropikamida.

Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.

f. Erosi kornea rekuren

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. Penatalaksanaan

Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangi gejala

radang uvea yang mungkn timbul.

Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan

epitel baru dan mencegah infeksi skunder.

Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya.

g. Iridoplegia

Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga

menyebabkan pupi menjadi lebar atau midriasis.

Gambaran klinis

Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar. Penatalaksanaan

Penanganan pada pasien dengan iridoplegia post trauma sebaiknya diberikan istirahat untuk mencegah terjadinnya kelelahan sfingter dan pemberian roboransia.

h. Hifema

Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

Gambaran klinis

Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.

(23)

Penanganan awal pada pasien hifema yaiu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulansia dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi glaukoma dapat diberikan Asetazolamida. Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema  bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau setelah 5 hari tidak terliaht tanda-tanda hifema berkurang.

i. Iridosiklitis

Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post trauma.

Gambaran klinis

Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun. Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.

Penatalaksanaan

Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal, bila terlihat tanda radang berat

maka dapat diberikan steroid sistemik.

Penanganan dengan cara bedah mata.

 j. Subluksasi Lensa

Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).

Gambaran klinis

Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.

Penatalaksanaan

Penanganan pada subluksasi lensa adalah dengan pembedahan. Bila tidak terjadi penyulit seperti glaukoma dan uveitis, maka dapat diberi kaca mata koreksi yang sesuai.

k. Luksasi Lensa Anterior

Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa masuk ke

dalam bilik mata depan.

Gambaran klinis

Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.

Penatalaksanaan

Penanganan pada Luksasi lensa anterior sebaiknya pasien segera dilakukan pembedahan untuk mengambil lensa. Pemberian asetazolamida dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan bola mata.

(24)

l. Luksasi Lensa Posterior Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli.

Gambaran klinis

Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Penatalaksanaan

Penanganan yaitu dengan melakukan ekstraksi lensa. Bila terjadi penyulit maka diatasi  penyulitnya.

m. Edem Retina

Edem Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.

Gambaran klinis

Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun. Penatalaksanaan

Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah  beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula

oleh sel pigmen epitel.

n. Ablasi Retina

Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia dan

 proses degenerasi retina lainnya.

Gambaran klinis

Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok. Penatalaksanaan

Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata.

o. Ruptur Koroid

Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar apil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan

ketajaman penglihatan

 p. Avulasi saraf optik

Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul.

Gambaran klinis

Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan.

(25)

Penatalaksanaan

Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

2. Trauma Tembus

Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari

 palpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa..

Gambaran klinis

Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :

- Tajam penglihatan yang menurun

- Tekanan bola mata yang rendah

- Bilik mata dangkal

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera - Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina

- Konjungtivis kemotis

Penatalaksanaan

Bila terlihat salah satu atau beberapa tanda diatas maka dicurigai adanya trauma tembus bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup tetapi jangan terlalu kencang dan segera dikirim ke dokter mata untuk dilakukan pembedahan dan penanganan

lebih lanjut.

Pembuatan foto bisa dilakukan untuk melihat adanya benda asing dalam bola mata. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan magnet raksasa, dan benda asing yang tidak  bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan vitrektomi.

Komplikasi

Adanya benda asing intraokuler dapat mengakibatkan endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina,

 perdarahn intraokuler dan ptisis bulbi.

II. Trauma Fisika

1. Trauma Sinar Inframerah

Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius, sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan.

Gambaran klinis

Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam  penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.

Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang telah terjadi, kecuali mencegah sering terpapar oleh sinar infra merah ini. Pemberian steroid sistemik dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya jaringn parut pada makula dan untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

(26)

2. Trauma Sinar Ultra Violet Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350 –   295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan

menatap sinar matahari.

Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan iniakan segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Gambaran klinis

Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 –  6 jam post trauma, pasien akan merasakn mata sangat sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Korne akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaanyayang kadang-kadang disetai dengan kornea

yang keruh. Pupil akan terlihat miosis.

Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetika dan mata ditutup selama 2  –   3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

3. Trauma Sinar Ionisasi dan Sinar X

Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:

- Sinar alfa yang dapat diabaikan

- Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan

- Sinar gamma

- Sinar X

Gambaran Klinis

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat  permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan

gambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata. Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal, steroid sistemik dan sikloplegik. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

III. Trauma Kimiawi

Trauma Kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia. Taruma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena  bahan kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat. Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainya selama 15 – 

30 menit

1. Trauma Asam

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan  bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi  bahan asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam.

Gambaran klinis

Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata

 biasanya menurun.

Penatalaksanaan

(27)

mungkin dengan air bersih atau garam fisiologik minimal selama 15 menit.

Antibiotika topikal untuk mencegah infeksi

Sikloplegik bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam.

EDTA bisa diberikan satu minggu post trauma.

Prognosis

Baik bila konsentrasi asam tidak nterlalu tinggi dan hanya terjadi kerusakan superfisisal saja.

2. Trauma Basa

Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi akibat terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi. Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan menjadi : Derajat 1: heperimi konjungtiva diikuti dengan keratitis pungtata. Derajat 2: hiperemi konjungtiva dengan disertai hilangnya epitel kornea. Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea. Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %.

Menurut klasifikasi Hughes maka trauma mata diklasifikasikan menjadi:

a. Ringan

- Terdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan kornea - Tidak terdapat iskemi dan nekrosis kornea atau konjungtiva

- Prognosis baik

 b. Sedang

- Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil secara detail - Terdapat nekrosis dan iskemi ringan konjungtiva dan kornea

- Prognosis sedang

c. Berat

- terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat - terdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat

- prognosis buruk

Gambaran klinis

Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata  biasanya menurun. Pengujian dengan kertas lakmus saat pertama kali datang adalah menunjukan

suasana alkalis.

Penatalaksanaan

Tindakan yang dilakukan adalah dengan irigasi dengan garam fisiologik sekitar 60 menit segera

setelah trauma.

Penderita diberikan sikloplegia, antibiotika, EDTA diberikan segera setelah trauma 1 tetes tiap 5 menit selama 2 jam dengan maksud untuk mengikat sisa basa dan untuk menetralisir kolagenase

yang terbentuk pada hari ketujuh post trauma.

Diberikan antiiatik lokal untuk mencegah infeksi Analgetik dan anestesik topikal dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Komplikasi

(28)

Penyulit yang dapat timbul adalah simblefaron, kekeruhan kornea, katarak disertai dengan

terjadinya ftisis bola mata.

IV. Pencegahan

Trauma mata dapat dicegah dengan menghindarkan terjadinya trauma seperti: - Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadnya trauma tajam akabiat alat  pekerjaannya

- Setiap pekerja yang bekerja di tempat bahan kimia sebaiknya mengerti bahan kimai apa yang

dipakainya, asam atau basa.

- Pada pekerja las sebaiknya melindungi matanya dari sinar dan percikan las. - Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya. - Pada olah ragawan seperti tinju ataupun bela diri lainya, harus melindungi bagian matanya dan

daerah sekitarnya dengan alat pelindung.

DAFTAR PUSTAKA

• Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai penerbit FK UI; Jakarta • Ilyas, Sidarta. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai Penerbit

FK UI ; Jakarta

• Mansyur, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. MediaAesculapius ; Jakarta

• Jack, J. Clinical Oftalmlogi.third edition. CJW. Teks Book 

• http.//www. NCBI, nlm. Nih. Gov/enter  – 

Contusio Bulbi.

• http.//www. BPK Jenabus.or.id/jelajah/

-Dampak benturan Benda Keras pada Mata

Labels: Mata | Reactions: 0 Responses

Post a Comment

 Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blog Arsip

Labels

 aktivitas (12)  artikel (7)   balbalan (30)   bedah (20)  coretan (28)  Hematologi (1)

(29)

 interna (2)

 internasional (7)  Islam (4)

 kedokteran (19)  Kesehatan anak (8)  kisah dan cerita (9)  lucu dan kocak (2)  masakan (1)  Mata (6)  Penyakit Tropis (1)   peristiwa (2)  Politik (33)  ramadhan (1)  renungan (9)  resensi buku (5)  Tokoh (7)

Komentar

<a href="http://www5.shoutmix.com/?sanirachman">View shoutbox</a> ShoutMix chat widget

There was an error in this gadget There was an error in this gadget

viva news

About Me

SRS

Jogja, Never Ending Asia, DIY, Indonesia

Aku adalah seorang yang sedang mencari jati diri sebagai seorang Insan Rabbani View my complete profile

(30)

Sani Rachman Soleman

Create Your Badge

Indonesia Memilih 2014

Indonesia Memilih 2014 Siapakah Calon Presiden Indonesia 2014? Aburizal Bakrie Anas Urbaningrum Akbar Tandjung Sri Mulyani Indarwati Hidayat Nur wahid Tifatul Sembiring Ani Yudhoyono Prabowo Subianto Surya Paloh

Megawati Soekarno P

Siapakah Calon Wakil Presiden Indonesia 2014?

(31)

Anis Matta Hatta Radjasa Luthfi Hasan Ishaq Pramono Anung Agung Laksono Sri Sultan HB X Wiranto Gamawan Fauzi Boediono View Results

Rencang

Teman

Follow this blog

Translate

Gadgets  powered by Google

Analitik

© dr. Sani Rachman's House Bloggerized by FalconHive | Wordpress Templates Sponsored by Blogger Styles

sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/trauma-oculi.html#ixzz2jsZfSzdc Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial

Cedera Oftalmologis

Bila ditempat kejadian diketahui adanya cedera mata, paling baik adalah melindunginya dengan berkas kaku se-perti lapisan Foxx. Manipulasi mata, termasuk mengang-kat klot darah dan benda asing, harus dicegah karena

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, dari 6 variabel yang signifikan dapat dikatakan bahwa seseorang berjenis kelamin perempuan yang berstatus belum menikah/cerai dengan pendidikan relatif

Muatan lokal merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas madrasah dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak

Bagaimana suatu tindakan dalam perkara dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 942 K/Pid/2007 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana kejahatan perbankan membuat

Pusat Kota Batam yang berada di pulau yang berbeda dengan kecamatan kepulauan lain, yaitu Belakang Padang menjadikan peneliti ingin mengetahui pergerakan

Berdasarkan hasil analisis pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam pembuatan game edukasi ini, menggunakan metode observasi, dengan melakukan pengamatan dan

GBOGBO ARAYE NI N PE JO SIN EYIN IYAMI AJE SE KII ALAGBAJA TE FII ALAALAAGBAJA LORUKO TI A PE SEU ODARA NIFE OOYE OKANRAN MEJI LO TE IWO SEU ODARA NIFA. O NI GBOGBO AYE NI O MON

Penggunaan kompos dari kotoran ternak dan sisa pakan dapat mengurangi jumlah kebutuhan penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman

Pemberian kompensasi finansial dapat memberikan peningkatan terhadap kinerja seseorang karyawan karna karyawan akan merasa dihargai dalam kinerjanya di perusahaan,