• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012

TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2012 tentang Retribusi tempat Khusus parkir, maka perlu diatur petunjuk pelaksanaannya ;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan. Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2012 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir

Mengingat : 1. Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

(2)

Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran

Negara Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4655)

10.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

14.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 65 Tahun 1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

15.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum;

16.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi;

17.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perparkiran di Daerah;

18.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 Nomor 32);

19.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14);

20.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 3); 21.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 17 Tahun 2012

tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2012, Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 22).

(3)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat;

4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kotawaringin Barat;

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kotawaringin Barat.

6. Kas Daerah, adalah Kas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

7. Bendaharawan Khusus Penerima untuk selanjutnya disingkat BKP, adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat;

8. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

9. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberi oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ;

10.Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya ;

11.Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta ;

12.Penyelenggara Parkir adalah Pemerintah Daerah, orang atau badan yang memberikan pelayanan parkir di tepi jalan umum ;

13.Penyelenggaraan adalah kegiatan penyelenggaraan parkir yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan ;

14.Pengelola Parkir adalah Badan atau orang yang memberikan pelayanan parkir di Tempat Khusus Parkir setelah mendapatkan izin dari Bupati ; 15.Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas

kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor;

16.Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya;

(4)

17.Tempat Khusus Parkir adalah Penyediaan tempat yang secara khusus disediakan, dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, yang meliputi pelataran/lingkungan parkir, taman parkir dan gedung parkir;

18.Retribusi Parkir adalah sejumlah uang yang harus dibayar kepada Pemerintah Daerah oleh setiap orang yang memarkir kendaraan pada fasilitas parkir badan jalan dan/atau fasilitas parkir umum milik Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat

19.Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel;

20.Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta 21.Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotong retribusi tertentu

22.Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu bagi wajib retribusi memanfaatkan tempat khusus parkir;

23.Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD adalah surat yang digunakan wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan retribusi ;

24.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi Yang Terutang ;

25.Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPDORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah ;

26.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ; 27.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya

disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;

28.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ;

29.Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

BAB II

PENYELENGGARAAN PARKIR

Pasal 2

(1) Pemerintah Daerah berwenang melakukan perencanaan, pengelolaan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap penyelenggaraan perparkiran di tepi jalan umum.

(2) Setiap pembangunan fasilitas untuk umum Pemerintah Daerah berwenang melakukan Analisis Dampak Lalu Lintas.

(5)

BAB III

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 4

Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut Retribusi atas Pelayanan Tempat Khusus Parkir.

Pasal 5

Obyek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan parkir di tempat khusus parkir yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 6

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan parkir di Tempat Khusus Parkir. (2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib

Retribusi, termasuk pemungut dan/atau pemotong Retribusi. BAB IV

PERIZINAN PENYELENGGARAAN PARKIR

Pasal 7

(1) Setiap pengelola/kolektor parkir tempat khusus wajib memperoleh izin tertulis dari Bupati.

(2) Syarat perizinan pengelola/ kolektor parkir a. Warga Negara Indonesia;

b. Berdomisili di Wilayah Hukum Kabupaten Kotawaringin Barat; c. Tidak sedang dalam Perkara Pidana :

d. Sehat Jasmani dan Rohani;

(3) Tata cara perizinan pengelola / kolektor parkir adalah :

a. Pemohon datang sendiri ke kantor Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kotawaringin Barat dengan tidak diwakilkan;

b. Pemohon mengajukan permohonan tertulis dan bermeterai atas kesanggupan menjadi pengelola dan kolektor parkir ;

c. Pemohon mengajukan proposal parkir paling lambat 2 (dua) bulan sebelum awal tahun ;

d. Pemohon menyertakan fotokopi kartu identitas pemohon;

e. Pemohon mengajukan usulan denah petaan parkir yang selanjutnya akan ditindak lanjuti oleh instansi terkait.

f. Pemohon harus menyertakan jumlah dan fotokopi identitas anggota.

(4) Perubahan kepemilikan izin pengelola/kolektor parkir dapat dilakukan apabila :

a. Pemilik izin berpindah domisili keluar daerah Kotawaringin Barat; b. Pemilik izin meninggal dunia;

c. Pemilik izin sudah tidak mampu menjalankan usahanya, yang menyebabkan untuk membayar retribusi tidak dapat dilaksanakan;

(6)

BAB V

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 8

Retribusi Tempat Khusus Parkir digolongkan retribusi jasa umum. BAB VI

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 9

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi pemakaian tempat khusus parkir, jenis fasilitas tempat khusus parkir, jangka waktu pemakaian, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.

BAB VII

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 10

(1) Prinsip yang dianut dalam menetapkan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila penyelenggaraan tempat khusus parkir tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VIII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 11

(1) Tarif Retribusi Parkir digolongkan berdasarkan Jenis Tempat Parkir yang disediakan dan Jenis Kendaraan Bermotor.

(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai berikut :

No Jenis Kendaraan Jenis Tempat Parkir Pelataran Taman Gedung 1 2 3 4 5 1. Kendaraan Bermotor Roda (dua) Rp. 2.000,-/ sekali parkir Rp. 2.000,-/ sekali parkir Rp. 1.000,-/ Jam 2. Kendaraan Bermotor Roda (tiga), Roda (empat) Rp. 3.000,-/ sekali parkir Rp. 3.000,-/ sekali parkir Rp. 2.000,-/ Jam 3. Kendaraan Bermotor Roda (enam) atau lebih

Rp. 4.000,-/ sekali parkir Rp. 4.000,-/ sekali parkir Rp. 3.000,-/ Jam

(7)

Pasal 12

(1) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (9) ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;

(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian;

(3) Perubahan tarif Retribusi karena ditinjau dengan a. Rasio volume kapasitas kendaraan;

b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/ hari);

c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan relatif tinggi, untuk mengendalikan lalu lintas;

d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi. (4) Penetapan Peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat

(5) terlebih dahulu dikoordinasikan dengan DPRD Kabupaten Kotawaringin Barat.

BAB IX

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 13

(1) Retribusi dipungut di wilayah Daerah pelayanan tempat khusus parkir diberikan.

(2) Tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kotawaringin Barat.

BAB X

PETUGAS DAN TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

Petugas pemungut retribusi adalah pegawai Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.

Pasal 15

Tata cara pemungutan retribusi pelaksanaannya diatur sebagai berikut : a. Pemungutan Retribusi dapat diborongkan

b. Retribusi dipungut dengan menggunakan karcis yang sah, pada saat Wajib Retribusi memanfaatkan Tempat Parkir;

c. Bentuk, isi dan ciri karcis sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Bupati ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati Ini;

d. Karcis sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) disediakan oleh Dinas Pengelola Keuangan Daerah.

(8)

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, DAN TEMPAT PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Retribusi yang telah diterima oleh petugas pemungut disetorkan kepada Bendahara Penerimaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika paling lambat 1 × 24 Jam sejak tanggal penerimaan;

(2) Retribusi yang di terima Bendahara Penerimaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor ke Kas Daerah dalam Waktu 1 × 24 Jam sejak retribusi tersebut diterima oleh Bendahara Penerimaan;

(5) Petugas pemungut dan Bendahara penerimaan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika dilarang menggunakan uang retribusi yang diterimanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dalam bentuk apapun;

(3) Kepada petugas pemungut dan Bendahara penerimaan Dinas

Perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang lalai dalam melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sehingga berakibat merugikan keuangan daerah dapat dikenai sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

(4) Petugas Pemungut berkewajiban melaporkan pelaksanaan kegiatan pungutan retribusi selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kotawaringin Barat.

Pasal 17

Pembayaran Retribusi dilakukan di tempat pelayanan penerbitan Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika.

Pasal 18

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas.

(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(3) Angsuran pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut.

(4) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada Wajib Retribusi untuk menunda pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN ANGSURAN

Pasal 19

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

(9)

BAB XIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 20

(1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XIV

TATA CARA PEMBETULAN, PENGURANGAN KETETAPAN, PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 21

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan :

a. Pembetulan SKRD dan STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan retribusi.

b. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan retribusi yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan wajib retribusi atau bukan karena kesalahannya.

(2) Permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus disampaikan secara tertulis oleh wajib retribusi kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterima. SKRD dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas dan meyakinkan untuk mendukung permohonannya.

(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.

(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan permohonan pembetulan, pengurangan ketetapan, penghapusan. atau pengurangan sanksi administrasi dan pembatalan, maka permohonan dianggap dikabulkan.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

BAB XV

TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 22

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dapat dilakukan dengan cara wajib retribusi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Apabila wajib, retribusi mempunyai utang retribusi dan atau utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

(10)

ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi.

Pasal 23

(1)Terhadap kelebihan pembayaran retribusi yang masih tersisa setelah dilakukan perhitungan sebagaimana dimaksud Pasal 19 diterbitkan SKRDLB paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi.

(2)Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dikembalikan kepada wajib retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

(3)Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pengembalian pembayaran kelebihan retribusi.

BAB VI

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 24

(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Bupati dapat melakukan pencabutan izin pengelolaan perparkiran apabila pengelola tidak melaksanakan ketentuan kewajiban perizinan.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 33 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 7 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

(11)

Pasal 26

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat,

Ditetapkan di Pangkalan Bun pada tanggal 13 Februari 2012

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT ttd

UJANG ISKANDAR Diundangkan di Pangkalan Bun

pada tanggal 13 Februari 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

ttd MASRADIN

(12)

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR : 9 TAHUN 2012

TANGGAL : 13 FEBRUARI 2012.

TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN

DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR.

BENTUK, ISI DAN CIRI-CIRI KARCIS 1. Kendaraan Bermotor Roda 2 ( Dua) :

a. Jenis Tempat Parkir Pelataran / Taman ( sekali parkir ).

b. Jenis Tempat Parkir Gedung (per jam)

2. Kendaraan Bermotor Roda 3 (Tiga) dan 4 (empat) a. Jenis Tempat Parkir Pelataran/Taman (sekali parkir)

(13)

3. Kendaraan Bermotor Roda 6 (Enam) Atau Lebih: a. Jenis Tempat Parkir Pelataran/Taman (sekali parkir)

b. Jenis Tempat Parkir Gedung (per jam)

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, TTD

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang dilakukan adalah membaca setiap halaman novel tersebut, menggarisbawahi kata atau kalimat yang menunjukkan tokoh dan watak tokoh,

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhaeni (2016) yang mengemukakan bahwa cara yang digunakan siwa berjenis kelamin laki-laki berkemampuan tinggi dalam

1.1.4 Kebutuhan Akan Sekolah Anime dan Manga di Yogyakarta Pada saat ini banyak beredar manga-manga dari jepang khususnya telah menjamur di Indonesia, sehingga genre

(lima) berdasarkan besaran tertentu dan setiap kelompok diberikan nilai skor dengan anggapan bahwa nilai skor terkecil 1 (satu) untuk daerah dengan curah hujan kecil

 jelek, jenis jenis kelam kelamin in laki-laki laki-laki atau atau perempua perempuan, n, tempat tempat tinggal didesa atau dikota dan lain-lain, maka metode tinggal

Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 139, Tambahan

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan. Hal ini rnenunjukkan semakin luas ladang yang ada di desa-desa pada kawasan DAS.. Tiworo

Daya paling besar diperoleh dari motor bensin 4 langkah dengan penggunaan koil yang memiliki panjang kabel busi 25 % dari panjang kabel busi mula mula yaitu 8,0 Hp pada 7750