• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori-teori Motivasi Dalam Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori-teori Motivasi Dalam Pembelajaran"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI-TEORI MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN

TEORI-TEORI MOTIVASI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARANPEMBELAJARAN

MAKALAH MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Belajar dan Pembelajaran Belajar dan Pembelajaran Yang dibina oleh Dr. Hj. Sri

Yang dibina oleh Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.PdEndah Indriwati, M.Pd

Oleh Oleh

Offering A - Kelompok 1 Offering A - Kelompok 1 1.

1. Elis Elis Yulianingrum Yulianingrum (12034140003(120341400033)3) 2.

2.  Novia Sigma Amalina  Novia Sigma Amalina (12034142196(120341421960)0) 3.

3. Siti Siti Mariana Mariana A. A. (120341421969)(120341421969) 4.

4. Tsaniyah Tsaniyah Nur Nur K. K. (12034142200(120341422003)3)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Oktober 2014 Oktober 2014

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup, memiliki alasan tertentu untuk melakukan suatu kegiatan. Baik kegitan tersebut termasuk dalam kodrat manusia atau keinginan manusia. Jadi, setiap kegiatan manusia ada alasannya. Termasuk salah satau kegiatan manusia, dan kodrat manusia untuk belajar. Setiap manusia dalam  belajar memiliki alasannya masing-masing. Baik itu yang dirasa disukai atau

tidak. Alasan serta rasa kemauan untuk belajar inilah yang dimaksud motivasi  belajar.

Dewasa ini sering kita lihat banyak anak-anak yang mengalami kemunduran dan kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi proses  belajar adalah kurangnya motivasi. Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi  belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau  prestasi belajar siswa. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke arah tujuan tertentu. Motivasi  bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang  berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.

Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam  belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam materi matakuliah Belajar dan Pembelajaran ini,  penulis akan membahas tentang motivasi dan macam-macam t eori motivasi dalam

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini memiliki rumusan masalah antara lain. 1) Apakah pengertian motivasi?

2) Apa tujuan dan fungsi motivasi dalam pembelajaran? 3) Sebutkan apa saja teori-teori motivasi dari berbagai ahli?

4) Bagimana pemilihan dan penerapan teori motivasi dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengertian motivasi.

2) Untuk mengetahui tujuan dan fungsi motivasi dalam pembelajaran. 3) Untuk mengetahui apa saja teori-teori motivasi dari berbagai ahli?

4) Untuk mengetahui pemilihan dan penerapan teori motivasi dalam  pembelajaran.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dapat menjadi masalah yang penting dalam pendidikan jika dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif serta mengarahkan siswa untuk tekun dalam kegiatan belajar. Namun masih terdapat  banyak siswa yang kurang termotivasi terhadap pelajaran baik aktivitas praktek

maupun teori untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Bahan pelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa adalah yang mudah dipelajari dan disimpan dalam ingatan karena motivasi menambah semangat kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu aspek psikis yang dapat membantu dan mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Maka keberadaan motivasi harus ada dalam diri seseorang karena motivasi merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan serta motivasi harus menjadi  pangkal permulaan dari semua aktivitas.

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti  bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas  perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang

sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan  belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajjar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).

(5)

Uno (2009:3) menyimpulkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sagala (2007) mengemukakan bahwa motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Berdasarkan pendapat Uno dan Sagala, maka dapat dikatakan motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai.

2.2 Tujuan dan Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran

Menurut Ngalim Purwanto (2006), tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperolah hasil atau tujuan tertentu. Karena itu seorang guru pendidikan jasmani harus dapat menggerakan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan diterapkan dalam kurikulum sekolah.

Dalam setiap pembelajaran tercapainya tujuan pembelajaran merupakan suatu yang penting karena tercapainya tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Achmad Sugandi dan Haryanto (2005: 22) tujuan pembelajaran yaitu suatu tuntunan agar subjek  belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai isi pembelajaran tersebut.

Motivasi sebagai proses memiliki beberapa fungsi khususnya dalam  pencapaian tujuan pembelajaran. Fungsi tersebut menurut Hamalik (2008)

meliputi:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah.

(6)

2.3 Teori-Teori Motivasi

Menurut Prayitno (1989), Teori motivasi menurut para ahli dibagi menjadi 3 yaitu: (1) teori kebutuhan tentang motivasi, (2) teori humanistik, dan (3) teori  behavioristik. Penjelasan secara detai sebagai berikut:

1) Teori kebutuhan

Teori ini mengatakan bahwa manusia sebagai mahluk yang tidak akan  puas hanya dengan terpenuhi satu kebutuhan, tetapi ia akan puas jika semua kebutuhan terpenuhi. Walaupun semua kebutuhan sudah terpenuhi pasti ia akan mengejar kebutuhan yang baru. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi, maka ia akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan yang diinginkan. Sehingga membuat ia  puas, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Demikian seterusnya,

sampai terpuaskannya kebutuhan yang paling tinggi. 2) Teori Humanistik

Teori ini percaya bahwa hanya ada satu motivasi, yaitu motivasi yang hanya berasal dari masing-masing individu. Motivasi tersebut dimiliki oleh individu itu sepanjang waktu dan dimana pun ia berada. Yang penting lagi menurut teori ini adalah menghormati atau menghargai seorang sebagai manusia yang mempunyai potensi dan keinginan untuk belajar.

3) Teori Behavioristik

Teori ini berpendapat bahwa motivasi dikontrol oleh lingkungan. Suatu tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi tingkah laku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka. Apabila konsekuensi tingkah laku menimbulkan rasa suka, maka tingkah laku menjadi kuat, tetapi jika tingkah laku itu menimbulkan rasa tidak suka, maka tingkah laku itu akan ditinggalkan.

Sedangkan pendapat Handoko (1992) ada 6 teori motivasi yaitu : 1) Teori kognitif

Menurut teori ini tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasannya. Berdasarkan rasionalnya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat, entah baik ataupun buruk. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Makin inteligen

(7)

dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik  perbuatan-perbuatanya dan secara sadar pula melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi atau kebutuhan tersebut.

2) Teori Hedonistis

Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan.

3) Teori Insting

Teori ini mengatakan kekuatan biologis adalah kekuatan yang dibawa sejak lahir. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu, demikianlah dasar pemikiran teori ini. Kekuatan insting inilah yang seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu.

4) Teori Psikoanalitis

Sebenarnya teori ini merupakan pengembangan teori insting. Dalam teori ini pun diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia.

5) Teori Keseimbangan

Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Dengan kata lain, manusia selalu ingin mempertahankan adanya keseimbangan di dalam dirinya.

6) Teori Dorongan

Pada prinsipnya teori ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, hanya  penekanannya berbeda. Kalau teori keseimbangan menekankan adanya keadaan tidak seimbang yang menimbulkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, teori dorongan memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.

Melalui penjelasan tentang teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap perilaku dan aktivitas manusia disebabkan oleh dorongan, kemauan, kekuatan, ketidakseimbangannya di dalam diri manusia itu kemudian gagasan yang timbul dipraktekkan dalam bentuk aktivitas sesuai dengan kemauan dari diri

(8)

individu. Semua itu pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendapat suatu kepuasan.

2.3.1 Teori Motivasi Menurut Beberapa Ahli

Sedangkan beberapa teori motivasi menurut beberapa ahli, yaitu sebagai  berikut :

1) Teori Hirarki Kebutuhan (Abraham H . M aslow )

Teori hirarki kebutuhan (dalam Robbins, 1996) adalah suatu hirarki lima kebutuhan dan dengan tiap kebutuhan secara berurutan dipenuhi, kebutuhan  berikutnya menjadi dominan. Menurut Maslow (dalam Robbins, 1996), kelima

kebutuhan itu adalah sebagai berikut:

(1)  Faali (fisiologis) : antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan  perumahan), seks, dan kebutuhan ragawi lain.

(2) Keamanan dan keselamatan (safety and security) : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Seperti  perlindungan dari bahaya, ancaman dan perampasan ataupun pemecatan

dari pekerjaan.

(3) Sosial : mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan  persahabatan.

(4) Penghargaan : mencakup rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti misalnya status,  pengakuan, dan perhatian.

(5) Aktualisasi-diri : kebutuhan pemenuhan diri, untuk mempergunakan  potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok serta menyelesaikan  pekerjaannya sendiri.

Maslow (dalam Robbins, 1996) memisahkan kelima kebutuhan itu sebagai order-tinggi dan order-rendah. Kebutuhan order-rendah adalah kebutuhan-kebutuhan yang dipenuhi secara eksternal; kebutuhan-kebutuhan faali dan akan keamanan. Kebutuhan order-tinggi adalah kebutuhan yang dipenuhi secara internal; kebutuhan sosial, akan penghargaan dan aktualisasi diri. Dengan kata lain, teori Maslow mengatakan bahwa kebutuhan yang tidak terpuaskan akan memotivasi,

(9)

atau bahwa suatu kebutuhan yang terpuaskan akan mengaktifkan gerakan kesuatu tingkat kebutuhan yang baru.

2) Teori Kebutuhan Berprestasi (M c Clell and )

Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi, yakni motif primer atau motif yang yang tidak dipelajari, dan motif skunder atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang lain. Motif ini sering disebut dengan motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis, sehingga mendorong seseorang untuk terpenuhinya kebutuhan biologis seperti makan, minum, seksualitas dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang lain. Motif skunder adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi sosial. Motif sosial ini dapat dibedakan menjadi 3 motif yaitu:

(1) Motif Berprestasi

Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Dalam memperoleh hasil yang lebih baik realitanya tidak mudah dan banyak kendala, oleh sebab itu perlu dorongan untuk berusaha mengatasi kendala tersebut dengan memelihara semangat belajar yang tinggi, sehingga motif berprestasi adalah dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan kepada ukuran keunggulan dibanding dengan standar ataupun orang lain.

(2) Motif Berafiliasi

Motif berafiliasi adalah kebutuhan atau dorongan manusia untuk menjadi  bermakna interaksinya dengan manusia yang lain (sosial). Agar kebutuhan  berafiliasi ini terpenuhi, maka harus menjaga hubungan baik dengan orang lain.

(3) Motif Berkuasa

Motif berkuasa adalah dorongan manusia untuk berusaha mengarahkan  perilaku seseorang atau manusia lain untuk mencapai kepuasan melalui tujuan

tertentu, seperti kekuasaan dengan cara mengontrol atau mengawasi orang lain. 3) Teori ERG(Clyton Al der fer) 

Menurut teori ERG dari Clayton Alderfer ini ada 3 (tiga) kebutuhan pokok manusia yaitu : (a).  Existence  (eksistensi) ; Kebutuhan akan pemberian  persyaratan keberadaan materiil dasar kita (kebutuhan psikologis dan keamanan).  b). Relatednes  (keterhubungan) ; Hasrat yang kita miliki untuk memelihara

(10)

hubungan antar pribadi (kebutuhan sosial dan penghargaan). c).Growth (pertumbuhan); Hasrat kebutuhan instrik untuk perkembangan pribad i (kebutuhan aktualisasi diri).

Alderfer menyatakan bahwa : Pertama, apabila kebutuhan akan eksistensi tidak terpenuhi, pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori-kategori kebutuhan lainnya mungkin masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.  Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat  berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan. Jadi secara umum

mekanisme kebutuhan antara lain Frustration

 – 

 Regression   dan Satisfaction

 – 

Progression.

4) Teori Dua Faktor (Teor i H er zber g )

Teori motivasi ini dikenal dengan teori motivasi „dua faktor‟ ( Herzberg’s two factors motivation theory). Jadi menurut teori ini, ada dua faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannnya, antara lain:

(1) Faktor-faktor penyebab kepuasaan (Satisfierr) atau faktor motivasional. Faktor ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang seperti serangkaia n kondisi intrinsik. Apabila kepuasaan belajar tercapai, maka akan menggerakkan tingkat motivasi atau kepuasan ini antara lain; prestasi (achievement ), penghargaan (recognition), tanggung jawab (responsibility), kesempatan untuk maju (possibility of growth), dan  pekerjaan itu sendiri (work).

(2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan (dissastifaction) atau hygiene  factor . Faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factor yang merupakan hakikat manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniyah. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan ketidakpuasan bekerja (dissatisfaction). Faktor higienes ini meliputi kondisi fisik lingkungan (physical environment ), hubungan interpersonal (interpersonal relationship) kebijakan dan administrasi ( policy and administration), dan pengawasan (supervision), reward , dan keamanan.

(11)

5) Teori Keadilan (Equi ty Theory) 

Menurut Nursalam (2008), teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan diharapkan.

Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa pegawai akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, apabila ia diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya. “Keadilan adalah suatu keadilan yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa rasio antara usaha dan imbalan adalah seimbang dengan rasio seseorang yang dibandingkan” Davis (2004).

Ketidakadilan akan ditanggapi dengan bermacam-macam perilaku yang menyimpang dari aktivitas pencapaian tujuan seperti menurunkan prestasi, mogok, malas dan sebagainya. Inti dari teori ini adalah pegawai membandingkan usaha mereka terhadap imbalan yang diterima pegawai lainnya dalam situasi kerja yang relatif sama. Selain itu juga membandingkan imbalan dengan pengorbanan yang diberikan. Apabila mereka telah mendapatkan keadilan dalam bekerja, maka mereka termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Berdasarkan pembahasan tentang berbagai teori motivasi dan kebutuhankebutuhan yang mendorong manusia melakukan tingkah laku dan  pekerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi petugas pemasyarakatan

adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas dalam menjalankan tugas sebagai petugas  pemasyarakatan untuk mencapai tujuan.

Untuk memahami motivasi petugas pemasyarakatan dalam penelitian ini digunakan teori motivasi dua arah yang dikemukakan Herzberg. Adapun  pertimbangan peneliti karena teori yang dikembangkan Herzberg berlaku mikro yaitu untuk karyawan atau pegawai pemerintahan yang hubungannya antara kebutuhan dengan performa pekerjaan.

6) Teori Penetapan Tujuan (Goal Setti ng T heor y )

Edwin Locke (Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :

(12)

(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;

(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan

(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :

 Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.

 Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.

 Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku.

7) Teori Harapan (Victor H . Vrom) 

Pencetus pertama dari teori dari harapan ini adalah Victor H. Vroom dan merupakan teori motivasi kerja yang relatif baru. Teori ini berpendapat bahwa orang-orang atau petugas akan termotivasi untuk bekerja atau melakukan hal-hal tertentu jika mereka yakin bahwa dari prestasinya itu mereka akan mendapatkan imbalan besar. Seseorang mungkin melihat jika bekerja dengan giat kemungkinan adanya suatu imbalan, misalnya kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan inilah yang menjadi perangsang seseorang dalam bekerja giat.

Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai  berikut:

(1) Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan  bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

(2) Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.

(3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan  pencapaian suatu tujuan tertentu.

(13)

Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa :

(1) Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu (2) Hasil tersebut punya nilai positif baginya

(3) Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang

Dengan kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.

8) Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Ahli psikologi Skinner (Nursalam: 2008), menjelaskan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar silkis. Dalam pandangan ini, tingkah laku sekarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai  pengalaman rangsangan atau respon konsekuensi. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respon pada rangsangan pada  pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu.

Teori ini berasumsi bahwa prilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan kearah aktivitas pencapaian tujuan. Teori pembentukan perilaku sering disebut dengan istilah-istilah lain seperti : behavioral modification, positive reinforcement  dan skinerian conditioning. Pendekatan pembentukan perilaku ini didasarkan atas hukum pengaruh (law of effect ) yaitu perilaku yang diikuti konsekuensi pemuasan sering diulang sedangkan perilaku konsekuensi hukuman tidak diulang. Perlaku  pegawai dimasa yang akan datang dapat diperkirakan dan dipelajari, berdasarkan  pengalaman dimasa lalu. Menurut teori pembetukan perilaku, perilaku pegawai dipengaruhi kejadiankejadian atau situasi masa lalu. Apabila konsekuensi perilaku tersebut positif, maka pegawai akan memberikan tanggapan yang sama terhadap situasi lama, tetapi apabila konsekuensi itu tidak menyenangkan, maka pegawai cendrung mengubah perilakuya untuk menghindar dari konsekuensi tersebut.

9) Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi

(14)

satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan  prestasi seseorang individu. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

2.4 Pemilihan dan Penerapan Teori Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran

Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip –  prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam  proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS. Guru sering berasumsi  bahwa motivasi belajar siswa merupakan masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan prinsip-prinsip motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS model dapat membantu guru untuk melakukan hal tersebut.

Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan oleh guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa (Suciati, 2003). Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Perhatian ( Attention)

Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :

(1) Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (ceramah, kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus dan lain – lain).

(2) Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.

(15)

(4) Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh – contoh untuk memperjelas konsep.

(5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa. 2) Relevansi (Relevance)

Relevansi menunjukan adanya hubungan materi perkuliahan dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat atau sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi ( basic needs) dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Yang pertama, nilai motif pribadi ( personal motive value) mencakup tiga hal, yaitu :

 Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment ),  Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power ), dan  Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).

Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dsb.

3) Kepercayaan diri (Confidence),dan

Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat  berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :

(1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak  pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan mendesain pembelajaran agar

dengan mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sukar. (2) Organisasikan pembelajaran ke dalam bagian –  bagian yang lebih kecil,

sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus

(16)

(3) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan menyatakan  persyaratan untuk berhasil.

(4) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Seperti nya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”

(5) Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.

Gambar ilustrasi siswa yang siap belajar dan siswa yang tidak termotivasi belajar (Sumber : google.com)

4) Kepuasan (Satisfaction)

Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan  pemberian penguatan (reinforcement ) barupa pujian, pemberian kesempatan, dan

sebagainya. Strategi untuk meningkatakan kepuasan :

(1) Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.

(2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari

(3) Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan at au  pengetahuan untuk membantu teman – temannya yang belum berhasil.

(4) Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.

(17)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

1) Motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai.

2) Tujuan pembelajaran yaitu suatu tuntunan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai isi pembelajaran tersebut. Motivasi sebagai  proses memiliki beberapa fungsi khususnya dalam pencapaian tujuan  pembelajaran. Fungsi motivasi meliputi mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, motivasi berfungsi sebagai pengarah, dan motivasi  berfungsi sebagai penggerak.

3) Ada 3 teori motivasi, yaitu kebutuhan motivasi, humanistik, behavioristik. Ada 6 teori motivasi, yaitu kognitif, hedonistis, insting, psikoanalitis, kesimbangan, dorongan. Berdasarkan 9 ahli teori motivasi yaitu (1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan); (2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG); (4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor); (5) teori Keadilan; (6) Teori penetapan tujuan; (7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan); (8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan (9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

4) Pemilihan dan penerapan teori motivasi dalam pembelajaran dengan model ARCS ( Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction).

3.2 Saran

1) Bagi mahasiswa

Sebagai calon pendidik perlu untuk mengetahui dan memperdalam  pemahaman mengenai berbagai teori motivasi, dan mempelajari faktor-faktor

yang mempengaruhi. 2) Bagi masyarakat

Untuk mengetahu dan memahami lanjut mengenai teori motivasi, diharapkan untuk membaca literatur lain.

(18)

Daftar Rujukan

Achmad Sugandi dan Haryanto. 2005. Teori Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Akhmad Sudrajat. 2008.  Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Davis, Keith,dan Newstorm. 1996.  Perilaku Dalam Organisasi. Edisi Tujuh. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Handoko, Martin. 1992.  Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta

Keller, John. 1983. Teori Belajar dan Motivasi. (Online) (http://www.arcsmodel.com) Diakses 27 Oktober 2014

 Nursalam. 2008.  Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu  Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika

Pintrich, Paul R. 2003.  Motivation and Classroom Learning . New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Prayitno, Elida. 1989.  Motivasi dalam Belajar . Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Dirjen Pendidikan Tinggi. Depdikbud

Purwanto, M. Ngalim. 2006.  Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Roesdakarya

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,  Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Santrock, John W (2007).  Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.

Sardiman, A.M (2000). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Stephen P. Robbins, 1996.  Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan  Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Jakarta:

Penerbit PT.Bhuana Ilmu Populer.

Suciati, 2003. Teori Belajar dan Motivasi.  Jakarta : penerbit PAU Dikti Depdiknas

Uno, B. Hamzah. 2009.  Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar  Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara.

Victor H. Vroom. 1964. Work and Motivation  (New York : John Wiley & Son, Inc., 1964), dikutip tidak langsung oleh Malayu S.P. Hasibuan, 2007. Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Gambar

Gambar ilustrasi siswa yang siap belajar dan siswa yang tidak termotivasi belajar (Sumber : google.com)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu diantaranya Untuk menganalisis penerapan peraturan pengenaan pajak pada PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta apakah telah sesuai

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan karena telah dapat menyelesaikan naskah tesis yang berjudul ”Produksi Nanopartikel Arang Bambu Wulung Menggunakan High

Perkembangan ini secara signifikan telah mempengaruhi perilaku pemustaka dan mendorong perpustakaan untuk melakukan transformasi dari perannya yang tradisional dan pasif

Respon petani terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas dapat diketahui dari 3 indikator respon, yaitu: sikap petani, keaktifan

Berkaitan dengan Penerapan Sistem Akuntibilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan instrument pertanggung jawaban, Renstra ini merupakan langkah awal untuk

Percobaan ini bertujuan untuk (1) memindahkan sifat mandul jantan dari galur mandul jantan yang telah ada sebagai sumber sitoplasma ke dalam galur- galur haploid ganda

Dinas kesehatan dan UPT-nya dalam sistem pelayanan kesehatan (pengertian, tujuan, ruang lingkup, peran-fungsi-tugas, dan kajian hasil pelayanan / kasus- kasus) - √ √ - - √