• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II (Nurul Rezky)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II (Nurul Rezky)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang diuaraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Sehubungan dengan malasah yang akan di teliti, kerangka teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Hakekat Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja direncanakan dengan struktur tertentu. Maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Hamalik, 1996).

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Inilah yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat positif aktif dan efektif fungsional. Hal ini berarti bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang aktif sebagai hasil interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus juga objek dalam pembelajaran maka inti proses pembelajaran adalah kegaiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Sabri, 2007).

Belajar dapat pula diartikan perubahan tingkah laku pada seseorang sebagai hasil kegiatannya sendiri. Hal ini berarti bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang tidak pasif

(2)

10 dan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dimana individu belajar melalui kegiatan pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Abdurahman, 2004).

Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu hal yang sebelumnya belum diketahui. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dan interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya (Olivia, 2011).

Belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan perubahan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Manusia tanpa belajar akan mengalami kesulitan dalam menyusun diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan berpikir manusia-manusia pendahulunya. Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah merupakan tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir sampai akhir hayat (Hamzah, 2007).

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah nilai yang menggambarkan tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti pelajaran. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pengajaran, dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latuhan. Dampak

(3)

11 pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Hasil belajar merupakan indikator kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar dapat menjadi indikator untuk mengukur sedikit banyaknya pengetahuan yang dikuasai siswwa dalam bidang studi atau kegiatan siswa kurikulum tertentu (Abdullah, 1987).

Penilaian hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut seorang siswa dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar siswa dan tindak mengajar guru “berhenti” sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.

Menurut Anderson (2001) tiga ranah yang harus tercapai, antara lain yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik yaitu :

a. Ranah Kognitif

Ranah ini berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berfikir.

1) Remembering (mengingat)

Kemampuan untuk memperoleh kembali, mengakui, dan mengingat pengetahuan yang bersangkutan dari ingatan jangka panjang.

2) Understanding (memahami)

Kemampuan memahami pengertian dari lisan, tulisan dan pesan grafik melalui menafsirkan, memberikan contoh, menggolongkan, meringkas, mengambil kesimpulan, membandingkan dan menjelaskan.

(4)

12 3) Applying (menerapkan)

Kemampuan menggunakan suatu prosedur melalui pelaksanaan berdasarkan rencana atau implementasi.

4) Analyzing (menguraikan)

Kemampuan mengubah materi kedalam beberapa bagian, menentukan bagaimana menghubungkan bagian-bagian tersebut menjadi satu kesatuan dan menjadi struktur atau tujuan secara keseluruhan melalui pemisahan, penyusunan dan hubungan

5) Evaluating (menilai)

Kemampuan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar melalui pengecekan dan kritikan.

6) Creating (menciptakan)

Kemampuan memasukkan semua elemen untuk membentuk sebuah hubungan atau keseluruhan fungsi, menyusun kembali elemen kedalam sebuah pola atau struktur baru melalui pembangkitan, perencanaan atau produksi (Khanifah, 2012).

b. Ranah Afektif

Ranah ini berkenaan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku yang ciri-ciri hasil belajar afektif akan tempak pada peserta didik dalam berbagai tungkah laku. Seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran pendidikan agama islam, kedisiplinan dalam mengikuti pelajaran agam di sekolah, motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama islam yang diterimanya, penghargaan ata rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama islam

(5)

13 dan sebagainya. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang yaitu menerima (receiving), menanggapi (responding), menilai (valuing), mengatur (organization), karakterisasi dengan suatu nilai (characterization by evalue) (Agustiana, 2014).

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil dari proses belajar ini merupakan suatu kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru dalam bentuk kecenderungan berperilaku. Kategori jenis mencakup perilaku ranah psikomotoris ini meliputi beberapa komponen antara lain persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality) (Sugiono, 2013).

Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain: (a) faktor jasmania, (b) faktor psikologis, dan (c) faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, antara lain: (a) faktor keluarga, (b) faktor sekolah, (c) faktor masyarakat.

(6)

14 Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan atau tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model remap coople.

3. Model Pembelajaran Remap Coople

Model pembelajaran Remap Coople merupakan suatu model pembelajaran yang mengharuskan siswa membaca (proses reading), kemudian siswa diminta untuk membuat peta konsep (concept mapping), dan pembelajarannya menggunkan model-model cooperative learning. Model tersebut diringkas menjadi remap coople yaitu reading + concept mapping + cooperative learning.

Kegiatan membaca (reading) pada pembelajaran berbasis remap coople adalah suatu keharusan, karena membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Menurut Wanjari dan Mahakulkar (2011) menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks di mana si pembaca akan melakukan rekonstruksi kembali melalui beberapa tahapan, dari sebuah pesan penulis dalam sebuah bahasa grafis. Pada kegiatan membaca, mata mengenali kata, sementara pikiran menghubungkan dengan maknanya. Makna kata dihubungkan satu dengan yang lain sehingga menjadi makna frase, klausa, kalimat, dan akhirnya makna seluruh bacaan. Membaca diartikan sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa. Dari pengertian membaca tersebut tersirat bahwa ketika siswa melakukan kegiatan membaca, harus disertai pemahaman maksud atau arti dari lambang-lambang bunyi bahasa tulis yang dibacanya.

Concept mapping (peta konsep) Pada pembelajaran berbasis remap coople, setelah membaca siswa diminta menyusun peta konsep. Dianjurkan tugas membaca dan

(7)

15 menyusun peta konsep dilakukan siswa di rumah agar saat pembelajaran di sekolah, siswa sudah siap. Namun demikian, kedua kegiatan tersebut dapat juga dicoba dilakukan pada saat pembelajaran, disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan. Peta konsep adalah alat atau cara yang dapat digunakan untuk mengorganisisr dan mengetahui apa yang telah dipelajari siswa (Novak & Canas, 2008).

Peta konsep telah digunakan untuk pembelajaran dan pelatihan, dan telah dibuktikan sebagai alat yang efektif untuk kepentingan evaluasi pembelajaran, mengetahui kemampuan awal siswa, mengetahui apa yang sudah dipelajari siswa, perencanaan, scaffolding pengetahuan, memantapkan pengalaman pembelajaran, memperbaiki kondisi afeksi siswa, mengajarkan berpikir kritis dalam pembelajaran, menunjang pembelajaraan kooperatif dan kolaboratif, dan sebagainya (Novak, 2004).

Peta konsep tersusun atas komponen-komponen, antara lain proposisi, hirarki, kaitan silang (cross-links), dan contoh. Peta konsep dapat dijadikan guru sebagai salah satu bentuk penilaian autentik, dengan memberikan skor-skor pada komponen peta konsep. Cooperative learning Terdapat banyak definisi pembelajaran kooperatif, di antaranya yang dikemukakan Johnson (1999), yaitu pembelajaran yang memfasilitasi siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dengan anggota kelompok yang heterogen sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau mencapai tujuan bersama. Banyak macam pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar akademik, menerima adanya keragaman, dan pengembangan keterampilan (Slavin,1995). Keuntungan pembelajaran kooperatif bagi siswa adalah bertambahnya

(8)

16 tanggung jawab siswa atas proses belajarnya, berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis siswa, dan bertambah eratnya hubungan psikologis antar anggota kelompok (Arends, 2004). Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa perspektif yang dapat dikembangkan, yaitu perspektif motivasi, sosial, kognitif, elaborasi kognitif, dan psikologis (Slavin, 1995; Arends, 2004).

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok siswa yang heterogen. Dalam pembelajran kooperatif setiap anggota kelompok akan bekerja sama dalam memahami suatu bahan pelajaran dan belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai behan pelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan konstruktivistik (Nurhayati dan Wellang, 2004). Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dengan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.

Model pembelajaran cooperative yang dipilih pada penelitian ini adalah TPS (Think Pair Share). Dipilihanya model pembelajaran TPS karena berpotensi dapat memberi peluang kepada siswa untuk berpikir. Selain itu, keunggulan TPS lainnya adalah dapat membuat siswa meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan ke orang lain, dan juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang positif antara siswa satu dengan

(9)

17 siswa lainnya dalam berbagi informasi, meningkatkan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan penguasaan bahan yang ditentukan.

Sintaks model pembelajaran TPS menurut Wahyudi (2016) adalah 1) Tahap Think, guru menggali pengetahuan awal siswa dengan kegiatan demonstrasi, 2) Tahap Pair, siswa berpasangan dan diberi nomor 1 atau 2 untuk mendapat tugas berbicara terlebih dahulu tentang topik tertentu dengan waktu tertentu. Siswa lainnya mendengarkan apa yang dibicarakan oleh siswa tersebut, setelah waktu berbicara selesai siswa yang mendengarkan menyampaikan respon ke teman yang bertugas berbicara atau menyampaikan responnya ke temanyang bertugas berbicara dengan waktu tertentu. Kemudian teman yang bertugas berbicara juga menyampaikan pendapatnyaterkait respon dari temannya dengan waktu tertentu, 3) Tahap Share, guru secara acak memilih siswa, dan meminta mereka untuk menyampaikan responnya terhadap pendapat pasangannya dengan menyampaikan responnya terhadap pendapat pasangannya yang disampaikan dalam forum kelas. Kemudian siswa yang mendengarkan diberi kesempatan berbicara. B. Kerangka Berpikir

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan inti aktivitas pendidikan. Oleh karena itu, perlu mendapat perhatian yang serius agar dapat melibatkan siswa secara aktif dan dapat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, begitu pula antara siswa dengan siswa atau multi interaksi (Nurhayati dan Welleng, 2004).

Untuk dapat menciptakan multi interaksi dalam proses pembelajaran, maka guru harus mampu memilih model yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam prestasi belajar mengajar. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dapat menurunkan motivasi

(10)

18 dan minat belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang telah ada maka salah satu alternatif peningkatan hasil belajar siswa di sekolah adalah penggunaan model pembelajaran remap coople. Dalam pembelajaran remap coople, siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Melalui diskusi dalam pembelajaran remap coople akan terjalin komunikasi, siswa akan saling berbagi ide atau pendapat. Dengan begitu masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar dapat diatasi.

Selama proses pembelajaran berlangsung, biasanya terdapat siswa yang tidak mampu belajar sendiri. Siswa ini, bisa memahami suatu konsep dengan bertanya kepada temannya lebih cerdas, karena mereka dapat menjelaskan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Sehingga dapat mempercepat penyeragaman pengetahuan di kelas. Hal ini tidak dapat terjadi jika para siswa di dalam kelas tidak bersifat individual.

Salah satu alternative pemecahan masalah tersebut adalah pembelajaran remap coople (Reading Mind Mapping Cooperative Learning) yang mana merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk membaca (proses reading), kemudian membuat peta konsep (concept mapping), dan pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning. Model pembelajaran cooperative yang dipilih pada penelitian ini adalah TPS (Think Pair Share). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada skema kerangka pikir mengenai penelitian eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran remap coople kelas XI SMA Negeri 6 Makassar adalah sebagai berikut:

(11)

19 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Model Pembelajaran Remap Coople

Pembelajaran Metode Ceramah Materi Sistem Peredaran Darah

Kelas Eksperimen 1

Kelas Eksperimen 2

Hasil Belajar Siswa

Evaluasi Hasil Belajar Siswa

Ada/ Tidak ada pengaruh Model pembelajaran Remap Coople terhadap

hasil belajar siswa

Ada/ Tidak ada pengaruh Metode ceramah terhadap

(12)

20 C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah “ada pengaruh penerapan model pembalajaran remap coople (Reading Mind

Mapping Cooperative Learning) terhadap hasil belajar Biologi materi sistem peredaran darah

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Adeliona Retno Hapsari menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH NILAI SUKUK, RATING SUKUK, DAN RISIKO

8. ¿Existe predisposición de parte de la escuela para rescatar y fortalecer la identidad cultural del pueblo kichwa Saraguro en sus estudiantes?.. Ángel Hipólito

Pada proses awal sistem, pesan disisipkan ke dalam suatu citra cover, setelah itu citra cover tersebut dienkripsi sehingga gambar asli dari citra cover tidak dapat

Sumber-sumber lain yang juga dapat digunakan dalam penelitian yaitu arsip-arsip dari Sinode GMIBM dan arsip Gereja GMIBM Pusat Kotamobagu serta laporan-laporan

Penggunaan teknik pematahan dormansi untuk mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan cendana juga telah dilakukan dan memberikan hasil terbaik pada metode mekanik

Tahap ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran koopertif tipe make a match (mencari pasangan) untuk meningkatkan hasil

Semua informan menyatakan menggunakan metode sanitary landfill masih cocok digunakan di Indonesia karena masih sesuai dengan biaya pengelola yang tersedia, serta

Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab 2.6.1 diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka berlaku :. Mn