• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori FMIPA UNISMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Repositori FMIPA UNISMA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

EFEK EMULSE RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa ) TERHADAP KADAR

GLUKOSA DARAH MENCIT JANTAN GALUR BALB/C YANG DIINDUKSI EPINEFRIN

Oleh : Iwan Sumantri*, Hari Santoso*

Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Islam Malang,

Jl. Mayjen Haryono 193, Malang, 65144

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian efek emulse rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk) terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi dengan epinefrin 0,04 mg/ekor secara intra muskular. Percobaan dilakukan terhadap 3 kelompok mencit, yaitu: K1 (kontrol Positif), K2 (pemberian emulse konsentrasi 75% 0,5 ml/ekor), dan K3 (pemberian emulse konsentrasi 100% 0,5 ml/ekor). Emulse diperoleh dengan cara merebus rumput mutiara dengan tidak terkena panas langsung dan tidak keluar uap. Kadar glukosa darah diukur dengan alat

glucotest. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-3, 6, dan 9 fase perlakuan setelah mencit

mengalami hiperglikemik. Pemeriksaan kadar glukosa darah kontrol positif diperoleh rata-rata 184,2 mg/dl. Pemeriksaan kadar glukosa darah mencit perlakuan 75% emulse pada hari ke-3, ke-6, ke-9 berturut-turut diperoleh rata-rata 173,2 mg/dl, 164 mg/dl, 156,4 mg/dl, pemeriksaan kadar glukosa darah mencit perlakuan 100% emulse pada hari ke-3, ke-6, ke-9 berturut-turut diperoleh rata-rata 169,8 mg/dl, 159 mg/dl, 149,8 mg/dl. Hasil pengamatan rata-rata penurunan kadar glukosa darah menunjukkan bahwa pemberian emulse konsentrasi 100% memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang lebih signifikan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian emulse rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk.) dapat menurunkan kadar glukoda darah pada mencit Balb/c yang diinduksi epinefrin.

Kata kunci : Hedyotis corymbosa L. Lamk., emulse, kadar glukosa darah

ABSTRACT

This research is performed to assess the effect of the emulsion of Hedyotis corymbosa L. Lamk on the blood glucose level of the epinephrin-induced house mouse (Mus Musculus). The induction is done by means of intramuscular injection of 0.04 mg epinephrin on each mouse. The experiment is done to three groups of house mouse: K1 (positive control), K2 (emulsion of 75% concentration of 0.5 ml Hedyotis corymbosa L. Lamk per mouse), and K3 (emulsion of 100% concentration of 0.5 ml Hedyotis corymbosa L. Lamk per mouse). The emulsion is obtained by boiling Hedyotis corymbosa L. Lamk (no direct heating, no escaped moisture). The blood glucose level is then measured with glucotest. The assessment of blood glucose level is done on day 3, 6 and 9 of the treatment after the mice experience hyperglycemia. In K1 group, the average blood glucose level is 184.2 mg/dl. In K2 group, the average blood glucose levels are 173.2 mg/dl, 164 mg/dl and 156.4 mg/dl respectively. In K3 group, the average blood glucose level is 169.8 mg/dl, 159 mg/dl and 149.8 mg/dl respectively. These results show that with the emulsion of 100% concentration of 0.5 ml Hedyotis corymbosa L. Lamk per mouse, there is significant decline in the blood glucose level of the mouse. It is therefore concluded that emulsion of Hedyotis corymbosa L. Lamk can result in the reduction of blood glucose level of epinephrin-induced Mus Musculus Balb/c.

Keywords: Hedyotis corymbosa L. Lamk, emulsion, blood glucose level

(2)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman-tanaman yang berkhasiat obat. Salah satu tanaman yang kini sudah dijadikan obat herbal dan banyak dikonsumsi masyarakat adalah rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk. atau

Oldelandia corymbosa L.) yang termasuk dalam

famili Rubiaceae.(1-3,4,5) Tanaman ini tumbuh liar di

berbagai tempat seperti kebun, pinggir jalan, dan selokan yang cukup mendapat sinar matahari dan air.(1,6,7) Seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat yang dipercaya berkhasiat sebagai

antiradang, antikanker, antipiretik, diuresis,

melancarkan peredaran darah, antitolsin, dan masih

banyak lagi.(1,2,4,6,7) Masyarakat mengkonsumsinya

dalam bentuk asli (berupa air rebusan tanaman, atau tanaman yang dilumatkan) maupun hasil olahannya (berupa tablet, granule, teh, dan kapsul)

dalam dosis yang bervariasi.(1)

Rumput mutiara mengandung berbagai

senyawa kimia, diantaranya yang teridentifikasi dalam ekstraknya, antara lain: asam ursolat, asam oleanolat, γ-sitosterol, β-sitosterol, stigmasterol,

senyawa iridoid (antara lain asperulosid,

skandosidmetilester, benzoilskandometil- ester), n-benzoil-1-fenilalanin-1-fenilalaninol asetat, flavonoid,

hentriacontan, p-asam kumarat, tanin, dan

kumarin.(1,4,6)

Rumput mutiara bisa digunakan dalam bentuk emulse yaitu minyak atsiri yang menyatu dengan pelarut air. Salah satu senyawa aktif yang terdapat dalam rumput mutiara adalah flavonoid.

Penelitian Setiawan(8) pemberian ekstrak kelopak

bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan dapat penurunkan kadar gula darah, diduga senyawa flavonoid kelopak bunga rosela dapat sebagai antioksidan yang berpengaruh dalam

menurunkan kadar gula darah. Penelitian Ivorra(9)

mendapat hasil bahwa pada kelopak bunga rosela terdapat senyawa aktif flavonoid yang memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.

Penelitian Widyawati(10) menyebutkan secara

farmakologi, sambiloto (Andrographis paniculata Nees) mengandungan senyawa kimia flavonoid dan

lakton. Peneliti lain Borhanuddin dkk(11) ekstrak air

sambiloto dengan dosis 10 mg/kg berat badan sambiloto mempunyai efek hipoglikemik pada kelinci yang diinduksi dengan pemberian glukosa per oral dengan dosis 2 mg/kg berat badan secara signifikan. Mekanismenya diduga senyawa aktif sambiloto dapat mencegah absorpsi glukosa dari usus.

Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit. Penggunaan mencit sebagai hewan coba karena mempunyai beberapa keuntungan seperti

fisiologis mencit yang mendekati manusia,

ukurannya yang kecil memudahkan untuk diamati dan bisa digunakan untuk penelitian dalam jumlah yang banyak, dapat berkembangbiak dalam waktu

yang singkat sehingga keturunannya dapat

diperoleh dalam waktu singkat.

Untuk membuat kadar glukosa darah mencit menjadi tinggi biasanya di dalam penelitian digunakan fruktosa. Dalam penelitian ini, untuk membuat kadar glukosa darah mencit lebih cepat mengalami kenaikan maka digunakan epinefrin sebagai induktor. Mencit yang terinduksi epinefrin dalam waktu tertentu akan mengalami peningkatan kadar glukosa darah.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui efek emulse rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk.) terhadap kadar glukosa darah pada mencit Balb/c yang diinduksi epinefrin melalui pengukuran kadar glukosa darah.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorik dengan pengamatan rata-rata penurunan kadar glukosa darah memakai 15 ekor mencit balb/c dengan 6 kali ulangan.

Pembuatan emulse rumput mutiara (Hedyotis

corymbosa L. Lamk.)

Rumput mutiara yang diperoleh disortir dari daun yang menguning, bunga yang kering, dan akar. Ditimbang sebanyak 100 gram rumput mutiara, lalu dicuci bersih, kemudian dikering anginkan. Proses pengeringan memerlukan waktu kurang lebih 45 menit. Rumput mutiara dimasukkan ke dalam erlenmeyer 750 ml, ditambahkan air sebanyak 20 ml, ditutup dengan aluminum foil dan diikat dengan tali rafia. Proses perebusan dilakukan dalam panci yang berisi air, agar erlenmeyer tidak mengapung selama proses perebusan, dibuat pengaman dari kawat ayam yang diberi lubang di tengahnya. Lubang dibuat berbentuk persegi dengan ukuran 6x6 cm. Untuk mendapatkan emulse, proses perebusan dilakukan kurang lebih selama dua jam. Saat proses perebusan, perlu diperhatikan volume air yang digunakan untuk merebus, jika berkurang maka perlu ditambah dengan air panas supaya tidak kering.Setelah dua jam, proses selanjutnya adalah pendinginan emulse dimana proses ini memerlukan waktu kurang lebih 45 menit hingga emulse benar-benar dingin. Emulse yang didapat dipindah dalam gelas ukur lalu ditutup dengan aluminum foil, dan

(3)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

emulse tersebut ditetapkan sebagai konsentrasi 100%.

Diambil 7,5 ml emulse konsentrasi 100% dengan gelas ukur, kemudian ditambah dengan air bersih matang hingga volume menunjukkan 10 ml. Ditutup dengan aluminum foil dan dikocok perlahan hingga homogen. Emulse yang didapat ditetapkan sebagai konsentrasi 75%.

Aklimasi hewan coba

Sebelum dilakukan aklimasi, diambil 15 ekor mencit Balb/c yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kontrol positif, perlakuan 75%

emulse, dan 100% emulse. Masing-masing

kelompok terdiri dari lima ekor mencit jantan dan betina yang ditentukan secara acak. Mencit-mencit tersebut dikandangkan secara individu, diberi pakan dan minum selama satu minggu. Selama aklimasi, dilakukan pengamatan berat badan dan konsumsi pakan setiap hari.

Prosedur penginduksian epinefrin

Menurut Muhtadi A (1988)(12) dan Nodine JH

& PE Siegler (1964)(13) ada beberapa macam zat

yang dapat digunakan untuk menginduksi keadaan hiperglikemi pada hewan coba, salah satunya adalah epinefrin. Mencit kelompok kontrol positif dan perlakuan yang sudah diaklimasi selama satu minggu, disuntik epinefrin dengan dosis 0,04 mg/ekor setiap hari selama 10 hari fase induksi. Penginduksian epinefrin dilakukan secara intra muskuler. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah kontrol positif pada hari kesebelas setelah sehari sebelumnya mencit dipuasakan selama 12 jam. Mencit dinyatakan menderita hiperglikemi apabila rata-rata kadar glukosa darah puasa mencapai angka ± 180 mg/dl. Pada fase induksi, diamati pula mengenai berat badan dan konsumsi pakan setiap hari.

Prosedur Uji Efek Emulse Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk) terhadap Mencit Balb/c yang Diinduksi Epinefrin.

Mencit perlakuan 75% emulse dan 100% emulse yang sudah diinduksi epinefrin dan

dinyatakan menderita hiperglikemi, dilakukan

pencekokan emulse dengan konsentrasi sesuai perlakuan dosis 0,5 ml/ ekor setiap hari selama 9 hari perlakuan. Pencekokan dilakukan setelah sehari sebelumnya mencit dipuasakan selama 12 jam.

Pada fase perlakuan, pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan pada hari ketiga, keenam, dan kesembilan. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dua jam setelah pencekokan emulse.

Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan

menggunakan alat glucotest Easy Touch ® GCU

yang hasilnya berupa angka yang dapat dibaca pada monitor dalam satuan mg/dL. Selama perlakuan, diamati mengenai pertambahan atau penurunan berat badan dan konsumsi pakan setiap hari.

Analisis data

Data yang diperoleh dimuat dalam tabel dan dievaluasi dengan grafik untuk mengetahui rata-rata penurunan kadar glukosa darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan emulse rumput mutiara (Hedyotis

corymbosa L. Lamk.)

Pembuatan emulse dari 100 gram rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L. Lamk.) segar dan 20 ml air, didapatkan emulse antara 20,4 ml–21,8 ml tergantung kadar air yang terdapat pada rumput mutiara.

Pengamatan berat badan

Pengamatan berat badan mencit dilakukan setiap hari mulai dari aklimasi, induksi, hingga perlakuan. Tujuan pengamatan berat badan adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian epinefrin dan emulse terhadap berat badan mencit.

Selama 7 hari fase aklimasi, penimbangan berat badan mencit dilakukan ketika mencit sudah dipuasakan selama 12 jam. Pengamatan berat badan fase aklimasi (Gambar 1) menunjukkan masing-masing kelompok perlakuan mengalami peningkatan rata-rata berat badan setiap harinya.

Pada fase penginduksian epinefrin,

penimbangan berat badan mencit dilakukan ketika mencit sudah dipuasakan selama 12 jam dan sebelum disuntik epinefrin. Berdasarkan Gambar 2, terlihat penurunan rata-rata berat badan

masing-masing perlakuan, hal ini diakibatkan oleh

penyuntikan epinefrin selama fase induksi sehingga menyebabkan hiperglikemi pada mencit. Penurunan berat badan akibat dari ketidaksediaan glukosa dalam sel karena insulin yang membatasi proses glukoneogenesis sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Akibatnya glukosa yang dihasilkan akan terbuang melalui urine yang disertai pengurangan

(4)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

jumlah jaringan otot yang berakibat penurunan

bobot berat badan(34).

Gambar 1. Grafik Rata-rata Berat Badan Fase

Aklimasi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse, dan 100% Emulse

Gambar 2. Grafik Rata-rata Berat Badan Fase

Induksi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse, dan 100% Emulse

Pada fase perlakuan selama 9 hari, penimbangan berat badan mencit dilakukan ketika mencit sudah dipuasakan selama 12 jam dan sebelum dicekok emulse rumput mutiara. Pada Gambar 3 terlihat peningkatan dan penurunan rata-rata berat badan kelompok perlakuan 75% dan 100% emulse yang cenderung tidak stabil . Seharusnya pada fase perlakuan, berat badan

mengalami kenaikan karena seiring dengan

menurunnya kadar glukosa darah karena pemberian emulse rumput mutiara.

Gambar 3. Grafik Rata-rata Berat Badan Fase

Perlakuan Kelompok 75% Emulse dan 100% Emulse

Pengamatan konsumsi pakan

Pengamatan konsumsi pakan dilakukan setiap hari pada fase aklimasi, induksi, dan perlakuan dengan memberi jatah pakan 10 gram/ekor setiap hari. Untuk mengetahui banyaknya pakan yang dikonsumsi mencit setiap hari, jatah pakan mencit perhari dikurangi sisa pakan yang tidak termakan oleh mencit maka diperoleh jumlah konsumsi pakan mencit perhari.

Hasil pengamatan konsumsi pakan fase aklimasi (Gambar 4), ketiga kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan 75% emulse, dan kelompok perlakuan 100% emulse terjadi peningkatan dan penurunan konsumsi pakan yang tidak stabil.

Berat Badan (gram) Berat Badan (gram)

Waktu Pengamatan (hari)

Waktu Pengamatan (hari) Konsumsi

Pakan (gram)

Waktu Pengamatan (hari)

Konsumsi Pakan (gram)

(5)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

Gambar 4. Grafik Rata-rata Konsumsi Pakan Fase

Aklimasi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse, dan 100% Emulse

Pada fase induksi, ketiga perlakuan

mengalami kenaikan konsumsi pakan seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kenaikan konsumsi pakan tersebut seiring dengan kenaikan kadar glukosa darah mencit karena penyuntikan epinefrin selama fase induksi.

Gambar 5. Grafik Rata-rata Konsumsi Pakan Fase

Induksi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse dan 100% Emulse

Pengamatan konsumsi pakan fase

perlakuan (Gambar 6) menunjukkan peningkatan konsumsi pakan mencit tetapi tidak seperti pada fase induksi. Pemberian emulse rumput mutiara pada fase perlakuan menyebabkan terjadinya penurunan kadar gula darah yang berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Seharusnya penurunan kadar gula darah mengakibatkan penurunan

rata-rata konsumsi pakan mencit pada fase perlakuan.

Pemberian emulse rumput mutiara justru

menyebabkan nafsu makan meningkat. Hal ini

diperkuat dengan penelitian Nelwida dkk.(15)

mengenai pengaruh suplementasi rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) dalam ransum terhadap bobot

karkas ayam broiler menyebutkan bahwa

suplementasi rumput mutiara dapat meningkatkan konsumsi pakan ayam broiler.

Gambar 6. Grafik Rata-rata Konsumsi Pakan Fase

Perlakuan Kelompok 75% Emulse dan 100% Emulse

Pemeriksaan kadar glukosa darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah lima ekor mencit kelompok kontrol positif yaitu setelah mencit diinduksi epinefrin selama 10 hari diperoleh rata-rata

184,2 mg/dl. Hasil pemeriksaan tersebut

menunjukkan bahwa mencit sudah mengalami

hiperglikemi karena penginduksian epinefrin.

Pemberian epinefrin menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah mencit. Hal ini bisa terjadi

karena epinefrin merangsang reseptor α1 pada

hepar dan reseptor α2 pada pankreas.

(16)

Pada hepar, epinefrin menstimulasi reseptor

α1 yang terdapat pada sel hepatosit sehingga

mengaktifkan second messenger seperti aktivasi

phosporilase c (PLC), meningkatkan inositol triphosphat (IP3), meningkatkan DAG

(diacylglycerol), dan meningkatkan Ca 2+. Aktivasi

second messenger megakibatkan glikogenolisis di

hepar yaitu perubahan glikogen menjadi glukosa darah, reaksi tersebut meningkatkan kadar glukosa darah. Pada pankreas tepatnya di pulau-pulau

langerhans, epinefrin menstimulasi reseptor α2 yang

Berat Badan (gram)

Waktu Pengamatan (hari)

Waktu Pengamatan (hari) Konsumsi

Pakan (gram) Waktu Pengamatan (hari)

(6)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

menyebabkan aktivasi second mesenger pada sel pankreas yang menyebabkan menurunnya cAMP,

menurunnya aktivasi Ca 2+ channel, dan

meningkatnya potassium channel. Aktivasi second

messenger berdampak pada penurunan sekresi

insulin yang berfungsi merubah glukosa darah

menjadi glikogen, sehingga mengakibatkan

peningkatan kadar glukosa darah mencit.(16)

Berdasarkan keterangan tersebut dapat dibuat

diagram alir mekanisme hiperglikemi karena

penginduksian epinefrin adalah sebagai berikut:

Sumber : Buku Human Physiology karangan

Sherwood terbitan 1989 (16)Gambar 2. Mekanisme

peningkatan kadar glukosa darah karena penginduksian epinefrin

Selain pemeriksaan kadar glukosa darah, menurut pengamatan ada beberapa gejala yang

bisa digunakan untuk mendiagnosa mencit

menderita hiperglikemi seperti bulu berdiri, mata berair, lemas (pasif), dan saat pemeriksaan kadar gula darah terjadi gangguan pembekuan darah.

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo(19) mencit yang

sakit memiliki ciri fisik seperti berat badan menurun dan gejala-gejala lainnya seperti menceret atau diare.

Pemeriksaan kadar glukosa darah fase perlakuan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada hari ketiga, tahap kedua dilakukan pada hari keenam, dan tahap ketiga dilakukan pada hari kesembilan. Pada ketiga tahap pemeriksaan kadar glukosa darah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12, perlakuan 75% emulse dan 100% emulse mengalami penurunan kadar glukosa darah karena pemberian emulse rumput mutiara.

Gambar 12. Grafik Rata-rata Kadar Glukosa Darah

Kelompok Kontrol Positif,75% Emulse, dan 100% Emulse

Faktor yang paling berpengaruh dalam penurunan kadar glukosa darah adalah konsentrasi emulse dan banyaknya pencekokan. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin banyak pencekokan emulse rumput mutira, maka semakin efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Gambar 13 menunjukkan bahwa pemberian emulse konsentrasi 100% memberikan efek yang lebih efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi epinefrin dibandingkan dengan pemberian emulse konsentrasi 75%.

Menurut Febriansah dkk.(4) rumput mutiara

mengandung berbagai senyawa kimia, diantaranya yang teridentifikasi dalam ekstraknya, antara lain: asam ursolat, asam oleanolat, γ-sitosterol, β-sitosterol, stigmasterol, senyawa iridoid (antara lain

asperulosid, skandosidmetilester, Induksi Epinefrin Hepar Pankreas (Pulau-pulau langerhans) Stimulasi Reseptor α1 Aktivasi phosporilase c (PLC)

Inositol triphosphat (IP3)

DAG (diacylglycerol) Ca 2+ Stimulasi Reseptor α2 (sel β pankreas) cAMP Ca 2+ channel Potassium channel Glikogenolisis (glikogen menjadi glukosa)

Sekresi insulin (fungsi: glukosa

darah menjadi glikogen (glikogenesis))

Glukosa darah meningkat

Hedyotis corymbosa L. Lamk.

Glukosa darah meningkat

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

Waktu Pengamatan (hari)

(7)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

benzoilskandometilester), n-benzoil-1-fenilalanin-1-fenilalaninol asetat, flavonoid, hentriacontan, p-asam kumarat, tanin, dan kumarin. Senyawa aktif dalam rumput mutiara yang dapat menurunkan kadar glukosa darah adalah flavonoid. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa falvonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba.

Gambar 13. Grafik Rata-rata Penurunan Kadar

Glukosa Darah Kelompok Perlakuan 75% Emulse dan 100% Emulse

Penelitian Setiawan(8) pemberian ekstrak

kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan dapat menurunkan kadar glukosa darah, diduga senyawa flavonoid pada kelopak bunga

rosela berfungsi sebagai antioksidan yang

berpengaruh dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Penelitian Ivorra(9) mendapat hasil bahwa

pada kelopak bunga rosela terdapat senyawa aktif flavonoid yang memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah.

Penelitian Widyawati(10) mengenai aspek

farmakologi sambiloto (Andrographis paniculata Nees) mendapatkan hasil bahwa kandungan kimia sambiloto adalah senyawa flavonoid dan lakton.

Senyawa flavonoid merupakan antioksidan.

Sebenarnya yang dapat menurunkan kadar gula darah adalah turunan dari senyawa flavonoid yaitu

asam kaumarin. Pada penelitian Shirley(17)

menunjukkan bahwa senyawa flavonoid memiliki beberapa turunan, salah satunya adalah asam kaumarin seperti yang terlihat pada gambar 14.

Gambar 14. Turunan Senyawa Flavonoid

Menurut Kartolo(18) peningkatan kadar

glukosa darah dalam tubuh disebabkan oleh aktivasi

second mesenger. Proses diawali dari aktivasi

adenilsiklase yang berfungsi memompa sodium dan kalium (Na-K activated ATPase). Adenilsiklase adalah sistem enzim dalam membran yang terdapat

Kadar Glukosa Darah (mg/dl)

(8)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

pada hampir semua jaringan mamalia kecuali sel darah merah. Aktivasi terhadap adenilsiklase menimbulkan perubahan ATP menjadi adenosin

monofosfat siklik (cAMP) di dalam sel.

Meningkatnya jumlah cAMP di dalam sel selanjutnya membawa pengaruh terhadap respon fisiologi dan sel, misalnya: sistem enzim menjadi aktif; terjadi

pengubahan permeabilitas membran terhadap

substansi tertentu; terjadi sintesis / sekresi hormon; dan sintesis protein. Meningkatnya cAMP siklik (second mesenger) berdampak pada peningkatan kadar glukosa darah.

Gambar 15. Diagram Alir Mekanisme Penurunan

Kadar Glukosa Darah dengan pemberian emulse rumput mutiara

Emulse rumput mutiara yang diberikan per oral pada hewan coba mengandung beberapa senyawa, salah satunya adalah senyawa aktif flavonoid. Di dalam pencernaan, senyawa flavonoid terurai menjadi beberapa senyawa yang salah satunya adalah asam kaumarin. Kerja dari asam kaumarin adalah menghentikan produksi cAMP, akibatnya aktivasi second mesenger menjadi terganggu yang diikuti dengan peningkatan sekresi

insulin. Meningkatnya sekresi insulin menyebabkan

kadar glukosa darah dalam tubuh

menurun.Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar 15.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pemberian emulse rumput mutiara (Hedyotis

corymbosa L. Lamk) dapat menurunkan kadar

glukosa darah mencit Balb/c yang diinduksi epinefrin.

b. Emulse rumput mutiara konsentrasi 75% merupakan dosis efektif karena konsentrasi 75% sudah dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit Balb/c yang diinduksi epinefrin.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Tanaman Obat Indonesia. 2011. Rumput

Mutiara (Hedyotis corymbosa)

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view .php?id=54. Diakses tanggal 29 Oktober 2011.

(2) Sudarsono et al.2002.Tumbuhan obat II

Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat Studi

Obat Tradisional UGM.

(3) Lutfiyah, Rodhiyah, Arfah F., Nurliana,

Febriana, C.2008.Hedyotis

corymbosa.http://herbariumbiologiunj.edubl

ogs.org/2008/12/20/hedyotis-corymbosa/. Diakses tanggal 18 Juli 2012.

(4) Febriansah R, Asyhar A, Iqbal M, Adam H,

Sulistyorini E.2008. Rumput Mutiara

(Hedyotis corymbosa(L.] Lamk.).CCRC

FARMASI UGM. Available

from:http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?p age_id=124. Diakses tanggal 29 Oktober 2011.

(5) Wikipedia.2011. Rumput Mutiara

http://en.wikipedia.org/wiki/rumput mutiara. Diakses tanggal 29 Oktober 2011.

(6) Hariya Djau Endjo, Hernani.2004.Ragam

jenis gulma berpotensi obat. Jakarta:

Penebar Swadaya. Emulse Rumput Mutiara

(Hedyotis corymbosa L. Lamk.) Flavonoid

Sel Tubuh Adenilseklase Asam Kaumarin

Aktivasi Second Mesenger Terganggu

Reseptor α2 (Sel β Pankreas)

Sekresi Insulin Meningkat Glukosa Darah Menurun

(9)

Repositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMARepositori FMIPA UNISMA

(7) Ren, W., Z. Oiao, H. Wang, L. Zhu and L.

Zhang.2003. Flavonoids: Promising

anticancer agents. Med. Res. Rev., 23:

519-534.

(8) Setiawan, R. 2010. Pengaruh Pemberian

Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Penurunan Gula Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diinduksi Aloksan. Skripsi S-1

Universitas Sebelas Maret Surakarta. (9) Ivorra, M. D. 2008. A Review of Natural

Product and Plants as Potential Antidiabetic.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu

bmed/2693840. Diakses tanggal 10

Oktober 2011.

(10) Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees).

Skripsi S-1 Universitas Sumatera Utara. (11) Borhanuddin, M. Shamsuzzoha, M. Dan

Hussain A.H. 1994. Hypoglycaemic effects

of Andrographis paniculata Nees on Non-diabetic Rabbits. Bangladesh Med Res

Counc Bull. 20 (1): 24-26.

(12) Muhtadi A, Uji Efek Ekstrak Alkohol Buah

Buncis (Phaseolus vulgaris Linn.) pada Tikus Hiperglikemi, Tesis S-2, Institut

Teknologi Bandung, 1988.

(13) Nodine JH & PE Siegler, Animal and Clinical

Pharmacology Techniques in Drug Evaluation, Year Book Medical Publ. Inc.,

Chicago, USA, 1964, 36-47, 515-529. (14) Kurniawan, R. A. (2008). Kaitan antara

Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus. Fakultas MIPA. Universitas Pontianak. Pontianak.

(15) Nelwida, Hendalia, E., Resmi, Haroen, U. 2008. Pengaruh Suplementasi Rumput

Mutiara (Hedyotis corymbosa) Terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler. Jurnal Ilmu

Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.

(16) Sherwood, L. 1989. Human Physiology from

Cells to System. United States of America.

West Publishing Company.

(17) Shirley, B.W. 1998. Flavonoids in Seeds

and Grains Physiological Function

Agronomic and The Genetics of Biosynthesis. Journal of Seed Science

Research. Department of Biology, Virginia Politechnic Institute and State University, Blacksburg, USA.

(18) Kartolo, S. W. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi

Hewan. Jakarta. Department Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi.

(19) Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo. 1998.

Pemeliharaan, Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Coba di Daerah Tropis. Jakarta. UI-PRESS.

Gambar

Gambar 1. Grafik Rata-rata Berat Badan Fase  Aklimasi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse, dan
Gambar 5. Grafik Rata-rata Konsumsi Pakan Fase  Induksi Kelompok Kontrol Positif, 75% Emulse dan
Gambar 12. Grafik Rata-rata Kadar Glukosa Darah  Kelompok Kontrol Positif,75% Emulse, dan 100%
Gambar 13. Grafik Rata-rata Penurunan Kadar  Glukosa Darah Kelompok Perlakuan 75% Emulse
+2

Referensi

Dokumen terkait

dapat menurunkan kadar asam urat darah mencit putih jantan galur balb-c yang. diinduksi dengan kalium oksonat dosis

menurunkan kadar asam urat serum mencit putih jantan galur Balb-C yang diinduksi.. dengan

DC) dapat menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan.. galur Balb-C yang diinduksi potassium oxonate

ml/mencit/hari dan dosis 0,4/mencit/hari dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit Balb/C yang diinduksi streptozotocin sebanding dengan metformin.. Kata kunci: bekatul

Pengaruh Suplementasi Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa) dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler (Supplementation Effect of Pearl Grass (Hedyotis corymbosa) on Broiler

Kesimpulan : Pemberian Ekstrak Hedyotis corymbosa terhadap mencit Balb/c berpengaruh terhadap perubahan histologis hepar mencit berupa degenerasi lemak dan

Pengaruh Suplementasi Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa) dalam Ransum terhadap Penampilan Ayam Broiler (Supplementation Effect of Pearl Grass (Hedyotis corymbosa) on Broiler

Disimpulkan bahwa rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa ) memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak unggas,