DIAGNOSA KLINIS
“VAKSINASI PADA HEWAN TERNAK”
Oleh : Helda A.N Gadja
1309011002
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2015/2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pengendalian penyakit hewan adalah suatu upaya dalam mengurangi interaksi antara hospes agen (penyebab penyakit) sampai hanya sedikit hewan yang terinfeksi. Jumlah agen penyakit telah dikurangi atau dimatikan karena hospes tela dilindungi atau infeksi pada hospes dapat dicegah. Cara yang biasa dilakukan yaitu vaksinasi. Bahkan, pemerintah juga mengatur mengenai ternak yang harus divaksinasi. Ternak harus melakukan vaksinasi dan setiap pelaksanaan vaksinasi harus di catat seta jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak.
Vaksinasi adalah memberikan antigen untuk merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi khusus terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Karena tidak ada obat yang efektif dan ampuh untuk pengendalian penyakit viral, vaksinasi merupakan cara yang dapat memberikan efisiensi ekonomis yang besa. Vaksinasi dirancang untuk mencegah penyakit yang akan datang dan tidak berarti mencegah terjadinya infeksi.
Vaksin bekeja dengan merangsang sistem kekebalan tanpa dipengaruhi penyakit. Hal ini dicapai dengan menginaktifasi mikroba, dengan menumbuhkannya di laboratorium dalam media biakkan (atenuasi). Jika dikenalkan kepada tubuh hewan/ternak, akan merangsang respoms kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.
Vaksinasi juga mendukung kepentingan ekonomi yang disebabkan oleh penyakit. Menurunkan kejadian penyakit berarti mengurangi biaya pemeliharaan, mencegah menurunnya pertumbuhan berat badan, dan fertilitas yang diakibatkan oleh penyakit. Beberapa vaksi juga dapat melindungi manusia tertular oleh penyakit zoonosis.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam vaksin yang diberikan pada hewan ternak dan juga untuk mengetahui jadwal vaksin ada hewan ternak.
PEMBAHASAN 2.1 Vaksin Pada Hewan Ternak
1) Vaksin Brucella Abortus Strain RB 51
Vaksin ini berupa serbuk dan pelarut, diberikan dengan cara injeksi subcutan. Setiap dosis mengandung bakteri aktif Brucella abortus strain RB 51. Untuk pencegahan penyakit keguguran/keluron menular/abortus yang disebabkan oleh bakteri brucella abortus strain RB 51 pada masa sapi umur 4 - 12 bulan atau lebih tua. Kontraindikasi yaitu Jangan melakukan vaksinasi dalam kurun waktu 3 minggu sebelum dipotong. Vaksin ini tidak boleh diberikan pada hewan yang sedang bunting. Dosis pemakaian yang disarankan yaitu pada sapi umur 4-12 bulan suntikkan 2 ml/ekor, untuk sapi diatas 12 bulan gunakan dosis pengenceran sesuai dengan ijin dan petunjuk dokter hewan.
Brucivet. Sediaan serbuk kering beku. Vaksin Brucella abortus, untuk mencegah penyakit keguguran / keluron / abortus pada sapi yang disebabkan oleh penyakit Brucella abortus. Pemberian dengan cara injeksi SC. Dosis sapi betina umur 3 – 8 bulan 2 ml.
2) Vaksin Anthrax
Vaksin Anthrax terdiri dari enam dosis, tiga dosis pertama diberikan dengan interval dua minggu, tiga dosis berikutnya diberikan dalam 6, 12 dan 18 bulan setelah dosis pertama. Dosis tambahan diberikan setiap tahun untuk perlindungan terus-menerus. Antibiotik yang bisa diberikan untuk penyakit anthrax adalah penicillin, doxycycline, fluoroquinoloness, doxycycline dan ciprofloxacin. Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau pemberian obat penurun panas. Cara pencegahan menyebarnya penyakit adalah dengan memusnahkan hewan yang diduga terjangkit penyakit itu, menghindari bersentuhan dengan bagian-bagian atau produk dari hewan sakit tersebut dan menghindari menghirup spora anthrax misalnya dengan menggunakan masker.
Anthravak. Bentuk sediaan cair. Vaksin anthrax aktif, untuk pencegahan penyakit antrax pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babi. Pemberian dengan cara penyuntikan / injeksi sub cutan (SC) /dibawah
kulit dosis 1 ml (sapi, kerbau, kuda), 0,5 ml (domba, kambing, babi). Kemasan botol 250 ml. Vaksindo satwa Nusantara.
Anthravet. Bentuk sediaan cair. Vaksin anthrax aktif, untuk pencegahan penyakit antrax pada sapi, kerbau, kuda, domba, kambing dan babi. Pemberian dengan cara injeksi SC dosis 1 ml (sapi, kerbau, kuda), 0,5 ml (domba, kambing, babi). Penggunaan pada domba dan kambing dapat mengakibatkan kebengkakan pada tempat penyuntuikan dan bisa berkembang menjadi edema yang progresif, keras dan dapat menimbulkan kematian, oleh karena itu untuk memvaksin kambing untuk daerah yang belum pernah divaksin lakukan vaksinasi pendahuluan sebagai percobaan dengan beberapa dosis. Pusat veterinaria varma.
3) Hyoresp
Hyoresp berbentuk sediaan cair. Vaksin Mycoplasma hyopneumonia inaktif. Untuk pencegahan penyakit mycoplasma hyoneumonia pada babi. Pemberian secara injeksi intra muskuler (IM) daerah otot leher 2 ml per ekor. Merila / Romindo Primavetcom.
4) Live Hog Cholera Vaccine
Live Hog Cholera Vaccine berbentuk sediaan kering beku. Vaksin aktif hog cholera (Sampar babi). Injeksi 1 ml / ekor. Kemasan 20 dosis. Kitasato Institue. Surya Hidup Satwa.
5) Orivet
Orivet berbentuk sediaan kering. Untuk pencegahan penyakit orf (Contagious Ecthyema, Contagiuos Dermatitis) pada domba dan kambing. Dalam tiap kit terdapat 1 vial untuk 20 dosis dan 1 vial pelarut jarum penoreh (scarificator). Pusta Vetrinaria Varma.
6) Pest Vac
Pest Vac berbentuk sediaan serbuk. Untuk pencegahan penyakit Hog Cholera pada babi. Pemberian secara injeksi IM / SC dosis 2 ml per ekor. Vial untuk 10 dosis, 25 dosis, 50 dosis. Fort dotge S. A, Brasil / Paeco Agung.
7) Pestiffa
Pestiffa berbentuk sediaan kering beku. Untuk pencegahan penyakit hog cholera pada babi. Pemberian secara Injeksi IM pada otot eher 2 ml per ekor. Merial / Romindo Prima Vetcom.
8) Porcilis Art
Vaksin in aktif bakteri Pasteurella multocida dan Bordetella brochiseptica. Untuk pencegahan penyakit Atropic rhinitis pada babi. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan vial 10 ml dan 50 ml. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.
9) Porcilis Ery
Vaksin in aktif untuk mencegah penyakit Erysipelas pada babi. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan vial 10, 25 dan 50 dosis. Intervet int. B V Belanda / Intervet Indonesia.
10) Septivak
Bentuk emulsi minyak. Vaksin in aktif kuman Pasteurella multocida. Untuk mencegah penyakit SE (Haemorrhagic septicaemia) pada sapi, kerbau dan babi. Pemberian secara Injeksi IM per ekor 3 ml. Kemasan botol 240 ml. Vaksindo Satwa Nusantara.
11) Septivet
Bentuk emulsi minyak. Vaksin in aktif kuman Pasteurella multocida. Untuk mencegah penyakit SE (Haemorrhagic septicaemia) pada sapi, kerbau. Pemberian dengan cara Injeksi SC per ekor 3 ml. Sebaiknya pada saat vaksinasi sediakan antidota shock anafilaksis seperti adrenalin, antihistamin atau kortison. Kemasan botol 150 ml. Pusat Veterinaria Farma.
12) Siuvaxyn KBL
Siuvaxyn KBL berbentuk sediaan cair. Vaksin aktif untuk mengatasi penyakit Hog Cholera pada babi. Pemberian dengan cara injeksi SC aatau IM 1 ml per ekor. Kemasan 20 dosis. Kyoto biken Lab., jepang / Agro Makmur Sentosa.
13) Suvaxyn E
Suvaxyn E berbentuk sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Erysipelas pada babi. Pemberian dengan cara injeksi SC / IM 2 ml per ekor. Kemasan botol 100 ml. Fort Dotge Animal Health, USA / Paeco Agung.
14) Suvaxyn EC – 4
Suvaxyn EC-4 berbentuk sediaan serbuk. Untuk mencegah diare yang disebabkan oleh escherichia coli. Pemberian dengan cara injeksi IM 2 ml per ekor. Kemasan 20 ml. Fort Dotge Animal Health, USA / Paeco Agung.
15) Vira Shield 2. Sediaan cair. Untuk mencegah penyakit Bovine Viral Diarhea (BVD) tipe 1-2 pada sapi. Pemberian secara injeksi SC / IM 2 ml per ekor. Kemasan botol 20 ml dan 100 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung. 16) Vira Shiel 4
Vira Shiel 4 berbentuk sediaan serbuk. Untuk mencegah penyakit IBR (Infectous Bovine Rhinotracheitis), BVD tipe 1 -2 dan para influenza tipe 3. Pemberian secara injeksi SC / IM 5 ml per ekor. Kemasan 50 ml, 100 ml dan 250 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung.
17) Vira Shiel 5
Vira Shiel 5 berbentuk sediaan cair. Untuk mencegah penyakit IBR (Infectous Bovine Rhinotracheitis), BVD tipe 1 -2, para influenza tipe dan BRSV (Bovine Respiratory Syncitial Virus). Pemberian secara injeksi SC / IM 5 ml per ekor. Kemasan 50 ml, 100 ml dan 250 ml. Novartis animal health US, Inc / Paeco Agung.
Tabel 1. Vaksinasi Pada Sapi Perah Muda
Umur Penyakit Jadwal Vaksinasi Keterangan
>2 minggu Respirasi (RSV, PI3, Pasteurella, IBR)
Dua dosis dengan selang 3-4 minggu
Umunya vaksin kombinasi
>2 minggu Ringworm Dua dosis selang 10-14 hari
>3 minggu Salmonella Dua dosis selang 14-21 hari
>12 minggu BVD Dua dosis selang 3-4 minggu
Biasanya vaksin kombinasi
Sebelum merumput Lungworm Vaksin oral. Dua dosis selang sebulan
Tabel 2. Program vaksinasi pada sapi perah dara
Umur Penyakit Jadwal vaksinasi
Sebelum dikawinkan Leptospirosis Dosis awal dan buster 4 minggu kemudian Sebelum bunting BVD IBR Anthrax SE Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Sebelum beranak Mastitis karena coliform
Diare neonatal Penyakit clostridia
Program 3 kali dosis Program dua kali dosis Buster tahunan
Tabel 3. Program vaksinasi pada induk sapi perah
Umur Penyakit Jadwal vaksinasi
Sebelum sapih Leptospirosis Buster tahunan Sebelum beranak berikutnya BVD
IBR Anthrax SE Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Sebelum masa kering Mastitis coliform
Penyakit clostridial
Program tiga kali dosis Buster tahunan Sebelum beranak Diare neonatal
Salmonellosis
Buster tahunan Buster tahunan
Tabel 4. Program vaksinansi pada sapi perah yang menyusui
Umur Penyakit Jadwal vaksinasi
Sebelum bunting Leptospirosis BVD IBR Anthrax SE Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Buster tahunan Sebelum masa kering Penyakti clostridial Buster tahunan Sebelum beranak Diare neonatal
Salmonellosis
Buster tahunan Buster tahunan
Gambar 1. Jadwal Vaksinasi Pada Sapi Tabel 5. Program Vaksinasi Kambing
Bulan Vaksin pokok Vaksin optional
Januari
Anak Kambing (umur 4-5 bulan)
Kambing sapih
Kambing dewasa
Epididimitia (kambing jantan) (Brucella melitensis)
Enterotoxaemia (oil vaksin)
Quarter evil (1st inokulasi)
Botulisme (1st inokulasi)
Anthrax (pada area di mana terjadi penyakit pada 5 tahun terakhir)
Febuari
Kambing dewasa (4-6 minggu sebelum masa kebuntingan)
Anak kambing (umur 5-6 bulan)
Enzootik aborsi (Chlamydia)
Enterotoxaemia (oil vaksin)
Blue udder
Penyakit wesselbron*
Rift Valley Fever
Rift Valley Fever
Penyakti wesselbron*
Quarter evil (2nd inokulasi)
Botulisme (2nd inokulasi)
Anthrax (hanya pada area yang terkena anthrax 5 tahun terakhir)
Maret
Dari 15 maret saat musim kawin
April/May Semua ternak Botulisme Pasteurella Quarter evil Juni
Kambing dewasa (belum diimunisasi sebelumnya) (6-8 minggu sebelum “kidding” interval
Tetanus (jika anak kambing sudah dikastrasi memakai cincin karet)
Vitamin A,D,E
Semua ternak
Deworm
July
Kambing dewasa (belum diimunisasi sebelumnya) (2-4 minggu sebelum “kidding” interval) Kambing dewasa (2-4 minggu sebelum “kidding” interval)
Tetanus (jika anak kambing sudah dikastrasi dan menggunakan rubber ring) (2nd inokulasi)
Vitamin A,D,E
Pasteurella
Tetanus
Pasteurella
Blue udder (2nd inokulasi)
Agustus
Anak kambing (umur 2
bulan) PasteurellaVitamin A,D,E
Heartwater
September
Semua ternak
Anak kambing (usia 6 minggu) Enterotoxaemia (alum) Deworm Pasteurella pasteurella Oktober
Semua ternak Deworm
Gambar 2. Jadwal Vaksinasi Pada Domba dan Kambing Tabel 6. Jadwal Vaksinasi Pada Kuda
Penyakit/Vaksin Anak kuda dan anak kuda sapih Waktu Tetanus toxoid Dari kuda betina yang belum di vaksinasi:
Dosis awal : 3-4 bulan Dosis kedua : 4-5 bulan
Dari betina yang sudah divaksinasi: Dosis awal : 6 bulan
Dosis kedua : 7 bulan Dosis ketiga : 8-9 bulan
Tahunan Equine Encephalomyelitis, Eastern, Western, Venezuelan (EEE,WEE,VEE)
EEE (pada area yang tinggi resiko):
Dosis awal : 3-4 bulan Dosis kedua: 4-5 bulan Dosis ketiga : 5-6 bulan
Tahunan, selang seling
WEE,EEE (pada area yang rendah resiko) danVEE:
Dari kuda betina yang belum di vaksinasi: Dosis awal : 3-4 bulan
Dosis kedua : 4-5 bulan Dosis ketiga : 5-6 bulan
Dari kuda betina yang sudah di vaksinasi : Dosis awal : 6 bulan
Dosis kedua : 7 bulan Dosis ketiga : 8 bulan
Tahunan, selang seling
Influenza Inactivated injectable:
Dari kuda betina yang belum di vaksinasi : Dosis awal : 6 months
Dosis kedua : 7 months Dosis ketiga : 8 months,
Kemudian dihentikan selama 3 bulan Dari betina yang sudah di vaksinasi : Dosis awal : 9 bulan
Dosis kedua : 10 bulan Dosis ketiga : 11-12 bulan,
kemudia intervalnya selama 3 bulan
Setiap 3-4 bulan
Intranasal modified live virus:
Dosis awal : 11 bulan, atau sesuai saran dokter hewan..
Setiap 6 bulan sekali
Rhinopneumonitis (1 and EHV-4)
Dosis awal : 4-6 bulan Dosis kedua : 5-7 bulan Dosis ketiga : 6-8 bulan, kemudia pada interval 3 bulan
Ditingkatkan setiap 3 sampai 4 bulan selama
setahun
West Nile Virus Dosis awal : 3-4 bulan
Dosis kedua : 1 bulan kemudian
(ditambah dosis 3 pada 6 bulan di daerah
Vaksinasi semi-tahunan atau lebih sering (setiap 4 bulan), tergantung
beresiko) pada risiko.
Strangles Injectable:
Dosis awal : 4-6 bulan Dosis kedua : 5-7 bulan
Dosis ketiga : 7-8 bulan (tergantung pada produk yang digunakan)
Dosis keempat : 12 bulan Intranasal:
Dosis awal : 6-9 bulan
Dosis kedua : 3 minggu kemudian
Semi tahunan
Potomac Horse Fever
Dosis awal : 5-6 bulan Dosis kedua : 6-7 bulan
Semi tahunan
Botulism
(inactivated type B toxoid)
Dari kuda betina yang divaksinasi : Seri 3 dosis toksoid pada interval 30-hari, mulai dari 2-3 bulan.
Dari kuda betina yang belum divaksinasi : konsultasikan pada dokter hewan
Konsultasikan pada dokter hewan
Equine Viral Arteritis
Anak kuda yang dimaksudkan untuk berkembang biak: satu dosis di 6-12 bulan.
Tahunan untuk kuda-kuda jantan yang dimaksudkan sebagai
pejantan unggul.
Rotavirus A Ada cukup waktu untuk mengembangkan antibodi untuk perlindungan selama usia rentan.
Tidak berlaku
Rabies Konsultasikan pada dokter hewan Kosnultasikan pada dokter hewan.
2.2 Vaksinasi Pada Unggas
Ada beberapa jenis vaksin yang biasanya digunakan pada Unggas, diantaranya; 1) Vaksin Marek
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Marek dan diberikan secara subcutan atau intramuskular pada DOC. Biasanya vaksin ini sudah dilakukan oleh breeder. Menurut literature vaksinasi dilakukan dengan injeksi subcutan di bawah kulit leher.
2) Vaksin ND + IB
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis. Cara pemberian vaksin ini ada 2 cara yaitu dengan tetes mata dan suntik injeksi intramuskular pada bagian dada. Perbedaan metode vaksin ini dikarenakan perbedaan umur ayam yang akan divaksin.
3) Vaksin IB
Vaksin IB digunakan untuk menimbulkan kekebalan ayam terhadap Infectious Bronchitis. Pemberian vaksin ini sangat mudah yaitu dengan mencampurkannya dalam air minum.
4) Vaksin ND
Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah timbulnya penyakit Newcastle Disease pada unggas. Vaksin ini juga dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan dan injeksi intramuskuler pada dada.
5) Vaksin Cocci
Vaksin Cocci ini sangat mahal harganya, sehingga kadangkala banyak peternak yang melewati vaksin ini karena dalam beberapa pakan ayam jadipun sudah mengandung koksidiostat. Cara pemberian vaksin ini terdapat 2 kategori ada yang menggunakannya melalui air minum dan ada juga yang menyemprotkannya ke pakan.
6) Vaksin Gumboro
Vaksin gumboro juga diberikan pada air minum. 7) Vaksin Coryza
Vaksin coryza ini digunakan untuk mencegah timbulnya wabah Snot atau Coryza. Cara pemberian vaksin ini dilakukan dengan injeksi intramuskuler pada dada atau paha.
Vaksinasi cacar ini sangat berbeda dengan vaksin-vaksin lainnya. Pemberian vaksin ini dilakukan dengan metode tusuk sayap. Vaksin ini dikemas dalam satu vial berbentuk cairan emulsi.
Petunjuk pemakaian dan dosisnya sebagai berikut :
a) Kocok vaksin sampai emulsinya menjadi rata (homogen) sebelum dipakai. b) Bentangkan sayap ayam sedemikian rupa sehingga “wingweb”nya terlihat
jelas.
c) Celupkan jarum yang tersedia ke dalam vaksin
d) Tusuk wingweb dengan jarum tersebut hingga tembus. e) Satu dosis vaksin setara dengan 0,01 ml
f) Vaksinasi dilakukan pada ayam umur 4-7 minggu dan dapat diulang pada umur 8-12 minggu.
g) Lima sampai tujuh hari setelah vakinasi akan terjadi kekebalan ditandai dengan terbentuknya sarang pox. Sarang pox akan mengecil dan menghilang setelah 21 hari.
9) Vaksin ILT
Vaksinasi ILT bertujuan untuk membentuk kekebalan tubuh ayam terhadap terjadinya infeksi pada saluran laringotracheal. Cara pemberian vaksin ini adalah tetes mata, tetes hidung dan pemberian pada air minum.
10) Vaksin EDS
Vaksin ini selain merupakan booster untuk ND dan IB, vaksin ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya Egg Drop Syndrom pada ayam layer. Vaksinasi ini dilakukan dengan melakukan injeksi intramuskuler pada dada. 11) Vaksin AI
Vaksinasi ini mulai merebak setahun belakangan ini akibat adanya kasus flu burung yang melanda Thailand, China dan Malaysia. Di beberapa wilayah Indonesia juga terjangkit wabah flu burung. Penyakit ini juga membuat kerugian yang sangat luar biasa karena seluruh ayam yang terkena harus dimusnahkan. Namun, flu burung ini dapat ditanggulangi dengan melakukan vaksinasi sejak dini yaitu melakukan vaksinasi pada anak-anak ayam atau pada ayam dewasa agar terbentuk kekebalan tubuh terhadap serangan flu burung yang dicurigai disebarkan melalui burung-burung liar yang melakukan migrasi. Vaksin ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan injeksi subcutan dan injeksi
intramuskuler pada otot dada. Perbedaan ini didasari oleh umur ayam yang akan dilakukan vaksinasi. VAKSIFLU AIÒ adalah vaksin inaktif yang dibuat dari virus Avian Influenza (AI) isolat lapangan (autovaksin) subtipe H5N1.
12) Vaksinasi Cocci
Vaksinasi Cocci dilakukan pada anak ayam berumur 5 hari. Metode pemberian vaksinasi adalah penyemprotan pada pakan. Seperti layaknya memberikan vaksinasi melalui air minum, anak-anak ayam ini juga dipuasakan makan terlebih dahulu selama kurang lebih 2 jam sebelumnya.
Tabel 7. Program vaksinasi Ayam Broiler
NO AGE TYPE APPLICATION METHODS
1 1 days IB + ND Lived
Coccidiosis Vaccine Marek’s deseases vaccine
Spray Spray Subcutan 2 8 days ND + IB Live Reo (S1133) Eye drop Subcutan injection
3 14 days ND Killed Subcutan injection
4 28 days AI Killed Subcutan injection
5 6 weeks Coryza killed
Reo killed IM (Breast) RightIM (Leg) Right 6 8 weeks IB + ND Lived ND Killed AI Killed Eye drop IM (Breast) left IM (Breast) Right 7 10 weeks ILT FP + AE Intra Nasal 8 14 weeks ND + IB Lived
ND + IB + EDS Killed IM (Breast) leftEye drop
9 16 weeks Coryza killed IM (Leg) Right
10 18 weeks AI killed IM (Breast) Right
11 20 weeks ND + IB Live
ND + IB + G + Reo (Killed) IM (Breast) LeftEye drop 12 24 weeks ND + IB Lived
ND Killed Eye drop/ Drinking WaterIM (Breast) left
13 35 weeks ND + IB Live Drinking water
14 43 weeks ND + IB Live ND Killed AI Killed Drinking Water IM (Breast) Right IM (Breast) Left
15 51 weeks ND + IB Live Drinking Water
16 59 weeks ND + IB Live Drinking Water
Pada program vaksinasi, vaksin yang pertama diberikan disebut priming vaksin. Pada priming vaksin digunakan live vaksin kemudian dilakukan booster. Pada booster dapat digunakan live maupun killed vaksin. Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam program vaksinasi pada ayam petelur (layer):
Pada ayam petelur, sebelum puncak produksi seharusnya vaksin sudah masuk.
Vaksinasi starter dan grower (priming): Menggunakan vaksin hidup ( 4 kali vaksin ND, 2-3 kali vaksin IB, 2 kali vaksin IBD, dan 1 kali vaksin AE).
Vaksin prelayer dan layer: menggunakan vaksin mati (booster), sebelum bertelur (ND-IB-EDS), pada saat bertelur diulang vaksinasi ND dan IB.
Jangan melakukan vaksinasi terhadap penyakit yang tidak/belum ada di farm dan sekitarnya karena jika dilakukan sama halnya dengan memasukkan penyakit baru.
Vaksinasi ND dilakukan sampai akhir produksi ayam, Vaksinasi ILT dilakukan 1 kali di atas umur 6 minggu,
Vaksinasi EDS (Egg Drop Syndrom) 1 kali sebelum bertelur, dan pox 1 kali.
Vaksinasi IB dilakukan sampai berumur 50 minggu, karena setelah berumur 50 minggu IB tidak berbahaya.
Vaksin coryza (dengan bakterin) dilakukan pada masa grower, diberikan minimal 2 kali dengan jarak 9 minggu. Jika kasus coryza di lapangan tinggi, vaksinasi dilakukan 3 kali yaitu 2 kali saat grower dan 1 kali sebelum produksi.
Tabel 8. Contoh program vaksinasi pada ayam petelur (layer)
UMUR VAKSIN TIPE VAC APLICATION
1 hari ND-IB Live Eye Drop
3 hari Cocci vaccine Live Spray Feed
1 minggu ND Killed SC
2 minggu IBD Vaccine Live D.W
3 minggu ND-IB Live D.W
23 hari IBD Live D.W
5 minggu AI Vaccine ND Killed Live S.C D.W
6 minggu ILT Vaccine Live Eye Drop
7 minggu Coryza I Fowl Pox Killed Live I.M W.W
10 minggu ND –IB Live D.W
14 minggu AI Killed I.M
15 minggu ND vaccine Live D.W
16 minggu Coryza II Killed I.M
17 minggu ND-EDS-IB Killed IM
Keterangan:
Eye drop : tetes mata
Spray feed : disemprotkan pada pakan SC : subkutan (di bawah kulit)
DW : drinking water (air minum)
IM : intra muskuler (masuk ke otot)
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka telah jelas bahwa vaksinasi merupakan suatu kegiatan rutin yang harus dilakukan untuk menurunkan kejadian suatu penyakit. Dalam melaksanakan kegiatan vaksinasi perlu diperhatikan jadwal vaksinasi dan cara pemberian vaksin. Hal ini perlu diperhatikan agar dalam perlaksanaan vaksinasi dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
http://royalpoultry.co/2013/02/13/pembuatan-program-vaksinasi-pada-ayam/
Diakses pada 26 September 2015 pkl. 17.00 WITA
http://www.plengdut.com/2014/11/jenis-vaksin-pada-unggas.html Diakses pada 26 September 2015 pkl. 17.19 WITA
http://karyadrh.blogspot.co.id/p/blog-page_1353.html Diakses pada 26 September pkl. 17.30 WITA
http://crateranimalclinic.com/preventative-health-pig/ Diakses Pada 26 September 2015 pkl. 18.00 WITA
http://www.morrisvetcenter.com/morrisvet/Livestock/Swine-Vaccinations.asp