• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) DI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) DI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PETANI TERHADAP KEGIATAN SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT)

DI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS Rifki Andi Novia

Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRACT

SLPTT (Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu) is farmer schools with the all activities are in the field, farmers are the owner of the field . By learn on theirs own fields, hopes farmers can figure out theirs problems on theirs farming business also they can solve the problems together. The aim of this research are : (a) to studies farmers responses about SLPTT, (b) to recognize affecting factors about farmer’s responses towards SLPTT activities and (c) to understands affecting applications of cultivation suitable as recommend of SLPTT rice productions improvement.

The research had been held on 2009, in Ajibarang subdistrict, Banyumas district, Central Java province with the samples are farmer who join with SLPTT on 2008/2009 and their main cultivation is rice. The analytic description methode had used in this research as the basic methode, while the stratified random sampling methode had used as a sampling methode with 60 farmers. Some data analysis in this research includes : proportion test for 1st hypothesis, double linear regression analytic for 2nd hypothesis, and simple linear regression for 3rd hypothesis.

In this reaserch the final result which is used propotional analysis proved a little bit of the farmers (>50%) in Ajibarang subdistrict has good responses about SLPTT activities. The doubled linear regression analysis showed that educations level, being active in farmers group and their frequency to joined the elucidation influenced the farmer’s responses. Ages, field wide and status from their field have no influenced. And with simple linear regression showed that cultivation applications have no influenced with the rice productions.

Keywords : SLPTT, rice cultivations, farmers response , rice productions

PENDAHULUAN

Seiring dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat di Indonesia, maka peningkatan pemenuhan kebutuhan pangan pun praktis harus selalu diusahakan. Dalam hal ini, pemenuhan kebutuhan pangan nasional harus selalu ditingkatkan dan dimaksimalkan agar ketahanan pangan akan dapat tercapai dan stabilitas pangan nasional pun akan dapat dipertahankan. Dalam upaya pemenuhan tersebut, pemerintah telah menetapkan kebijakan ketahanan pangan, yang salah satunya adalah swasembada beras yang berkelanjutan.

Menurut Arifin (2005), swasembada beras memang perlu tapi tergantung pada kinerja manajemen kebijakan. Apabila para penguasa politik dan perumus kebijakan mampu menjaga konsistensi kebijakan pembangunan pertanian, dengan tujuan yang jelas pula maka langkah-langkah besar untuk mencapai swasembada

(2)

beras perlu dilanjutkan. Namun sebaliknya, jika swasembada beras hanya menjadi tujuan akhir dari kebijakan pembangunan pertanian dan bahkan nyaris menjadi segalanya, maka perlu banyak biaya sosial ekonomi politik yang dapat ditimbulkan.

Rapat koordinasi terbatas Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin langsung oleh Presiden dan Wakil Presiden RI di Departemen Pertanian pada awal Januari 2007 telah menghasilkan keputusan penting yaitu pencanangan sebuah program yang disebut dengan program P2BN (Peningkatan Produksi Beras Nasional). Salah satu strategi yang diterapkan dalam program P2BN ini adalah meningkatkan produktivitas padi melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas padi, diantaranya varietas unggul yang sebagian telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi (Anonim, 2008).

Dalam upaya pengembangan PTT tersebut, maka Departemen Pertanian mengeluarkan program Sekolah Lapangan atau yang disebut dengan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01/Kpts/HK.310/C/I/2008 tentang Peningkatan Produksi dan Produktivitas padi melalui pelaksanaan SLPTT, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu merupakan salah satu wujud kepedulian pemerintah dalam mendorong program pembangunan pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan sebagai tempat belajar petani atau kelompok tani dalam penerapan budidaya sesuai spesifik lokalitas.

Kecamatan Ajibarang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas yang telah menyelenggarakan Sekolah Lapangan tersebut di beberapa kelompok tani yang ada. Luas lahan yang digunakan perkelompok tani dalam kegiatan SLPTT ini yaitu seluas 25 ha. Masing-masing Kelompok Tani mendapatkan bantuan benih padi (IR 64) dari dinas Pertanian setempat dengan banyaknya benih yaitu 25 kg/ha atau jumlah total benih sebesar 625 kg.

Berdasarkan hal itu, maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar respon petani terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon petani terhadap kegiatan tersebut dan apakah ada hubungan antara tingkat penerapan budidaya petani dengan tingkat produksi usahatani padi di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui respon petani terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

(3)

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respon petani terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

3. Mengetahui pengaruh penerapan budidaya petani terhadap peningkatan produksi tanaman padi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu mendasarkan pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada sekarang. Menurut Suryabrata (2004), tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi dengan pertimbangan di BPP Kecamatan Ajibarang, telah melaksanakan program SLPTT dengan komoditas utama padi. Kecamatan Ajibarang terdiri dari lima belas desa dan diambil tiga kelompok tani dalam tiga desa. Pertimbangan pemilihan tiga kelompok tani dikarenakan ketiga kelompok tani ini sudah melaksanakan kegiatan SLPTT yang diselenggarakan dalam jangka waktu yang relatif bersamaan. Petani yang dijadikan sampel diambil dari masing-masing kelompok sebanyak 20 orang secara

stratified random sampling sehingga didapatkan sebanyak 60 responden.

Dalam menjawab tujuan dalam penelitian ini, maka dilakukan beberapa metode analisis, yaitu :

1. Tujuan penelitian pertama diuji menggunakan uji proporsi dengan persamaan sebagai berikut :

Ho : P 50% Ha : P > 50%

Ho : Diduga kurang dari atau sama dengan 50 persen petani memiliki respons yang tinggi terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas.

Ha : Diduga lebih dari 50 persen petani mempunyai respon yang tinggi terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Tingkat signifikansi 0,05 (5%), n = 60 Statistik pengujian : Zhit = n Po Po Po n x ) 1 ( /

X = jumlah petani sampel yang mempunyai respon tinggi terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. n = jumlah keseluruhan petani sampel

Po = 50% Kriteria Pengujian

Z hit > Z tabel : Ho ditolak, Ha diterima Z hit < Z tabel : Ho diterima, Ha ditolak

(4)

2. Tujuan penelitian kedua untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap SLPTT digunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan: Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + b5.X5 + b6.X6 + ε ...(2.2) Keterangan : Y = respon petani X1 = umur petani X2 = tingkat pendidikan X3 = luas lahan garapan X4 = status lahan garapan

X5 = keaktifan dalam kelompok tani X6 = frekuensi mengikuti penyuluhan a = konstanta

b1 – b6 = koefisien regresi

3. Tujuan penelitian ketiga untuk mengetahui hubungan tingkat penerapan budidaya dengan besar produksi tanaman padi, digunakan analisis regresi linear sederhana.

Persamaan:

Y = a + b.X + ε ...(2.3) Keterangan:

Y = produksi tanaman padi A = konstanta

b = koefisien korelasi

X = tingkat penerapan budidaya petani

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Respon Petani Terhadap Kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas

Menurut Berkowitzh (cit Wirawan 2005) respon adalah suatu reaksi yang timbul dari pengamatan terhadap obyek tertentu. Respon dikatakan sebagai suatu reaksi, dan reaksi tersebut hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu obyek atau stimulus yang menghendaki penilaian dalam diri individu, sehingga memberikan kesimpulan terhadap obyek tertentu dalam bentuk baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju, yang kemudian mendasar sebagai potensi reaksi terhadap obyek yang dihadapi. Selain itu, menurut Rusmialdi (1997), respon adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh individu akibat merasakan rangsangan. Respon juga dapat diartikan sebagai wujud reaksi (tanggapan) dari interpretasi seseorang mengenai rangsangan yang datang pada dirinya, dalam hal ini indera seseorang.

Respon petani dapat diartikan sebagai perubahan sikap petani yang diakibatkan adanya rangsangan (stimulus) dari luar dan dari dalam diri petani, dalam wujud melaksanakan program, memperluas areal tanam, pengorganisasian kelompok, dan mengumpulkan serta menyebarluaskan informasi teknologi (Anggoro, 2004).

(5)

Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa respon petani adalah tanggapan atau reaksi yang dilakukan oleh petani berupa jawaban terhadap suatu rangsangan atau sesuatu hal yang baru, dalam hal ini mengenai respon petani terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu.

Respon petani terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas dapat diketahui dari 3 indikator respon, yaitu: sikap petani, keaktifan petani mengikuti Sekolah Lapangan dan Penerapan Budidaya yang sesuai dengan anjuran SLPTT. Untuk mengetahui ketiga indikator respon tersebut dapat dilakukan dengan menghitung jumlah skor dalam daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Metode skoring dilakukan dengan menggunakan skala likert kemudian dilakukan uji proporsi mengenai tingkat respon petani.

Respon secara keseluruhan dari aspek sikap petani, keaktifan petani dalam kegiatan SLPTT dan penerapan budidaya petani yang sesuai dengan anjuran SLPTT dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu respon rendah, sedang dan tinggi. Respon dikatakan rendah jika jawaban dari petani sampel mempunyai skor pada interval 0 – 57, respon dikatakan sedang apabila skor jawaban petani pada interval 58 – 113, dan respon dikatakan tinggi apabila jawaban petani memiliki skor pada intrerval 114 – 170. Tingkat respon petani terhadap kegiatan SLPTT di kecamatan Ajibarang, kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Sebaran Petani Menurut Kategori Respons Petani Terhadap Kegiatan SLPTT

Kategori Respons Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah (skor 0 – 57) 1 1,67

Sedang (skor 58 – 113) 43 71,67

Tinggi (skor 114 – 170) 16 26,66

Total 60 100

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa petani yang mempunyai respon yang masih rendah sebesar 1,67 persen. Petani yang mempunyai respon sedang sebesar 71,67 persen, sedangkan petani yang mempunyai tingkat respon tinggi sebesar 26,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel petani di kecamatan Ajibarang, kabupaten Banyumas memiliki tingkat respon dengan kategori sedang terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanman Terpadu.

Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah diduga lebih dari 50 persen petani mempunyai respon yang tinggi terhadap kegiatan SLPTT di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis pertama tersebut, dilakukan dengan menggunakan uji proporsi sebagai berikut :

Z hit = n Po Po Po n x ) 1 ( /

(6)

= 60 ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 5 , 0 60 / 16 = 0645 , 0 233 , 0 = - 3,617 Z Tabel = 1,645

Dari perhitungan diatas diperoleh hasil Z hitung sebesar – 3,617 < Z Tabel (1,645), sehingga Ha ditolak dan Ho diterima atau hipotesis yang menyatakan bahwa 50 persen petani mempunyai respon yang tinggi terhadap kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas ditolak. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pemahaman petani tentang SLPTT, selain itu petani juga masih ragu-ragu dengan efisiensi dan efektifitas model pengelolaan tanaman baru ini. Dalam aspek keaktifan dalam SL juga demikian, umumnya petani masih tergolong kurang aktif dalam diskusi-diskusi yang diadakan oleh penyuluh, seperti malu bertanya dan enggan untuk mengeluarkan pendapat. Namun, dalam hal penerapan budidaya yang sesuai dengan anjuran SLPTT, umumnya petani sudah menerapkan hal yang demikian, hal ini dikarenakan cara pengelolaan tanaman yang sesuai dengan anjuran SLPTT hampir sama dengan pengelolaan tanaman dengan cara panca usaha tani, namun ada beberapa perbedaan sedikit seperti pada jumlah dosis pemupukan, jumlah bibit yang ditanam, dan umur bibit setelah dipersemaian.

B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Respon Petani Terhadap Kegiatan SLPTT

Faktor – faktor yang mempengaruhi respon petani dalam kegiatan SLPTT diduga umur petani, tingkat pendidikan, luas lahan garapan, status lahan garapan, keaktifan dalam kelompok tani dan frekuensi mengikuti penyuluhan. Dari analisis linear berganda diperoleh faktor – faktor yang mempengaruhi respon petani dalam kegiatan SLPTT dapat dilihat pada Tabel 2. berikut di bawah ini :

Tabel 2. Hasil Regresi Berganda Faktor-Faktor yang Diduga Mempengaruhi Respons Petani Terhadap Kegiatan SLPTT

No Variabel Koefisien

Regresi Nilai t Sign 1 2 3 4 5 6 Umur petani Tingkat pendidikan Luas lahan Status lahan

Keaktifan dalam Kelompok Tani Frekuensi ikut penyuluhan

.064 1.206 .000 .566 2.448 12.940 .567 2.235 -1.116 .464 8.689 1.995 .573 *.030 .269 .645 *.000 *.051 Konstanta R square Adjusted R square F hitung 26.852 .859 .843 53.673

(7)

Sumber : Analisis Data Primer, 2009

Hasil analisis regresi menunjukan bahwa nilai Adjusted R square sebesar 0,843. Artinya 84,3 persen variabel respon petani terhadap kegiatan SLPTT bisa dijelaskan oleh ketiga variabel independennya yaitu tingkat pendidikan, keaktifan dalam Kelompok Tani dan frekuensi petani mengikuti penyuluhan. Sedangkan 15,7 persen sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dari luar model. Hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai F hitung sebesar 53,67 dengan signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel independen secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen.

Faktor – faktor yang diduga berpengaruh pada respon petani terhadap kegiatan SLPTT adalah :

1. Umur petani (X1)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa didapatkan koefisien regresi untuk variabel umur petani adalah 0,064. Nilai t hitung dari variabel umur sebesar 0,567 dengan tingkat signifikansi 0,573 (tidak nyata pada alpha 0,05) sehingga variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap respon petani pada kegiatan SLPTT, artinya semakin muda umur petani tidak berarti respon petani tersebut terhadap kegiatan SLPTT semakin tinggi.

Petani yang mempunyai umur muda pada umumnya mempunyai aspek konseptual yang lebih baik namun dalam hal teknis budidaya, pada dasarnya petani yang lebih muda akan cenderung kurang dalam hal pengalaman dan ketrampilan. Sedangkan petani yang lebih tua biasanya memiliki pemahaman yang relatif lebih kurang, namun petani yang seperti ini tentunya sudah memiliki kelebihan dalam mengenali kondisi lahan usaha tani. Sehingga dapat dikatakan bahwa akumulasi respon petani dalam kegiatan SLPTT akan tetap sama antara petani yang satu dengan yang lainnya meskipun terdapat perbedaan umur.

2. Tingkat pendidikan (X2)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel ini sebesar 0,030 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung 2,235. Hal ini berarti variabel tingkat pendidikan formal petani berpengaruh nyata terhadap respon petani. Berdasarkan analisis didapatkan koefisien regresi X2 sebesar 1,206 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai variabel tingkat pendidikan (X2) maka akan menambah respon petani (Y) terhadap kegiatan SLPTT sebesar 1,206. Persamaan regresi tersebut juga menunjukkan bahwa variabel X2 dengan Y berbanding lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik.

Petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi tentunya akan dapat dengan mudah menerima dan memahami penjelasan-penjelasan dari fasilitator, oleh karena itu petani yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan lebih baik dalam aspek pemahaman, perasaan dan kecenderungan bertindak. Selain itu dalam setiap forum yang ada, petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi biasanya akan lebih aktif baik dalam bertanya, mengeluarkan pendapat dan mencari informasi-informasi yang ada seputar SLPTT.

(8)

3. Luas lahan garapan (X3)

Berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa didapat koefisien regresi untuk variabel luas lahan adalah 0,000. Nilai t hitung variabel luas lahan garapan sebesar -1,116 dengan tingkat signifikansi 0,269 (tidak nyata pada alpha 0,05) sehingga variabel luas lahan tidak berpengaruh nyata pada respon petani terhadap kegiatan SLPTT, artinya hipotesis “semakin luas lahan garapan petani, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik” ditolak.

Hal ini disebabkan dalam kegiatan SLPTT tidak membeda-bedakan luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani, petani yang memiliki lahan garapan sempit akan mempunyai kesempatan yang sama dengan petani yang memiliki lahan garapan yang relatif luas di dalam ikut berpartisipasi terhadap kegiatan SLPTT di kecamatan Ajibarang ini. Tingkat respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan dikembalikan kepada pribadi masing-masing petani, dan tidak dipengaruhi oleh luas kepemilikan lahan yang digarap petani untuk kegiatan usaha taninya.

4. Status lahan (X4)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa didapat koefisien regresi untuk variabel status lahan adalah 0,566. Nilai t hitung dari variabel status lahan sebesar 0,464 dengan tingkat signifikansi 0,645 (tidak nyata pada alpha 0,05) sehingga variabel status lahan tidak berpengaruh nyata terhadap respon petani terhadap kegiatan SLPTT, artinya bila status lahan produksi milik sendiri, tidak berarti respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik dari petani yang status lahan produksinya adalah sewa.

Tujuan yang sama antara petani pemilik dengan petani penyewa dalam kegiatan usaha tani merupakan alasan mengapa faktor ini tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap respon petani. Memang pada dasarnya, antara petani pemilik dengan petani penyewa mempunyai tujuan yang sama dalam mengelola usaha tani tanaman padi yaitu berupa pendapatan yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, artinya bertani dalam pengertian ini sebagai suatu pekerjaan. Untuk itu, alasan mengapa bertani sebagai suatu pekerjaan memberikan ciri yang sama antara petani pemilik dengan petani penyewa. Baik petani pemilik maupun petani penyewa yang ingin serius terhadap pekerjaan tersebut tentunya akan memberikan respon yang positif terhadap kegiatan SLPTT, namun petani yang kurang serius terhadap pekerjaannya tentunya akan memberikan respon yang kurang dalam kegiatan SLPTT di kecamatan Ajibarang, kabupaten Banyumas.

5. Keaktifan dalam kelompok tani (X5)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel ini sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung 8,689. Hal ini berarti variabel keaktifan dalam kelompok tani berpengaruh nyata terhadap respon petani. Nilai koefisien regresi X5 sebesar 2,448 menyatakan bahwa setiap penambahan satu poin nilai variabel keaktifan dalam kelompok tani (X5) maka akan menambah respon petani (Y) terhadap kegiatan SLPTT sebesar 2,434 poin. Persamaan regresi tersebut juga

(9)

menunjukkan bahwa variabel X5 dengan Y berbanding lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi keaktifan petani dalam kelompok tani, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik.

Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan petani dalam kelompok tani akan berpengaruh terhadap wawasan dan ketrampilan petani. Petani yang aktif dalam kelompok taninya akan mempunyai wawasan yang luas dan ketrampilan, sehingga akan lebih mudah merespon terhadap hal-hal baru apalagi jika hal tersebut dapat mengembangkan usahataninya. Dengan masuk dalam kelompok dan aktif di dalamnya, maka akan menambah pengetahuan dan tidak kaget serta asing terhadap sesuatu hal baru tersebut, sehingga keaktifan petani di dalam suatu kelompok tani akan mempengaruhi respon petani tersebut terhadap kegiatan SLPTT.

6. Frekuensi mengikuti penyuluhan (X6)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel ini sebesar 0,051 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,10 dengan nilai t hitung 1,995. Hal ini berarti variabel frekuensi petani mengikuti penyuluhan berpengaruh nyata terhadap respon petani. Berdasarkan analisis nilai koefisien regresi X6 sebesar 12,940 menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai variabel frekuensi petani mengikuti penyuluhan (X6) maka akan menambah respon petani (Y) terhadap kegiatan SLPTT sebesar 12,940. Persamaan regresi tersebut juga menunjukkan bahwa variabel X6 dengan Y berbanding lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ”semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik” diterima.

Hal ini disebabkan, petani yang sering mengikuti kegiatan-kegiatan, baik itu penyuluhan, pelatihan, workshop dan sebagainya memang petani yang memiliki semangat yang tinggi terhadap hal-hal baru yang tentunya bermanfaat bagi usaha taninya. Petani dengan tipe seperti ini tentunya akan mempunyai pemahaman yang lebih tentang SLPTT, hal ini dikarenakan petani tersebut akan berani untuk bertanya apabila ada sesuatu hal yang belum paham. Dan karena pemahaman yang baik itulah, petani tersebut akan cenderung untuk menerapkan apa yang sudah diajarkan dalam kegiatan.

C. Pengaruh Tingkat Penerapan Budidaya Terhadap Produksi Tanaman Padi

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu diduga semakin baik tingkat penerapan budidaya petani yang sesuai anjuran SLPTT, maka semakin tinggi produksi tanaman padi. Untuk menguji hipotesis ketiga dalam penelitian ini maka digunakan analisis regresi sederhana dengan variabel dependen (Y) adalah produksi dan variabel independen (X) adalah tingkat penerapan budidaya petani. Hasil regresi disajikan pada Tabel 3. berikut ini :

(10)

Tabel 3. Hasil Regresi Linear Berganda Pengaruh Penerapan Budidaya Terhadap Produksi Tanaman Padi

Variabel Koefisien

Regresi Nilai t Sign Konstanta

Tingkat Penerapan Budidaya

3.534 .030 3.549 .896 .001 .374 R square Adjusted R square F hitung SEE .014 -.003 .802 1.173 Sumber : Analisis Data Primer, 2009.

Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa tingkat penerapan budidaya mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,374 lebih besar dari taraf signifikansi α : 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini berarti tingkat penerapan budidaya petani tidak berpengaruh nyata atau keberadaan variabel tingkat penerapan budidaya tidak mempengaruhi produksi tanaman padi. Ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan budidaya tinggi atau rendah oleh petani tidak dapat mempengaruhi produksi tanaman padi. Apabila dilihat dari tingkat penerapan budidaya petani, sebenarnya petani di kecamatan Ajibarang, kabupaten Banyumas sudah sebagian besar menerapkannya yaitu dengan tingkat penerapan budidaya total sebesar 74,29 persen. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya tingkat penerapan budidaya petani terhadap produksi tanaman padi, yaitu :

1. Benih Ciherang yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, pertumbuhan benih ini tidak merata. Ada tipe Ciherang yang tumbuh dengan batang tinggi, namun juga ada Ciherang tumbuh dengan batang rendah. Hal ini mengakibatkan waktu “mrocot” padi tidak merata sehingga waktu panen masing-masing tanaman pun tidak sama, ini sangat memungkinkan kehilangan jumlah produksi dalam jumlah yang sangat besar, mengingat padi harus segera di panen dan bila telat panen sebentar saja maka bulir padi akan “ambrol”.

2. Pupuk yang sempat terlambat pendistribusiannya bahkan boleh dibilang pada saat kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu untuk pupuk Phonska (NPK) sendiri sangat langka. Sehingga ada beberapa petani yang terlambat hari untuk saatnya pemupukan bahkan ada petani yang umur padinya sudah 25 hari namun belum dipupuk sedikitpun. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi dan akhirnya mempengaruhi terhadap produksi yang didapatkan.

3. Ada sebagian petani peserta yang memang memiliki lahan garapan di

pereng-pereng, yang memang untuk tingkat kesuburan tanahnya ini sendiri

kurang dan sistem pengairannya masih tadah hujan, hal tersebut tentunya sangat sulit untuk menambah produktivitas walaupun sudah menerapkan teknik Pengelolaan Tanaman Terpadu.

4. Ada beberapa petani yang mengikuti kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu setelah mereka sudah menanam padi (tandur), sehingga pelajaran yang didapatkan pada kegiatan Sekolah

(11)

Lapangan, petani belum dapat sepenuhnya menerapkannya seperti umur bibit tanam kurang dari 21 hari, jumlah bibit kurang dari 3 tanaman dan sistem tanam jajar legowo. Padahal ketiga teknik bercocok tanam ini sendiri merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam SLPTT.

KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Respon petani terhadap kegiatan SLPTT di kecamatan Ajibarang, kabupaten Banyumas tergolong sedang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon petani terhadap kegiatan SLPTT, yakni tingkat pendidikan petani, keaktifan dalam kelompok tani dan frekuensi petani mengikuti penyuluhan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik,

Semakin tinggi keaktifan dalam kelompok tani, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT akan semakin baik, dan

Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan, maka respon petani terhadap kegiatan SLPTT juga akan semakin baik,

3. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap respon petani yakni umur petani, luas lahan garapan dan status lahan garapan.

4. Tidak ada hubungan atau pengaruh secara nyata antara tingkat penerapan budidaya petani dengan produksi tanaman padi, hal ini dikarenakan : a. Penggunaan benih yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, umur

panen benih Ciherang tidak sama dalam satu lahan, sehingga beresiko kehilangan produksi pada saat panen.

b. Walaupun secara keseluruhan tingkat penerapan budidaya petani tergolong tinggi, namun aspek pemupukan disini sangatlah rendah. Petani masih menggunakan cara, jumlah dan dosis pemupukan yang lama.

c. Kelangkaan pupuk pada saat awal kegiatan SLPTT di wilayah kecamatan Ajibarang, sehingga menghambat proses pertumbuhan tanaman.

d. Ada beberapa petani yang memiliki lahan kurang produktif, jadi tingkat penerapan budidaya kurang berpengaruh secara nyata terhadap produksi tanaman padi.

e. Sistem pengairan yang masih tadah hujan, selain itu pada sistem irigasi yang sudah teknis maupun setengah teknis banyak yang mengalami kebocoran pada saluran.

5. Dalam penanganan pasca panen, penjualan dengan sistem tebas kepada tengkulak merupakan suatu hal yang sangat merugikan petani. Hal ini mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam penentuan harga gabah milik petani.

(12)

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain :

1. Untuk meningkatkan respon petani dalam aspek sikap, yakni agar petani merasa yakin bahwa dengan SLPTT dapat meningkatkan produksi tanaman padi, maka diperlukan penjelasan yang lebih intensif terutama bagi petani yang berpendidikan rendah (Sekolah Dasar) dan kurang aktif dalam forum.

2. Untuk meningkatkan keaktifan petani dalam forum, seperti bertanya dan mengeluarkan pendapat, maka sebelum diadakannya materi teknis seputar SLPTT sebaiknya ada materi tambahan untuk menambah keberanian dan percaya diri bagi petani dalam berpendapat dan bertanya, misalnya dengan diadakan semacam pelatihan AMT (Achievment Motivation Training). 3. Perlu adanya peningkatan informasi seputar SLPTT yang dapat dijangkau

oleh petani, misalnya dengan adanya booklet, leaflet, brosur, koran tani maupun radio lokal yang dapat menyiarkan seputar informasi kegiatan SLPTT ini.

4. Perlu adanya pematerian yang lebih intensif dan mendalam tentang penerapan budidaya petani yang masih tergolong rendah dari fasilitator. 5. Perlu adanya perhatian dari pemerintah yakni Dinas Pertanian, berupa :

- Bantuan benih yang baik dan cocok untuk ditanam di wilayah kecamatan Ajibarang, yakni meliputi perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, daya adaptasi yang tinggi pada saat ditanam pindah, dan benih yang mempunyai produktivitas tinggi, - Perbaikan saluran irigasi untuk menunjang kelancaran proses

pengairan,

- Manajemen yang baik dalam pendistribusian pupuk, misalnya dengan penggunaan sistem kupon pada anggota kelompok tani maupun peserta SLPTT, agar adanya kejelasan pasokan pupuk di wilayah kecamatan Ajibarang, dan menghindari penimbunan pupuk.

6. Adanya kerjasama antara Departemen Pertanian dengan BULOG agar hasil produksi tanaman padi dari petani peserta SLPTT mendapatkan jaminan dan perlindungan harga gabah setelah panen, sehingga petani akan terpacu untuk dapat meningkatkan jumlah produksi tanaman padi melalui program SLPTT.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, N. 2004. Respons Petani Terhadap Program Konservasi Tanah di Kabupaten Klaten. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Anonim. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (SLPTT) Padi. Departemen Pertanian. Jakarta.

Arifin, B. 2005. Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi

Revitalisasi. Grasindo. Jakarta.

Rusmialdi, R. 1997. Tanggapan Petani Terhadap Iuran P3A di Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung (Antisipasi Terhadap Pengembangan P3A Mandiri). Jurnal Sosial Ekonomika. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Sebaran Petani Menurut Kategori Respons Petani Terhadap Kegiatan SLPTT   Kategori Respons  Jumlah (orang)  Persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi dan Karakterisasi Escherichia coli pada Jus Buah yang Dijual di Sekitar Kampus Universitas Jember dan Pemanfaatannya sebagai Buku Suplemen; Ulin

Makalah ini menampilkan kegiatan penelitian dan pengembangan suatu mesin pengolah minyak jarak berkapasitas 40 kg/jam yang bisa dengan mudah dipindah-pindahkan, kompor MPS, arang

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus karena berkat kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan studi praktik kerja yang berjudul “Uji Pengendalian

Kesenian Kuda Kepang di Batu Pahat 1971-2009 (Kajian Kasus: Warisan Budaya dan Identitas Diasporik Jawa di Negeri Johor Darul Takzim, Malaysia), Skripsi Jurusan

[r]

Dalam sumber yang sama, dijelaskan bahwa dengan membiasakan siswa mengerjakan soal-soal tipe PISA akan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Aisyah,

Sedangkan untuk manfaat quasi menggunakan teknik-teknik: (1) Value Linking: digunakan untuk mengevaluasi manfaat yang merepresentasikan ripple effect dari peningkatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus, yang ditandai