• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERMAIN TEBAK MIMIK BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERMAIN TEBAK MIMIK BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN TEBAK MIMIK BERBANTUAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL

1Nyoman Nopi Purnama Yanti, 1I Nyoman Jampel, 2I Made Tegeh

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {nopivito@yahoo.com, nyomanjampel@yahoo.com, imadetegehderana@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: peningkatan kemampuan sosial emosional anak TK pada kelompok B di TK Artha Kumara dengan menerapkan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 15 orang anak TK pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan sosial emosional dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tejadi peningkatan kemampuan sosial emosional dengan penerapan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar pada siklus I sebesar 63,50% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 90,30% tergolong pada kategori sangat tinggi. Jadi terjadi peningkatan pada kemampuan sosial emosional anak dalam menyampaikan macam-macam mimik.

Kata Kunci : metode bermain tebak mimik, kartu bergambar, sosial emosional.

Abstract

This study was aimed at finding out the improvement emotional social upgrading of kindergarten children in group B in kindergarten Artha Kumara by applying methods of play charades gestures aided picture card media. This type of study is a classroom action-based research which was carried out in two cycles. The subjects were 15 kindergarten children in group B II Semester Academic Year 2013/2014. Research data on the ability of social emotional collected by the method of observation with instruments such as observation sheet format. The data were analyzed using descriptive analysis method and quantitative descriptive analysis method. The results of the data analysis showed that the increase in social skills emotional occurred with the adoption of media - assisted expression play charades picture cards on the first cycle of 63.50 % which is at the low category was experiencing an increase in cycle II to 90.30 % belong to the very high category. So there was an increase in social skills in a child's emotional expressions convey various.

Keywords : method of play charades gestures, picture cards, social emotional.

(2)

PENDAHULUAN

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun dan berada pada jenjang pendidikan taman kanak-kanak (TK). Anak taman kanak- kanak sedang membutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosial emosional. Semua aspek tersebut diharapkan berkembang dengan baik pada diri anak. Dan apabila dalam upaya pengembangannya menemui suatu kesulitan, maka kepada orang tua dan pendidik di sekolah agar lebih peka terhadap kondisi anak. Anak adalah seorang sosok individu yang sangat memerlukan bimbingan dalam segala hal yang ia lakukan. Montessori & Hainstock (Sujiono, 2009:54), mengatakan bahwa,

”anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode sensitif (sensitive periods), selama inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya”. Dalam bimbingan yang diberikan tersebut diharapkan pada diri anak agar terjadi suatu proses perubahan perilaku yang tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks dan menjadi anak yang lebih mandiri. Jika berbicara tentang seorang anak, hal yang tidak luput dari pemikiran kita adalah

mengenai pertumbuhan dan

perkembangannya.

Secara nasional keberadaan pendidikan anak usia dini di Indonesia masih jauh dari harapan. Dapat dikatakan demikian karena kesadaran orang tua untuk memberikan pendidikan di usia dini masih sangat jarang terutama di daerah-daerah terpencil yang memang sumber daya manusianya masih rendah. Namun di lain hal, pentingnya pendidikan bagi anak usia dini telah menjadi perhatian para pakar pendidikan sejak lama. Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan anak yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan pada tahap selanjutnya.

Pada perkembangan tersebut selain gizi yang cukup, rangsangan-rangsangan anak

selama dalam kandungan dan setelah dilahirkan sangat diperlukan. Terpenuhinya gizi dan rangsangan-rangsangan tersebut akan membantu perkembangan intelegensi anak setelah mereka dilahirkan. Bahkan berdasarkan hasil penelitian Benyamin S.

Bloom (dalam Santoso, 2002:5) pada usia empat tahun seorang anak sudah membentuk 50% intelegensi yang dimilikinya setelah dewasa. Pada saat anak berusia 6 tahun, ia telah mencapai dua pertiga intelegensi yang dimilikinya pada usia 17 tahun. Jadi perkembangan anak sampai usia 17 tahun lebih banyak dibentuk oleh perkembangan sebelum usia empat tahun. Ini berarti pendidikan pada usia dini merupakan pendidikan yang vital bagi perkembangan berikutnya. Sigmund Freud menyebutnya ”lima tahun pertama yang paling penting” dalam hidup seseorang. Hal ini disebabkan pengalaman atau memori pada periode itu.

Melihat dari hal tersebut, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri yang dimiliki, melalui proses pembelajaran pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, UUD No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1. Jenjang pendidikan dalam hal ini merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik. Seperti halnya dengan pendidikan anak usia dini (PAUD)/pendidikan taman kanak-kanak, ditujukan kepada anak yang berusia 4 sampai dengan usia 7 tahun.

Seperti yang telah tertuang dalam salah satu kebijakan pemerintah untuk mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Seperti yang dilihat selama ini yang terjadi pada Taman Kanak-Kanak adalah

(3)

pembelajaran di dalam kelas lebih didominasi peran guru sebagai pusat informasi. Dalam proses pembelajaran, anak hanya berperan sebagai penerima informasi tanpa adanya aktivitas untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari.

Padahal pada usia ini guru seharusnya menggali atau lebih peka akan apa yang dimiliki oleh anak didiknya. Karena pada masa usia pra sekolah ini merupakan tahun-tahun kritis bagi anak dan masa ketika anak mempunyai kreativitas alamiah untuk menjajaki, mencari tahu, bereksplorasi, imajenatif, percaya diri, mencoba hal-hal baru, mencipta, dan senang bermain sendiri. Menurut Ericson, masa ini sebagai masa inisiatif perasaan bersalah (initiative vs guilty). Jika dilihat dari hal tersebut, guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai optimal.

Model pembelajaran yang dapat melibatkan anak didik secara menyeluruh dan optimal adalah pembelajaran menggunakan metode bermain. Dengan bermain anak bisa mengekspresikan apa yang anak kehendaki, membuat anak lebih rileks dalam belajar dan tidak ada perasaan tertekan dalam mengikuti kegiatan belajar baik di kelas maupun di luar kelas. Semua yang diberikan kepada anak dengan bermain akan mempermudah anak untuk menyerap informasi yang diberikan baik oleh pendidik di sekolah maupun orang tua anak di rumah. “Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain harus dilakukan dengan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak” (dalam Mutiah, 2012:91).

Dengan demikian, taman kanak- kanak pada umumnya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangannya. Bertitik tolak dengan tujuan tersebut di atas, salah satu dari pengembangan kemampuan dasar yaitu pengembangan sosial emosional. Namun kenyataan yang terjadi perkembangan

sosial emosional di TK Artha Kumara belum cukup baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dengan guru kelas kelompok B di TK Artha Kumara bahwa hambatan yang sering ditemui selama proses belajar-mengajar berlangsung adalah anak belum mampu memperlihatkan kemandirian dan sering kali anak menutup diri akan sesuatu yang dipikirkan dan dirasakannya. Untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak tersebut, digunakan metode bermain agar anak mampu mengungkapkan perasaan dan tidak canggung lagi kepada teman sebaya ataupun gurunya. Metode bermain ini digunakan karena memiliki keunggulan yaitu pada saat pembelajaran berlangsung dengan bermain anak akan lebih mengerti tentang materi yang disampaikan oleh guru.

karena dengan bermain anak akan merasakan relaksasi dan tanpa adanya hambatan atau ketegangan dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

Karl Buhker (dalam Soefandi dan Pramudya, 2009:16) berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan, dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi pelaku lainnya.

Ketika anak mulai mampu berbicara dan berfantasi, ini akan meluas menjadi kenikmatan berkreasi.

Adapun komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar tersebut seperti guru, media, sarana dan prasarana, kurikulum, evaluasi, lingkungan dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu diidentifikasi penyebab terjadinya masalah.

Setelah direnungkan dan diadakan tanya jawab dengan anak-anak, ternyata penyebabnya adalah karena kurangnya media yang dapat menarik perhatian anak, kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Ketidaksesuaian antara metode pembelajaran dengan pengembangan yang diberikan dan kurangnya media atau fasilitas yang sesuai dengan materi pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran. Dari masalah-masalah tersebut ditemukan ide dengan menggunakan media kartu

(4)

bergambar dalam pengembangan kemampuan sosial emosional anak.

Media kartu bergambar adalah media yang akan digunakan dalam permainan tebak mimik. Kartu ini berisikan tempelan gambar wajah dengan macam-macam mimik/ekspresi. Untuk satu kartu terdapat satu tempelan mimik wajah saja.

Selanjutnya mimik yang terdapat pada kartu akan dipergakan oleh anak kemudian ditebak dan ditirukan anak secara bergiliran pada tiap-tiap kelompok. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang.

Sedangkan gambar merupakan media yang paling umum dipakai dan merupakan bahasa umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Jadi kartu bergambar adalah kartu yang berisikan gambar.

Media kartu bergambar digunakan dalam usaha untuk meningkatkan pengembangan kemampuan sosial emosional anak karena media ini memiliki keunggulan-keunggulan di antaranya:

bentuk dan gambarnya menarik, mudah untuk dilakukan, biayanya murah dan keterampilan yang dapat dipelajari yakni, keterampilan dalam mengungkapkan pendapat saat bermain, disiplin dalam bermain, sabar menunggu giliran, keterampilan berpikir, penyelesaian masalah serta interaksi sosial.

Terdapat permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian ini, yaitu apakah penerapan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B semester II di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial emosioanal pada anak kelompok B semester II di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng setelah diterapkannya metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar.

Secara umum ada dua manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis dan praktis tersebut, yaitu: secara teoretis, (a) hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi pengembangan teori khususnya tentang strategi pembelajaran, (b) hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada pengembangan sosial emosional anak.

Manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu: (a) bagi siswa, dari penelitian ini, anak dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih sehingga anak dapat lebih menguasai pengembangan sosial emosional dengan cara yang lebih digemari anak yaitu dengan metode bermain.

Dengan begitu anak akan lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan, (b) bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kwalitas proses dan hasil pembelajaran, selain itu dapat memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, (c) bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitan dengan upaya strategi pembelajaran yang efektif dan efesien, (d) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para peneliti bidang pendidikan (strategi pembelajaran), untuk meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi terhadap konsep- konsep dan teori-teori pembelajaran.

METODE

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Tempat pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng dalam kegiatan pembelajaran.

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B semester II di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 15 orang dengan 8 siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan. Siswa yang dipilih menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B mengingat di kelompok tersebut pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Artha Kumara Desa

(5)

Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng ditemukan permasalahan- permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan sosial emosional anak kelompok B semester II di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini tergolong jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agung, 2012:2 menyatakan “PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional”. Menurut Wardhani, 2009:1.4 bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

Selanjutnya masih terkait dengan Penelitian Tindakan Kelas menurut Hopkins (1993) (dalam Mansur Muslich, 2009:8)

“PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran”.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang dimunculkan di kelas untuk memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target yang telah ditentukan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi/observasi, refleksi.

Rencana tindakan adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan adalah upaya yang dilaksanakan oleh guru/ peneliti untuk melakukan perbaikan yang diinginkan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Agung (2012:43), “variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung”. Variabel terikat yaitu variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung pada variabel bebas (Agung, 2012:44). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Variabel Bebas : Metode Bermain Tebak Mimik Berbantuan Media Kartu Bergambar. (2) Variabel Terikat : Kemampuan Sosial Emosional.

Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode tertentu untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi. Metode observasi adalah “suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan”

(Agung 2012:61).

Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan sosial emosional anak, pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai dengan pedoman pada Permendiknas No.58 Tahun 2009 yaitu, 1) bintang (*) belum berkembang, 2) bintang (**) mulai berkembang, 3) bintang

(6)

(***) berkembang sesuai harapan, dan 4) bintang (****) berkembang sangat baik.

Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah PTK, dalam penelitian ini data yang diperlukan dari hasil adalah kemampuan sosial emosional anak.

Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data yang diperlukan peneliti sebagai instrumen utama menggunakan instrumen berupa lembar observasi. Dalam mengembangkan instrumen, diperlukan kisi-kisi instrumen.

Tujuan penyusunan kisi-kisi instrumen ini adalah merumuskan ruang lingkup bagian- bagian yang diamati, sehingga perumusan ini dapat menjadi petunjuk bagi penyusun lembar aspek observasi. Instrumen kemampuan sosial emosional anak dapat dikembangkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak berdasarkan Permendiknas No 58 th 2009.

Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif.

Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Dalam Buku Metodologi Penelitian dinyatakan bahwa “Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti:

distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean, dan standar deviasi untuk menggambarkan suatu objek atau variabel tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67).

Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kemampuan dasar sosial emosional anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung modus, c) menghitung median, d) menghitung angka rata-rata (mean), e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkat Kemampuan Sosial Emosional.

Persentase (%)

Kriteria Kemampuan Sosial Emosional 90 -100 Sangat Tinggi

80 – 89 Tinggi

65 – 79 Sedang

55 – 64 Rendah

0 – 54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2012)

Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89%

dengan kriteria tinggi atau aktif.

Kreteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng.

Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP Sekala lima tentang tingkat kemampuan sosial emosional berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata- rata dari siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu bergambar melalui metode bermain tebak mimik berjalan dengan efesien dan efektif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Artha Kumara Desa Bestala Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Maret 2014 dengan jumlah subjek sebanyak 15 orang.Tema yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alam Semesta

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama enam kali pertemuan yaitu mulai tanggal 7 Maret

(7)

2014 sampai dengan 15 Maret 2014. Pada pertemuan pertama sampai ke lima menerapkan RKH dan pertemuan ke enam diadakan evaluasi penilaian siklus I

Data kemampuan sosial emosional pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon, dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilakukan pada saat penerapan metode bermain tebak mimik dan media kartu bergambar dengan menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup baik), 1 (kurang baik). Nilai M% = 63,50% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64%

yang berarti bahwa tingkat kemampuan soaial emosional anak pada siklus I berada pada kreteria rendah.

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi kemampuan Sosial Emosional anak siklus I dan II Statistik Siklus I Siklus II

Mean 12,70 18,06

Median 13,00 18,00

Modus 12,00 18,00

M% 63,50% 90,30%

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan sosial emosional melalui metode bermain tebak mimik dengan media kartu bergambar, pencapaian anak pada siklus I sebesar 63,50% dan rata-rata persentase kemampuan sosial emosional melalui metode bermain tebak mimik dengan media kartu bergambar. Nilai M% = 63,50% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64%

yang berarti bahwa tingkat kemampuan soaial emosional anak pada siklus I berada pada kreteria rendah.

Adapun kendala-kendala dan kekurangan penerapan penggunaan

metode bermain tebak mimik dan media kartu bergambar pada siklus I berdasarkan hasil observasi, yaitu: (a) anak masih belum terbiasa menggunakan metode bermain tebak mimik dan menggunakan media kartu bergambar yang peniliti gunakan, anak belum memahami pembelajaran menggunakan metode bermain, serta ada beberapa anak yang tidak merespon kegiatan pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung misalnya anak kurang disiplin untuk mengikuti peraturan dari permainan, (b) beberapa anak masih belum antusias untuk mengikuti pembelajaran dari metode yang digunakan pada penggunaan media kartu bergambar, media yang dipergunakan tampilannya kurang menarik dari segi ukuran, maupun cara peneliti untuk mengekspresikan masing-masing gambar mimik yang ditampilkan.

Untuk mengatasi kendala-kendala trsebut, maka usaha yang dapat dilakukan, yaitu: (a) mensosialisasikan kembali penggunaan media kartu bergambar dalam setiap pembelajaran dengan menerapkan metode bermain tebak mimik, dan menjelaskan dengan sederhana peraturan permainan tebak mimik, sehingga pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran, (b) embuat tampilan media kartu bergambar dengan variasi yang lebih menarik dari segi warna, ukuran, gambar dan cara mengekspresikan masing-masing mimik dengan gaya yang lebih menarik dan lucu sehingga anak lebih menikmati serta

memahami bagaimana cara

mengekspresikan masing-masing gambar mimik yang ditampilkan.

Pencapaian anak pada siklus II sebesar 90,30%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,80%. Dari perolehan tersebut, jelas bahwa menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II sebesar 63,50% (rendah) menjadi 90,30%

(sangat tinggi). Terjadinya peningkatan perkembangan sosial emosional anak pada saat penerapan metode bermain tebak mimik dengan media kartu bergambar

(8)

sangat dipengaruhi dari media yang digunakan dan bagaimana cara menyampaikan ataupun memainkan media tersebut sehingga menarik bagi anak.

Berdasarkan hasil penerapan seperti program semester, peta konsep, rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH) siklus I ternyata masih berada pada kategori rendah. Maka dari itu akan dilanjutkan pada pertemuan siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama enam kali pertemuan yaitu mulai tanggal 24 Maret 2014 sampai dengan 29 Maret 2014. Pada pertemuan pertama sampai ke lima menerapkan RKH dan pertemuan ke enam diadakan evaluasi penilaian siklus II.

Setelah diadakan perbaikan pada proses pembelajaran siklus I dalam pelaksanaan siklus II telah nampak adanya peningkatan signifikan yang dapat dilihat pada kemampuan sosial emosional yang diperoleh anak sebelumnya berada pada kreteria rendah meningkat menjadi kreteria sangat tinggi.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: (a) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai, (b) anak yang awalnya kurang dalam kemampuan sosial emosionalnya, misalnya menutup diri dari orang lain atau pemalu, kurang disiplin dan kurang pandai dalam hal mengekspresikan diri, dalam proses pembelajaran meningkat menjadi lebih baik, (c) peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang mereka kurang mengerti mengenai suatu tugas yang diberikan.

Berdasarkan hasil dan uraian tersebut dapat dilihat bahwa dengan penerapan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar mampu meningkatkan kemampuan sosial emosional anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Artha Kumara Desa Bestala, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain tebak mimik dengan media kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Artha Kumara Desa Bestala, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan sosial emosional anak pada setiap siklus.Berdasarkan hitungan dari grafik Polygon pada siklus I Mo, Md, M dimana Mo<Md>M (12,00<13,00>12,70) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data- data kemampuan sosial emosional pada siklus I merupakan kurva juling positif, sedangkan pada siklus II terlihat Mo, Me, M dimana Mo=Md<M (18,00=18,00<18,06), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan sosial emosional pada siklus II merupakan kurva juling positif, ini berarti kemampuan sosial emosional anak TK Artha Kumara kelompok B cenderung meningkat.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan setelah diterapankannya metode bermain tebak mimik dengan media kartu bergambar untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Artha Kumara Desa Bestala, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Hal tersebut dapat dilihat dariadanya peningkatan pencapaian anak pada siklus I sebesar 63,50% dan rata-rata persentase pencapaian anak pada siklus II sebesar 90,30%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan sosial emosinal anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,80%.

Dengan demikian penerapan metode bermain tebak mimik berbantuan media kartu bergambar mampu meningkatkan kemampuan sosial emosional anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Artha Kumara Desa Bestala, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

(9)

Kepada para siswa/siswi disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih aktif dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak yang akan dicapai. Kepada guru, disarankan lebih kreatif dan aktif dalam menyediakan media yang akan ditampilkan dalam pembelajaran agar anak lebih tertarik melakukan kegiatan pembelajaran yang diberikan guru. Kepala sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran pada proses belajar-mengajar yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan sosial emosional anak.

Kepada peneliti lain, hendaknya dapat melaksanakan PTK/penelitian dengan berbagai metode pembelajaran dan media pembelajaran lain yang belum pernah dipakai oleh peneliti sebelumnya. Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A.Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Astuti, Kade. 2012. Penerapan Metode Bermain dengan Kartu Huruf untuk Meningkatkan Perkembangan Bahasa Anak Kelompok A TK Sutha Kertya Banjar Tegeha Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Semester II tahun Pelajaran 2011/2012.

Djamarah & Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Renika Cipta.

Hamdani. 2005. Kurikulum Pendidikan Dasar Landasan Program dan Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.

Isjoni. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan.

Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Montalalu, dkk. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research). Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Mutiah, Diana. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009. tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Sadiman, Arief. 2008. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santoso, Soegeng. 2002. PENDIDIKAN Anak Usia Dini. Jakarta Timur:

Yayasan Citra Pendidikan Indonesia (CPI).

Seefeldt, Carol & Wasik Barbara. 2008.

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

PT INDEKS.

Soefandi, Indra & Pramudya, Ahmad. 2009.

Strategi Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia.\

Suarni, Ni Ketut. 2009. Psikologi Perkembangan I. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Uno, Hamzah B. 2002. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

(10)

Warner, Penny. 2003. play & learn. Jakarta:

PT Elex Media Komputindo.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur:

Sinar Grafika Offset.

Referensi

Dokumen terkait

Tampilan menu surat menyurat untuk Camat, berisi rekap surat menyurat yang telah dikirim oleh warga dan diproses oleh Dukuh maupun Kepala Desa... Menu

[r]

11119 Tujuan dari adanya Program Literasi Digital adalah meningkatkan semangat literasi Masyarakat Desa Pekauman Kulon dengan upaya membuatkan Blog yang berisi

Sedangkan menurut Connolly dan Begg (2010, p65) basis data adalah kumpulan data yang saling berhubungan satu sama lain secara logis yang digunakan secara bersama-sama dan

Memperhatikan penjelasan dosen dan menanyakan bila ada yang belum dipahami memberikan pendapat, berdiskusi serta bertanya Interactive lecturing dengan menggunakan OHP dan

Perairan Teluk Jakarta merupakan perairan semi tertutup yang masih mendapat pengaruh sifat laut dari Laut Jawa dan menerima masukan air sungai yang bermuara

SMA Santa Maria merupakan bidang pendidikan yang cara pengolahan data pendaftaran siswa baru d an penilaian siswa masih dilakukan secara manual, seperti pendataan

Lampiran 07. Dokumen Administrasi Tugas Akhir.. Data itu di dapat berdasarkan badan pusat statistik, sensus penduduk tahun 2010. Hal tersebut sama dengan 207,2 juta