• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. umum partisipasi adalah ikut andil, ikut berkecipung. Tapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. umum partisipasi adalah ikut andil, ikut berkecipung. Tapi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat partisipasi

Secara umum partisipasi adalah ikut andil, ikut berkecipung. Tapi ternyata pengertian dari partisipasi masih banyak perbedaan, walaupun pada hakekatnya sama saja. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participate” yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan, sedangkan “participant” adalah orang yang ikut mengambil bagian (Markus Willy, 1997: 408).

Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di

dalamnya (dikutip dari

http://mughits-sumberilmu.blogspot.com/2012/04/partisipasi.html). Dalam definisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. karena partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Taufik Abdulah, “partisipasi sebagai keterlibatan mental yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan (1974:13).

(2)

8

Sedangkan Talizi berpendapat, partisipasi adalah sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingannya (1987:102).

Menurut Mulyasa (2009:241) “Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”.

Menurut Malone (Yuditya, 2010: 29) agar peserta didik terdorong untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belajar diperlukan beberapa faktor, yaitu:

a. Harus memilikinya motivasi, alasan dan tujuan belajar yang jelas dan dibantu oleh guru mereka.

b. Harus ada tujuan pembelajaran yang jelas, peserta didik akan belajar secara efektif karena mereka memiliki gambaran umum tentang topik yang dipelajari.

c. Tujuan pembelajaran yang jelas beserta jadwal pencapaiannya juga dapat berfungsi sebagai sebuah rencana yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.

d. Peserta didik memerlukan umpan balik selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan keberhasilan yang telah dicapainya.

e. Apa yang dipelajarinya harus memiliki relevansi dengan kebutuhan mereka.

f. Peserta didik memerlukan dorongan agar mampu menerapkan. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk terciptanya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, yang membedakannya adalah kadar/ bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu

(3)

9

dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

a. Kesenangan. Keterlibatan mental merupakan salah satu aspek dalam partisipasi. Keterlibatan mental dapat ditampakkan dari siswa berupa rasa senang dalam melaksanakan kegiatan.

b. Keaktifan. Keterlibatan siswa diperlukan dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, sehingga anak harus aktif dalam proses belajar mengajar. c. Motivasi. Kemauan siswa untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan

yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

d. Tanggung jawab. Tanggung jawab adalah aspek dalam partisipasi. Siswa bertanggungjawab dalam usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

(4)

10 2. Hakikat pembelajaran tolak peluru

a. Hakikat Pembelajaran

Belajar dan mengajar pada dasarnya merupakan dua konsep yang tak terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan mengajar merupakan usaha seorang guru untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar dan mengajar dianggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa. Proses itulah yang disebut pembelajaran.

Pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Senada dengan hal tersebut, menurut Sukintaka (2001 : 29) pemebelajaran merupakan bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik mempelajarinya. Jadi, didalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama, pertama ada satu pihak yang memberi dan pihak lain yang menerima, oleh sebab itu dalam suatu peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.

Menurut Komarudin dan Yooke Tjuparmah (2002: 179), pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut Learning, yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan/pemahaman/ketrampilan (termasuk

(5)

11

penguasaan kognitif , efektif, dan psikomotor) melalui studi, pengajaran atau pengalaman.

Menurut Mulyana (2002: 100) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannnya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Pembelajaran menurut Nana Sudjana (2009:28) adalah kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu sama lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Degeng dalam Sugiyanto (2008:1), “Daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara mengajar guru”.

Sedangkan menurut Gino dalam Yuditya (2010: 11) kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4) Isi pelajaran / Materi adalah segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

(6)

12

5) Metode yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6) Media yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

7) Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka memberikan pemahaman/ pengetahuan/ keterampilan pada siswa, sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.

Materi pembelajaran pendidikan jasmani di SD terdiri dari atletik, senam, permainan, pendidikan kesehatan serta olahraga pilihan yang pelaksanaannya diserahkan pada masing-masing SD (renang, pencak silat, bulu tangkis, sepak takraw, tenis, tenis meja, serta olahraga tradisional).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan berbagai

(7)

13

pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan dapat dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan pertandingan (Depdiknas, 2003: 5-6).

Keberhasilan pembelajaran penjas di SD tidak akan lepas dari sarana dan prasarana yang ada pada sekolah. Pada umumnya setiap SD tidak mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga merupakan masalah yang harus dicari solusi atau pemecahanya, agar pelaksanaan pembelajaran penjas tidak terganggu. Sarana dan prasarana yag dimaksud adalah alat-alat, perkakas dan fasilitas. Winkel (1983:43) menyatakan bahwa kurikulum yang tidak didukung oleh alat dan fasilitas akan berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar mengajar.

Jadi, pembelajaran penjas di SD merupakan pembelajaran yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan interaksi edukasi yang dapat memotivasi dan menarik siswa dengan bantuan sarana dan prasarana yang lengkap.

b. Pembelajaran Tolak Peluru

Berdasarkan kurikulum yang diberlakukan di kelas V, terdapat standar kompetensi mempraktekkan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya dengan kompetensi dasar mempraktekkan variasi gerak dasar kedalam modifikasi atletik serta nilai semangat, sportivitas, percaya diri, dan kejujuran. Dalam permainan dan olahraga dilakukan empat kali pertemuan untuk atletik. Materi

(8)

14

pembelajaran atletik dikelas V adalah gerak dasar atletik yang terdiri dari lari cepat, lompat rintangan, loncat dan tolak peluru. Untuk masing-masing materi, pelaksanaan pembelajarannya dilakukan dalam satu kali pertemuan. Jadi untuk pembelajaran tolak peluru, dalam satu semester hanya dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah, 47).

Tolak peluru merupakan salah satu jenis keterampilan menolak benda berupa peluru sejauh mungkin. Tujuan tolak peluru adalah untuk mencapai tolakan yang sejauh-jauhnya (Yudha M. Saputra, 2001:5). Sesuai dengan namanya yaitu tolak, alat ini bukan dilempar akan tetapi ditolak atau didorong dengan satu tangan, dimulai dari diletakkan dipangkal bahu. Selain kekuatan tangan, kecepatan gerakan dan koordinasi tubuh sangat penting untuk menciptakan daya yang maksimal saat mendorong/menolak peluru (Winendra Adi, 2008: 58).

Dalam lomba tolak peluru, penolak peluru harus mulai dari sikap diam ditempat di dalam lingkaran tolak. Dia tidak boleh meninggalkan lingkaran sebelum peluru jatuh di tanah. Dia meninggalkan lingkaran dalam posisi berdiri melewati setengah lingkaran bagian belakang. Penolak peluru boleh menginjak/menyentuh permukaan dalam dari balok batas tolakan, tetapi tidak menyentuh bagian atasnya. Peluru harus didorong dari pundak dengan satu tangan saja. Dalam sikap berdiri awal, peluru harus dipegang dekat dengan dagu dan tangan tidak boleh lebih rendah dari posisi ini pada saat tolak peluru berlangsung. Hasil tolakan akan diukur dengan pita baja yang ditarik dari bekas di tanah terdekat ke

(9)

15

sisi dalam, garis lingkaran tolak, ditarik lurus ke titik pusat lingkaran tolak.

Peluru yang digunakan dibuat dari besi utuh-keras (solid iron), kuningan atau logam lain yang tidak lunak dari kuningan. Bentuknya harus bulat-bola dengan permukaan yang halus licin. Berat peluru untuk pria 7,26 kg dengan diameter 110-130 mm, berat peluru untuk wanita 4 kg dengan diameternya 95-110 mm.

Lingkaran tolak peluru dibuat dari besi yang dilengkungkan boleh dari besi baja atau bahan lain yang cocok, bagian atasnya harus rata dengan permukaan tanah diluarnya. Balok penahan tolakan dibuat dari kayu atau bahan lain yang sesuai berbentuk lengkungan. Bagian dalam balok tepat persis dengan lingkaran tolak sebelah dalam. Arena tolak peluru berbentuk lingkaran dengan diameter 2,135 m. secara terperinci, diagram arena tolak peluru adalah sebagai berikut:

(10)

16 sektor lempar : radius 24,33 meter 40°-65,5°

Lebar papan pembatas: 11,2 cm. tinggi 10 cm

305 cm Garis radius 106 cm,

Lebar garis 5 cm

Parit

Landasan beton dengan ketebalan 10 cm Gambar 1. Arena tolak peluru (Winendra Adi, 2008: 60)

Menurut Jes Jerver (2005:85), salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menolakkan peluru yaitu, gerakan menolakkan peluru merupakan suatu gerak bahu mendorong dengan sekuat tenaga, disertai dengan gerakan merentangkan lengan, dan pergelangan tangan serta jari-jari yang terarah.

Sedangkan Yusuf Adisasmita (1992: 96) mengatakan beberapa hal yang harus diutamakan dalam tolak peluru yaitu:

1) Pelihara kaki kiri selalu rendah.

2) Lakukan gerakan kaki yang seimbang, dengan kaki kiri mendorong kebelakang.

3) Bagian badan atas harus selalu rilek, sedang bagian bawah selalu bergerak.

4) Usahakan gerakkan kaki kanan cepat dan jauh jangkauannya. 5) Putar kaki kanan ke dalam, selama meluncur.

6) Usahakan pinggang kiri dan bahu menghadap ke belakang sejauh mungkin.

7) Usahakan lengan kiri dalam posisi tertutup. 8) Tahanlah kuat-kuat dengan kaki kiri.

(11)

17

Edi Purnomo (2011: 140-146) menjelaskan pembelajaran tolak peluru terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1) Tahap bermain (Games)

Tahap ini bertujuan untuk mengenalkan masalah gerak tolak peluru secara umum khususnya tolak peluru secara tidak langsung, dan cara tolak peluru yang benar ditinjau secara anatomis, memperbaiki sikap menolak peluru serta meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Tujuan khusus adalah meningkatkan konsentrasi, kekuatan menolak, reaksi bergerak, dan percepatan gerak siswa, serta meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan rasa keberanian. 2) Tahap teknik dasar (Basic of Technique)

Tahap ini bertujuan untuk mempelajari keterampilan gerak tolak peluru dengan sistematis. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:

a) Perkenalan terhadap berat peluru b) Tolak peluru kedepan

c) Menolak peluru ke depan atas dengan melangkah d) Menolak peluru dari posisi power posisi

e) Gerakan meluncur

f) Urutan gerak keseluruhan

Berdasarkan uraian diatas maka pembelajaran tolak peluru adalah menolakkan atau mendorong peluru sejauh mungkin dengan sikap permulaan berdiri membelakangi arah tolakan, kemudian bahu juga bergerak mendorong sekuat tenaga disertai koordinasi dari ketangkasan, ketepatan waktu, kecepatan melempar, dan kekuatan.

3. Peluru modifikasi

Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/di antaranya yang relatif mudah untuk dipindah-pindahkan. Perlengkapan pendidikan jasmani artinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk melaksanakan/ melakukan

(12)

18

kegiatan pendidikan jasmani (dikutip dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19490) .

Di satu sisi keberadaan perlengkapan penjas tersebut sangat diperlukan, namun di sisi lain peralatan atau perlengkapan penjas yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai, baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya merupakan peralatan standar untuk orang dewasa. Keadaan seperti itu banyak menyebabkan kegiatan penjas yang kurang optimal.

Sebenarnya minimnya fasilitas dan perlengkapan penjas bukan berarti guru harus menyerah dengan keadaan tersebut, banyak peluang yang dapat dilakukan para guru penjas untuk mengatasi keselutitan seperti itu. Guru penjas dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani. Aktivitas penjas tidak selalu harus menggunakan perlengkapan yang standard, karena dengan peralatan yang standar yg jumlahnya biasanya minim, akan mengakibatkan intensitas keterlibatan siswa dalam aktivitas pemelajaran sangat terbatas. Sedangkan yang diperlukan oleh siswa pada saat mengikuti pelajaran penjas adalah intensitas keterlibatan siswa dalam aktivitas yang dilakukan, baik secara fisik, sosial maupun emosional. Untuk menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar tersebut guru dapat memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya, maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan penjas. Perlengkapan penjas yang standar disamping harganya cukup mahal,

(13)

19

seringkali keberadaan alat tersebut kurang sesuai dengan kondisi fisik, dan psikis siswa, misalnya alat tersebut terlalu berat, besar, kecil, tinggi, rendah, dll.

Gerry (2003: 203) juga mengatakan peluru yang digunakan dalam latihan sebaiknya disesuaikan dengan tenaga dan tangan peserta. Seperti peraturan yang umum, peluru harus cukup berat untuk melakukan gerakan menolak (mendorong) tapi juga tidak boleh cukup ringan sehingga pelaku dapat melemparkannya dengan mudah, seperti bola. Ini artinya kita perlu memodifkasi peluru supaya sesuai dengan kebutuhan siswa SD yang tentu saja memerlukan peluru yang beratnya tidak sama dengan orang dewasa.

Rusli Lutan dalam Yoyo Bahagia menyatakan bahwa “Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar”. Pendekatan ini dimaksudkan agar materi dapat disajikan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ngasmain Soepartono dalam Yoyo Bahagia bahwa alasan utama perlunya modifikasi adalah :

a. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan mental anak belum selengkap orang dewasa

b. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton

c. Sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang, hampir semuanya di desain untuk orang dewasa.

(14)

20

Menurut Ria Lumintuarso (Mundiroh, 11) bahwa, bila orang dewasa memiliki kegiatan jasmani dalam bentuk olahraga dengan fasilitas yang standar, maka anak-anak memerlukan implementasi kegiatan jasmani dengan segala peralatannya yang khas sesuai dengan ciri dan sifat anak tersebut.

Sedangkan Aussie dalam Yoyo Bahagia, mengembangkan modifikasi di Australia dengan pertimbangan:

a. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa.

b. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak.

c. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat dibandingkan dengan peralatan yang standart untuk orang dewasa.

d. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kempetetif.

Beberapa komponen yang dapat dimodifikasi sebagai pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah:

a. Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan; b. Lapangan permainan;

c. Waktu bermain atau lamanya permainan; d. Peraturan permainan; dan

e. Jumlah pemain

Yoyo Bahagia mencontohkan jenis bola modifikasi dalam gambar berikut:

(15)

21

Gambar 3. Peluru modifikasi tampak depan

Gambar 4. Anak bermain peluru modifikasi

(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/19490) Jadi peluru modifikasi adalah alat pembelajaran yang berupa peluru, namun berbeda dengan peluru standard karena diubah sesuai dengan karakteristik pemakai. Dalam penelitian ini, peluru modifikasi adalah berupa bola plastis yang diisi pasir dan diberi ekor warna warni.

4. Karakteristik siswa kelas V

Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu diketahui para guru. Agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang pelu diperhatikan juga kebutuhan peserta didik agar siswa dapat tumbuh

(16)

22

dan berkembang dengan baik. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik menurut Nursidik Kurniawan (2007) sebagai berikut:

a. Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bermain. b. Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bergerak.

c. Karateristik anak sekolah dasar adalah senang bekerja dalam kelompok.

d. Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

Sebagai seorang guru perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosio-emosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa.

Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas tinggi di sekolah dasar berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Dikelas tinggi seklah dasar, anak laki-laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius. Teman-teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi.

Menurut Nursidik Kurniawan (2007) pada masa anak umur 10-12 tahun pertumbuhan cenderung relatif lambat. Walaupun pertumbuhan itu lambat, tetapi mempunyai waktu belajar cepat dan keadaan ini dapat dipertimbangkan

(17)

23

pula sebagai kondisi pertumbuhan yang ditandai dengan kesempurnaan dan kestabilan terhadap keterampilan dan kemampuan yang telah ada dibandingkan yang baru dipelajari.

Pada masa tersebut juga terjadi perubahan dimana anak yang pada mulanya bergerak dari kondisi lingkungan rumah ke lingkungan sekolah. Pengaturan besar-besaran diperlukan untuk pengembangan tugas-tugas pada umur itu. Adapun ketiga dorongan yang dimaksud adalah:

a. Dorongan dari lingkungan rumah ke kelompok sejawat.

b. Dorongan dari realisasi kerja dan suasana bermain yang masing-masing memerlukan tambahan keterampilan neuromuskuler.

c. Dorongan ke dalam konsep dunia dewasa yang mana memerlukan peningkatan keterampilan dan seni berlogika serta berkomunikasi.

Pada anak usia sekolah dasar pertumbuhan fisik yang nampak jelas adalah pertambahan panjang lengan dan kaki, koordinasi antara tangan dan mata serta kaki dan mata bertambah baik pula. Keberanian juga lebih berkembang hal ini baik terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan. Anak perempuan karena itu harus dibimbing untuk mengembangkan kekuatan badan bagian atas yang sangat berguna untuk memelihara berat badannya.

Pada masa ini aktivitas olahraga juga sangat dianjurkan bagi anak- anak usia sekolah dasar, pertumbuhan dan koordinasi yang terus berlanjut akan mengalami penyempurnaan pada usia-usia tersebut, tetapi yang benar-benar menonjol dalam perkembangan fisik adalah perkembangan keseimbangan dan keterampilan terutama dalam melakukan olahraga atletik. Keterampilan dasar motorik dan perkembangannya selama masa ini yang paling menonjol adalah:

(18)

24

a. Keseimbangan (balance). Pada anak laki-laki memiliki keseimbangan dan keterampilanyang lebih baik jika dibandingkan anak perempuan.

b. Ketepatan (accuracy). Anak perempuan biasanya memiliki ketepatan yang lebih baik daripada anak laki-laki.

c. Ketangkasan (agility). Pada anak perempuan memiliki ketangkasan lebih baik sampai umur tiga belas tahun

d. Penguasaan batas (control). Anak perempuan memiliki kontrol lebih baik daripada anak laki-laki pada usia ini, tetapi setelah usia empat belas tahun anak laki-laki menampakkan kemajuan yang lebih baik.

e. Kekuatan (strength). Anak laki-laki mempunyai kekuatan yang lebih besar dari anak perempuan.

Sedangkan untuk perkembangan minat olahraga, anak usia SD umumnya lebih menyukai permainan yang penuh dengan tantangan, kompetitif dan tertuju pada keterampilan tertentu (Hera Lestari, 2009: 3.12). Namun, kadang ada anak SD yang perkembangan emosinya terganggu sejak kecil sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan (Mulyani Sumantri, 2008: 2.15).

Siswa cepat merasa jenuh jika sedang belajar, apalagi jika pelajarannya tidak menarik bagi mereka. Guru harus bisa melakukan suatu tindakan yang dapat mengubah kondisi yang membosankan menjadi menyenangkan. Meningkatkan kesenangan siswa dalam proses belajar dapat kita lakukan dengan merayakan kerja keras mereka, seperti bertepuk tangan ataupun berteriak mengucapkan “hore”. Selain itu merayakan kerja keras juga dapat memberikan beberapa efek positif bagi siswa. Bobbi (2010:63) mengatakan,

(19)

25

“Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan kepada mereka mengenai motivasi hakiki tanpa “insentif”.

Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif dalam pelaksanaan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

B. Penelitian yang Relevan

1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran tolak peluru gaya menyamping dengan menggunakan pendekatan modifikasi di kelas VII B SMP Negeri 3 Batu oleh Syamsul Hadi, 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi siswa selama mengikuti pembelajaran tolak peluru gaya menyamping di setiap siklus dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Pada siklus 1 masih terdapat kekurangan di setiap indikator partisipasi siswa. Pada siklus 1 persentase indikator tiap siklus adalah sebagai berikut : 1). indikator keaktifan dalam pembelajaran 52,50% dengan taraf keberhasilan kurang baik, 2) indikator motivasi sebesar 56,25% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 3) indikator prakarsa sebesar 51,25% dengan taraf keberhasilan kurang baik, 4) indikator ketekunan sebesar 55% dengan taraf keberhasilan kurang baik, 5) indikator orientasi belajar dari pada bermain sebesar 50% dengan taraf keberhasilan kurang baik, 6) indikator senang atau enjoy dalam pembelajaran sebesar 60% dengan taraf keberhasilan cukup baik. Rata-rata skor partisipasi siswa di atas sebesar 54,17% yang

(20)

26

termasuk dalam kategori kurang baik. Pada siklus 2 terjadi peningkatan disetiap indikator partisipasi siswa. Persentase tiap indikator tersebut adalah sebagai berikut : 1) indikator keaktifan dalam pembelajaran sebesar 71,87% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 2) indikator motivasi sebesar 72,5% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 3) indikator prakarsa sebesar 66,87% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 4) indikator ketekunan sebesar 71,87% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 5) indikator orientasi belajar dari pada bermain sebesar 70,62% dengan taraf keberhasilan cukup baik, 6) indikator senang/enjoy dalam pembelajaran sebesar 76,25% dengan taraf keberhasilan baik. Rata-rata skor partisipasi siswa di atas sebesar 71,66% yang termasuk dalam kategori cukup baik. Pada siklus 3 terjadi peningkatan partisipasi siswa selama mengikuti pembelajaran dengan persentase tiap indikator sebagai berikut : 1) indikator keaktifan dalam pembelajaran sebesar 82,5% dengan taraf keberhasilan baik, 2) indikator motivasi sebesar 83,12% dengan taraf keberhasilan baik, 3) indikator prakarsa sebesar 78,75% dengan taraf keberhasilan baik, 4) Indikator ketekunan sebesar 78,75% dengan taraf keberhasilan baik, 5) indikator orientasi belajar dari pada bermain sebesar 83,12% dengan taraf keberhasilan baik, 6) indikator senang/enjoy dalam pembelajaran sebesar 87,5% dengan taraf keberhasilan baik. Rata-rata skor partisipasi siswa di atas sebesar 82,29% yang termasuk dalam kategori baik. 2. Upaya meningkatkan efektivitas belajar tolak peluru dengan media modifikasi

bola plastik pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kemangkon kabupaten Purbalingga Oleh Bayu Aji Widodo, 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang relevan tiap pertemuan mengalami peningkatan.

(21)

27

Sebaliknya aktivitas siswa yang tidak relevan mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran mengalami kenaikan. Persentase siswa yang tuntas sebelum diadakan tindakan sebesar 42,86% yaitu sebanyak 15 siswa. Setelah model pembelajaran dengan memodifikasi peluru menggunakan bola plastik dilaksanakan dalam proses pembelajaran tolak peluru, pada akhir siklus I persentase siswa yang tuntas menjadi 71,43% yaitu sejumlah 25 siswa. Selanjutnya, pada akhir siklus II persentase siswa yang tuntas dalam belajar menjadi 91,43% yaitu sejumlah 32 siswa. Efektivitas belajar siswa mengalami peningkatan, yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa dilihat dari persentase siswa yang tuntas mengalami peningkatan setelah melaksanakan proses pembelajaran mulai dari siklus I sampai dengan siklus II.

3. Upaya meningkatkan pembelajaran tolak peluru dengan modifikasi peluru pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krajan kecamatan Sumbang oleh Mundiroh. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pembelajaran tolak peluru dalam setiap siklus. Pada studi awal , diperoleh siswa yang masuk dalam kategori tuntas ada 7 siswa atau 25,93% dan siswa yang masuk kategori tidak tuntas ada 20 siswa atau 74,07%. Pada siklus I, siswa yang masuk kategori tuntas ada 13 siswa atau 48,15% dan siswa yang masuk kategori tidak tuntas ada 14 siswa atau 51,85%. Sedangkan pada siklus II, siswa yang tuntas ada 21 siswa atau 77,78% dan 6 siswa atau 22,22% tidak tuntas.

(22)

28 C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran konvensional masih banyak digunakan oleh para guru penjas SD, tetapi ada juga beberapa guru yang telah mencoba menggunakan metode/pendekatan lain yang dapat menarik minat siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melihat hal tersebut, peneliti pun tertarik untuk mencoba menggunakan metode lain untuk pembelajaran tolak peluru. Selama ini, peneliti dalam setiap pembelajaran tolak peluru masih menggunakan metode konvensional yang menuntut siswa hanya memperhatikan penjelasan dari guru, sehingga siswa cepat bosan dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran tolak peluru.

Salah satu pendekatan yang dapat guru penjas gunakan dalam pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pendekatan ini lebih dikenal dengan singkatan PAIKEM. Jadi guru dalam melaksanakan pembelajaran dituntut untuk bisa menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa

Berdasarkan pendekatan tersebut, peneliti mencoba untuk membuat sesuatu yang baru dalam pembelajaran tolak peluru. Peneliti ingin menggunakan peluru yang dimodifikasi, supaya lebih menarik minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran tolak peluru.

Dalam pembelajaran tolak peluru bagi siswa SD, penggunaan peluru asli kurang cocok dengan karakter anak usia SD, maka diperlukan kreativitas guru dalam membuat modifikasi peluru yang sesuai dengan karakter siswa. Ukuran, berat, bentuk dan warna peluru modifikasi akan mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran.

(23)

29

Dengan membuat peluru modifikasi sebanyak jumlah siswa yang ada, juga akan membantu pembelajaran. Jika semua siswa memegang peluru modifikasi, diharapkan semua anak dapat lebih berpartisipasi dalam pembelajaran. Jadi tidak ada anak yang menganggur atau bermain sendiri karena belum mendapat giliran menolakkan peluru.

Sesuai dengan pengertian partisipasi, yaitu suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya, penggunaan peluru modifikasi diharapkan dapat membuat partsisipasi siswa dalam pembelajaran tolak peluru bisa menambah pengalaman belajar siswa tentang tolak peluru.

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan dalam sebuah siklus. Apabila dalam satu siklus belum tercapai hasil yang sesuai dengan standar keberhasilan penelitian, maka akan dilanjutkan penelitian pada siklus selanjutnya.

(24)

30

Gambar 5. Kerangka berpikir D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“ Peluru modifikasi dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas V SD N 1 Pegandekan Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga dalam pembelajaran tolak peluru. “ KONDISI AWAL SIKLUS I GURU: Pembelajaran Tolak peluru menggunakan peluru modifikasi

Partisipasi siswa dalam pembelajaran tolak peluru

meningkat KONDISI AKHIR Guru: Belum menggunakan peluru modifikasi TINDAKAN Siswa: Partisipasi siswa dalam pembelajaran tolak peluru masih rendah

Gambar

Gambar 2. Peluru modifikasi
Gambar 3. Peluru modifikasi tampak depan
Gambar 5. Kerangka berpikir  D.  Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak sarang semut diberikan tiga puluh menit sebelum pemberian diet lemak tinggi dengan asumsi bahwa ekstrak sarang semut mam- pu menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi

Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Evakuasi

Dari hasil proses running menunjukkan bahwa kecepatan angin di daerah Amamapare Timika-Papua mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi angin, karena

Pada bab kedua menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai Teori Kebijakan Program UPK MP, Syarat Penerima SPP,

Dalam perjanjian bagi hasil pertanian antara petani dengan pemilik tanah apabila salah satu pihak menderita kerugian akibat kesalahan pihak lain dalam menjalankan

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kompensasi, Corporate Governance terhadap Manajemen Laba (Studi

Robert Havighurt (dalam Desmita, 2009: 106) membedakan kemandirian atas tiga bentuk kemandirian yaitu : 1) kemandirian emosi, di mana seseorang memiliki kemampuan