9
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Romney dan Steinbart (2012:24) “A system is a set of two more interrelated components that interact to achieve a goal”. Artinya Sistem adalah sekumpulan dari dua komponen yang lebih saling terkait yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Hall (2011: 5) “A System is a group of two or more interrelated components or subsystems that serve a common purpose”. Artinya sistem adalah sekumpulan dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling terkait yang menyajikan satu tujuan yang sama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian sistem adalah suatu kumpulan komponen yang saling berhubungan satu sama lain yang berkerja sama untuk menghasilkan tujuan bersama.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2012:24)“Information is data that have been organized and processed to provide meaning and improve the decision-making process”. Artinya Informasi adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan makna dan meningkatkan proses pengambilan keputusan.
Menurut Considine, Parkes, Olesen, Blount, dan Speer (2013: 103) “Informaton is data or facts that are processed in a meaningful form”. Artinya data atau fakta yang diolah dalam bentuk yang berarti.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian informasi adalah data atau fakta yang telah dikelola atau diproses menjadi bentuk yang bermakna atau bearti dan meningkatkan dalam proses pengambilan keputusan.
2.1.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Hall (2011), Sistem Informasi adalah sekumpulan prosedur formal dimana data dikumpulkan, disimpan, diproses menjadi informasi dan disebarkan ke para pengguna.
Menurut O’Brien dan Marakas (2010:4) “Information System can be any organized combination of people, hardware, software, communications networks, data resources, and policies and procedures that stores, retrieves, transforms, and disseminates information in an organization”. Artinya Sistem Informasi dapat berupa kombinasi terorganisir orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer, sumber daya data, dan kebijakan serta prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah,dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi dapat berupa kombinasi terorganisir orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komputer, sumber daya data, dan sekumpulan prosedur dimana data disimpan, diproses menjadi informasi yang disebarkan ke para pengguna dalam sebuah organisasi.
2.1.4 Karakteristik Informasi
Menurut Romney dan Steinbart (2012), suatu informasi dikatakan berguna atau bermanfaat bagi pemakainya jika memenuhi kriteria berikut: 1. Relevan, informasi harus memiliki makna yang tinggi sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi yang menggunakan dan dapat digunakan secara tepat untuk membuat keputusan.
2. Dapat diandalkan, informasi yang dijadikan alat pengambil keputusan merupakan kejadian nyata dalam aktivitas perusahaan 3. Lengkap, informasi harus memiliki penjelasan yang rinci dan
jelas dari setiap aspek peristiwa yang diukurnya.
4. Tepat waktu, setiap informasi harus dalam kondisi yang update dan tidak dalam bentuk yang usang, sehingga penting untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan.
5. Dapat dipahami, informasi yang disajikan dalam bentuk yang jelas akan memudahkan orang dalam menginterprestasikannya. 6. Dapat diverifikasi, informasi tersebut tidak memiliki arti yang
ambigu, memiliki kesamaan pengertian bagi pemakainya. 7. Dapat diakses, informasi tersedia bagi pengguna ketika mereka
membutuhkannya dan dalam format yang dapat mereka gunakan.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Dull, Gelinas, dan Wheeler (2012), Sistem informasi akuntansi adalah kegiatan untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek finansial pada kejadian bisnis.
Menurut Considine, Parkes, Olesen, Speer, dan Lee (2013: 12), “Accounting Information System is the application of technology to the capturing, verifying, storing, sorting and reporting of data relating to an organisation’s activities”. Artinya penerapan teknologi untuk menangkap, memverifikasi, menyimpan, memilah dan melaporkan data yang berkaitan dengan kegiatan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah kegiatan untuk menangkap, mengumpulkan, memproses, menyimpan, memilah serta melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek finansial pada kejadian bisnis dalam organisasi.
2.2.2 Manfaat sistem Informasi Akuntansi
Menurut Puspitawati dan Anggadini (2011: 63), manfaat sistem informasi akuntansi secara umum adalah untuk mengolah data transaksi keuangan perusahaan adapun manfaat yang lebih khusus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembuatan laporan rutin untuk pihak internal dan pihak eksternal, perusahaan menggunakan sistem informasi dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor, dinas pajak, badan-badan pemerintah dll.
2. Pendukung utama aktivtas rutin suatu organisasi/entitas, para pemimpin dan manajer, membutuhkan sistem informasi untuk membantu aktivitas rutin suatu organisasi perusahaan. Aktivitas rutin yang dilakukan perusahaan seperti: penerimaan pesanan pelanggan, mengirimkan barang atau jasa, membuat faktur penagihan, dan melakukan penagihan pada pelanggan.
3. Pendukung dalam proses pengambilan keputusan. Dengan adanya sistem informasi akuntansi proses pengambilan keputusan pada setiap lini organisasi dapat tercapai dengan segera.
4. Melaksanakan aktivitas perencanaan dan pengendalian internal sistem informasi akuntansi diperlukan juga dalam proses perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran biaya dan penerimaan kas perusahaan yang disimpan dalam database perusahaan dapat digunakan untuk aktivitas perencanaan perusahaan. Pengendalian internal mencakup kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diterapkan dengan tujuan untuk melindungi aset kekayaan perusahaan dan kerugian korporasi dan memelihara keakuratan data keuangan perusahaan.
2.3 Pengendalian Internal
2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Hery (2014: 159) “pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan hukum/undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan”.
Menurut Sujarweni (2015: 69) “ pengendalian internal adalah suatu yang dibuat untuk memberi jaminan keamanan bagi unsur-unsur yang ada dalam perusahaan”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu prosedur yang dibuat untuk memberi jaminan keamanan bagi unsur-unsur yang ada didalam perusahaan.
2.3.2 Tujuan Utama Pengendalian Internal
Menurut Hall (2011), sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan-kebijakan, praktek-praktek dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai 4 tujuan utama berikut:
a. Untuk menjaga aset perusahaan
b. Untuk memastikan keakuratan dan kehandalan catatan informasi akuntansi.
c. Untuk memajukan efisiensi operasi perusahaan.
d. Untuk mengukur pemenuhan kebijakan dan prosedur yang telah dideskripsikan oleh manajemen.
2.3.3 Komponen Pengendalian Internal
Menurut Sujarweni (2015: 71), ada lima komponen dari pengendalian internal menurut COSO, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian (Control environment)
Merupakan saran dan prasarana yang ada di dalam organisasi atau perusahaan untuk menjalankan struktur pengendalian internal yang baik. Beberapa komponen yang mempengaruhi lingkungan pengendalian internal, yaitu:
a. Komitmen manajemen terhadap integritas dan nilai-nilai etika. b. Filosofi yang dianut oleh manajemen dan gaya operasional
yang dipakai oleh manajemen. c. Struktur organisasi.
2. Aktivitas pengendalian (control activities)
Merupakan berbagai proses dan upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menegakkan pengawasan atau pengendalian operasi perusahaan.
3. Penaksiran Resiko (risk assessment)
Manajemen perusahaan harus dapat mengidentifikasi berbagai risiko yang dihadapi oleh perusahaan.Dengan memahami risiko, manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan, sehingga perusahaan dapat menghindari kerugian yang besar.
4. Informasidan Komunikasi (information and communication) Merancang sistem informasi perusahaan dan manajemen puncak harus mengetahui hal-hal dibawah ini:
a. Bagaimana transaksi diawali
b. Bagaimana data dicatat ke dalam formulir yang siap di input ke sistem komputer atau langsung dikonversi ke sistem komputer. c. Bagaimana file data dibaca, diorganisasi, dan diperbaharui
isinya.
d. Bagaimana data diproses agar menjadi informasi dan informasi diproses lagi menjadi informasi yang lebih berguna bagi pembuat keputusan.
e. Bagaimana informasi yang baik dilakukan f. Bagaimana transaski berhasil
5. Pemantauan (monitoring)
Merupakan kegiatan untuk mengikuti jalannya sistem informasi akuntansi, sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera diambil tindakan. Berbagai bentuk pemantauan di dalam perusahaan dapat dilaksanakan dengan salah satu atau semua proses berikut ini:
a. Supervisi yang efektif yaitu manajemen yang lebih atas mengawasi manajemen dan karyawan di bawahnya.
b. Akuntansi pertanggungjawaban yaitu perusahaan menerapkan suatu sistem akuntansi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja masing-masing manajer, masing-masing departemen, dan masing-masing proses yang dijalankan oleh perusahaan.
c. Audit internal yaitu pengauditan yang dilakukan oleh auditor di dalam perusahaan.
2.4 Manajemen Proyek
2.4.1 Karakteristik Proyek
Menurut Mulyoto dan Kurniali (2013: 2), karateristik sebuah proyek umumnya:
1. Dilaksanakan dengan jadwal tertentu 2. Memiliki anggaran terbatas
3. Mensyaratkan rincian spesifikasi tertentu 4. Membutuhkan sumber daya dari berbagai unsur 5. Mengandung ketidakpastian dan resiko
6. Memiliki sponsor dan stakeholders
2.4.2 Pengertian Manajemen Proyek
Menurut Marchewka (2013:13) “Project Management is the application of knowledge, skills, tools, and techniques to project activities to meet project requirement”. Artinya Manajemen Proyek merupaan penerapan pengetahuan, keterampilan, alat-alat, dan teknik pada aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan proyek.
Menurut Widjaya (2013:4) “Manajemen Proyek adalah suatu pengetahuan tentang aplikasi, keahlian, perangkat dan teknik untuk memimpin suatu aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang dibutuhkan oleh proyek”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen proyek adalah suatu penerapan tentang pengetahuan, keterampilan, keahlian, alat-alat, dan teknik pada aktivitas proyek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan proyek.
2.4.3 Faktor Penentu Keberhasilan Manajemen Proyek
Menurut Pakseresht & Asgari (2012), mengidentifikasi lima faktor penentu keberhasilan manajemen proyek, yaitu:
1. Manajer proyek yang kompeten
2. Menyediakan sumber daya keuangan yang memadai untuk akhir proyek
3. Tim proyek yang kompeten dan multidisiplin 4. Adanya komitmen untuk proyek
5. Akses ke sumber daya 2.4.4 Pengertian Anggaran
Menurut Julita dan Jufrizen (2012: 9)“ anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan yang dinyatakan dalam kesatuan unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu untuk masa yang akan datang”.
Menurut Deddi dan Ayuningtyas (2010: 70) “anggaran merupakan rencana tentang kegiatan perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling berpengaruh satu sama lain”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang dibuat untuk kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam kesatuan unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu terentu, yang digunakan untuk masa yang akan datang.
2.4.5 Karakteristik Anggaran
Menurut Ahmad (2013: 184), adapun karakteristik anggaran sebagai berikut:
1. Dinyatakan dalam satuan keuangan (moneter), walaupun angkanya berasal dari angka yang bukan satuan keuangan (misalnya unit terjual dan jumlah produksi).
2. Mencakup kurun waktu satu tahun atau dalam periode tertentu lainnya.
3. Isinya menyangkut komitmen manajemen, yaitu manajer setuju untuk menerima tangung jawab untuk mencapai sasaran yang telah dianggarkan.
4. Usulan anggaran dinilai dan disetujui oleh orang yang mempunyai wewenang lebih tinggi daripada yang menyusunnya.
5. Jika anggaran sudah disahkan, maka anggaran tersebut tidak dapat diubah kecuali dalam hal khusus.
6. Hasil akurat akan dibandingkan dengan anggaran secara periodik dan penyimpangan- penyimpangan yang akan terjadi dianalisis dan dijelaskan.
2.5 Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas
2.5.1 Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Menurut Sujarweni (2015: 121) “sistem akuntansi penerimaan kas adalah suatu prosedur catatan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan penerimaan uang yang berasal dari berbagai sumber, yaitu dari penjualan tunai, penjualan aktiva tetap, piutang, pinjaman, setoran modal baru”. 2.5.2 Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas
Menurut Sujarweni (2012: 123) “sistem akuntansi pengeluaran kas adalah sistem yang membahas keluarnya uang yang digunakan untuk pembelian tunai maupun kredit dan untuk pembayaran”.
2.6.Kontrak Kontruksi
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik atau disebut juga dengan SAK ETAP, ada beberapa istilah yang diterapkan pada akuntansi untuk kontrak kontruksi dalam laporan keuangan kontraktor, sebagai berikut:
1. Kontrak kontruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk kontruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling bergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. 2. Retensi adalah jumlah termin yang tidak bayar hingga pemenuhan
kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut atau hingga telah diperbaiki.
3. Termin adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang dilakukan dalam suatu kontrak, baik yang telah maupun belum bayar oleh pelanggan.
4. Uang muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum pekerjaan dilakukan.
2.6.1 Jurnal Akuntansi Jasa Konstruksi
Dalam pencatatan jurnal pada kontrak kontruksi digunakan SAK ETAP sebagai acuan dasar yang salah satunya menyebutkan bahwa “Pengakuan pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian”. Metode pengakuan ini disebut juga sebagai Metode Presentase Penyelesaian (Percentage-of-Completion Method).
Adapun pencatatan akuntansi yang dilakukan dalam kontrak konstruksi, adalah sebagai berikut:
1. Jurnal penerimaan Uang Muka
Kas/Bank xxxx
Uang Muka Kontrak Kontruksi xxxx 2. Jurnal pencatatan invoice per termin
Piutang usaha xxxx Penagihan Kontrak Kontruksi xxxx
3. Jurnal pencatatan hasil Invoice / menerima bukti pembayaran
Kas/Bank xxxx
Piutang Usaha xxxx 4. Jurnal mencatat pengeluaran kas
Pekerjaan dalam proses xxxx
2.7 System Analysis and Design
2.7.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:4), “System analysis mean the process of understanding and specifying in detail what the information system should accomplish”. Artinya analisis sistem adalah proses untuk memahami dan menentukan secara rinci apa yang sistem informasi harus capai.
Menurut Hall (2011: 583), “System analysis is actually a two-step process involving an initial survey of the current system and then an analysis of the user’s needs”. Artinya proses dua tahap yang melibatkan surveiawal dari sistem saat ini dan kemudian menganalisis kebutuhan pengguna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah proses untuk memahami sistem yang ada saat ini dan menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna.
2.7.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 4), “System design mean the process of specifying in detail how the many components of the information system should be physically implemented”. Artinya, perancangan sistem adalah proses menentukan secara rinci bagaimana komponen-komponen dari sistem informasi harus diimplementasikan secara fisik.
Menurut Hall (2011: 611) “The purpose of the design phase is to produce a detailed description of the proposed system that both satisfies the system requirement identified during system analysis and is in accordance with the conceptual design”. Tujuan dari tahap design adalah untuk menghasilkan deskripsi rinci dari sistem yang diusulkan bahwa keduanya memenuhi persyaratan sistem yang diidentifikasi selama analisis sistem dan sesuai dengan desain konseptual.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah komponen dari sistem informasi yang menghasilkan deskripsi rinci sistem yang akan diusulkan kemudian harus diimplementasikan secara fisik.
2.8 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), object oriented analysis (OOA) mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu sistem dan menunjukan apa saja yang dibutuhkan oleh interaksi pengguna untuk menyelesaikan tugasnya.
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), object oriented design (OOD) mendefinisikan semua jenis objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan alat-alat didalam sistem serta menujukkan bagaimana objek tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari masing-masing objek agar dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.
2.8.1 Unified Modeling Language (UML)
Menurut Satzinger et al. (2005), Unified Modeling Language (UML) merupakan satu set standar model konstruksi dan notasi yang dikembangkan secra khusus untuk pengembangan berorientasi objek. Dengan menggunakan UML, analisis dan pengguna akhir dapat menggambarkan dan memahami berbagai macam diagram khusus yang dapat membingungkan.
Ada 6 model komponen sisyem yang menggunakan UML terdiri dari 6 diagram, yaitu:
1. Use Case Diagram 2. Class Diagram 3. Activity Diagram 4. Sequence Diagram 5. Communication Diagram 6. Package Diagram
2.8.2 Unified Process (UP)
Menurut Satzinger (2005), Unified Process (UP) merupakan sebuah metodologi pengembangan sistem berorientasi yang ditawarkan oleh Rational Software milik IBM. Metodologi pengembangan sistem berorientasi objek dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.UP saat ini merupakan metodologi pengembangan sistem yang paling berpengaruh untuk pengembangan berorientasi objek, dan memiliki berbagai variasi dalam penggunaan.UP mendefinisikan empat tahapan life cycle, yaitu:
1. Inception
Mengembangkan perkiraan visi dari suatu sistem, membuat kasus bisnis, menentukan ruang lingkup dan menghasilkan estimasi untuk biaya dan jadwal.
2. Elaboration
Menentukan visi, mengidentifikasi serta menjelaskan semua requirement, menyelesaikan ruang lingkup, merancang dan implementasi arsitektur inti dan fungsi-fungsinya, mengatasi masalah, dan menghasikan estimasi reality untuk biaya dan jadwal. 3. Construction
Secara berkala mengimplementasi risiko-risiko sederhana, yang dapat diprediksi dan yang lebih mudah serta menyiapkan deployment.
4. Transition
Melengkapi tes uji coba dan deployment supaya pengguna memiliki sistem kerja dan siap untuk menghasilkan benefit sesuai dengan ekspektasi.
2.9 Modeling and Requirement Disciplines
2.9.1 Business Modeling
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), tujuan utama dari business modeling adalah untuk mengerti dan memahami lingkungan bisnis dimana sistem akan dibuat. Kemudian untuk memastikan bahwa system devolopers mengerti sepenuhnya kebutuhan bisnis juga mengetahui lebih jelas mengenai permasalahan yang terjadi dalam bisnis.
2.9.2 Requirement Discipline
2.9.2.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), activity diagram merupakan salah satu cara efektif untuk menangkap informasi mengenai proses bisnis melalui penggunaan diagram. Activity diagram adalah suatu diagram alur kerja yang menggambarkan kegiatan pengguna dan aliran lanjutan dari aktivitas-aktivitas tersebut. Alur kerja merupakan urutan langkah-langkah pemrosesan yang secara lengkap menangani satu transaksi bisnis atau permintaan pelanggan. Adapun simbol-simbol yang digunakan untuk mendesignactivity diagram, yaitu:
1. Synchronization bar
Merupakan simbol atau notasi yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau menyatukan urutan jalur aktivitas.
2. Swimlane
Merupakan suatu area persegi yang merepresentasikanaktivitas-aktivitas yang diselesaikan setiap agen.
3. Starting activity (pseudo)
4. Transition arrow
Merupakan simbol atau notasi berupa anak panah yang mendeskripsikan arah perpindahan dari suatu aktivitas.
5. Activity
Merupakansimbol atau notasi yang menggambarkan suatu aktivitas. 6. Ending activity (pseudo)
Merupakan simbol atau notasi yang menunjukan berakhirnya suatu aktivitas.
7. Decision activity
Merupakan simbol atau notasi yang menunjukan satu kondisi dari suatu aktivitas.
Gambar 2.1 Simbol atau notasi Activity diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 145) 2.9.2.2 Event and Classes
2.9.2.2.1 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), Event table merupakan sebuah katalog usecase yang berisi event dalam baris dan bagian utama dari informasi mengenai tiap-tiap event dalam kolom. Beberapa simbol atau notasi yang digunakan dalam membuat event table, yaitu:
1. Event
Merupakan suatu kejadian pada waktu tertentu dan tempat yang dapat digambarkan atau suatu kejadian yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.
2. Trigger
Merupakan sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu peristiwatelah terjadi yaitu kedatangan data yang membutuhkan pengolahan atau titik waktu.
3. Source
Merupakan Agen eksternal yang memberikan data ke sistem. 4. Usecase
Merupakan suatu hal yang penting atau yang dilakukan sistem ketika peristiwa terjadi untuk menentukan persyaratan fungsional.
5. Response
merupakan suatu output, yang dihasilkan oleh sistem yang berjalan ke destinantion.
6. Destinantion
Merupakan agen eksternal yang menerima data dari sistem.
Gambar 2.2 Notasi Event Table
2.9.2.2.2 Domain Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd(2005), Domain model class diagram merupakan sebuah diagram UML yang menggambarkan semua hal yang penting dalam pekerjaan user, kelas-kelas problem domain, asosiasi, dan atributnya. Dalam domain model class diagram, class digambarkan berbentuk kotak dan garis yang menghubungkan antar class yang menunjukan asosiasi antar class.
Gambar 2.3Domain Model Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 187)
Hubungan antar class yang digambarkan dengan garis penghubung disebut multiplicity of association, yang dapat dibedakan menjadi enam jenis dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2.4Multiplicity of association Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 186)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), ada dua hirarki dalam notasi class diagram, yaitu:
1. Generalization/specialization notation
Generalizationadalah pengelompokan hal-hal berdasarkan jenis yang sama, contohnnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil, motor, truk, traktor dan sebagianya. Sedangkan specialization adalah pengelompokan hal-hal yang berbeda jenisnya, contohnya jenis khusus dari mobil adalah mobil sport,sedan,dan sebagainya.Generalization/specialization hierarchy digunakan untuk mengurutkan hal-hal umum menjadi lebih khusus.
Gambar 2.5Generalization/specialization hierarchy notation Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 190) 2. Whole- Part Hierarchy Notation
Whole-part hierarchy menggambarkan hubungan keterkaitanantara sebuah object dengan komponennya.Terdapat dua jenis whole-part hierarchy, yaitu:
a. Aggregation
Digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan antara agregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian) dimana bagian-bagian tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah.
b. Composition
Digunakan untuk menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih kuat, dimana tiap-tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.
Gambar 2.6Whole-part (aggregation) association Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 192) 2.9.2.3 Use cases Diagram
Menurut Sarzinger, Jackson, dan Burd (2005), Use case diagram adalah diagram yang menunjukan berbagai peran pengguna dan cara pengguna berinteraksi dengan sistem. Use case diagram berfungsi sebagai daftar isi untuk kegiatan bisnis yang harus didukung oleh sistem. Actor diperankan oleh pengguna dan berada diluar boundary.
Gambar 2.7 Simbol atau Notasi Use Case Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 215)
Gambar 2.8Use Case Diagram
Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 216) 2.9.2.4 Use Case Description
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), Use case description adalah sebuah penjelasan secara terperinci mengenai proses dari suatu use case. Use case description dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Brief Description
Digunakan untuk use case yang sederhana, terutama ketika sistem yan akan dikembangkan berskala kecil.
Gambar 2.9Brief Description Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221) 2. Intermediate Description
Merupakan pengembangan dari brief description untuk menggambarkan aliran aktivitas internal dari sebuah use case.
Gambar 2.10Intermediate Description Use Case Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 221)
3. Fully Developed Description
Metode paling formal yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan sebuah use case.
Gambar 2.11Fully Developed Description Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 223) 2.9.2.5 System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), System sequence diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan pengguna yang disebut juga actor. Sebuah system sequence diagram menggambarkan urutan pesan antara eksternal actor dan sistem dalam use case atau scenario. Dalam sequence diagram, alur informasi yang masuk dan keluar disebut sebagai pesan. Beberapa simbol atau notasi dalam system sequence diagram, yaitu:
1. Lifeline
Merupakan garis vertikal yang dibentuk untuk menunjukan waktu hidup dari sebuah objek.
2. Object
Merupakan simbol yang merepresentasikan pengguna sistem atau sistem yang telah terotomatisasi.
Merupakan garis horizontal yang menunjukan pesan masuk dari pengguna.
4. Output message
Merupakan garis putus-putus horizontal yang menunjukan hasil dari pesan yang dimasukan oleh pengguna.
Gambar 2.12 Simbol atau Notasi System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 229) 2.10 Use Case Realization
2.10.1 First-Cut Design Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), fist cut class diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class diagram, dimana dalam pembuatannya membutuhkan dua langkah, yaitu:
1. Menguraikan atribut dengan tipe dan informasi nilai awal. 2. Menambahkan visibilitas panah navigasi.
2.10.2 Completed Three-Layer Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 325), Completed three layer sequence diagram merupakan pengembangan dari system sequence diagram, yang terdiri dari:
a. First-cut Sequence Diagram, dimana mengembangkan system sequence diagram untuk menentukan objek lain yang mungkin terlibat.
b. The View Layer, melibatkan interaksi user dan komputer serta membutuhkan perancangan user interface untuk masing-masing use case.
c. The Data Access Layer adalah kelas yang digunakan untuk menerima dan mengirim data ke database.
Gambar 2. 13 Completed Three Layer Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 325) 2.10.3 Communication Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), menyebutkan bahwa baikcommunication diagram maupun sequence diagram merupakan diagram interaksi dan menangkap informasi yang sama. Communication diagram digunakan untuk menunjukan gambaran lain dari use case. Communication diagram menggunakan simbol yang sama dengan sequence diagram.
Gambar 2.14 Simbol atau Notasi Communication Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005: 335)
2.10.4 Updated Design Model Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), updated class diagram dapat dikembangan pada setiap layer, dimana dalam view dan data access layer dilakukan penambahan class baru. Pada domain class, class baru yang ditambahkan berfungsi sebagai use case controller.
Updated Class Diagram merupakan bentuk yang hampir sama dengan first cut class diagram hanya selain ditambahkan navigasi visibilitas panah, juga ditambahkan behaviour yang membedakannya. 2.10.5 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), Package diagram merupakan diagram yang mengasosiasikan kelas-kelas dari suatu kelompok. Di dalam diagram tersebut terbagi menjadi tiga layer, yaitu view layer, domain layer, dan data access layer. Notasi atau simbol dari package diagram berbentuk kotak persegi panjang dengan label,nama dari package berada dalam label. Sedangkan hubungan antar package digambarkan dengan anak panah bergaris putus-putus yang disebut dashed arrow, dimana mewakili dependency relationship. Buntut panah terhubung dengan dependent package sedangkan kepala panah terhubung dengan independent package.
Dependency relationship menunjukkan hubungan antar kelas package, dimana jika pada elemenindependent mengalami perubahan maka elemen dependent juga dapat berubah.
Gambar 2.15 Package Diagram
2.11 User Interface
2.11.1 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005), User interface merupakan bagian dari suatu sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan user untuk menghasilkan input dan output. Terdapat tiga aspek yang berkaitan dengan user interface, yaitu:
1. Aspek Fisik, yaitu meliputi perangkat- perangkat yang bisa disentuh oleh pengguna seperti keyboard, mouse, touch screen, atau keypad.
2. Aspek Persepsi, yaitu meliputi semua hal yang dapat dilihat (bentuk, kata-kata, garis), didengar (suara yang dihasilkan dari sistem), dan disentuh (menggunakan keyboard, mouse untuk mengetik atau mengakses tombol dilayar) oleh pengguna.
3. Aspek Konseptual, yaitu semua hal yang diketahui pengguna mengenai penggunaan sistem, operasi yang dilakukan, dan prosedur yang diikuti agar operasi berjalan dengan baik
Terdapat delapan aturan dalam merancang user interface yang disebut sebagai eight golden rules of interface design(Satzinger, Jackson, dan Burd 2005), yaitu:
1. Konsistensi
Merancang user interface yang konsisten merupakan salah satu tujuan desain yang paling penting. Cara bagaimana informasi disusun dalam sebuah form, nama dan susunan menu, ukuran dan bentuk dari sebuah icon, dan urutan langkah-langkah pengerjaan yang dapat dilakukan didalam sebuah user interface haruslah konsisten.
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcuts
Ada kebutuhan pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi sehingga para pembuat sistem harus memberikan shotcut didalam aplikasi mereka yang berguna untuk
mengurangi berbagai macam kotak dialog yang timbul ketika pengguna ingin menjalankan suatu perintah tertentu.
3. Memberikan umpan balik yang informatif
Setiap tindakan yang pengguna lakukan harus menghasilkan beberapa jenis umpan balik dari komputer sehingga pengguna mengetahui tindakan yang telah dilakukan.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan
Setiap kotak dialog di dalam sebuah sistem harus diatur dengan urutan yang jelas, harus ada awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas yang di definisikan dengan tepat pasti memiliki bagian awal, tengah, dan akhir sehingga dapat mempermudahkan pengguna selama proses pengerjaan tugas tersebut.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Kesalahan yang dilakukan pengguna dapat terjadi kapan saja, sehinggasistem yang baik haruslah dapat menangani kesalahan yang dilakukan oleh pengguna. Penanganan kesalahan tersebut dapat dilakukan denga cara memberikan peringatan berupa message box, sehingga pengguna mengetahui ketika melakukan kesalahan dalam menjalankan suatu sistem.
6. Mudah kembali ketindakan sebelumnya
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena ketika pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan, maka dapat membatalkan perintah yang sudah dilakukan terhadap sistem. 7. Mendukung tempat pengendalian internal
Pengguna ingin merasa bahwa sistem yang mereka gunakan dapat merespon segala perintah yang diberikan.Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem harus memenuhi segala macam keinginan pengguna.
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan kemampuan manusia dalam mengingat, membutuhkan tampilan sistem yang sederhana atau banyak tampilan halaman yang disatukan serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode dan urutan tindakan.
2.12 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penyusunan skripsi ini dimulai dari menentukan perusahaan yang ingin diteliti, setelah mendapatkan perusahaan yang ingin diteliti kemudian melakukan studi lapangan yang meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Setelah data yang diperlukan sudah dikumpulkan kemudian menentukan ruang lingkup yang ingin dibahas dan mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam proses bisnis yang sedang berjalan.
Kemudian melakukan analisis sistem yang berjalan di perusahaan dengan melihat dan menganalisis data company profile dan proses bisnis yang sedang berjalan diperusahaan, setelah melakukan analisis ,maka dibuat suatu usulan solusi atas masalah yang terjadi diperusahaan dan mulai mendesign atau merancang sistem serta membuat sistem yang dibutuhkan perusahaan. Setelah itu, membuat kesimpulan dan saran atas penyusunan skripsi yang telah dibuat.Kerangka berpikir dalam penyusunan skripsi dapat dilihat pada Gambar 2.20.
Gambar 2.16 Kerangka Pikir Melakukan studi lapangan
Observasi Wawancara Dokumentasi
Menentukan ruang lingkup
Mengidentifikasi masalah
Data company profile Proses bisnis PT.Rekacipta
Bangun Pratama
Mendesign / merancang sistem
Membuat sistem yang dibutuhkan perusahaan
Kesimpulan & saran Mengusulkan Solusi