• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Manajemen

Griffin (1990: 42) mendifinisikan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian organisa- manusia, keuangan, fisik, dan informasi sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif.

Asmani (2009: 70) bahwa manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu menurut Luther Guklick, karena manajemen dipandang secara sistemik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dipandang sebagai dan bagaimana orang bekerja sama. Dipandang sebagai kiat, menurut Follet bahwa untuk mencapai sasaran dengan cara mengatur orang lain dalam menjalankannya. Dipandang sebagai profesi karena dilandasi keahlian khusus untuk mencapai prestasi.

Fayol dalam (John: 2006) mengatakan bahwa keberhasilan perusahaannya adalah berkat sistem manajemennya, yang diyakini dapat diajarkan dan dipelajari . Dia menekankan pentingnya kecermatan dalam mempraktikkan perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengendalian pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengendalian yang efesien. Pendekatan Fayol memberikan kontribusi yang penting karena memiliki dampak yang mendalam

(2)

dalam bidang manajemen. Selanjutnya dijelaskan juga

tentang lima fungsi manajemen yaitu:

Merencanakan, mengorganisasikan, memerintah, mengkoordinasi, mengendalikan. Stoner membagi fungsi menejemen menjadi empat (1) merenca- canakan; (2 )mengorganisasikan; (3) memimpin; (4) mengendalikan.

2.1.2 Manajemen Pendidikan

Menurut Mulyasa (2007: 7), manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Di bawah ini penulis kutip pendapat Asmani (2009: 7) tentang hakekat manajemen pendidikan.

idikan menyangkut tujuan pendidikan, manusia yang melakukan kerjasama, proses sistemik dan sistematis, serta sumber-sumber yang didayagunakan. Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu manajemen yang mempelajari penataan sumber daya manusia, kurikulum, fasilitas, sumber belajar, dan dana, serta

Masih berkaitan dengan hal tersebut, Engkoswara (2001) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang menata sumber daya untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Termasuk dalam lingkungan yang terbatas mulai dari penataan kelas, penataan sekolah, penataan

(3)

hubungan dengan stakeholder dll. Berdasar teori tentang

manajemen tersebut sangat tepat untuk diterapkan di

tingkat sekolah. Mulai dari perencanaan sampai

pelaporan dalam kegiatan pembelajaran berjalan sesuai

tujuan yang diharapkan.

Dari ketiga pendapat di atas tampak saling

melengkapi sehingga pengertian manajemen pendidikan

menjadi jelas. Dalam kaitannya proses visi menjadi aksi

diperlukan suatu tindakan tertentu dalam pendidikan

melalui proses manajemen. Misalnya manajemen

kemitraan dengan masyarakat merupakan salah satu

bidang garapan dari manajemen pendidikan, yang

menjadi topik dalam penelitian ini. Sebagai salah satu

unsur penting tentunya dibutuhkan cara yang tepat agar

misi dapat benar- benar terlaksana menjadi sebuah aksi.

Untuk itu sangat penting proses manajemen mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, sampai pada

perencanaan, pengorganisasian, sampai pada

pengontrolan.

2.1.3 Partisipasi Masyarakat 2.1.3.1 Pengertian Partisipasi

Penjelasan tentang partisipasi banyak dikemukakan oleh para ahli. Hal itu menurut pendapat penulis dalam era sekarang ini terkait dengan pembangunan nasional sangat diperlukan peran serta dari berbagai pihak. Sehingga banyak ahli yang mendifinisikan partisipasi dikaitkan dengan bidang mendifinisikan partisipasi dikaitkan dengan bidang tersebut. Pengertian sederhana tentang partisipasi dikemukan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriyadi (2001:

(4)

201-202), partisipasi berarti bahwa pembuat keputusan

menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat

dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang,

ketrampilan, bahan, dan jasa. Juga berarti bahwa

kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji

pilihan, keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R Tilaar (2009: 287) mengungkapkan

partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk

mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi

dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan

dari bawah

(buttom-up) dengan mengikutsertakan

masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Dengan pengertian diatas, bahwa partisipasi meliputi pengertian yang luas. Secara singkat bisa dikatakan wujud peran serta masayarakat dalam pembangunan baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan dalam situasi masyarakat yang demokratis. pelaksanaan dalam situasi masyarakat yang demokratis.

2.1.3.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

Seperti sudah dijelaskan oleh penulis terkait dengan manajemen, bahwa kemitraan dengan masyarakat merupakan bagian dari garapan manajemen pendidikan. Oleh karena itu perlu dijelaskan secara terperinci hal hal yang terkait dengan dengan kemitraan dengan masyarakat. Menurut Asmani (2012: 107) masyarakat dengan segala potensinya merupakan aset terbesar dalam pendidikan yang harus diperdayakan secara dinamis, pendidikan yang harus diperdayakan secara dinamis, produktif, dan kompetitif. Kerjasama itulah yang bisa mengantarkan era keemasan dan kejayan bersama baik

(5)

sekolah maupun masyarakat. Fachrudi (2010: 27)

menjelaskan teknik menggalang partisipasi sekolah

dengan orang tua yaitu :

1. Laporan kepada orang tua.

Teknik ini maksudnya adalah pihak sekolah

memberikan laporan pada orang tua murid tentang

memberikan laporan pada orang tua murid tentang

kemajuan-kemajuan, prestasi dan kelemahan anak didik

padaorangtuanya. Dengan teknik ini orangtua akan

memperoleh penilaian terhadap hasil pekerjaan anaknya,

juga terhadap pekerjaan guru-guru di sekolah.

2 Majalah sekolah.

Majalah sekolah ini diusahakan oleh orang tua dan

guru di sekolah yang diterbitksan setiap bulan sekali.

Majalah ini dipimpin oleh, orang tua dan murid-murid

bahkan alumni termasuk pula dewan redaksi. Isi majalah

ini menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sekolah,

karangan guru-guru, orangtua, murid-murid, pengumu-

karangan guru-guru, orangtua, murid-murid, pengumu-

man-pengumuman dan sebgainya.

3 Surat kabar sekolah.

Kalau sekolah itu mampu dapat menerbitka surat

kabar sekolah, maka ini berarti bahwa sekolah dapat

memberikan informasi yang lebih luas kepada orang tua

atau masyarakat daerah sekitarnya.

4 Pameran sekolah.

Suatu tehnik yang efektif untuk memberi informasi

tentang hasil kegiatan dan keadaan sekolah pada

masyarakat, ialah penyelenggaraan pameran sekolah. Ada

bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran

bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran

sekolah itu. Sekolah mengadakan pameran dengan

membuat atau mengatur hasil pekerjaan murid-murid itu

(6)

di luar sekolah atau di sekolah. Pameran sekolah akan

menjadi lebih efektif lagi, kalau kegiatan-kegiatan itu

disiarkan melalui siaran-siaran pers dan radio di tempat

itu sehingga dapat menarik banyak orang dalam

masyarakat.

5

Open house

adalah tehnik untuk mempersilahkan masyarakat yang berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil pekerjaan murid di sekolah, yang diadakan pada waktu-waktu tertentu, misalnya sekali setahun pada penutupan tahun pengajaran. Ada tiga langkah dalam pelaksanaan

auditorium sekolah untuk diberi penjelasan tentang open

house itu. Pengunjung diantar ke tempat-tempat yang

telah disediakan akan hal-hal yang perlu dilihat. Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium untuk berdiskusi dan menilai open house.

Kunjungan ke sekolah oleh orang tua murid yang dilakukan pada saat pelajaran di berikan. Kepada orang tua itu diberi kesempatan untuk melihat anak-anak mereka yang belajar di dalam kelas, juga untuk melihat kegiatan-kegiatan di laboratorium, perlengkapan-perlengkapan, gambar-gambar dan sebagainya, sehingga mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan di sekolah itu. Setelah selesai melihat-lihat, orang tua diajak berdiskusi dan mengadakan penilaian. 6. Kunjungan ke rumah murid.(home visit)

6. Kunjungan ke rumah murid.(home visit)

Kunjungan ke rumah orangtua murid ini merupakan teknik yang sangat efektif dalam mengadakan hubungan

(7)

dengan orang tua di rumah agar supaya dapat

mengetahui latar belakang hidup anak-anak. Banyak

masalah yang dapat dipecahkan dengan teknik ini antara

lain, masalah kesehatan murid, ketidak hadiran murid,

pekerjaan rumah, masalah kurangnya pengertian orang

tua tentang sekolah dan sebagainya. Walgito (2004: 203),

berpendapat:

endidikan akan berlangsung dengan baik bila ada hubungan baik antara sekolah dengan keluarga. Pendidikan di dalam keluarga haruslah searah dengan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sekolah pada waktu-waktu tertentu perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua murid.

Senada dengan pendapat tersebut di atas Indrajati (2001:4) paradigma baru bahwa pendidikan tidak hanya menjadi masalah individu lembaga pendidikan formal semisal sekolah, tetapi juga berada di mana-mana terutama dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar. Semua aspek dalam keidupan manusia dapat menjadi sarana dan media pembelajaran yang dapat dilakukan sepanjang hayat.

2.1.3.3 Peranan Orang Tua bagi Sekolah

Berkaitan dengan peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan Mulyasa (2003: 92) bahwa partisipasi warga sekolah dengan masyarakat merupakan bagian kehidupan. Hal ini dilandasi oleh self determinant

theory, yang meyakini bahwa makin besar rasa memiliki

makin besar pula rasa tanggung jawab makin besar pula tingkat dedikasinya. Untuk lebih operasional bahwa keberhasilan peningkatan partisipasi dalam

(8)

penyelenggaraan pendidikan di sekolah menurut

pendapat (Mulyasa, 2003: 90; Surharyati, 2008: 25) dapat

diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut:

1. Kontribusi/dedikasi stakeholder meningkat dalam hal sumbangan pemikiran, ketrampilan, fnansial, moral danmaterial barang. 2. Meningkanya kepercayaan stakeholder kepada 2. Meningkanya kepercayaan stakeholder kepada sekolah terutama menyangkut kewibawaan dan kebersihan 3. Meningkatnya tanggung jawab stakeholder terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah 4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas masukan (kritik dan saran) untuk meningkatkan mutu pendidikan. 5. Meningkatnya kepedulian stake holder terhadap setiap langkah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan mutu .6.Keputusan yang dibuat sekolah benar-benar mengekpresiakan apresiasi dan pendapat stake holder dan mampu meningkatkan kualitas pendidikan

Fakta di lapangan sampai saat ini menunjukkan kebutuhan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat belum seimbang. Di sekolah negeri rata-rata pihak sekolah lebih dominan untuk selalu mengharapkan bantuan dan partisipasi orang tua. Sedangkan di sekolah swasta orang tua lebih dominan meminta kerja sama dan tindakan nyata dari sekolah. Hal itu tidak lepas dari latar belakang kepentingan orang tua murid untuk mempercayakan pendidikan putra putrinya di lembaga pendidikan swasta salah satunya biaya yang sudah pendidikan swasta salah satunya biaya yang sudah dikeluarkan oleh orang tua murid.

(9)

Menurut hasil penelitian Prihastuti (2009) tentang

peranan orang tua di rumah terhadap sekolah sebagai

berikut:

Orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah. Peran orang tua dalam membentuk lingkungan belajar yang kondusif di rumah antara lain: a. Menciptakan budaya belajar di rumah antara lain: a. Menciptakan budaya belajar di rumah. b. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di sekolah. c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. d. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar. e. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah agar tukar pendapat dan pikiran sebagai saranbelajar dan membelajarkan. f. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya. g. Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orangtua dan kebutuhan sekolah.

Memperhatikan berbagai pendapat tersebut secara umum partisipasi orang tua murid merupakan bagian tak terpisahkan bagi suksesnya program pendidikan di sekolah. Sehingga dibutuhkan perhatian yang lebih serius bagi pelaku pendidikan di semua tingkat sekolah. Khususnya Dari jenjang Pendidikan Dasar sampai dengan jenjang lanjutan. Hal itu menurut pendapat penulis bahwa terdapat hubungan timbal balik antara pendidikan yang dilaksakan orang tua selama di rumah pendidikan yang dilaksakan orang tua selama di rumah berimbas pada pelaksanaan pendidikan di sekolah. Demikian juga penanaman dan pembiasaan yang

(10)

dilakukan di sekolah akan berpengaruh pada anak ketika

berada di rumah.

2.1.4 Kunjungan Rumah (Home Visit) 2.1.4.1 Pengertian Home Visit

Dalam rangka pencapaian pengembangan diri peserta didik secara optimal, tidak terlepas adanya kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara keluarga siswa dengan sekolah, lebih lanjut bermanfaat dalam mengontrol siswa. Bentuk kegiatan nyata seperti yang penulis sudah sampaikan diantaranya dengan mengadakan home visit. Kunjungan rumah merupakan salah satu program sekolah yang memiliki pengaruh besar dalam melancarkan program-program sekolah.

Menurut Prayitno (2012: 354) kunjungan rumah merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi keluarga merupakan upaya untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak atau individu yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan konseling. Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa, hanya untuk siswa yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 324). Ifdil (2007) juga menyebutkan bahwa kunjungan rumah adalah upaya yang dilakukan Konselor untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak/individu dalam kaitannya dengan permasalahan anak/individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat digunakan lebih efektif.

(11)

Sukardi (2008: 235) menyatakan kunjungan rumah atau home visit adalah metode yang bertujuan mengetahui keadaan siswa di rumah untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperoleh dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa yang berguna dalam pembahasan dan pemecahan masalah.

Rahardjo & Gudnanto (2011: 224) menjelaskan bahwa home visit atau kunjungan rumah adalah metode untuk memahami individu dengan cara konselor mengadakan kunjungan ke rumah orang tua siswa dengan tujuan untuk mengenal dan memahami keadaan siswa di rumah.

2.1.4.2 Prosedur Home Visit

Prayitno (2012: 365) menjelaskan prosedur dalam kegiatan kunjungan rumah, yaitu:

1. Perencanaan 1. Perencanaan a. Menetapkan kasus

b.Meyakinkan klien tentang pentingya kunjungan rumah c. Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu diko- munikasikan kepada keluarga/orang tua

d. Perencanaan direkam dalam bentuk satuan kegiatan pendukung

2.Pengorganisasian unsur-unsur dan sarana kegiatan a.Menetapkan materi kunjungan rumah (data yang perlu

diungkapkan dan peranan masing- masing anggota ke- luarga yang akan ditemui).

b. Menyiapkan kelengkapan administrasi. b. Menyiapkan kelengkapan administrasi. 3. Pelaksanaan

(12)

Mengkomunikasikan (rencana) kegiatan kunjungan ru-

mah kepada pihak-pihak terkait yaitu:

a.

Bertemu orang tua atau wali dan anggota keluarga lain b. Membahas permasalahan klien.

c. Melengkapi data.

d. Mengembangkan komitmen orang tua/wali dan anggo- ta keluarga lain

4. Penilaian

a. Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah b. Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah, serta komitmen orang tua/wali/ anggota keluarga lain.

c. Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah dalam pengentasan masalah klien.

d. Analisis terhadap efektifitas penggunaan hasil kunjung rumah terhadap penanganan kasus, khususnya pengentasan masalah siswa.

pengentasan masalah siswa. 5. Tindak lanjut dan laporan

a. Mempertimbangkan apakah diperlukan kunjungan ru- mah ulang atau lanjutan.

b. Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan me- menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih atau akurat.

c. Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah. d. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait. e. Mendokumentasikan laporan.

2.1.4.3 Maksud dan Tujuan Home Visit 2.1.4.3 Maksud dan Tujuan Home Visit

Menurut (Prayitno & Amti, 2004) bahwa kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke

(13)

sekolah setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama,

yaitu:

1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang tersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua 2. Menyampaikan permasalahan orang tua kepada anaknya 3. Membangun komitmen orang tua kepada anaknya.

komitmen orang tua kepada anaknya.

Sama halnya dengan metode yang lain, kunjungan rumah juga memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain:

Kelebihan

1. Memperoleh data khusus yang tidak diperoleh de- ngan metode yang lain

2. Memperoleh komitmen orang tua terhadap pendidikan anaknya, sehingga paradikma pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah (sekolah), keluarga, dan masyarakat bukan hanya sekedar slogan tetapi dapat terealisasi.

3. Penanganan masalah yang dihadapi oleh siswa secara komprehensif sesuai dengan kewenangan masing- ma-

sing

4. Meningkatkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman akan pentingnya sekolah sebagai sumber kebudayaan

Kekurangan

1. Kunjungan rumah memerlukan waktu, biaya dan tenaga ekstra dari konselor

2. Sering kali siswa dan orang tuanya tidak bersedia dikunjungi dan/atau didatangkan ke sekolah

(14)

3.

untuk menyambut kunjungan rumah konselor

(Raharjo & Susilo, 2011)

Maksud dan tujuan sekolah dalam menjalin hubungan baik dengan orang tua siswa adalah untuk menanamkan pengertian yang baik pada orang tua menanamkan pengertian yang baik pada orang tua peserta didik sehingga dapat diwujudkan dalam kegiatan nyata. Bentuknya diataranya dengan mengadakan kunjungan rumah( home visit ). Home visit salah satu program sekolah yang mempunyai pengaruh besar dalam melancarkan program-program sekolah. Home visit ini

pada dasarnya merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan sekolah untuk menjalin dan mengakrabkan hubungan antara sekolah/madrasah dengan orangtua peserta didik. Beberapa metode untuk melibatkan dan mengakrabkan orang tua menurut (Mustofa: 2008: 3), diantaranya:

(1) Acara pertemuan guru dan orangtua. (2) Komunikasi tertulis anatara guru dan orang tua (3) Meminta orang memeriksa dan menandatangani Pekerjaan Rumah putra/putrinya (4) Mendukung tumbuhnya forum orang tua murid yang. (5) Kegiatan rumah yang melibatkan orang tua dengan anak dikombinasikan dengan kunjungan guru ke rumah. (6) Terus membuka hubungan komunikasi melalui sarana (telepon, sms, e-mail, portal interaktif dll.) (7) Dorongan agar orang tua aktif berkomunikasi dengan anak.

Prayitno dan Erman Amti (2009: 72) menyatakan bahwa penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah tidak perlu

(15)

dilakukan untuk seluruh siswa, hanya untuk siswa

yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang

cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah yang

memerlukan kunjungan rumah.

Menurut Winkel (2004: 27), bahwa kunjungan

rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa

rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa

sehari-hari bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat

diperoleh melalui angket atau wawancara informasi.

Dengan demikian kunjungan rumah/home visit adalah

kegiatan pendukung dari program layanan pembelajaran

yang dilaksanakan dengan jalan mengunjungi

rumah/tempat tinggal siswa untuk mencari atau

mengumpulkan data dari orang-orang terdekat siswa

dalam rangka mengentaskan permasalahan siswa.

Seharusnya pelaksanaan kunjungan rumah

(home visit)

akan lebih baik melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut (proses manajemen). Permasalahan lain dari pihak orang tua saat ini seiring meningkatnya tuntutan kebutuhan berefek berkurangnya perhatian kepada anak, sehingga mereka menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anak kepada pihak sekolah. Ini sering terjadi pada orang tua yang sama-sama bekerja, keadaan semacam ini berpengaruh pada kualitas perhatian atau kasih sayang yang diberikan kepada anak. Bisa jadi orang tua dan anak tidak lagi saling mengenal kesibukan dan kebutuhan psikis masing-masing, sehingga ketika anak memiliki masalah disekolah, sering kali orang tua anak memiliki masalah disekolah, sering kali orang tua merasa enggan apabila diundang oleh guru/Konselor karena dalam pemikiran mereka, anak yang berurusan

(16)

dengan Konselor (guru BK) adalah anak yang nakal. Oleh

sebab itulah perlu diadakannya kunjungan rumah. Pada

beberapa tahun yang lalu, orang banyak yang merasa

malu dengan kehadiran pihak sekolah ke rumah siswa.

Namun sekarang, banyak orang tua yang berterima kasih

dengan kedatangan pihak sekolah terutama Konselor

karena orang tua merasa mendapatkan banyak informasi

yang tidak diketahui sebelumnya. Guru/Konselor juga

menjelaskan kepada orang tua bahwa tujuan kegiatan ini

adalah untuk mengentaskan permasalahan

putra-putrinya. Seingga bisa terjalin komunikasi yang baik

antara sekolah dengan masyarakat atau orang tua murid,

dengan tujuan utama pencapaian tujuan pembelajaran

yang maksimal.

Kegiatan home visit akan memunculkan kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik dalam proses pendidikan. Adanya kerjasama antara sekolah dengan orangtua peserta didik ini sesuai dengan teori belajar

Behaviorisme yang memandang bahwa belajar semata-mata

melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu, (Sudrajat; 2008:1). Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, mengindikasikan bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan

punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan

(17)

Selain itu,

home visit juga dapat dijadikan fasilitator

untuk menjalin kerjasama yang baik, dalam berbagai hal. Kerjasama itu dapat berupa pemanfaatan kemampuan orangtua peserta didik, agar bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di sekolah. Pemanfaatan tersebut di sesuaikan dengan kemampuan orangtua peserta didik masing-masing. Sebagaimana hasil catatan penelitian (Mustofa 2008: 3), bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di sekolah berpengaruh positif pada hal-hal berikut:

1) Membantu penumbuhan rasa percaya diri dan penghargaan pada diri sendiri

2) Meningkatkan capaian prestasi akademik 3) Meningkatkan hubungan orang tua-anak

4) Membantu orang tua bersikap positif terhadap sekolah 5) Menjadikan orang tua memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.

baik terhadap proses pembelajaran di sekolah.

Seiring perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat hubungan dengan orang tua melalui kunjungan rumah sudah semakin berkurang. Hubungan dengan orang tua/masyarakat cukup memakai sarana komunikasi modern seperti hp, gaget, email. Hal itu menurut penulis ada nilai positif dan negative. Positif bila ditinjau dari efesiensi, kecepatan, dan untuk sekolah yang

dengan segala keterbatasan mulai dari IT yang tidak bagus sampai SDM yang belum siap dengan hal tersebut, tentunya akan menimbulkan masalah tersendiri, dan tentunya akan menimbulkan masalah tersendiri, dan berpeluang mengurangi hubungan yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat/orang tua siswa.

(18)

Dari beberapa difinisi tentang home visit di atas

dapat penulis analisa lebih detail, Menurut Prayitno

bahwa dalam kegiatan

home visit terdapat unsur-unsur

upaya, tujuan, deteksi permasalahan anak, dilakukan oleh pihak sekolah khususnya konseling.

Menurut Sukardi dalam home visit terdapat unsur-unsur tentang metode, keadaan siswa, mendapatkan data, pemahaman tentang lingkungan, dan pemecahan masalah. Sedangkan menurut Raharjo dan Gudnanto dalam home visit terdapat unsur-unsur sebuah metode, konselor, tujuan, dan mengenal/memahami masalah siswa.

Dari ketiga pendapat di atas terdapat beberapa unsur persamaan antara lain: Sama-sama terdapat upaya/metode, terdapat tujuan, keadaan/ masalah anak, masukan tentang data dan lingkungan, ada unsur konselor/guru/pihak sekolah, dan permasalahan siswa. konselor/guru/pihak sekolah, dan permasalahan siswa. Sedangkan berdasarkan hal yang dilakukan penulis dalam pelaksanaan home visit disamping berkait dengan masalah siswa seperti yang sudah disampaikan oleh para ahli di atas, penulis mendapatkan data tentang peranan orang tua siswa yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan siswa. Sebab ketika dilaksanakan home visit penulis bertemu langsung dengan orang tua siswa. Dalam pertemuan secara pribadi antara guru dengan orang tua maka terjalin hubungan komunikasi yang akrab, terbangun juga saling pengertian, dan yang teramat penting muncul komitmen antara dan yang teramat penting muncul komitmen antara kedua pihak terhadap kemajuan sekolah secara langsung

(19)

berimbas pada pelayanan kepada siswa maupun

program-program sekolah secara umum.

2.1.5 Penelitian yang relevan

Susan Graham-Clay dalam The School Journal (2003) dengan penelitiannya yang berjudul

Disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif adalah penting untuk membuat kuatnya kemitraan antara sekolah rumah. Dan meningkatkan keterlibatan orang tua. Selain sebagai guru yang mahir dalam mengajar, mereka juga memerlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komunitas orang tua. Sebab sekarang banyak tersedia sarana komunikasi antara sekolah dengan rumah siswa. Misalnya dengan memanfaatkan buklet, konferensi, maupun pengunaan teknologi internet. Yang terpenting guru mendokumentasikan kontek pertukaran yang guru mendokumentasikan kontek pertukaran yang sedang berlangsung,bukan tentang persoalan pribadi.

Menurut James A Mayer and Mary Beth dalam

Early childhood journal Vol.34, No 1 August 2006 yang

berjudul

Dalam simpulannya dikatakan, bahwa strategi kunjungan rumah semakin mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak artinya apabila selama ini hubungan antara orang tua dengan anak terdapat kerenggangan entah disadari/tidak hal itu disebabkan peralatan elektronik canggih berupa tv, hp, komputer, dan tablet cukup canggih berupa tv, hp, komputer, dan tablet cukup menyita waktu masing-masing. Sehingga tidak ada komunikasi secara inten. Maka dengan adanya

(20)

kunjungan rumah oleh guru diharapkan memulihkan

kembali hubungan tersebut.

Denok Setiowati S.Pd, M.Pd., Kons dan Drs. Moh. Nursalim,M.Pd adalah guru BK dan Guru SMA N Pelaksanaan

Kunjungan Rumah (Home Visit

menurut hasil penelitiannya yang dimuat di Jurnal BK UNESA, Volume 1 Edisi 2, 85-89, menyimpulkan bahwa pelaksanaan kunjungan rumah ke SMA-SMA se-Jombang berhasil karena menerapkan manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi , dan tindak lanjut. Peneliti juga telah memiliki ketrampilan yang baik dalam menyampaikan maksud dan tujuan , serta penggalian informasi mengenai siswa, diperolah data yang bisa dipergunakan dalam memberi bantuan bagi keberhasilan belajarnya.

Menurut Nurul Yaqien yang dimuat dalam jurnal UIN Menurut Nurul Yaqien yang dimuat dalam jurnal UIN Vol. I, No. 1; 07-2008, berjudul Esensialitas home visit dalam pendidikan dikatakan Home visit tidak hanya sebatas menangani persoalan kesulitan atau keberhasilan belajar peserta didik semata, akan tetapi juga berfungsi sebagai penawaran program-program sekolah yang membutuhkan partisipasi atau keterlibatan orangtua peserta didik dan masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan program sekolah/madrasah. Dengan kata lain adanya manfaat ganda apabila penerapan strategi home visit tersebut dilaksanakan dilaksanakan secara sungguh-sungguh di sekolah.

(21)

Syarif Hidayat dalam Jurnal STIMA IMMI Jakarta

berjudul: Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan Guru

Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah

Pertama Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta selatan.

Menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara

kerjasama orang tua dengan guru terhadap disiplin

peserta didik. Dalam penelitian tersebut peneliti

mengkhususkan kaitannya dengan disiplin siswa.

Berdasarkan lima contoh hasil penelitian tersebut

dapat penulis simpulkan bahwa terdapat persamaan dan

perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang akan dilaksanakan di SDN kedawung. Persamaanya

pembahasan tentang strategi home visit yang ditujukan

untuk mendukung kegiatan lembaga pendidikan. Sedang

perbedaannya untuk penelitian di SD N Kedawung lebih

terperinci (

spesifik) tentang strategi pelaksanaannya

dengan home visit berkaitan dengan partisipasi orang tua dengan home visit berkaitan dengan partisipasi orang tua siswa terhadap sekolah. Tetapi untuk keempat penelitian ditujukan untuk pendidikan secara umum. Hanya penelitian Syarif Hidayat berkaitan secara spesifik dengan kedisiplinan.

2.1.6 Kerangka Berpikir

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 50) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan

(22)

masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi.

Sedangkan Strategi home visit adalah teknik/siasat

yang dipilih dalam menghadapi dan menjawab persoalan

mendesak di SD Negeri Kedawung, Sesuai dengan situasi

dan kondisi nyata di lapangan. Diharapkan dengan

dan kondisi nyata di lapangan. Diharapkan dengan

pelaksanaan home visit mampu memberi

dukungan/partisipasi orang tua terhadap seluruh

program yang dilaksanakan di SD Negeri Kedawung.

Strategi ini merupankan mesin pemrosesan yang

akhirnya mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

Adapun alur berpikir dalam penelitian ini dimulai

dari tumbuhnya kesadaran pengelola sekolah guru,

kepala sekolah, dan tenaga kependidikan tentang Visi dan

Misi sekolah yang di dalamnya tercantum tentang

Misi sekolah yang di dalamnya tercantum tentang

menjalin hubungan yang harmonis dengan stake holder.

Tetapi dalam kenyataannya terdapat hambatan tentang

rendahnya partisipasi orang tua. Maka untuk mengatasi

kebuntuan/hambatan tersebut diambil langkah yaitu

pelaksanaan

home visit, dengan maksud agar terjalin

komunikasi yang intens secara perorangan dengan orang tua siswa, dengan terbangunnya jalinan silaturahmi, orang tua merasa dihargai sehingga tercipta hubungan yang baik, akrab, dan saling pengertian. Seiring dengan hal tersebut diharapkan terjadi komitmen, kesadaran

(23)

orang tua untuk peduli terhadap program sekolah demi

keberhasilan putra-putrinya .

Untuk memperjelas diskripsi di atas makan penulis

menjelaskan dengan bantuan gambar bagan di bawah ini:

MASUKAN PROSES KELUARAN

MASUKAN PROSES KELUARAN

1.VISI & MISI 2.Terdapat Hambatan: . Rendahnya Tingkat par- tisipasi orang tua terha- dap program sekolah 3.Tumbuhnya Kesadaran pengelola sekolah un- tuk mengatasi hambatan

1. Pelaksanaan Home Visit untuk mengatasi hambatan 2.Terbangunnya saling pengertian , komuni- kasi, tali silaturahmi

1.Tumbuh Komitmen orang tua siswa untuk peduli/berpartisi- pasi terhadap pro- gram sekolah 2 Tumbuh komitmen Orang tua lebih pe- duli terhadap pu- tra- putrinya 3. Visi Misi sekolah dan tujuan sekolah tercapai

Gambar 1

Bagan Kerangka Pikir Penelitian

2.1.7 Hipotesis Tindakan

Dengan pelaksanaan home visit partisipasi orang tua siswa SD Negeri Kedawung meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai semua jenis bank umum, bank umum milik negara atau bank persero memiliki peranan penting dalam industri perbankan di Indonesia karena menurut data yang

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kepedulian sosial siswa SD di Kecamatan Kalideres paling banyak berada pada

Kemudian dengan undang-undang ini, khususnya Pasal 15 ayat (3), Anda dirugikan oleh berlakunya ayat itu, sehingga di dalam memberi argumentasi bahwa Anda punya legal standing

Misalnya EXO-L untuk penggemar boy band EXO, ELF (Ever Lasting Friend) untuk Super Junior, Army untuk BTS, Sone untuk Girl’s Generation, VIP untuk Big Bang, Shawol

KWA’LIPP merupakan usaha penyedia layanan perencanaan acara, baik untuk acara pribadi ataupun acara kejutan.Jasa yang ditawarkan adalah membuat sebuah acara menjadi

Terkait dengan terbatasnya data dan informasi biologi udang di Teluk Cempi, perlu dilakukan kajian nisbah kelamin, sebaran panjang dan berat, hubungan panjang dan berat, TKG,

Dengan selesainya penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Degradasi Hutan Angkola Dengan Fungsi Ekologi Melalui Interpretasi Land Cover Provinsi Sumatera