• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni, berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, di mana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang, di antaranya bidang ekonomi. Pembangunan bidang ekonomi identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Negara Indonesia, seperti pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.2

2

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, ( Jakarta : Kencana, 2004 ), hal 1

Pelaksanaan pembangunan membutuhkan modal dalam jumlah yang cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Modal dapat disediakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat luas, khususnya dunia usaha swasta. Namun dalam kenyataannya Negara-negara berkembang termasuk Indonesia tidaklah mampu melaksanakan pembangunan secara menyeluruh jika hanya mengandalkan modal dalam negeri, yang disebabkan tingkat tabungan (saving) masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, ketrampilan (skill) yang belum memadai. Kendala – kendala ini dicoba di atasi dengan berbagai macam alternatif di antaranya melalui bantuan dan kerja sama luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi modal dalam negeri yang dapat segera dikerahkan.

(2)

Dalam perjalanannya, sebagai akibat dari perkembangan ekonomi dunia yang berkembang pesat, negara-negara maju menjadi lebih tertutup, sehingga menimbulkan kesulitan bagi negara-negara berkembang atau sedang berkembang khususnya Indonesia. Keadaan ini mendorong pemerintah untuk mencari alternatif lain yakni penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA). Dalam kaitan itu, Indonesia mengalami pula kesulitan yang sama dalam hal perolehan pinjaman luara negeri sehingga mencari alternatif lain dengan “kebijaksanaan pintu terbuka” terhadap penanaman modal asing untuk melakukan usahanya di Indonesia.3

Indonesia memiliki tanah yang kaya dengan sumber daya alam mineral sebagai kekayaan yang tidak dapat diperbaharui. Menurut data bisnis Indonesia 23 Juni 2008 bahwa pada tahun 2007, kinerja ekspor sektor pertambangan mencapai US$ 21’6 Miliar nilai tersebut tumbuh 17,2 persen dengan pangsa pasar 23,2 persen. Oleh sebab itu peluang-peluang kegiatan di sektor pertambangan semakin terbuka dan akan terus dibutuhkan karena output dari pertambangan tersebut menjadi kebutuhan dasar manusia yang selalu membutuhkan dukungan dari hasil sumber daya alam dalam kehidupan sehari-hari. Sementara bagi pelaku pertambangan, kegiatan tersebut akan membrikan keuntungan materi, bagi pemerintah dan mendapatkan tambahan pajak yang merupakan salah satu sumber devisa negara.4

3

Ibid, hal 4. 4

www.google.com, (Bisnis Indonesia, Senin, 23 Juli 2008), Diakses pada Tanggal 2 September 2010.

(3)

Berdasarkan berbagai laporan resmi yang tersedia, beberapa mineral telah menjadi andalan pertambangan Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pendapatan negara dan menjadi bahan baku utama bagi energi nasional. Produksi dan cadangan bahan tambang mineral di Indonesia diketahui cukup dibanding dengan cadangan dan produksi dunia. Timah, misalnya berhasil menyumbang sekitar 15 % produksi dunia, sementara cadangan lebih kurang 8 % cadangan dunia. Di samping itu juga merupakan produsen utama untuk alluminium, timah dan tembaga, tentu saja mengenai cadangan dan produksi minyak dan gas bumi tidak perlu dijelaskan lebih lanjut.5

Dewasa ini hampir semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara, penegakan hukum. Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor.6

Modal asing yang dibawa investor merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk mengintegrasikan ekonomi global. Selain itu, kegiatan investasi

5

http://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/sumberdaya-mineral-di-indonesia-karakteristik-dan-potensinya, (Barito Raya’s Blog), diakses pada tanggal 2 September 2010.

6

Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, Anatomi Undang-Undang No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, (Jakarta; Fakultas Hukum Universitas Al- Azhar

(4)

akan memberikan dampak positif bagi negara penerima modal, mendorong tumbuhnya bisnis, adanya supply teknologi dari investor baik dalam bentuk produksi maupun permesinan dan menciptakan lapangan kerja.

Untuk itu, tidak ada alternatif lain guna mengundang penanaman modal khususnya penanaman modal asing ke Indonesia selain diperlukan adanya pengaturan pemerintah yang konsisten dan terpadu agar dapat memeberikan keuntungan bukan hanya kepada penanaman modal khususnya penanaman modal asing tetapi juga kepada pemerintah Indonesia khususnya dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya yang kian tahun dirasakan sudah cukup stabil.7

Pemerintah menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan penanaman modal dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing. Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan hanya itu seringkali suatu negara tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena adanya pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing. Berbagai strategi untuk mengundang investor asing telah dilakukan. Hal ini didukung oleh arah kebijakan ekonomi dalam TAP MPR RI Nomor IV/MPR/1999 salah satu kebijakan ekonomi tersebut adalah mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang

7

(5)

menggunakan mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan public, subsidi dan insentif yang dilakukan secara transparan dan diatur dengan unsang-undang.

Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat menigkatakan penghasilan devisa dan menghemat devisa, oleh karena itu usaha-usaha di bidang tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang lain yaitu agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat lajur pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasionala Indonesia. Upaya pemerintah untuk mencari modal asing agar mau kembali menanamkana modalnya di Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan hasio yang memuaskan. Ditambah lagi sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, penanaman modal asing di Indonesia semakin menurun. Jangankan menarik investor, menjaga investor yang sudah ada saja belum maksimal, misalnya dengan tutupnya perusahaan asing PT. Sony Electronics Indonesia pada 27 Nopember 2002. Terlebih lagi pada tahun 2003 yang lalu , hal ini dikarenakan adanya invasi Amerika ke Irak serta mewabahnya penyakit sindrom pernafasan akut. Hal ini menimbulkan ketidakpastian perekonomian dunia dan berdampak bruruk bagi perekonomian Indonesia terutama terhadap penanam modal, padahal pemerintah mencanangkan tahun 2003 sebagai tahun investasi.8

Untuk bisa memenuhi harapan tersebut, pemerintah, aparat hukum dan komponen masyarakat dituntut untuk segera menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi. Menyadari pentingnya penanaman modal asing, pemerintah

8

(6)

Indonesia menciptakan suatu iklim penanaman modal yang dapat menarik modal asing untuk masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman modal asing dan kebijaksanaan pemerintah yang pada dasarnya tidak akan merugikan kepentingan nasional dan kepentingan investor.

Walaupun penanaman modal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, namun tampaknya pengembangan investasi ke depan menghadapi tantangan ekternal yang tidak ringan. Salah satunya adalah kecenderungan berkurangnya arus masuknya investasi global. Sementara itu,daya tarik investasi pada beberapa negara Asia timur pesaing Indonesia, seperti RRC, Vietnam, Thailand, dan Malaysia justru meningkat.9

Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, oleh DPR pada tanggal 29 Maret 2007, kini sudah ada tiga negara yang telah menawarkan diri untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Ketiga negara itu ialah Korea Selatan, Cina dan Jepang. Korea Selatan telah merencanakan untuk berinvestasi dengan mengerjakan 40-50 proyek. Jumlah investasi langsung yang direncanakan oleh Korea Selatan untuk diinvestasi di Indonesia sebanyak 5,7 miliar dolar AS. Sebanyak 3,5 milias dolar AS akan diinvestasikan di sektor energi. Investor cina telah menawarkan lima proyek kerja sama investasi Indonesia. Kelima proyek kerja sama itu meliputi (1) perakitan mobil, (2) pengelolaan singkong (3)pembuatan gula, (4) manufaktur mesin pertanian, dan (5) eksploitasi sumber daya mineral. Sementara itu,investor Jepang

9

Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007), hal 7

(7)

juga akan menanamkan investasinya di Indonesia. Para pengusaha Jepang akan mengembangkan energi gas, manufaktur, seperti mobil dan elektronik. Mitsubishi akan meningkatkan investasinya di Indonesia dari biasanya 2 miliar dolar AS menjadi tiga kali lipat, yaitu sekitar 6 miliar dolar AS. Pada tahun 2007 jumlah investasi Jepang yang sudah ditanamkan di Indonesia pada triwulan pertama sebanyak 149,1 juta dolar AS dengan 24 proyek.10

1. kepastian hukum

Ketiga negara tersebut tertarik untuk menanamkan investasinya di Indonesia, diksebabkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan:

2. tranparansi

3. tidak membeda-bedakan investor

4. memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri. Usaha pemerintah untuk selalu memperbaiki ketentuan yang berkaitan dengan penanaman modal asing antara lain dilakukan dengan memperbaiki peraturan dan pemberian paket yang menarik bagi investor asing. Pada akhirnya harus tetap diingat bahwa maksud diadakannya penanaman modal asing hanyalah sebagai pelengkap atau penunjang pembangunan ekonomi Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan tersebut harus bijaksana dan hati-hati dalam memberikan persetujuan dalam penanaman modal asing agar tidak menimbulkan ketergantungan pihak asing yang akan menimbulkan dampak yang buruk bagi negara ini di kemudian hari.

10

Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia,(Jakarta : Rajagrafindo Persada,2008), hal 6

(8)

Adanya pengaturan dan penetapan bidang usaha bagi penanaman modal oleh pemerintah, tentunya harapan dari pemerintah untuk mengarahkan penanaman modal sesuai dengan rencana pembangunan nasional maupun kebutuhan dan perkembangan keadaan bangsa Indonesia. Untuk itu penentuan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya penanaman modal asing sangat wajar dan sesuai dengan landasan dan dasar negara kita untuk mengundang penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA) masuk ke Indonesia. Di sinilah peran penting pemerintah bagaimana menyerasikan dan memadukan keinginan terhadap masuknya penanaman modal dengan interest atau kepentingan penanaman modal itu sendiri.11

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah untuk mengatur bidang usaha bagi penanaman modal lewat Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal dan kemudian digantikan oleh Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan, tentu saja perlu diketahui secara jelas arah kebijaksanaan bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal khususnya Penanaman Modal Asing (PMA). Kebijaksanaan bidang usaha bagi penanaman modal khususnya penanaman modal asing sangat penting oleh karena dengan

11

(9)

adanya kebijaksanaan per bidang usaha dan pengembangannya diharapkan adanya kepastian berusaha bagi penanaman modal.12

Bidang usaha pertambangan adalah salah satu bidang usaha yang terbuka bagi Penanaman Modal Asing (PMA). Dimana bidang usaha pertambangan merupakan bidang usaha yang mendapatkan prioritas utama dari pemerintah sebelum dan sesudah diterbitkannya undang-undang penanaman modal baik asing maupun dalam negeri.

13

Masalah yang Up to date menjadi sorotan publik karena menyangkut rasa nasionalisme adalah masalah divesatsi. Indonesia pada sejarahnya pernah dua kali melakukan divestasi atau nasinalisasi, pertama pemerintah mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1958, berkaitan dengan perjuangan mengembalikan Irian Barat dari pendudukan Belanda. Berkaitan dengan nasionalisasi ini timbul gugatan perusahaan tembakau Belanda di Bremen (German ), ketika dari tembakau perkebunan di Deli akan dilelang pada pasar

Alasannya adalah kurang lebih 25 tahun lamanya bidang usaha pertambangan ini kurang mendapat perhatian dan mendapat garapan bagi penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Untuk itu, pemrintah berusaha untuk dapat mengarahakn penanaman modal khususnya penanaman modal asing guna mengaplikasikan modal dalam mengusahakan dan mengelola sumber-sumber daya alam yang terletak dalam bidang usaha pertambangan.adapun bidang usaha pertambangan meliputi pertambangan minyak bumi (mentah), gas bumi, batubara, logam timah, bijih nikel, bauksit, pasir besi, emas, perak, serta konsentrat tembaga.

12

Ibid, hal 89 13

(10)

tembakau di Bremen. Kasus ini terkenal dengan kasus tembakau Bremen. Pokok permasalahannya dimulai dari penjualan tembakau dari bekas perusahaan Belanda yang di nasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Pemilik perusahaan yang dinasionalisasi tersebut mengklaim tembakau tersebut sebagai miliknya. Pengadilan Breman dalam putusannya antara lain menyatakan nasionalisasi yang dilakukan pemrintah Indonesia adalah hak yang berdaulat.14

Kedua, pemerintah melakukan pengembalian perusahaan-perusahaan Inggris dan Amerika Serikat, pada waktu Indonesia mengadakan konfrontasi dengan Malaysia. Pada tahun 1962 Indonesia menganggap Amrika Serikat dengan Inggris sebagai pendukung utama pembentukan Malaysia, yang oleh pemerintah Soekarno dianggap Neo-kolonialisme dan neo-imperialisme sehingga Indonesia membuka hubungan erat dengan Soviet Uni, Negara-negara Eropa Timur, Cuba, Vietnam Utara dan Korea Selatan.15

Sebagai bentuk upaya strategis pemerintah tersebut, dengan mendasari pada konstitusi yang mengatur tentang pemanfaatan sumber daya alam. UUD 1945 pasal 33 ayat 1 “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar azas kekeluargaan”, maka pemanfaatan sumber daya alam ditujukan untuk mencapai kemakmuran rakyat yang dilakukan secara terencana, rasional, bertanggung jawab16

14

Erman Rajagukguk, Op Cit, hal 48 15

Ibid 16

Penjelasan Umum, Undang-Undang Dasar pasal 33 ayat 1

Dalam konteks investasi di bidang pertambangan yang dilakukan melalui penanaman modal asing adalah dilakukan melalui joint venture “Kontrak Karya” yaitu suatu bentuk perjanjian usaha patungan antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan penanaman modal asing, dimana pemerintah bertindak sebagai

(11)

pemegang kuasa pertambangan menunjuk perusahaan penanaman modal asing yang bertindak sebagai kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan di bidang usaha Pertanbangan Umum yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pemurnian, pengangkutan dan penjualan bahan-bahan galian yang di wilayah hukum Negara Republik Indonesia.17

Terkait mengenai penyelesaian sengketa yang sesungguhnya merupakan muatan yang menjadi pilihan-pilihan bagi para pihak untuk menentukan pilihan hukum apa yang akan digunakan jika terjaradi sengketa dalam realisasi kontrak karya. Dalam hubungan hukum kontrak karya, sengketa yang sering terjadi adalah Maka kerangka hukum perjanjian kontrak karya tersebut tunduk pada ketentuan hukum perikatan sebagaimana diatur dalam KUHPerdata serta ketentuan hukum lainnya yang diatur dalam perundang-undangan terkait dengan janji, persetujuan, dan kewajiban timbale balik oleh para pihak, tetapi kemungkinan-kemungkinan untuk memperluas hubungan hukum dibalik perjanjian tersebut karena terdapatnya pihak asing yang menjadi subjek hukum di dalamnya, baik hubungan hukum antar perorangan, perorangan dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan hukum lainnya. Maka prinsip-prinsip hukum perdata menjadi muatan dalam perjanjian yaitu ketentuan mengenai hak dan kewajiban, kedudukan para pihak, ketentuan perpajakan, ketentuan rasio pembagian hasil, ruang lingkup kontrak, jangka waktu, ketentuan pembiayaan, ketentuan mengenai pembukuan dan pemeriksaan keuangan, ketentuan pemasaran, ketentuan penyelesaian sengketa.

17

(12)

terkait dengan nasionalisasi dimana keharusan pemeganga saham asing untuk melakukan divestasi atas saham yang dimilikinya yang mana sesungguhnya keharusan asing untuk melakukan divestasi tidak lagi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang sebelumnya diatur dengan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Penulis berminat menulis skripsi dengan judul “ Kewajiban Divestasi pada Penanaman Modal Asing di Bidang

Pertambangan Umum”.

B. Perumusan Masalah

Dengan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang pertambangan umum di Indonesia?

2. Bagaimana ketentuan kepemilikan saham asing pada perusahaan pertambangan umum di Indonesia?

3. Bagaimana pengaturan divestasi saham pada penanaman modal asing di bidang pertambangan umum?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) dalam bidang pertambangan umum di Indonesia.

(13)

b. Untuk mengetahui ketentuan kepemilikan saham asing pada perusahaan pertambangan umum di Indonesia.

c. Untuk mengetahui pengaturan divestasi saham pada penanaman modal asing di bidang pertambangan umum.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalh sebagai berikut: a. Secara Teoritis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi pada khususnya mengenai kewajiban divestasi pada penanaman asing di bidang pertambangan umum sesuai dengan UU No.9 Tahun 2004 dan PP No.23 Tahun 2010.

b. Secara Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan kepada para pembaca, khususnya bagi para pihak yang berkecimpung dalam kegiatan penanaman modal asing di bidang pertambangan umum.

D. Keaslian Penulisan

“Kewajiban Divestasi pada Penanaman Modal Asing di Bidang Pertambangan Umum” yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sebelumnya ada beberapa

(14)

skripsi yang mengangkat judul terkait dengan penanaman modal, anatara lain “Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing Menurut Keppres Nomor 29 Tahun 2004” yang membahas masalah penyelenggaraan modal secara umum di seluruh bidang yang terbuka bagi penanaman modal sesuai dengan ketentuan Keppres tersebut, ada lagi skripsi berjudul “Kajian Hukum Terhadap Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia” yang membahas tentang bagaimana penanaman modal asing yang ada di Indonesia dapat meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia. Pada skripsi ini, penulis mengangkat masalah penanaman modal asing yang secara khusus, yakni di bidang pertambangan, serta bagaimana pelaksanaan divestasi pada perusahaan pertambangan agar modal asing tersebut tetap pada posisinya sebagai pelengkap bagi modal lokal. Penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran penulis dibantu dengan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik dan bantuan dari pihak-pihak tertentu. Dengan demikian, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara alamiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penanaman modal asing menurut pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.18

18

(15)

Menurut Sunarjati Hartono, pengertian penanaman modal asing dalam UUPMA adalah direct investment, yang biasanya dipertentangkan dengan portofolio investment, dimana pemilik modal asing hanya memiliki sejumlah saham dalm suatu perusahaan, tanpa mempunyai kekuasaan langsung dalm manajemen perusahaan.19

Dengan dikeluarkannya undang-undang penanaman modal yakni dengan UU Nomor 1 Tahun 1967 dan UU Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalm Negeri maka mulailah pemerintah melakuakn penetapan prioritas agar penanaman modal khususnya penanaman modal asing dapat menanamkan modalnya dalam bidang usaha pertambangan, meskipun sebelumnya sudah ada perusahaan penanaman modal asing dari Amerika Serikat yang menanamkan modalnya di bidang usaha pertambangan Tembaga di Irian Jaya, kemudian disusul oleh perusahaan penanaman modal asing dari Kanada yang bergerak di bidang usaha bijih nikel di Soroako, Sulawesi Selatan. Kedua perusahaan tersebut yakni PT. Freeport Sulphur Incorporated dan PT INCO Indonesia merupakan pioneer Beliau menyatakan bahwa UUPMA tidak memberikan batasan dan penegasan yang cukup antara penanaman modal asing menurut UUPMA dengan penanaman asing lewat membeli saham-saham dari perusahaan Indonesia yang telah ada atau kredit luar negeri yang baik yang diberikan kepada atau melalui pemerintah Indonesia, maupun yang diberikan swasta asing kepada Indonesia secara terang-terangan atau diam-diam. Direct investment dapat berupa valuta asing (foreign exchange) barang-barang (alat-alat), atau keahlian, baik dalam cara organisasi atau pemasaran.

19

Sunarjati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional dalam Penanaman Modal Asing

(16)

dalam penanaman modal asing di bidang pertambangaan. Baru kemudian menyusul beberapa perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan minyak (mentah) dengan melibatkan badan usaha milik negara yakni PN.Pertamina dengan suatu kontrak karya yang melalui beberapa fase kemudian diganti dengan production sharing (bagi hasil).20

1. kerja sama dengan pemerintah;

Kontrak karya adalah kontrak kerja sama antara modal asing dengan modal nasional yang terjadi apabila penanama modal asing membentuk suatu badan hukum Indonesia, dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional.

Kontrak karya dalam bidang pertambangan dapat dilakukan dengan persyaratan:

2. kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan pemerintah dimana pihak asing sebagai kontraktor;

3. mendapat pengesahan dari pemerintah setelah konsultasi dengan DPR. Penentuan persyaratan yang demikian adalah mengingat bahwa pemerintah merupakan pemegang kuasa pertambangan sehingga swasta (asing) hanya dapat bertindak sebagai kontraktor unutk mengusahakan suatu bidang tertentu seperti eksploitasi dan eksplorasi.21

Dalam kontrak karya pemerintah merupakan badan hukum publik yaitu merupakan badan hukum yang diadakan oleh kekuasaan umum. Sebagai badan hukum publik pemerintah dapat melakukan hubungan keperdataan. Pemerintah

20

Aminuddin Ilmar, Op Cit, hal 113. 21

(17)

dalam hubungan keperdataan dapat bertindak sebagai subyek yang tidak berbeda dengan subyek hukum perorangan aatu badan-badan hukum keperdataan pada umunya. Hubungan keperdataan timbul dari perbuatan keperdataan. Misalnya melakukan kontrak dengan subyek hukum lainnya. Negara dalam melakukan hubungan keperdataan, dilakukan oleh pemerintah.

Dalam kaitan hubungan ini terdapat perbedaan pendapat menurut Sunaryati Hartono yang menyatakan bahwa hubungan pemerintah dengan lawan kontraknya (dalam joint venture) kadang sebagai pihak (partner) dan juga sebagai pemerintah. Sedangkan menurut Bagir Manan hubungan antara pemerintah dan lawan kontraknya adalah hubungan kesederajatan, dan pendapat lain seperti yang diungkapkan oleh Mariam Darus Badrulzaman berpendapat bahwa kedudukan Pemerintah lebih tinggi (tidak sederajat) dengan lawan kontraknya. Dengan demikian hal ini berdampak pada kontrak Penanaman Modal Asing sesungguhnya tidak hanya berlaku peraturan hukum perjanjiannya saja, tetapi juga berlaku perjanjian hukum internasional. Dengan demikian berlaku hubungan yang tidak diistimewakan apabila suatu badan pemerintah yang mengadakan kontrak dengan warga masyarakat atau badan hukum, dalam asaa hukum perdata dipandang berkedudukan sejajar dengan lawan kontraknya. Hubungan kesederajatan ini tidak menunjukkan keistimewaan dalam penyusunan maupun pelaksanaan kontrak karya. Sehingga akan tampak hubungan para pihak dalam kontrak karya bersifat hubungan kontraktual belaka.22

(18)

Perjanjian karya pertambangan umum adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk pengusahaan pertambanagan umum dengan berpedoman kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Umum.23

Divestasi saham adalah pelepasan, pembebasan, pengurangan modal. Disebut juga divestment yaitu kebijakan terhadap perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh investor asing untuk secara bertahap tapi pasti mengalihkan saham-sahamnya itu kepada mitra bisnis lokal atau proses yang mengakibatkan pengalihan saham dari peserta asing kepada peserta nasional. Istilah lain untuk kebijakan yang di Indonesia disebut indonesianisasi saham. Dapat berarti pula sebagai tindakan perusahaan memecah konsentrasi atau pemupukkan modal sahamnya sebagai akibat dari larangan terjadinya monopolisasi. 24

Sementara itu menurut Jhon Clark dalam Dictionary and Financce Terms, Divestasi (divestment) adalah : sale or of parts a company, generally in a attemp Dalam proses divestasi, beberapa perusahaan telah menggunakan media teknologi pada beberapa divisi. Hal ini digunakan oleh suatu perusahaan agar perusahaan lain bisa mendapatkan informasi tentang divisi yang akan dijual oleh perusahaan tersebut dengan mudah. Melalui media ini, perusahaan dapat menghemat biaya.

23 Ibid. 24

(19)

to improve effiency by cutting loss-marking businesses and/or concentrating on one product or industry. Divestment is therefore the opposite process to merger. Defenisi di atas hamper sejalan dengan defenisi yang diberika oleh Haro Johannsen G. Terry Page dalam International Dictionary of Management, yakni divestasi (divestment) adalah Esthabilishing and elimining unprofitable activities of business.25

Dari defenisi-definisi di atas terlihat bahwa tindakan pelepasan saham dilakuakn karena pertimbanagan bisnis semata seperti untuk mempertahankan profitabilitas perusahaan. Namun dalam konteks skripsi ini yang dimaksud dengan divestasi adalah divestasi wajib, artinya pelepasan saham dilakukan bukan karena pertimbangan bisnis, tetapi lebih kepada memenuhi kewajiban kontraktual dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Divestasi demikian lebih cocok dikatakan sebagai divestasi wajib, maksudnya wajib dilakukan karena ketentuan kontrak dan atau undang-undang.

F. Metode Penulisan

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini dengan tujuan agar dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilimiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

25

Johannsen, Hero, G Terry Page, International Dictionary of Management, (New Delhi : Hagan Page India PVT.Ltd, 2002), hal 95.

(20)

1. Jenis Penelitian

Dalam penyususnan skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah data dan menggunakan data sekunder.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, digunakan data sekunder, yang meliputi: a. Bahan Hukum Primer, yaitu : bahan hukum yang mengikat berupa peraturan

perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait dengan penanaman modal di bidang pertambangan.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu : bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian atau pendapat para pakar hukum.

c. Bahan Hukum Tersier atau bahan penunjang, yang mencakup literature-literatur lain di luar cakupan bahan hukum primer dan sekunder yang digunakan untuk memberi penjelasan tambahan untuk memberi penjelasan tambahan untuk melengkapi data penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakuakn dengan cara : Penelitian kepustakaan (Library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

(21)

digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, artikel-artikel baik dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan cara menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilimiah yang baik,maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PENGATURAN

PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM

(22)

Dalam bab ini dibahas tentang sejarah penanaman modal asing di bidang pertambangan umum, pengaturan penanaman modal asing secara umum, serta pengaturan penanaman modal asing di bidang pertambangan umum. Dalam bab ini juga akan dibahas menenai bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing.

BAB III : PEMILIKAN SAHAM ASING PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN UMUM

Adalah satu bab yang akan membahas tentang aspek hukum penanaman modal asing kerja sama kontrak karya, perlindungan bagi pemegang saham minoritas dan juga pembatasan pemilikan saham asing pada perusahaan pertambangan.

BAB IV : KEWAJIBAN DIVESTASI PADA PENANAMAN MODAL ASING DI BIDANG PERTAMBANGAN UMUM

Bab ini berisikan tentang ketentuan divestasi, tujuan dan kebijakan divestasi saham , serta proses divestasi yang seharusnya dilakukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari permasalahan yang telah dibahas dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan bagi pihak-pihak yang terkait dengan judul skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat

Sistem absensi bekerja dengan menggunakan inputan wajah ,sehingga dibutuhkan metode yang dapat mendeteksi dan mengenali wajah seseorang yang dimana metode

sejarah lebih banyak dari perpustakaan, dari internet atau dari sumber lain; (4) mencari, menemukan dan mengkaji bersama-sama para siswa dengan guru, nilai- nilai

Dari dua analisis yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa sepeda motor matic Honda dan Yamaha merupakan merek yang dinilai oleh konsumen memiliki kemiripan dan

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan

Topografi : Kondisi topografi disekitar jembatan Ngrame II pada umumnya datar, sebelah kanan jembatan eksisting merupakan pemukiman penduduk, sedangkan sebelah kiri dari

Hasil : Penelitian menunjukkan infusa daun mangga arum manis (Mangifera indica L.) pada kadar 10% b/v dengan perendaman 8 jam memiliki efek paling besar

Dari teori episteme dalam filsafat Michel Foucault yang digunakan untuk mengkaji penafsiran Engineer ini, dapat diketahui konteks pemikirannya untuk menafsirkan ayat-ayat