BUKU SAKU
BUKU SAKU
AKREDITASI SNARS
AKREDITASI SNARS
RUMAH SAKIT BINA HUSADA
RUMAH SAKIT BINA HUSADA
Jl. Mayor Oking Jayaatmaja No. 101
Jl. Mayor Oking Jayaatmaja No. 101
Cibinong, Bogor
Cibinong, Bogor
Visi RS Bina Husada
Visi RS Bina Husada
Me
Men
nja
jad
dii Ru
Ruma
mah
h S
Sak
akit
it pi
pili
liha
han
n ma
masy
syar
arak
akat
at d
dan
an ru
ruju
juk
kan
an pe
peru
rusa
saha
haan
an d
den
enga
gan
n pe
pela
lay
yan
anan
an y
yan
ang
g
bermutu serta biaya yang terjangkau.
bermutu serta biaya yang terjangkau.
Misi RS Bina Husada
Misi RS Bina Husada
1.
1. Menyel
Menyelengg
enggarakan
arakan pelayan
pelayanan ya
an yang te
ng terjangk
rjangkau ba
au bagi ma
gi masyaraka
syarakat.
t.
2.
2. Mem
Memasti
astikan ter
kan tercap
capain
ainya kepu
ya kepuasan pe
asan pelan
langga
ggan.
n.
3.
3. Mem
Member
berika
ikan pelay
n pelayana
anan profe
n profesio
sional dan ber
nal dan bermut
mutu.
u.
4.
4. Membu
Membudayak
dayakan
an pembel
pembelajaran
ajaran berke
berkesinamb
sinambungan
ungan..
5.
5. Mengem
Mengembangk
bangkan p
an produk
roduk ungg
unggulan
ulan sesuai
sesuai kebut
kebutuhan
uhan..
Motto RS Bina Husada
Motto RS Bina Husada
Prima :
Prima :
Profesional
Profesional
Responsif
Responsif
Informatif
Informatif
Manusiawi
Manusiawi
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
No.
No. PERTANYAAN PERTANYAAN JAWABANJAWABAN 1.
1. Apa yang Anda ketahuiApa yang Anda ketahui tentang sasaran tentang sasaran keselamatan pasien di keselamatan pasien di rumah sakit? rumah sakit?
Ada 6 sasaran keselamatan pasien di rumah Ada 6 sasaran keselamatan pasien di rumah sakit :sakit : (Acuan : Perat
(Acuan : Peraturan Menteri uran Menteri Kesehatan Kesehatan RI RI No. 1691 tahun No. 1691 tahun 2011)2011) ▪▪ Ketepatan Idenfikasi PasienKetepatan Idenfikasi Pasien
▪▪ Peningkatan komunikasi yang efekf;Peningkatan komunikasi yang efekf;
▪▪ Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
▪▪ Kepasan tepat-lokasi, Kepasan tepat-lokasi, tepat-prosedurtepat-prosedur, , tepat-pasien operasi;tepat-pasien operasi;
▪▪ Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; danPengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan
▪▪ Pengurangan risiko pasien jatuh.Pengurangan risiko pasien jatuh.
2.
2. Bagaimana prosedur diBagaimana prosedur di rumah sakit dalam rumah sakit dalam mengidentiikasi pasien? mengidentiikasi pasien?
▪▪ SSeeaapp ppasasieienn yyaanngg mmasasuukk rraawwaatt ininapap ddiippaassaannggkkaann ggeelalanngg idideennttaass pasien.
pasien.
▪▪ AdAdaa 22 idideennttasas yyaiaitutu mmenengggguunanakakann NAMANAMA ddaann TANTANGGGGALAL LAHLAHIRIR yangyang disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.
disesuaikan dengan tanda pengenal resmi.
▪▪ PPeennggeeccuuaalliiaann pprroosseedduurr iiddeennfifikkaassii ddaappaatt ddiillaakkuukkaann ppaaddaa kkoonnddiissii kkegegawawatatdadarururaratatann papasisienen didi IGIGDD,, ICICUU dadann kakamamarr opopererasasii dedengnganan tetetatapp memperhakan data pada gelang identas pasien.
memperhakan data pada gelang identas pasien.
3.
3. Kapan dilakukan prosesKapan dilakukan proses veriikasi identitas veriikasi identitas pasien?
pasien?
▪▪ Sebelum pemberian obat,Sebelum pemberian obat,
▪▪ Sebelum pemberian transfusi darah,Sebelum pemberian transfusi darah,
▪▪ Sebelum pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium danSebelum pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi
pemeriksaan radiologi
▪▪ Sebelum dilakukan ndakan medisSebelum dilakukan ndakan medis
4.
4. Gelang identiikasi apaGelang identiikasi apa saja yang digunakan di saja yang digunakan di rumah sakit?
rumah sakit?
▪▪ Gelang identasGelang identas Pasien laki-laki :
Pasien laki-laki : BIRU MUDABIRU MUDA Pasien perempuan :
Pasien perempuan : MERAH MUDAMERAH MUDA
▪▪ Gelang pasien risiko jatuh :Gelang pasien risiko jatuh : KUNINGKUNING
▪▪ Gelang alergi :Gelang alergi : MERAHMERAH
5.
5. Bagaimana prosedurBagaimana prosedur pemasangan gelang pemasangan gelang identiikasi?
identiikasi?
SPO Pemasangan gelang identifikasi pasien SPO Pemasangan gelang identifikasi pasien
6.
6. Dapatkah AndaDapatkah Anda
menjelaskan tentang cara menjelaskan tentang cara komunikasi yang efektif komunikasi yang efektif di rumah sakit?
di rumah sakit?
▪▪ Rumah sakit menggunakan tehnikRumah sakit menggunakan tehnik SBARSBAR (Situaon – Background –(Situaon – Background – Assessment – Recomendaon) dalam melaporkan kondisi pasien untuk Assessment – Recomendaon) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan efekvitas komunikasi antar pemberi layanan.
meningkatkan efekvitas komunikasi antar pemberi layanan.
▪▪ SituationSituation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.: Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
▪▪ BackgroundBackground : Informasi penng apa : Informasi penng apa yang berhubungan dengan kondisiyang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
pasien terkini.
▪▪ AssessmentAssessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini: Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
▪▪ RecommendationRecommendation : Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah: Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
pasien saat ini.
▪▪ Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dariRumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis, baca kembali dan
komunikasi lisan dengan tulis, baca kembali dan konfirmasi ulangkonfirmasi ulang (TULBAKON)
▪ Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung jawab dokter ruangan yang bertugas.
7. Apa saja yang termasuk obat-obat high alert medication di rumah sakit?
Obat- obatan yang termasuk dalam high alert medication adalah : 1. Elektrolit pekat : KCl, MgSO4, Natrium Bikarbonat, NaCl 0,3%
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip. Pengelolaan high alert medication:
▪ Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi
penandaan yang jelas berupa sker berwarna merah bertuliskan “High Alert”
▪ NaCl 0,3% dan KCl dak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di Unit Perawatan Intensif (ICU).
▪ Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memaskan bahwa elektrolit pekat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.
▪ Obat diberi penandaan yang jelas berupa sker berwarna merah bertuliskan “High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan sker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”
8. Bagaimana prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasi di RS ini?
▪ Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah Operator/orang yang akan melakukan ndakan.
▪ Operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.
▪ Penandaan k yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.
▪ Tanda berupa “O” di k yang akan dioperasi.
▪ Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimu.
▪ Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.
▪ Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya dan paskan dengan catatan medis pasien dan gelang identas pasien.
▪ Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur mulpel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau mulple level (tulang belakang).
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
▪ kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar) ▪ kasus intervensi seperti kateter jantung
▪ kasus yang melibatkan gigi
Tahukah Anda bagaimana prosedur check list
keselamatan operasi?
Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesiik intraoperatif menggunakan radiographic marking.
Proses check list ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan pengisian formulirsign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasisesaat sebelum incisi pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat .
9. Bagaimanakah standar prosedur cuci tangan yang benar di rumah sakit?
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan pada 5 MOMEN yang telah ditentukan, yakni:
▪ Sebelum kontak dengan pasien ▪ Sesudah kontak dengan pasien ▪ Sebelum tindakan asepsis
▪ Sesudah terkena cairan tubuh pasien
▪ Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Rumah Sakit Akreditasi menggunakan 6 LANGKAH cuci tangan Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. HANDWASH – dengan air mengalir waktunya : 40 – 60 detik
2. HANDRUB – dengan gel berbasis alkohol waktunya : 20 – 30 detik
10. Bagaimanakah cara mengkaji pasien risiko jatuh ?
Penilaian risiko jatuh dilakukan saat pengkajian awal dengan menggunakan metode pengkajian risiko jatuh yang telah ditetapkan oleh RS Akreditasi. Penilaian risiko jatuh pada pasien anak menggunakan scoring HUMPTY DUMPTY dan pada pasien dewasa menggunakan scoring MORSE dan pada geriatri menggunakan SYDNEY scoring.
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PEDIATRI
parameter kriteria nila
i skor Usia € < 3 tahun € 3 – 7 tahun € 7 – 13 tahun € ≥ 13 tahun 4 3 2 1 Jenis kelamin € Laki-laki
€ Perempuan
2 1 Diagnosis € Diagnosis neurologi
€ Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
€ Gangguan perilaku / psikiatri € Diagnosis lainnya
4 3 2 1 Gangguan kognitif € Tidak menyadari keterbatasan dirinya
€ Lupa akan adanya keterbatasan € Orientasi baik terhadap diri sendiri
3 2 1 Faktor lingkungan € Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat dur dewasa
€ Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat dur bayi / perabot rumah
€ Pasien diletakkan di tempat dur € Area di luar rumah sakit
4 3 2 1
2. Penggunaan medikamentosa
€ > 48 jam atau dak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi
€ Penggunaan mulpel: sedaf, obat hipnosis, barbiturat, fenoazin, andepresan, pencahar, diurek, narkose € Penggunaan salah satu obat di atas
€ Penggunaan medikasi lainnya / dak ada medikasi
3 2 1
Skor asesmen risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)
● Skor 7-11: risiko rendah ● Skor ≥ 12: risiko nggi
ONTARIO MODIFIED STRATIFY - SYDNEY SCORING
Tanggal : Nama :
No.Rekam Medik :
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor Riwayat jatuh apakah pasien datang ke rumah
sakit karena jatuh?
Ya / tidak Salah satu jawaban ya = 6
jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan terakhir ini?
Ya/ tidak Status mental apakah pasien delirium? (tidak
dapat membuat keputusan, pola pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat)
Ya/ tidak Salah satu jawaban ya = 14
apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat, atau orang)
Ya/ tidak
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan cemas)
Ya/ tidak
Penglihatan apakah pasien memakai kacamata? Ya/ tidak Salah satu jawaban ya = 1
apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram?
Ya/ tidak apakah pasien mempunyai
glaukoma, katarak, atau degenerasi makula?
Ya/ tidak
Kebiasaan berkemih
apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (frekuensi, urgensi, inkontinensia, nokturia) Ya/ tidak ya = 2 Transfer (dari tempat tidur ke kursi dan kembali ke tempat tidur)
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan)
0 jumlahkan nilai transfer dan mobilitas. Jika nilai total 0-3, maka skor = 0. jika nilai total 4-6, maka skor = 7 memerlukan sedikit bantuan (1
orang) / dalam pengawasan
1 memerlukan bantuan yang nyata (2 orang)
2 tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total
3 Mobilitas mandiri (boleh menggunakan alat
bantu jalan)
0 berjalan dengan bantuan 1 orang
(verbal / isik)
1 menggunakan kursi roda 2
total skor
Keterangan skor: 0-5 = risiko rendah 6-16 = risiko sedang 17-30 = risiko tinggi
Morse Fall Scale (Skala Jatuh Morse)
FAKTOR RISIKO SKALA POIN
SKOR riwayat jatuh ya 25 dak 0 i diagnosis sekunder (≥ 2 diagnosis medis) ya 15 dak 0
alat bantu Berpegangan pada perabot 30 tongkat/alat penopang 15 dak ada/kursi roda/perawat/rah baring 0
terpasang infus ya 20
dak 0
gaya berjalan terganggu 20
lemah 10
normal/rah baring/imobilisasi 0 status mental sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15
sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total
Kategori:
Risiko tinggi = ≥ 45 Risiko sedang = 25 – 44 Risiko rendah = 0 - 24
Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan kemudian dapat dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut.
Perawat memasang gelang risiko berwarna KUNING di pergelangan tangan pasien dan mengedukasi pasien dan atau keluarga maksud pemasangan gelang tersebut.
SPO Pengkajian dan pencegahan pasien risiko jatuh
Pengkajian ulang dilakukan oleh perawat secara berkala sesuai hasil penilaian risiko jatuh pasien dan jika terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan.
11. Apa yang dilakukan jika ada pasien yang jatuh?
Dilakukan tatalaksana pasien jatuh dan membuat laporan insiden keselamatan pasien.
HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Tahukah Anda tentang bagaimana hak pasien di rumah sakit?
RS Akreditasi bertanggung jawab untuk melindungi dan mengedepankan hak pasien dan keluarga sesuaiUU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu :
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata terb dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
b. Pasien berhak informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai sengan standar profesi dan standar prosedur operasional.
e. Pasien berhak memperoleh layanan yang efekf dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
i. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data – data medisnya.
j. Pasien berhak mendapat informasi yang melipu diagnosis dan tata cara ndakan medis, tujuan ndakan medis, alternaf ndakan, resiko dan kompliksi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap ndakan yang dilakukan serta perk iraan biaya pengobatan.
k. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas ndakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kris.
m. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu dak mengganggu pasien lainnya.
n. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
o. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perilaku Rumah Sakit terhadap dirinya.
p. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang dak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
q. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang dak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana.
r. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang dak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
2. Bagaimana prosedur pemberian informasi dan edukasi kepada pasien & keluarga?
Pemberian informasi dan edukasi diberikan sesuai kebutuhan, dan diberikan oleh petugas dengan kompetensi yang sesuai. Dalam pemberian informasi dan edukasi ini dikoordinasi oleh Panitia PKRS. SPO Pemberian informasi dan edukasi
3. Bagaimana prosedur pemberian informed consent kepada pasien & keluarga?
Persetujuan Tindakan Kedokteran (acuan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008
TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN )
▪ Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlah, dalam bahasa yang dipahami pasien.
SPO Pemberian Informed Consent
▪ Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk darah dan ndakan serta pengobatan lain yang berisiko nggi.
▪ Semua ndakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan atau keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan ndakan tersebut dari Dokter Penanggungjawab Pasien (DPJP).
Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah.
a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
b.Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah/ Ibu Kandung
2) Saudara – saudara kandung
c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan dak mempunyai orang tua atau orang tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1) Ayah/Ibu Adopsi
2) Saudara – saudara Kandung 3) Induk Semang
d.Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau penolakan penolakan ndakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/Ibu kandung 2) Wali yang sah
3) Saudara – Saudara Kandung
e.Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau penolakan ndakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali 2) Curator
f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan ndakan medik diberikan pleh mereka menurut urutan hal tersebut.
1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung 3) Anak- anak Kandung
4) Saudara – saudara Kandung
▪ Informed consent menginformasikan tentang : diagnosis (WD & DD), dasar diagnosis, ndakan kedokteran, indikasi ndakan, tata cara, tujuan, risiko, komplikasi, prognosis, alternaf & risiko.
4. Bagaimana pasien mendapatkan informasi pelayanan kerohanian di RS?
Pelayanan kerohanian di RS Bina Husada hanya dilakukan atas permintaan. Pasien yang membutuhkan pelayanan kerohanian akan mengisi formulir permintaan pelayanan kerohanian. Kemudian perawat akan menghubungi petugas terkait sesuai daar yang ada.
SPO Pelayanan Kerohanian
5. Bagaimana RS
melindungi kebutuhan privasi pasien?
Saat dilakukan pemeriksaan, konsultasi, tatalaksana antar pasien akan dibatasi dengan rai.
SPO Perlindungan Kebutuhan Privasi Pasien
6. Bagaimana RS melindungi pasien terhadap kekerasan isik?
▪ Kriteria kekerasan fisik di lingkungan Rumah Sakit terdiri atas: pelecehan seksual, pemukulan, penelantaran dan pemaksaan fisik terhadap pasien baik yang dilakukan oleh penunggu /pengunjung pasien maupun petugas.
▪ Bilai terdapat indikasi, petugas kesehatan dapat melakukan
pemaksaan fisik (seper pengekangan atau restrain) sesuai standar medis dan eka rumah sakit yang berlaku.
▪ Seap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus menggunakan tanda pengenal berupa gelang identas pasien, kartu visitor/pengunjung atau name tag karyawan.
SPO Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik
7. Bagaimana prosedur melindungi barang milik pasien?
SPO Perlindungan Barang Milik Pasien
8. Apa yang dilakukan RS jika pasien menolak/ memberhentikan tindakan (resusitasi) atau pengobatan yang diberikan?
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi.
Keputusan untuk dak melakukan RJP harus dicatat di rekam medis pasien dan di formulir Do Not Resuscitate (DNR). Formulir DNR harus
diisi dengan lengkap dan disimpan di rekam medis pasien.
Alasan diputuskannya ndakan DNR dan orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus dicatat di rekam medis pasien dan formulir DNR. Keputusan harus dikomunikasikan kepada semua orang yang terlibat dalam aspek perawatan pasien.
PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Siapa yang memberikan edukasi kepada pasien & keluarga?
Semua pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh petugas yang berkompeten dan dikoordinasi oleh Panitia PKRS.
2. Bagaimana prosedur pemberian informasi atau edukasi kepada pasien & keluarga?
SPO Pemberian informasi atau edukasi
3. Bagaimana cara Anda mengetahui pencapaian keberhasilan edukasi yang diberikan?
Melakukan veriikasi bahwa pasien dan keluarga bisa menerima dan memahami edukasi yang diberikan.
SPO Pemberian informasi atau edukasi
4. Apa bukti edukasi telah diberikan kepada pasien?
▪ Ada bahan materi yang diberikan kepada pasien dan atau keluarga
▪ Ada dokumen pemberian edukasi berupa formulir pemberian edukasi yang ditandatangani oleh pemberi edukasi dan penerima edukasi.
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah deinisi kejadian sentinel?
▪ Insiden melipu Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) , Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Sennel.
▪ Kejadian sennel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kemaan atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat dak diharapkan atau dak dapat diterima seper: operasi pada bagian tubuh yang salah.
▪ Kejadian sennel :
o Kemaan dak terduga dan dak terkait dengan perjalanan
alamiah atau kondisi yang mendasari penyakitnya . Contoh bunuh diri
o Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang dak
terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
o Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi
o Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang
bukan orang tuanya.
▪ Pelaporan insiden dak boleh lebih dari 2 x 24 jam
2. Bagaimana prosedur pelaporan insiden?
PROGRAM NASIONAL
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa yang Anda ketahui tentang PONEK RS?
Rumah sakit melaksanakan program PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) untuk menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu.
Rumah sakit membentuk Tim/Panitia PONEK untuk menjalankan program PONEK RS.
2. Apa yang Anda ketahui tentang TB-DOTS RS?
Rumah sakit melaksanakan penanggulangan TB sesuai dengan pedoman strategi DOTS (Direct Observe Treatment Shortcourse) Rumah sakit membentuk Tim/Panitia TB DOTS untuk menjalankan program TB DOTS RS.
AKSES KE RS DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana prosedur skrining di IGD?
▪ Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau di luar RS untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh RS.
▪ Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnosk imajing sebelumnya.
SPO Skrining Pasien 2. Bagaimana prosedur
penerimaan pasien rawat inap dan rawat jalan?
SPO Penerimaan Pasien Rawat Inap SPO Penerimaan Pasien Rawat Jalan SPO Penahanan Pasien untuk diobservasi 3. Bagaimana prosedur
triase?
Rumah sakit melaksanakan proses triase berbasis bukti untuk
memprioritaskan pasien sesuai dengan kegawatannya menggunakan ATS (Australian Triage Scale)
4. Bagaimana RS mengidentiikasi
hambatan di populasinya dalam memberikan pelayanan ?
RS mengidentiikasi hambatan di populasinya dengan membuat kajian data cakupan antara lain area cakupan, etnis dan agama. Selain itu juga dikaji faktor biologis dan psikososialnya.
Untuk mengatasi hambatan/ kendala keterbatasan isik dalam populasinya, RS Akreditasi memiliki prosedur penanganan bagi mereka dengan keterbatasan isik.
5.
Bagaimana prosedur transfer yang berlaku di rumah sakit?
TRANSFER INTRA RUMAH SAKIT
PASIEN PETUGAS
PENDAMPING KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN PERALATAN UTAMA DERAJAT
0
TPK/ Petugas
Keamanan Bantuan hidup dasar DERAJAT 0,5 (ORANG TUA/ DELIRIU M) TPK/ Petugas
Keamanan Bantuan hidup dasar
DERAJAT 1 Perawat/ Petugas berpengalaman (sesuai dengan kebutuhan pasien)
Bantuan hidup dasar, pelatihan tabung gas, pemberian obat- obatan, kenal akan tanda deteriorasi, keterampilan trakeostomi dan suction
Oksigen, suction, tiang infuse portabel,
pompa
infuse dengan Baterai, oksimetri denyut DERAJAT 2 Perawat dan Petugas keamanan/ TPK
Semua ketrampilan di atas, ditambah : dua tahun pengalaman dalam perawatan intensif (oksigenasi, sungkup pernapasan,
deibrillator, monitor)
Semua peralatan di atas, ditambah: monitor EKG dan tekanan darah dan deibrillator DERAJAT 3 Dokter, perawat, dan TPK/ Petugas keamanan
Standar kompetensi dokter harus di atas standar minimal :
Dokter:
● Minimal 6 bulan pengalaman
mengenai perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU
● Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
● Keterampilan menangani
permasalahan jalan napas dan pernapasan, minimal level ST 3 atau sederajat.
● Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat / kritis Perawat:
● Minimal 2 tahun bekerja di ICU ● Keterampilan bantuan hidup dasar
dan lanjut
● Harus mengikuti pelatihan untuk
transfer pasien dengan sakit berat / kritis
Monitor ICU portable yang Lengkap,
ventilator dan alat transfer yang memenuhi standar minimal.
TRANSFER ANTAR RUMAH SAKIT
PASIEN
PETUGAS PENDAMPI
NG
KETERAMPILAN YANG DIBUTUHKAN
PERALATAN UTAMA DAN JENIS
KENDARAAN DERAJAT 0 Petugas
ambulan Bantuan hidup dasar (BHD)
Kendaraan High Dependency Service (HDS)/ Ambulan DERAJAT 0,5 (ORANGTUA /DELIRIUM) Petugas ambulan dan paramedis
Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS/ Ambulan
DERAJAT 1
Petugas ambulan dan perawat
Bantuan hidup dasar, pemberian oksigen, Pemberian obat-obatan, kenal akan tanda deteriorasi, Keterampilan perawatan, trakeostomi dan suction
Kendaraan HDS/ ambulan, oksigen, suction, tiang infus portabel, Infus
pump dengan baterai, oksimetri DERAJAT 2 Dokter, perawat dan petugas ambulans
Semua ketrampilan di atas, ditambah: penggunaan alat pernapasan, bantuan hidup lanjut, penggunaan kantong pernapasan (bag-valve mask), penggunaan deibrillator,
penggunaan monitor intensif
Ambulan , semua peralatan di atas, ditambah: monitor EKG dan tekanan darah dan deibrillator bila diperlukan DERAJAT 3 Dokter, perawat, dan petugas ambulan Dokter:
● Minimal 6 bulan pengalaman mengenai
perawatan pasien intensif dan bekerja di ICU
● Keterampilan bantuan hidup dasar dan
lanjut
● Keterampilan menangani permasalahan
jalan napas dan pernapasan, minimal level ST 3 atau sederajat.
● Harus mengikuti pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakitberat / kritis Perawat:
● Minimal 2 tahun bekerja di ICU
● Keterampilan bantuan hidup dasar dan
lanjut
● Harus mengikuti pelatihan untuk transfer
pasien dengan sakit berat / kritis
Ambulan lengkap/ AGD 118, monitor ICU portabel yang lengkap, ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar minimal. 6. Bagaimana prosedur pemulangan pasien?
Perencanaan pemulangan bagi pasien dibuat 1x24 jam setelah pasien diterima sebagai pasien rawat inap.
ASESMEN PASIEN (AP)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana prosedur pengkajian status gizi pasien di rumah sakit?
Status gizi dinilai dengan menggunakan kriteriaMUST (Malnutrition Universal Screening Tool) untuk mengidentiikasi dan menatalaksana pasien dewasa yang mengalami gizi buruk, kurang gizi atu obesitas.
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut:
Langkah 1: hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien dengan menggunakan kurva di bawah ini dan berikanlah skor.
Langkah 2: nilai persentase kehilangan berat badan yang tak direncanakan menggunakan tabel di bawah ini, dan berikanlah skor.
Langkah 3 : nilai adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami penyakit akut dan sangat sedikit / tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan skor 2.
Langkah 4 : tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2, dan 3 untuk menilai adanya risiko malnutrisi.
i. Skor 0 = risiko rendah ii. Skor 1 = risiko sedang iii. Skor ≥ 2 = risiko nggi
Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan berikut ini. Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 tahun (tiap tahun).
Risiko sedang Observasi:
o Catat asupan makanan selama 3 hari
o Jika asupan adekuat, ulangi skrining: pasien di rumah sakit (ap minggu), pada pasien rawat
jalan (ap bulan), masyarakat umum (ap 2-3 bulan).
o Jika dak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan asupan nutrisi,
pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara teratur.
Risiko tinggi Tatalaksana:
o Rujuk ke ahli gizi
o Perbaiki dan ngkatkan asupan nutrisi
o Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: pada pasien di rumah sakit (ap minggu),
pada pasien rawat jalan (ap bulan), masyarakat umum (ap bulan).
Untuk semua kategori:
a) Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis makanan b) Catat kategori risiko malnutrisi
c) Catat kebutuhan akan diet khusus dan iku kebijakan setempat.
2. Bagaimana prosedur pengkajian nyeri di rumah sakit? Pengkajian rasa nyeri menggunakan
Neonatal Infants Pain Scale (NIPS) untuk usia < 1 tahun, FLACCS untuk usia 1-3 tahun,
Wong Baker Faces Rating Scale untuk usia > 3 tahun dan Numeric Scale untuk dewasa.
Comfort Scale digunakan pada pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar operasi / ruang rawat inap yang dak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong-Baker FACES Pain Scale.
COMFORT SCALE
KATEGORI
SKOR
KEWASPADAAN
1 – dur pulas / nyenyak 2 – dur kurang nyenyak 3 – gelisah
4 – sadar sepenuhnya dan waspada 5 –hiper alert KETENANGAN 1 – tenang 2 – agak cemas 3 – cemas 4 – sangat cemas 5 – panic
DISTRESS PERNAPASAN
1 – dak ada respirasi spontan dan dak ada batuk
2 – respirasi spontan dengan sedikit / dak ada respons terhadap venlasi 3 – kadang-kadang batuk atau terdapat tahanan terhadap venlasi
4 – sering batuk, terdapat tahanan / perlawanan terhadap venlator
5 – melawan secara akf terhadap venlator, batuk terus-menerus / tersedak
MENANGIS
1 – bernapas dengan tenang, dak menangis 2 – terisak-isak
3 – meraung 4 – menangis 5 – berteriak
PERGERAKAN
1 – dak ada pergerakan
2 – kedang-kadang bergerak perlahan 3 – sering bergerak perlahan
4 – pergerakan akf / gelisah
5 – pergrakan akf termasuk badan dan kepala
TONUS OTOT
1 – otot relaks sepenuhnya, dak ada tonus otot 2 – penurunan tonus otot
3 – tonus otot normal
4 – peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan dan kaki 5 – kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan dan kaki
TEGANGAN WAJAH
1 – otot wajah relaks sepenuhnya
2 – tonus otot wajah normal, dak terlihat tegangan otot wajah yang nyata 3 – tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4 – tegangan hampir di seluruh otot wajah 5 – seluruh otot wajah tegang, meringis
TEKANAN DARAH BASAL
1 – tekanan darah di bawah batas normal
2 – tekanan darah berada di batas normal secara konsisten
3 – peningkatan tekanan darah sesekali ≥15% di atas batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2 menit)
4 – seringnya peningkatan tekanan darah ≥15% di atas batas normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
5 – peningkatan tekanan darah terus-menerus ≥15%
DENYUT JANTUNG BASAL
1 – denyut jantung di bawah batas normal
2 – denyut jantung berada di batas normal secara konsisten
3 – peningkatan denyut jantung sesekali ≥15% di atas batas normal (1-3 kali dalam observasi selama 2 menit)
4 – seringnya peningkatan denyut jantung ≥15% di atas batas normal (>3 kali dalam observasi selama 2 menit)
3. Kapan asesmen awal harus diselesaikan?
Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 1x24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap
Asesmen medis awal yang dilakukan sebelum pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelum prosedur rawat jalan di rumah sakit tidak berlangsung lebih dari 30 hari atau riwayat kesehatan telah diperbarui dan pemeriksaan isik diulang.
Asesmen medis awal yang dilakukan sebelum pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelum prosedur rawat jalan di rumah sakit tidak berlangsung lebih dari 30 hari atau riwayat kesehatan telah diperbarui dan pemeriksaan isik diulang.
Untuk asesmen yang berusia kurang dari 30 hari,
perubahan-perubahan signiikan dalam kondisi pasien semenjak asesmen dicatat dalam rekam medis pada saat penerimaan pasien sebagai pasien rawat inap.
PELAYANAN ASUHAN PASIEN (PAP)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa saja yang termasuk pasien dan pelayanan berisiko tinggi di RS Akreditasi?
▪ Pasien keadaan darurat.
▪ Pasien menggunakan layanan resusitasi
▪ Pasien dengan pemberian darah dan produk da rah.
▪ Pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan.
▪ Pasien yang menderita penyakit menular dan penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
▪ Pasien yang menjalani dialisis.
▪ Pasien yang menggunakan alat pengekang (restraint)
▪ Pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan, anak-anak, dan populasi yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
2. Bagaimana prosedur penyimpanan, penyajian dan pendistribusian makanan kepada pasien?
Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
Makanan didistribusi secara tepat waktu dan memenuhi permintaan. SPO Penyimpanan, Penyajian dan Pendistribusian Makanan 3. Bagaimana prosedur
penanganan
pasien-pasien dalam tahap terminal?
Rumah sakit memahami kebutuhan pasien yang unik pada akhir kehidupan dengan menyediakan ruangan khusus bagi pasien tahap terminal.
SPO Pelayanan Pasien Terminal 4. Bagaimana prosedur
penanganan pasien restraint?
restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang.
Jenis-jenis :
1. Pembatasan Fisik 2. Pembatasan Mekanis 3. Surveilans Teknologi 4. Pembatasan Kimia
PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1.
Sedasi ringan / minimal (anxiolysis)
Sedasi sedang
(pasien sadar) Sedasi berat / dalam Anestesi umum
Respons Respons normal terhadap stimulus verbal Merespons terhadap stimulus sentuhan Merespons setelah diberikan stimulus berulang / stimulus nyeri Tidak sadar, meskipun dengan stimulus nyeri
Jalan napas Tidak terpengaruh Tidak perlu intervensi Mungkin perlu intervensi Sering memerlukan intervensi Ventilasi
spontan Tidak terpengaruh Adekuat Dapat tidak adekuat
Sering tidak adekuat Fungsi kardiovaskul ar Tidak terpengaruh Biasanya dapat dipertahankan dengan baik Biasanya dapat dipertahankan dengan baik Dapat terganggu
2. Wrong site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery Tiga komponen penting dalam prosedur pre op eratif :
1. Proses verifikasi
2. Menandai lokasi yang akan dioperasi 3. Time out
▪ Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien adalah Dokter Bedah/Operator yang akan melakukan ndakan.
▪ Dokter bedah/operator yang membuat tanda itu harus hadir pada operasi tersebut.
▪ Penandaan k yang akan dioperasi adalah sebelum pasien dipindahkan ke ruang di mana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar; sebaiknya dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi.
▪ Tanda berupa “X” di k yang akan dioperasi.
▪ Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol permanen berwarna hitam dan jika memungkinkan, harus terlihat sampai pasien disiapkan dan diselimu.
▪ Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.
▪ Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat pengecekkan hasil pencitraan pasien diagnosis misalnya sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya dan paskan dengan catatan medis pasien dan gelang identas pasien.
▪ Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur mulpel (jari tangan, jari kaki, lesi) atau mulple level (tulang belakang).
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan:
▪ kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar) ▪ kasus intervensi seperti kateter jantung
▪ kasus yang melibatkan gigi
▪ prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan tato permanen
Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesiik intraoperatif
menggunakan radiographic marking.
Proses time out ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan pengisian formulir sign in yang dilakukan sebelum pasien dianestesi di holding area, time out yang dilakukan di ruang operasisesaat sebelum incisi pasien operasi dan sign out setelah operasi selesai (dapat dilakukan di recovery room). Proses sign in, time out dan sign out ini dipandu oleh perawat sirkuler dan diikuti oleh operator, dokter anestesi, perawat .
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Apa saja daftar obat-obatan yang termasuk dalam NORUM?
Daftar obat-obatanNORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA ( Look A ike Sound Alike ) dapat ditemukan di SPO
Obat-obatan NORUM/ LASA dan juga pada buku quality and safety. Contoh obat look alike adalah obat-obat dengan tampilan yang mirip namun sebenarnya berbeda dosis (misalnya Amlodipin 5 mg dan Amlodipin 10 mg). Sementara contoh obat sound alike adalah azithromycin dan erithromycin (terdengar mirip).
2. Bagaimana kebijakan penyimpanan elektrolit pekat di RS?
Obat- obatan high alert (Kalium klorida 7,46% dalam ampul dan Natrium klorida 3% dalam kolf) hanya disimpan di ruang rawat intensif (ICU, NICU,HCU) ( di tempat yang ditandai dengan stiker merah). Obat high alert tersebut diberi stiker “high alert” berwarna merah dan khusus untuk larutan elektrolit pekat juga diberi
penandaan stiker yang bertuliskan“ elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan!”.
3. Bagaimana prosedur pengelolaan obat emergensi di RS?
▪ Obat emergensi disimpan dalam troli/kit/lemari emergensi terkunci, diperiksa, dipaskan selalu tersedia dan harus digan segera jika jenis dan jumlahnya sudah dak sesuai lagi dengan daar yang ditempel/ digantung di troli/kit/lemari emergensi. Perbekalan farmasi dan penguncian troli tersebut dikontrol oleh farmasi.
▪ Troli akan dibuka 3 bulan sekali untuk dilakukan pemeriksaan
kesesuaian perbekalan farmasi dengan daar, ketepatan penyimpanan dan tanggal kadaluwarsa.
4. Bagaimana alur pelaporan insiden apabila terjadi medication error ?
Baik dokter maupun perawat yang menemukan terjadinya medication error boleh melaporkan kejadian tersebut. SPO Pelaporan Insiden.
5. Bagaimanakah kebijakan RS tentang persyaratan resep yang lengkap?
Resep harus memenuhi kelengkapan:
▪ Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika dak dapat mengingat tanggal lahir), no rekam medik dan berat badan pasien (untuk pasien anak)
▪ Nama dokter, tanggal penulisan resep dan ruang pelayanan
▪ Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas lembar resep manual
▪ Menuliskan tanda R/ pada seap sediaan. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. Untuk obat kombinasi ditulis sesuai nama dalam Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat (contoh: injeksi, tablet, kapsul, salep), serta kekuatannya (contoh: 500 mg, 1 gram)
▪ Bila obat berupa racikan dituliskan nama seap jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat (untuk bahan padat : mikrogram, miligram, gram)
dan untuk cairan: tetes, milliliter, liter.
▪ Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau prn atau “pro re nata”, harus dituliskan dosis maksimal
dalam sehari.
6. Bagaimana prosedur pemberian obat yang berlaku di RS ini?
Pemberian obat menggunakan prinsip7 benar :
1. Benar Pasien 2. Benar Indikasi 3. Benar Obat 4. Benar Dosis
5. Benar Cara Pemberian 6. Benar Waktu Pemberian 7. Benar Dokumentasi
MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI(MKE)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Adakah standarisasi singkatan dan simbol yang boleh dipakai di RS ini?
RS telah mensosialisasikanstandarisasi singkatan dan simbol yang boleh digunakan dalam pelayanan 2. Bagaimana cara RS melindungi berkas
rekam medis pasien dari kehilangan /kerusakan /penyalahgunaan?
Rumah sakit mengembangkan suatu kebijakan bahwa yang diberikan kewenangan men gakses rekam medis klinis pasien adalah para praktisi kesehatan yang memberikan layanan kepada pasien tersebut.
KUALIFIKASI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
Dapatkah Anda menjelaskan uraian jabatan Anda?
Uraian jabatan adalah proses, metode dan teknik un tuk memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan dan disajikan untuk kepentingan program pegawai serta memberikan umpan balik bagi organisasi dan tatalaksana.
Uraian jabatan staf bersifat personal tergantung pada jabatan yang dimiliki.
Secara umum uraian jabatan tersebut terdiri dari nama, jabatan, misi organisasi, misi jabatan, hasil kerja, bahan kerja, perangkat kerja, sifat jabatan, pelaksanaan tugas (uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang), nama jabatan bawahan langsung, korelasi jabatan, kondisi pelaksanaan kerja, persyaratan jabatan, kondisi isik, butiran informasi lain dan surat tugas.
Uraian jabatan ini disimpan oleh bagian administrasi di masing-masing departemen/divisi/unit tempat bertugas dan salinannya harus dimiliki oleh setiap staf medis yang bersangkutan.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1. Bagaimana pemilahan sampah medis dan non medis / benda tajam / cair
Pania Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit telah menetapkan pemisahan sampah medis dan non medis.
Sampah medis dibuang di tempat sampah medis berkantung plask kuning
Sampah non medis dibuang di tempat sampah non medis berkantung plask hitam
Sampah benda tajam dan jarum dibuang di tempat sampah k husus yang dak dapat tembus (puncture proof) dan dak direuse yaitu safety box. Limbah cair dibuang di wastafel atau kloset
2. Apakah RS menerapkan pemisahan pasien infeksius dan non infeksius?
Pania Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit telah menetapkan pemisahan pasien infeksius dan noninfeksius
sesuai dengan SPO perawatan pasien di ruang isolasi infeksi. Pasien ditempatkan sesuai dengan sumber infeksi, apakah lewat kontak, airborne, dan droplet.
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
NO. PERTANYAAN JAWABAN
1.
JALUR EVAKUASI
Baca Panduan Penanggulangan Bencana
2. Bagaimana prosedur penggunaan APAR? Prosedur penggunaan APAR:
▪ Tarik keluar segel pengaman handle picu
▪ Angkat nozel ke area bebas
▪ Tekan handle picu sedikit sampai gas CO2 / powder keluar
▪ Bawa APAR ke k api
▪ Arahkan nozel ke k api dan tekan handle picu
Jarak APAR dengan titik api : 2 meter
3. Bila listrik terganggu dan padam maka dalam 7 detik (jeda waktu) terhitung sejak waktu pemadaman listrik, genset akan berfungsi dan listrik akan berfungsi kembali. Untuk beberapa lokasi seperti ICU, OK, Laboratorium ( alat-alat laboratorium) bila terjadi gangguan aliran listrik maka akan diback up dengan UPS sehingga tidak terdapat jeda waktu.
4. Bila air terganggu maka cadangan air di bak penampungan akan dapat memenuhi kebutuhan air selama 1 hari saja. Selama proses penggunaan cadangan air di bak penampung tersebut maka kebutuhan air akan dikirim oleh perusahaan air rekanan dengan estimasi waktu pengiriman 5-10 jam.