• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DRILL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE DRILL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DRILL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA PADA

ANAK

Ni Made Dewi Ratna Sari¹, Made Suarjana² , Luh Ayu Tirtayani³

1,3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

²Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: ewix_wikari@yahoo.com¹; pgsd_undiksha@yahoo.co.id²;

ayu.tirtayani@gmail.com³

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bahasa anak setelah penerapan metode drill berbantuan media gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 14 anak PAUD Santi Kumara kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan bahasa dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor kemampuan bahasa pada anak kelompok B setelah diterapkan metode drill berbantuan media gambar pada siklus I sebesar 71,38% yang berada pada katagori sedang kemudian pada siklus II menjadi 87,00% tergolong pada katagori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan bahasa anak setelah diterapkan metode drill berbantuan media gambar sebesar 15,62%.

Kata-kata kunci: Penerapan Metode Drill, Media Gambar, Kemampuan Membaca Anak Abstract

This research to determine the increase in child language skills after applying the drill method with images. This research is a follow-grade with two cycles. Each cycle consists of a planning phase of action, observation, and reflection to plan their next move. The subjects of the study are 14 kindergarten Anak PAUD Santi Kumara students in class B in the second semester in the academic year of 2013/2014. The data was collected by using observation method. The instrument used was in form of observation form. The data collected were analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive. Results of the data analysis showed that the average score of students’

language skills ability of B group increased after implementing method drill with images from 71,38% in the first cycle in which it is categorized as moderate category into 87,00% in the second cycle in which it is categoried as high category. In conclusion, there is an increase of students’ language skills after implementing drill method aided by the media images that is 15,62%. It is categorized as relatively high category.

Keywords : Applying Drill Method, Media Images, Child Language Skills

(2)

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah untuk mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian maka diperlukan suatu kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien, dengan harapan kegiatan belajar mengajar tersebut menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Pendidikan di Indonesia memiliki tiga tingkat yaitu pendidikan informal, formal, dan non formal. Ketiga pendidikan tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan anak usia dini. Salah satu pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta adalah dalam bentuk taman kanak- kanak (TK). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini dengan prinsip belajar melalui bermain.

Program pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari upaya pengembangan sumber daya manusia yang berpotensi, kritis berkualitas dan mampu bersaing dalam era teknologi yang akan datang khususnya di bidang pendidikan. Pengembangan potensi sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Salah satu pengembangan potensi dari usia dini melalui Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendikan Nasional Pasal 1 angka 14 (dalam Permendiknas No 58 Tahun 2009) Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan uraian diatas Pendidikan Anak Usia Dini merupakan langkah awal yang tepat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 (dalam Permendiknas No 58 Tahun 2009) mengisyaratkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah dan pra- akademik untuk mempersiapkan anak

dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah dasar.

Pendidikan anak usia dini di Indonesia khususnya taman kanak-kanak saat ini sedang menjadi sorotan masyarakat, karena pendidikan pada anak usia dini sebagai tempat awal anak belajar berbagai kemampuan dasar sebagai bekal untuk mengembangkan kehidupan, baik pribadinya sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.

Tujuan pendidikan Anak Usia Dini adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosiaonal, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Disini peran guru sangat penting dalam pemilihan model yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yang harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan siswa. Guru dihadapkan pada sejumlah model-model pembelajaran yang ada serta media pendukung untuk memperlancar proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode- metode pembelajaran dan media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Segala upaya ini dilakukan guru agar dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak salah satunya yaitu aspek kemampuan bahasa.

Seperti yang diketahui bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan seseorang. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat menyampaikan ide, gagasan pikiran, dan perasaan kepada manusia lainnya baik dalam situasi formal maupun situasi non formal. Adapun secara universal menurut Santosa (2008:1.2) bahwa bahasa adalah “suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran”.

Dengan ujaran, manusia dapat mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.

(3)

Kata-kata manusia itu menjadi bahasa apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa. Sebagai alat komunikasi, bahasa dibagi menjadi dua jenis yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis.

Bahasa lisan dgunakan dalam komunikasi antara pendengar dan pembicara, sedangkan bahasa tulis digunakan antara pembaca dan penulis. Seperti yang kita ketahui bahwa ada empat keterampilan dalam berbahasa diataranya yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan keterampilan membaca.

Fungsi pegembangan kemampuan berbahasa menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004:105) pada anak di TK yaitu (1)sebagai alat bagi anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.

(2)sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak. (3)sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak dan, (4)sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa. Menurut Tarigan (1993:39), faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu: (1)Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan), tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang. (2) Pola Komunikasi dalam keluarga, dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya. (3) jumlah anak atau jumlah keluarga, suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti. Posisi urutan kelahiran, perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu.

Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak

bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja. (4) Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa), anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau akan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja, karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

Namun fenomena hasil belajar tidak semua anak mampu mengaktualisasikan kemampuan berbicaranya dengan baik.

Seperti hasil observasi dan wawancara dari tanggal 1 – 2 febuari di PAUD Santi Kumara Liligundi Singaraja, diketahui bahwa 10 dari 14 orang anak nampak takut, enggan, malu-malu atau gemetar saat ingin mengutarakan gagasannya bahkan ada pula anak yang belum mampu berucap dengan jelas. Dengan adanya masalah perkembangan bicara anak, maka pendidik di PAUD dapat menggunakan beberapa strategi penanganan. Prinsip belajar seraya bermain sangat membantu dalam mendidik anak untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Berdasarkan permasalahan- permasalahan tersebut maka perlu diupayakan penerapan metode dan media pembelajaran yang tepat. Salah satu alternatifnya adalah menerapkan metode drill berbantuan media gambar. Metode driil merupakan metode yang memberikan latihan secara berulang-ulang kepada anak dengan menggunakan media gambar sebagai alat peraga yang digunakan menyampaikan materi pembelajaran kepada anak. dengan menggunakan media gambar yang bervariasi dan menarik dengan warna-warna yang cerah akan menjadikan kegiatan menjadi tidak menjenuhkan sehingga dapat menarik minat anak dalam mengasah dan meningkatkan kemampuan berbahasa anak menjadi lebih baik.

Menurut Subana dan Sunarti (1998:

262) ”Metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan

(4)

secara berulang-ulang mengenai materi yang telah diajarkan guru, sehingga siswa memperoleh suatu keterampilan atau ketangkasan latihan apa yang telah dipelajari”. Sriyono, dkk., (1992), menyatakan “Drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinyu untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari”. Lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan. Sedangkan menurut Anita, (2009:118), metode drill atau latihan adalah “suatu cara mengajar dengan memberikan latihan terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik sehingga memperoleh sesuatu ketrampilan tertentu”.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode drill merupakan praktek mengajar dengan memberikan latihan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu, sehingga nantinya anak mempunyai suatu keterampilan tertentu.

Serta guru dapat mengasah berbagai macam kemampuan anak dengan menerapkan metode drill yaitu dengan memberikan latihan secara berulang-ulang kepada anak.

Menurut Sriyono (1992) kelebihan metode drill adalah : (1)Materi pembelajaran yang akan disampaikan diberikan secara teratur, hal ini akan lebih melekat pada diri anak dan anak lebih mudah paham dan lebih mudah mengikuti pembelajaran. (2)Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahannya.

(3)Dengan memberikan pembelajaran secara teratur juga akan menghemat waktu belajarnya. Pengetahuan atau keterampilan siapa yang telah terbentuk waktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari baik keperluan study maupun untuk bekal hidup masyarakat kelak.

Sedangkan kelemahan metode drill Menurut Sriyono (1992) adalah (1)Dapat membentuk kebiasaan yang kaku.

(2)Latihan yang terlampau berat akan

menimbulkan perasaan benci, baik pada mata pembelajaran maupun kepada gurunya. (3)Latihan yang dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan.

Pada akhirnya anak enggan berlatih dan malas mogok belajar.

Langkah-langkah penerapan metode drill menurut Bahri (1996:117) adalah (1)Guru menyediakan peralatan yang diperlukan. Guru menciptakan kondisi anak untuk belajar. (2)Guru memberikan pengertian atau penjelasan sebelum kegiatan dimulai. (3)Guru mulai menceritakan media gambar berseri.

(4)Anak diberi kesempatan untuk bertanya.

(5)Anak membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan. (6)Guru bertanya kepada siswa.

Adapun dalam memberikan latihan ini

ada baiknya guru dapat

menginovasikannya dengan menggunakan bantuan media yang menarik bagi anak agar anak merasa senang dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam menerapkan metode drill adalah media gambar. karena media gambar menyimpan banyak manfaat dalam menyampaikan pembelajaran kepada anak.

warna-warna yang cerah dan tampilan gambar yang jelas akan memudahkan anak menyimak kegiatan yang anak ikuti.

Menurut Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah “Media visual dalam bentuk grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar.” Sedangkan Oemar Hamalik (1986) berpendapat bahwa “ Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran”. Sedangkan Arsyad (1995: 83), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar- gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran. Makad media merupakan media merupakan berbagai jenis komponen yang berfungsi sebagai

(5)

penyalur pesan guna merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa untuk belajar.

Manfaat media gambar bagi dunia pendidikan anak sendiri adalah anak dapat menyampaikan pesan/informasi pelajaraan pada anak secara nyata. dengan menggunakan media gambar dapat mengatasi ruang dan waktu dan daya indra.

Melalui media gambar, video, dll. dapat menarik minat anak dalam mengikuti proses pembelajaran, serta memotivasi anak dalam belajar. anak dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya. dan media gambar sebagai perangsang daya pikir anak dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah – langkah dalam menerapkan metode drill berbantuan media gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak yang pertama adalah Perkenalkan pada anak terlebih dahulu tentang media gambar berseri yang sudah disiapkan sebelumnya. Lalu biarkan anak untuk melihat, meraba media gambar. setelah anak-anak terlihat mulai tertarik ajak anak untuk mendengarkan arahan dari guru.

ajaklah anak duduk melikar atau membentuk posisi huruf “U” agar semua anak dapat melihat gambar dengan jelas.

Kemudian guru mulai menceritakan isi dari media gambar berseri dan lakukan hal tersebut berulang-ulang, agar anak memahami isi cerita tersebut. Langkah selanjutnya, berikan kesempatan kepada anak untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya mengenai isi dari media gambar berseri dengan kalimatnya sendiri.

Setelah selesai bercerita ajak anak untuk tanya jawab tentang warna-warna, jumlah serta jenis benda yang ada dalam gambar apa saja yang ada pada media gambar berseri.

Keterkaitan penerapan metode drill berbantuan media gambar dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak sangat erat. Karena dengan menggunakan metode drill anak dapat melatih keterampilan bahanya secara terus menerus. Kemampuan anak akan semakin meningkat apabila diasah secara terus menerus sampai kemampuan bahasa anak mencapai kriterian perkembangan bahasa yang lebih baik. Dan dapat menyampaikan

perasaanya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

Maka dilakukan penelitian dengan menerapkan metode drill berbantuan media gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B semester II tahun ajaran 2013/2014 di PAUD Santi Kumara Liligundi Singaraja.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2013/2014 di PAUD Santi Kumara, Kecamatan Liligundi, Kabupaten Sukasada.

Penelitian tindak kelas ini dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada anak kelompok B. Subjek penelitian ini adalah 14 orang anak yaitu 6 orang anak laki-laki dan 8 anak perempuan pada kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Kemampuan yang ingin ditingkatkan dalam penilian ini adalah kemampuan bahasa anak PAUD Santi Kumara pada semester ke II.

Pada siklus I ditandai dengan penerapan metode drill berbantuan media gambar dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak. begitu pula yang dilaksanakan pada siklus II. Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (PTK) Menurut Agung (2012:2) menyatakan “ PTK sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”. Sedangkan Suyanto (2007:1) menyatakan “PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

PTK merupakan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari hari di lapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. Singkatnya, PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pengajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini”.

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi

(6)

dan refleksi. Dalam tahap perencanan tindakan yang dilaksanakan meliputi:

menyusun peta konsep, menyusun rencana kegiatan (RKM), rencana kegiatan mingguan (RKH), mempersiapkan alat atau media yang digunakan yaitu media pohon bilangan, mempersiapkan instrument penilaian yaitu lembar observasi.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data kemampuan bahasa anak yaitu metode observasi dan wawancara. Adapun metode observasi menurut Observasi menurut Halim, (2009:

149) adalah "metode atau cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung".

Sedangkan menurut Arikunto (1998: 28)

"observasi adalah suatu teknik ya dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis".

Berdasarkan pendapat diatas metode observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang individu maupun kelompok dengan cara mengamati tingkah l

kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan bahasa anak PAUD Santi

lembar observasi. Penelitian tindak kelas ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kualitatif.

Agung (2012: 76) Menjelaskan bahwa metode analisis deskriptif kuantitatif

cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan tekn

rumus-rumus statistik deskriptif seperti frekwensi, grafik, angka rata

median (Me), dan modus

menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Data yang diperoleh dari metode analisis statistik deskriptif akan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean) menghitung media dan menghitung modus. Serta menyajikannya ke dalam grafik

PAUD Santi Kumara Liligundi Singaraja.

Dalam tahap perencanan tindakan yang dilaksanakan meliputi:

menyusun peta konsep, menyusun rencana kegiatan (RKM), rencana kegiatan mingguan (RKH), mempersiapkan alat atau itu media pohon mempersiapkan instrument

ervasi.

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data kemampuan bahasa anak yaitu metode observasi dan wawancara. Adapun metode observasi Observasi menurut Halim, (2009:

149) adalah "metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung".

Sedangkan menurut Arikunto (1998: 28)

"observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis".

Berdasarkan pendapat diatas metode observasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang individu maupun kelompok dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan bahasa anak PAUD Santi Kumara yaitu Penelitian tindak kelas ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kualitatif.

Menjelaskan bahwa deskriptif kuantitatif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus statistik deskriptif seperti frekwensi, grafik, angka rata-rata (Mean), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek ingga diperoleh kesimpulan

”. Data yang diperoleh dari metode deskriptif akan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung rata (mean) menghitung media dan menghitung modus. Serta menyajikannya ke dalam grafik polygon.

PAUD Santi Kumara Liligundi Singaraja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Mei 2014 - 1 April 2014.

peningkatan kemampuan bahasa anak pada siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan mem

rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah dihitung maka didapatkan M sebesar 11,42, Me sebesar 11,00 dan Mo sebesar 10,00. Jika disajikan dalam grafik polygon

1.

Gambar 1. Data Kemampuan Bahasa pada Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo

< 11,00 < 11,42

disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan berbahasa pada siklus I merupakan kurve juling

menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah.

tingkat perkembangan bahasa dalam mengenal bentuk dapat dihitung dengan membandingkan rata

dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima M% = 71,38% yang konversikan ke dalam PAP skala lima, M%

berada dalam tingkat penguasaan 65 79% yang berarti kemampuan bahasa anak berbantuan media gambar pada siklus I berada dalam kriteria sedang.

Data peningkatan kemampuan bahasa anak pada siklus II disajikan dala

tabel distribusi frekuensi untuk 0

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

8 9 10

f r e k u e n s i

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 April 2014. Data peningkatan kemampuan bahasa anak pada siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah dihitung maka didapatkan M sebesar 11,42, Me sebesar 11,00 dan Mo sebesar 10,00. Jika disajikan maka seperti gambar

Data Kemampuan Bahasa pada

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo < Me <M (10,00 2), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan berbahasa pada siklus I merupakan kurve juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor Untuk menentukan tingkat perkembangan bahasa dalam dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan M% = 71,38% yang di konversikan ke dalam PAP skala lima, M%

berada dalam tingkat penguasaan 65 – 79% yang berarti kemampuan bahasa anak berbantuan media gambar pada siklus I berada dalam kriteria sedang.

Data peningkatan kemampuan bahasa disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk

10 11 12 13 14

x

(7)

memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah dihitung maka didapatkan M sebesar , Me sebesar 11,00 dan Mo sebesa

disajikan dalam grafik polygon gambar 2.

Gambar 2. Data Kemampuan Bahasa p Siklus II.

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M (16,00>14,00>13,92), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan bahasa pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Untuk menentukan tingkat kemampuan bahasa anak dapat dilihat dengan membandingkan rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M%

= 87,00% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel 3.4 M% berada pada tingkat penguasaan 80 – 89% yang berarti bahwa perkembangan kognitif dalam mengenal bentuk pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Berikut Pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima (Agung

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

10 11 12 13 14 f

r e k u e n s i

memudahkan menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon rata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah dihitung maka didapatkan M sebesar , Me sebesar 11,00 dan Mo sebesar 10,00. Jika polygon tampak pada

2. Data Kemampuan Bahasa pada

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M ), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan bahasa pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor Untuk menentukan tingkat kemampuan bahasa anak dapat ingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M%

% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel 3.4 M% berada pada tingkat 89% yang berarti bahwa bangan kognitif dalam mengenal

pada siklus II berada pada kriteria Berikut Pedoman Penilaian Acuan

(Agung. 2012)

Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima tentang Tingkatan Keterampilan Bahasa.

Persentase 90 – 100

80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas maka penerapan

berbantuan media gambar

kelompok B Semester II tahun pelajaran 2013/2014 di PAUD Santi Kumara Liligundi.

Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan bahasa

Sesuai analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif terhadap kemampuan bahasa

penerapan metode drill gambar, diperoleh rata

bahasa anak pada siklus I sebesar 71,38 dan rata-rata persentase kemampuan bahasa pada siklus II sebesar

menunjukkan adanya peningkatan rata persentase kemampuan mengenal lambang bilangan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 15,62%.

metode drill berbantuan media gambar.

Terjadi peningkatan pada kemampuan bahasa anak. hal ini disebabkan

tertarik anak dalam mengikuti

pembelajaram dan media pembelaja yang disajikan oleh guru, sehingga anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan

Hamalik (2001) mengemukakan bahwa

“pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-

terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.”

14 15 16

Pedoman PAP Skala Lima tentang Tingkatan Keterampilan

Kategori Sangat Tinggi Tinggi

Sedang Rendah

Sangat Rendah Berdasarkan hasil penelitian dan

penerapan metode drill berbantuan media gambar pada anak kelompok B Semester II tahun pelajaran PAUD Santi Kumara Liligundi.

Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai dapat diuraikan yaitu, Sesuai analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif terhadap bahasa anak. melalui drill berbantuan media diperoleh rata-rata kemampuan bahasa anak pada siklus I sebesar 71,38%

rata persentase kemampuan pada siklus II sebesar 87%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan mengenal lambang gan anak dari siklus I ke siklus II Setelah penerapan berbantuan media gambar.

Terjadi peningkatan pada kemampuan ini disebabkan oleh rasa dalam mengikuti kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru, sehingga anak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan bahasa anak.

Hamalik (2001) mengemukakan bahwa

“pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat mbangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan -pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa eningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi.”

(8)

Media gambar menurut Sudjana, (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis.

Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Arsyad (1995: 83), mengatakan bahwa media gambar adalah berbagai peristiwa atau kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, katakata, simbol-simbol, maupun gambaran”.

Keunggulan dari penerapan media gambar dalam menyampaikan pesan/infomasi pembelajaran kepada anak sangat penting.

Karena media gambar dapat menyampaikan meteri secara nyata dan tidak mono. Warna-warna cerah yang terdapat pada gambar semakin menarik dan memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan adanya media gambar sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran akan membantu anak dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hal ini terlihat adanya peningkatan skor dari silkus I ke siklus II selama penelitian dilaksanakan.

Pada penelitian yang telah dilaksanakan, ditemukan kendala-kendala yaitu : beberapa anak masih terlihat bermain-main pada saat diajak melaksanakan kegiatan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan, masih ada beberapa anak malu mengungkapkan pendapatnya dan malu bercerita tentang pengalamannya di depan kelas. untuk mengatasi kendala – kendala tersebut maka solusi yang diberikan oleh guru adalah Menciptakan suasana yang menarik perhatian anak sehingga anak-anak fokus perhatiannya ke depan kelas, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak, untuk tidak takut ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru.

Hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I, beberapa anak sudah bisa mengemukakan pendapatnya. yang berarti penerapan metode drill berbantuan media gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak mendapat respon yang baik dari anak. sehingga kegiatan pembelajaran berjalan sesuai harapan. Meskipun sudah

berjalan dengan baik, masih terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan bahasa anak masih berada pada kriteria sedang, hal ini disebabkan karena terdapat kendala-kendala ketika penerapan didalam kelas. Kendalanya adalah masih terdapat beberapa anak bermain-main dan tidak fokus pada saat melaksanakan kegiatan. Hal ini ini disebabkan karena guru terlalu lama memberikan penjelasan. Selain itu masih ada banyak anak yang takut untuk ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru. untuk mengatasinya yaitu menjelaskan kembali metode drill dan media yang dipakai dalam kegiatan dengan menyampaikan cara kerja dari metode yang diterapkan, menciptakan suasana yang menarik perhatian anak sehingga anak- anak fokus perhatiannya ke depan kelas, memberikan motivasi dan dorongan kepada anak untuk tidak takut ke depan kelas dalam melaksanakan perintah guru.

Setelah adanya refleksi maka melalui perbaikan yang dilakukan tampak adanya peningkatan kemampuan bahasa anak yang di peroleh dari temuan-temuan yaitu secara garis besar proses kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah di rencanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan bahasa anak dapat tercapai, peneliti memberikan bimbingan dan tuntunan apabila ada yang belum di mengerti oleh anak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kemampuan bahasa anak kelompok B TK Santi Kumara Liligundi setelah diterapkan metode drill berbantuan media gambar. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase kemampuan bahasa anak pada siklus I sebesar 71,38% yang berada pada kategori sedang, pada siklus II menjadi meningkat sebesar 87,00%. Dan mengalami rata – rata presentase sebesar 15,62% yang berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

Kepada guru, disarankan lebih kreatif dalam memilih dan menerapkan metode

(9)

serta media pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak. Kepada kepala TK disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, efesien dan inovatif. Kepada peneliti disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari penerapan metode drill berbantuan media gambar pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha.

---, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar.

Singaraja : Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja.

…….., 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

Anita, W. 2001. Strategi belajar-mengajar.

Jakarta : Universitas terbuka Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan

Metodologi Pendidikan Islam.

Jakarta: Intermasa.

Aisyah, 2007 Anak Usia Dini.Jakarta.

Badru Zaman, 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas Terbuka

Dhieni, N, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Depdikbud. 2008. Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar TK.

Jakarta.

Depdiknas (2006). Panduan Pengelolaan Taman Kanak - kanak. Jakarta : Badan Litbang Depdiknas

Djamarah, Bahri & Aswar Z. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka.

---, 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta

Halim Malik. Pengertian Data. Analisis Data dan Cara Menganalisis Data Kualitatif. http://id.wikipedia.or/wiki/.

Penelitian Kualitatif (diakses Januari 2009).

Hamalik, Oemar (1986). Media Pendidikan.

Bandung : Alumni.

Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar Dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pasca Sarjana Uneversitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Pedoman Penulisan Skripsi Dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma 3 Universitas Pendidikan Ganesha.

2013. Universitas Pendidikan Ganesha.

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Nasional Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD.

Sadiman, Arief S. dkk. 2008. Media Pendidikan. Pengertian

Pengembangan Dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Somenadi (2013) “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Pada Anak Kelompok B Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Tk Stana Widya Kumara Depeha”. PTK Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singaraja.

Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta:

Rineka Cipta.

(10)

Subana & Sunarti, 1998 Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Yogyakarta : graha ilmu

Sujana N, 2008. Teknologi Pengajaran.

Bandung: Sinar Baru

Suyanto, Kasihani K.E.2007. Penelitian Tindak Kelas : Pengembangan Dan Ferleksi Dosen Dan Guru. Makalah Disajikan Pada Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran Yang Mendidik di SD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Singaraja.

Gambar

Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima tentang  Tingkatan  Keterampilan  Bahasa.  Persentase  90 – 100  80 – 89  65 – 79  55 – 64  0 – 54

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode pemberian tugas berbantuan media gambar dengan teknik mozaik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus yang menggunakan capaian perkembangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9%

yang berarti bahwa kemampuan anak dalam mengenal angka anak kelompok B di TK Dharmapatni Denpasar Barat pada siklus I berada pada kriteria rendah. Hal ini terjadi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode demonstrasi berbantuan media papan flannel dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada

anak menjadi tertarik terhadap media yang disajikan dan mampu membuat anak untuk mengasah daya pikir dan dapat menumbuhkan motivasi anak; kepada Kepala Sekolah,

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode mind mapping berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan bahasa menggunakan

Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya tentang strategi pembelajaran dengan penerapan metode

Metode observasi adalah suatu cara adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara