• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN

MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK

Ni Kadek Prideni1, I Wayan Romi Sudhita2, I Komang Sudarma3

1

Jurusan PG PAUD ²·³Jurusan TeknologiPendidikan

FakultasIlmuPendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: pprideni@yahoo.com1, romisudhita@yahoo.com², darma_tp@yahoo.co.id³

Abstrak

Permasalahan yang dialamiolehanak TK Widya Kumara yaitudalam pemanfaatan media dan kemampuan berbahasa anak masih rendah,metode yang digunakan guru masihmenggunakansistempembelajarankonvensional. Olehkarenaitu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuanbahasa pada anak kelompok A semester II di TK Widya Kumara BanjarJawaSingaraja dengan menerapkan metode bermainperan berbantuan media kartugambar.Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Subjek penelitian adalah anak kelompok A TK Widya Kumara BanjarJawaSingaraja Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 12 orang. Data penelitian tentang kemampuan berbahasa dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumenberupa lembar format observasi.Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik diskriptif dan analisis stastistik kuantitatif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hasil kegiatan belajar dalam perkembangan bahasa pada anak kelompok A pada sikus I sebesar 61,11% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,67 % yang berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan hasil kegiatan belajar dalam perkembangan bahasa pada anak sebesar 20,56 %.

Kata Kunci : bermain peran, kartu, kemampuan berbahasa

Abstract

Problems faced by students in kindergarten Widya Kumara BanjarJawa, Singaraja were low ability of utilizing media, language ability, and teaching method used by the teachers is still conventional. This study aimed to identify the raising of the group A second semester students’ ability in using language through role play supported by picture cards. This study was a class action research conducted in two cycles. The subjects of this study were 12 second semester students’ of group A in academic year 2013/2014 at TK Widya Kumara BanjarJawaSingaraja. The data of students’ language ability was collected through observation using observation form and analyzed using descriptive statistical and quantitative statistical methods. The finding showed there was a significant raising of the group A students’ language learning result: in first cycle was 61,11% which belonged to low category raised into 81,67% in the second cycle which belonged to high category. So the raising of language learning result was 20,56%.

(2)

PENDAHULUAN

Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian anak usia dini yang berada pada rentan usia 0-8 tahun. Pada usia ini anak disebut sebagai usia prasekolah. Pada usia ini kecerdasan anak berkembang sangat pesat dibandingkan dengan anak yang usianya menginjak kelas 1 SD. Anak yang tidak mendapat pendidikan di usia taman kanak-kanak akan jauh berbeda dengan anak yang mendapat pendidikan di rumah dan langsung memasuki sekolah dasar, sehingga tidak mampu menyesuaikan dengan teman-temannya. Pendidikan anak usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal (Rahman, 2005: 2).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Usia dini seorang anak sering kali dikatakan sebagai golden age atau usia emas. Pada masa ini seorang anak memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya, seperti perkembangan moral, perkembangan fisik motorik kasar dan halus, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif,perkembangan sosial emosional.

Perkembangan kemampuan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang sangat penting diterapkan di PAUD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,karena setiap aktivitas anak sehari-hari akan menggunakan bahasa. Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu bentuk komunikasi baik lisan tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol, sehingga bahasa juga merupakan sarana penting dalam kehidupan manusia

(Santrock, 2007: 353). Di samping itu bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Mengingat besarnya peranan pengembangan bahasa bagi kehidupan anak, maka kemampuan berbahasa anak perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia dini. Sedangkan menurut Tarigan (dalam Filina, 2013: 312) menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi oleh penguasaan kosakata yang dimilikinya, karena semakin kaya seseorang akan kosakata maka akan semakin terampil orang tersebut dalam berbahasa, sebab kualitas keterampilan dan kuantitas kosa kata yang dimilikinya.

Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak, perlu pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan dan karakteristik. Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi suara menjadi berekspresi dengan berkomunikasi, dan dari berkomunikasi dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan kemauannya berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Anak usia dini biasanya mampu mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan atau bercerita yang dapat memikat orang lain dengan menggunakan kata-kata untuk menyebut benda-benda atau menjelaskan peristiwa akan membantu anak untuk membentuk gagasan yang dapat dikomunikasikan dengan orang lain.

Menurut Dewi (2005: 15) menyatakan bahasa diartikan sebagai suatu system symbol dan urutan kata-kata, yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak.

(3)

Menurut Hurlock (1978: 176) bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Menurut Bromley (dalam Dhieni, 2011: 1.11) mendefinisikan “bahasa sebagai sistim simbol yang teratur mentransfer berbagi ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun verbal”. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar.

Melihat pentingnya perkembangan berbahasa pada anak, maka pemerintah merancang kurikulum TK yang mengarahkan agar para guru TK dapat memotivasi anak agar anak sejak dini mampu mendengarkan dan berbahasa secara baik dan benar serta senang belajar menulis meskipun masih dalam bentuk gambar-gambar atau simbol-simbol yang dapat mengekspresikan minat dan kemampuannya. Tetapi pada kenyataannya pengajaran berbahasa saat ini kurang mendapat perhatian. Upaya yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Untuk mencapai keberhasilan dalam kemampuan bahasamaka sebagai seorang pendidik, diperlukan metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar-mengajar agar lebih memberikan interaksi bagi siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja pada tanggal 15 Januari 2014 ditemukan dalam pemanfaatan media dan kemampuan berbahasa anak masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran berlangsung, guru kurang menarik dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Cara guru mengajar cenderung masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh juga kurang maksimal. Kurang maksimalnya hasil belajar anak terlihat pada saat proses pembelajaran, sebagian anak masih takut dalam menjawab pertanyaan karena anak masih belum memahami perintah lisan guru dengan baik. Dilihat dari hasil penilaian

anak pada kegiatan belajar bahasa, cenderung sebagian anak mendapat nilai bintang satu dikategorikan anak kurang mampu, serta kurangnya percaya diri anak untuk tampil ke depan kelas. Jika dibiarkan terus-menerus akan dapat menghambat kemampuan bahasa anak selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya perubahan metode pembelajaran pola lama dan monoton ke arah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan menyenangkan. Cara tersebut dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran karena metode ini belum pernah diterapkan di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

Metode bermain peran tergolong ke dalam metode simulasi yang merupakan suatu metode permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan (Supriyati dalam Gunarti, 2008: 10.9). Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, konkret dan dapat diamati. Bermain peran dikenal juga dengan sebutan bermain pura-pura, khayalan, fantasi, make belive, atau simbolik.

Menurut Piaget (dalam siska, 2011: 33) menyatakan bahwa awal main peran dapat menjadi bukti perilaku anak. Bermain peran ditandai oleh penerapan cerita pada objek dan mengulang perilaku menyenangkan yang diingatnya. Piaget juga menyatakan bahwa keterlibatan anak dalam main peran dan upaya anak mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak lainnya. Bermain peran artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial, dan menekankan kenyataan anak diturut sertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial (Dhieni 2011: 7.33).

Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua anak atau lebih tentang suatu topik

(4)

atau situasi. Anak melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka saling berinteraksi dan melakukan peran terbuka. Metode ini dapat digunakan dalam praktik isi pelajaran yang baru, mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa (Yamin, 2009: 75).Metode bermain peran mampu mendorong anak untuk mengasah kemampuan belajar secara mandiri (individu maupun kelompok) serta dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa. Metode bermain perandapat membuat anak lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran, serta memberikan umpan balik yang baik. Dengan bermain peran diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dan diperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran adalah metode yang dapat mendorong peserta didikuntuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memainkan peran, sehingga dapat mengeksplorasi pengetahuan siswa dan masuk ke dalam situasi yang nyata.

Penggunaan metode bermain peran akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya media sebagai alat bantu pembelajaran. Penggunaan alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar seperti yang dikemukanan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Media yang peneliti gunakan yaitu media kartu gambar karena dengan menggunakan media kartu gambar dapat menarik minat belajar dan konsentrasi anak untuk memahami pelajaran, dan mempermudah guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Menurut Sadiman (2005: 31) menyatakan kelebihan media kartu gambar yaitu memudahkan pengertian anak, dapat

membaca dengan gambar, memudahkan jalannya komunikiasi, harganya murah, dan gampang didapat.

Metode dan media yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran di TK salah satunya yaitu melalui metode bermain peran berbantuan media kartu gambar. Metode bermain peran berbantuan media kartu gambar merupakan metode pembelajaran yang sangat menarik, mudah dilaksanakan, dapat merangsang anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak.

Peneliti menggunakan metode bermain peran dalam usaha meningkatkan perkembangan bahasa anak karena dengan metode bermain peran, anak dapat mengeksplorasi dirinya dengan cara memainkan peran sehingga anak senang dan antusias dalam mengikuti pelajaran.Jika penerapan metode bermain peranberbantuan media kartu gambar dilaksanakan secara efektif dan efisien maka kemampuan berbahasa anak kelompok A di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja cenderung meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Bermain PeranBerbantuan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja Pada Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Kelompok yang menjadi sasaran penelitian adalah kelompok A. Pemilihan kelompok ini dengan pertimbangan berdasarkan hasil analisis rata-rata pengembangan bahasa anak didik cukup rendah.

Subyek dari penelitian ini adalah anak TK Kelompok A semester genap tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 12 orang siswayaitu anak laki-laki 3 orang dan anak perempuan 9 orang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada siswa kelompok A TK Widya Kumara

(5)

Banjar Jawa Singaraja pada semester II. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas. PTK menurut Wardani (2007: 1.4) menyatakan “PTKadalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.Menurut Agung (2012:24) menyatakan PTK adalah “penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan”.

Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang dilakukan didalam kelas untuk memperbaiki permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam meningkatkan pembelajaran dikelas secara lebih profesional.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat rancangan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus namun tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan siklus berikutnya jika tidak memenuhi target. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah :

Gambar 1.Rancangan Penelitian Tindakan Kelas(Arikunto, dkk., 2012: 16)

Pertama, perencanaan yaitu dalam tahap ini peneliti merencanakan semua kegiatan/tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II, masing-masing siklus dilaksanakan dalamenam kali pertemuan (lima kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu kali evaluasi). Hasil dan refleksi awal terhadap permasalahan proses dan hasil belajar di kelas yang menjadi obyek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam kelas berupa metode bermain peranmelalui media kartu gambar. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak.Kedua,pelaksanaan yaitu dalam pelaksanaan ini disusun sesuai dengan tahap pelaksanaan penerapan metode bermain peranmelalui media kartu gambar untuk melihat kemampuan berbahasa anak. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melakukan persiapan pelaksanaan tindakan dengan menyusun persiapan mengajar atau RKH yang akan diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang berupa langkah-langkah pelaksanaan tindakan antara lain menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas atau diajarkan. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan dengan prosedur sesuai matriks.Ketiga, pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Adapun hal-hal yang diamati berkaitan dengan aktivitas belajar siswa adalah: (1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) Interaksi siswa dengan guru; (3) Interaksi siswa dengan siswa; (4) Keterampilan proses belajar siswa dalam menirukan peran dari gambar yang dijelaskan oleh guru.Keempat, refleksi. Refleksi ini dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai kemampuan berbahasa. Hasil kajian tindakan siklus I ini, selanjutnya dipikirkan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas siklus II. Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi Pengamatan Perencanaan

?

(6)

Untuk mengumpulkan data tentang kemampuanberbahsa anak pada siswa kelas A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja digunakan 3 metode yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode pencatatan dokumen.Menurut Agung (2012: 7) metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu”. Sedangkan metode wawancara adalah ”suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis, dan hasil tanya jawab ini dicatat/direkam secara cermat” (Agung 2012: 7). Dan Menurut Agung (2012: 65) ”metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis”. Sedangkan menurut Wardani (2008: 2.29) ”metode pencatatan dokumen merupakan cara pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen”. Yang dimaksud dokumen dalam hal ini adalah daftar hadir anak dan jurnal harian anak berupa format penilaian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan anak setiap harinya. Catatan ini akan sangat berguna bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan reflesi guru terhadap pembelajaran yang dikelola.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuanberbahsa pada siswa Kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja adalah lembar observasi, yang terdiri dari 5 indikator yaitu : melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar, menaati peraturan permainan, mengungkapkan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dsb, bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri, memberikan keterangan/informasi tentang suatu hal. Dalam penelitian menggunakan 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas yaitu metode bermain peran berbantuan media gambar, dan variabel terikat yaitu kemampuan berbahasa.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik diskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif merupakan suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti disribusi frekuensi, grafik, Median (Me), modus (Mo) mean (M), dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan bahasa lisan anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini dilaksanakan di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014 yang mana jumlah siswa kelompok A semester II adalah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Penelitian ini, dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari lima kali pertemuan dan satu kali untuk evaluasi di akhir siklus. Masing-masing pertemuan menerapkan RKM dan RKH. Data yang dikumpulkan adalah mengenai peningkatan kemampuan berbahasa anak dengan menggunakan metodebermain peran. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

Siklus I dilaksanakan dari tanggal 7 April 2014 sampai dengan tanggal 17 April 2014, yaitu dilakukan lima kali pertemuan dan satu kali untuk evaluasi untuk peningkatan kemampuan berbahasa anak dengan tema tata surya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan

(7)

kelas yaitu data mengenai kemampuan berbahasa anak melalui metode bermain peran. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan menggunakan lima indikator dan masing-masing indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi penilaian berupa bintang yaitu bintang satu (kurang), bintang dua (cukup), dan bintang tiga (sudah mampu). Skor total yang diperoleh masing-masing siswa dibagi dengan bobot maksimal di kali 100.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengoptimalkan penggunaan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak TKWidya Kumara Banjar Jawa Singaraja pada Kelompok A Semester IITahun Pelajaran 2013/2014, ini terbukti hasil kemampuan berbahasaanak pada siklus I sebesar 61,11% yang berada pada kategori rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan berbahasa anak TKWidya Kumara Banjar JawaSingaraja pada Kelompok ASemester IITahun Pelajaran 2013/2014, masih berada pada kriteria rendah. Hasil kemampuan berbahasa pada anak kelompok A dengan metode bermain peran berbantuan media kartugambar masih bisa ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang ditemui dan dihadapi peneliti pada saat dilaksanakan penerapan siklus I antara lain:

anak masih belum terbiasa dengan media dan metode yang diterapkan karena sebelumnya media kartu gambar yang diberikan belum pernah digunakan oleh anak, sehingga anak tidak memahami dengan jelas cara cara bermain peran dengan menggunakan media kartu gambar. Anak terlihat kurang aktif dalam kegiatan, karena anak masih merasa bingung dan malu dalam pengungkapan bahasanya seperti terlihat pada saat anak ditunjuk untuk kedepan kelas anak tidak mau berbicara dan cenderung diam dan anak belum memiliki pengetahuan yang banyak tentang bermain peran.

Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas sebagai berikut:memberi penguatan dan dorongan kepada anak agar anak mau mencoba menggunakan media yang disediakan agar anak terbiasa menggunakan media kartu gambar dan memerankan peran sesuai dengan imajinasi sehingga anak tidak merasa malu

dan takut dalam bermain

peran.Mensosialisasikan kembali metode bermain peran dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada anak, dan memberikan contoh secara langsung kepada anak bagaimana cara bermain peran yang baik. Hal ini bertujuan agar anak tidak bingung dan rasa ingin tahu anak semakin tinggi. Sehingga anak mampu bermain peran dengan baik dan dapat menggunakan bahasanya sendiri dengan baik dan benar.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai distribusi perkembangan bahasa pada siklus I anak kelompok A semester II di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja pada Kelompok A Semester IITahun Pelajaran 2013/2014 disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Frekuensi Kemampuan Berbahasa Anak pada Siklus I

Mo M

(8)

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka dilakukan penyempurnaan pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 21 April sampai dengan 6 Mei 2014 dengan tema tata surya yang dilakukan sama seperti siklus I yaitu lima kali pertemuan dan satu kali untuk evaluasi untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa anak. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini pelaksanaannya menyesuaikan dengan tahapan-tahapan tersebut diperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil penelitian tindakan kelas yaitu data mengenai kemampuan berbahasa anak melalui metode bermain peran.

Rata-rata persentase keterampilan berbahasa lisan anak didik kelompok A pada siklus II sebesar 81,67 % yang berada pada kategori tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II yaitu: Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana peneliti yaitu anak mulai aktif dalam kegiatan bermain peran, anak sudah tidak merasa malu lagi untuk tampil ke depan kelas dan bermain peran sesuai dengan media yang digunakan, sehingga kemampuan berbahasa anak dapat tercapai dengan baik dan sesuai harapan. Anak yang awalnya tidak terbiasa dan bingung dalam menggunakan media, tetapi setelah diberikan bimbingan, dorongan, dan diberikan kesempatan untuk memakai media secara langsung anak menjadi berani mengungkapkan bahasanya secara baik dengan bahasa yang sederhana melalui bermain peran.Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase peningkatan daya keterampilan berbahasa lisan siklus I ke siklus II sebesar: 20,56 %.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai distribusi perkembangan bahasa pada siklus II anak kelompok A semester II di TK Widya Kumara Banjar JawaSingaraja pada Kelompok ASemester IITahun Pelajaran 2013/2014disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Frekuensi Kemampuan Berbahasa Anak pada Siklus II

Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan teori para ahli yang mendukung penelitian ini. Jika dilihat dari teori-teori yang peneliti kemukakan sebelumnya yaitu menurut pendapat Yamin, 2009: 75 menyatakan bahwa metode bermain peran mampu mendorong anak untuk mengasah kemampuan belajar secara mandiri (individu maupun kelompok) serta dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa. Metode bermain perandapat membuat anak lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran, serta memberikan umpan balik yang baik. Dengan bermain peran diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dan diperoleh pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Penggunaan metode bermain peran akan lebih efektif apabila didukung dengan adanya media sebagai alat bantu pembelajaran. Penggunaan alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar seperti yang dikemukanan oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan

Me

M Mo

(9)

keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa.

Dalam proses pembelajaran guru memberikan keleluasaan kepada anak untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran, memberikan kesempatan untuk memakai media secara langsung, memberikan bimbingan, dorongan dan kasih sayang kepada anak, agar anak menjadi berani, terbiasa menggunakan media dan metode yang baru, tidak takut, dan tidak bingung dalam bermain peran sehingga anak mampu mengungkapkan bahasanya dengan baik dan benar. Peningkatan yang signifikan dapat dilihat dari beberapa indikator yang telah diberikan diberikan kepada anak seperti pada silus I anak yang mulanya hanya dapat melakukan 2 sampai 3 perintah dari guru, namun setelah diterapkan kembali pada siklus II anak sudah muali menunjukkan peningkatan dengan melakukan 3 sampai 5 perintah secara sederhana. Anak sudah mampu memberikan informasi dan bercerita dengan memainkan peran kepada teman-temannya tentang media kartu gambar tanpa bantuan guru, sehingga semakin banyak penambahan kosa kata baru yang di dengar maupun dilihatnya.

Meskipun penerapan metode bermain peran sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran, namun kenyataannya di lapangan sedapat mungkin menyiapkan media yang diperlukan agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut di atas berarti bahwa penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok A Semester II tahun ajaran 2013/2014 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan berbahasa anak di TK Widya

Kumara Banjar Jawa Singaraja, setelah dilaksanakan penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu bgambar pada siklus I sebesar61,11 %yang berarti pada kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi81,67 % yang menunjukkan kategori tinggi. Jadi dengan metode bermain peran ternyata terdapat peningkatan sebesar 20,56.

Berdasarkanpembahasandankesi mpulandiatasmakadiajukan saran-saran sebagaiberikut.Disarankan kepada para guru hendaknya guru TK lebih kreatif dalam memilih metode serta media pembelajaran yang sesuai dengan tema, lingkungan, kemampuan dan karakteristik anak.Disarankan kepada anak agar lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga kemampuan berbahasa anak dapat meningkat.Disarankan kepada kepala sekolah agar kepala sekolah mampu memberikan informasi mengenai metode dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien dan inovatif.Disarankan kepada peneliti lain agar dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dengan bantuan media kartu gambar ataupun media lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja.

---,2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Angkasa. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembalajaran.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dheni, Nurbiana,dkk. 2011. Metode

Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

(10)

Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Filina, Zulhaida. 2013. Efektifitas Metode

Role Playing untuk Meningkatkan Kosakata Anak Tunarungu. Vol 1. No.1. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus.

Gunarti, Winda, dkk. 2008. Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hurlock, Elisabet. 1978. Jilid 1 Perkembangan Anak. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009. tentangStandar Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

RI.

Sadiman, Arief, dkk. 2005. Media PendidikanPengertian

Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Siska, Yuliana 2011. Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan Berbicara anak usia dini. No. 2. Universitas Pendidikan Indonesia.

Undiksha. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Wardani, dkk. 2007. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.

Gambar

Gambar  1.Rancangan  Penelitian  Tindakan  Kelas(Arikunto, dkk., 2012: 16)
Gambar  1.  Frekuensi  Kemampuan  Berbahasa  Anak  pada  Siklus I
Gambar  2.  Frekuensi  Kemampuan  Berbahasa  Anak  pada  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat diatas metode observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang individu maupun kelompok dengan cara

anak menjadi tertarik terhadap media yang disajikan dan mampu membuat anak untuk mengasah daya pikir dan dapat menumbuhkan motivasi anak; kepada Kepala Sekolah,

Kepada kepala sekolah diharapkan agar mampu memberikan pembinaan kepada guru tentang metode bercakap- cakap berbantuan media kartu gambar agar dapat diterapkan dalam

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan setelah diterapankannya metode

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode mind mapping berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa menggunakan

Untuk menentukan tingkat kemampuan berbahasa lisan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata- rata persen (M%) dengan criteria Penilaian Acuan Patokan (PAP)

DME merupakan senyawa ether sederhana yang dapat diproduksi dari berbagai sumber bahan baku seperti gas bumi, batubara, serta biomasa, dan mempunyai angka cetan

Dengan melihat hasil pengujian tersebut, pada tekanan nosel 120 bar BD 5% + D 95% memiliki karakteristik yang paling mendekati D 100% (solar) baik dari kecepatan