• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga 2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.

(2)

2.1.2 Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan

yaitu sebagai berikut :

1 Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk 2009).

2 Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga (Mubarak, dkk 2009).

3 Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008).

4 Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati, 2008).

(3)

5 Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).

2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahanya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara

(4)

anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

(5)

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.1.4 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009). Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam situasi sosial tertentu (Mubarak,dkk. 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran

masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman

(6)

sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi

keluarga yaitu peran formal dan peran informal.

1 Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2 Peran Informal kelurga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain :

(7)

a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.

b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.

c. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

d. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

f. Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan memonitori kemunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing mendapat pengalaman baru.

(8)

i. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi kepedihan.

j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

2.2 Konsep Belajar 2.2.1 . Belajar

Menurut Alimul (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan maksudnya adalah terjadi perubahan tingkah laku, memfokuskan pada interaksi individu dengan lingkungan karena dalam interaksi akan teruji pengalaman belajar dan ada perubahan sikap dan tingkah laku. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya dan ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan pengalaman ( Soemanto, 2006).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu perbuatan (Soemanto, 2006). Sedangkan menurut Slameto (2003) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

(9)

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1983). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2008).

2.2.2 Gaya Belajar

Gaya belajar adalah suatu cara untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi untuk menyerap dan mengelolah informasi dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya belajar sendiri ( Deporter, 2000).

Menurut Rita Dunn banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan efektif bila cahaya yang digunakan terang, sedangkan sebagian lagi dengan pencahayaan yang suram ada yang dapat belajar secara berkelompok, sedang yang lain memerlukan figur otoriter seperti orang tua, dan yang lain merasa bahwa belajar sendiri yang paling efektif bagi mereka. Sebagian orang lagi memerlukan musik dan lingkungan belajar yang rapi dan teratur ( Deporter, 2000).

(10)

Menurut Soemanto (2006) lingkungan banyak memberikan pengalaman pada individu. Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi proses belajar yang bersangkutan, terutama dalam transfer belajar.

Pada pengalaman belajar ada tiga macam gaya belajar dengan menggunakan modalitas indra yang mempengaruhinya antara lain (Deporter, 2010) :

1 Visual yaitu dalam belajar dengan menggunakan fungsi indra penglihatan, yang diciptakan maupun diingat dengan menggunakan gambar, warna. Seseorang yang visual bercirikan teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan, mengingat dengan menggambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan, dan mengingat apa yang dilihat.

2 Auditorial yaitu dalam belajar dengan jenis bunyi-bunyian dan kata-kata yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang auditorial bercirikan berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca.

3 Kinestetik yaitu belajar dengan menggunakan segala jenis gerak dan sentuhan. Seseorang yang kinestetik bercirikan menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan menunjuk tulisan saat membaca, dan mengingat sambil bejalan dan melihat.

(11)

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor internal

Dalam faktor internal terdapat tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor psikologis, faktor kelelahan

a. Faktor jasmani

1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya bebas dari penyakit. Kesehatan berpengaruh terhadap belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk dan badanya mudah lelah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

(12)

2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Siswa yang cacat akan mengalami gangguan dalam belajarnya. Jika hal ini terjadi, hendknya anak belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatanya.

b. Faktor psikologis

Pada faktor psikologis ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:

1) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan yang tidak menjadi perhatian akan timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar anak dapat

(13)

belajar dengan baik usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sebagai hobi atau bakatnya.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Sehingga minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar yang baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajarnya.

5) Motif

Motif erat hubunganya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian, perencanaan dan melaksakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar. Dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

(14)

6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan yang berarti kesiapan untuk melaksanakanya.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang dan mengerjakan sesuatu dengan terpaksa dan tidak sesuai bakat, minat dan perhatianya.

(15)

2 Faktor-Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluarga

Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang memperhatikaan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak mengatur waaktu belajarnya, tidak melengkapi alat belajarnya, tidak mau tau bagaimana kemajuan anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan orang tua yang terlalu memanjakan anak adalah cara yang mendidik yang tidak baik sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.

2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi dengan saudarnya dan anggotaa keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi ini adalah hubungan

(16)

penuh kasih sayang dan perhatian. Relasi antar anggota keluarga sangat erat kaitanya dengan cara orang tua mendidik.

3) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan dengan situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram sehingga menyebabkan anak betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik . Tetapi jika suasana rumah yang terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, pertengkaran antar anggota keluarga dapat menyebabkan anak menjadi tidak betah di rumah.

4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruangan belajar, peralatan menulis. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu dan anak belajar anak terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi rendah, justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai

(17)

kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatianya kepada belajar.

5) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu perhatian dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Terkadang anak merasa tidak bersemangat untuk belajar disinilah orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya, membantu kesulitan yang dialami anak di sekolah.

6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dan siswi, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003).

(18)

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto, 2003).

2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif

Menurut Slameto (2003) ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain :

1 Perlunya bimbingan

Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan.

2 Kondisi belajar

Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkaan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk

(19)

meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut .

a. Kondisi internal

Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri sendiri misalnya kesehatan, keamanan, ketentramannya. Anak dapat belajar dengan baik jika kebutuhan-kebutuhan internalnya terpenuhi. Menurut Maslow ada tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi, yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik.

b. Kondisi eksternal

Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah dengan ruang belajar bersih dan tidak ada bau-bauan yang menggangu konsentrasi belajar, penerangan yang cukup terang, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran dan buku-buku, sertaa keadan lingkungan fisik yang lain.

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar

Keluarga merupakan satu kesatuan (sistem sosial) yang hidup bersama terdiri

dari ayah dan ibu. Keluarga berperan dalam menyediakan situasi belajar yang nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus memprhatikan pengalaman-pengalaman anak dan menghargai anak atas segala

(20)

usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar (Hasbullah, 1989). Peran orang tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992, dalam penelitian Slameto, 2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar pembentukan peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan. Selain itu peran keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang diajarkan di sekolah.

Peran keluarga dalam pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan ke sosial, seperti menjaga kebersihan rumah, dan menjaga kesehatan. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian (Ikhsan, 2005).

Peran pada masing-masing anggota keluarga antara lain peran ayah sebagai pemimpin yang mencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi

(21)

rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga (Setiadi, 2008). Peran orang tua terhadap perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang, sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak (Singgih, 2002). Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011).

Menurut Slameto (2003) peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain :

1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-hari, buku konsultasi/PR/latihan.

2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan, menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu.

3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai

(22)

4 Model atau teladan kehidupan, dimana keluarga dapat mengatur waktu menonton anak dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal.

2.3 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia bersekolah.

Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki (Hurlock, 1999). Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun daan mulai masuk usia sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja (Friedman, 1998).

Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama : memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permain dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani, memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas (Tohirin, 2005). Pada usia ini aktivitas anak semakin tinggi dan kemampuan motoriknya semakin kuat. Anak memiliki rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam melakukan tugas, sehingga ketika menghadapi kegagalan sering kali timbul reaksi kemarahan. Perkembangan kognitif, psikososial, moral, dan spiritual mulai menunjukkan kematangan pada masa ini anak mencoba belajar mengambil bagian dalam kelompok dan terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, berhitung, dan bersosialisasi dengan baik di sekolah (Alimul, 2006). Pada masa ini anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, di

(23)

samping kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orang tua (Friedman, 1998). Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar menghadapi pisah dengan anak, atau memberikan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut.

Menurut Tohirin (2005) tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

1 Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh .

2 Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri.

3 Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakat.

4 Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan sebagai wanita (jika ia seorang wanita).

5 Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.

6 Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.

7 Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.

(24)

8 Megembangkan sikap objektif baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga kemasyarakatan.

9 Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi dirinya sendiri yang mandiri dan bertanggunng jawab.

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan yang muncul, maka dibuatlah suatu kampanye untuk membantu masyarakat agar bisa lebih peduli, teliti dan kritis terhadap kebenaran sebuah berita sebelum

Sebagai berikut hasil keinginan atau impian (dream) Santriwati NAJ (Nisa'u Ahlil Jannah) pondok pesantren Jabal Noer yaitu : (1) Santriwati NAJ (Nisa'u Ahlil

Berilah tanda ( √ ) pada alternatif jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan keadaan sebenarnya yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri alami selama bekerja di Rumah Sakit ini. Untuk

OH pada posisi orto di C-3’ dan C-4’ serta gugus fungsional okso pada posisi C-4 berpengaruh paling besar terhadap aktivitas antioksidan (Heim et al., 2002). Hasil analisis nilai

Sektor ekonomi pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan dan sektor pengangkutan termasuk dalam sektor progresif ,

Persembahan bakaran. Persembahan bakaran harus diberikan seluruhnya kepada Allah; pem- beri persembahan itu tidak boleh menahan satu bagian pun dari binatang itu. Hak 11: 30, 31,

Hal yang dapat memengaruhi biaya total ini adalah biaya lain-lain yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya, seperti bertambahnya hari rawat, pindahnya pasien dari ruang ICU