• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

INDEPENDENSI TELEVISI

MENJELANG PEMILU PRESIDEN

2014

Ketika Media Jadi Corong Kepentingan

Politik Pemilik (Bag. 2)

Sebuah laporan penelitian Remotivi mengenai

praktik pemberitaan, iklan, dan program non-berita politik di 11 stasiun televisi

(2)

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik (Bagian 2) Muhamad Heychael ©Remotivi, 2014 Penyunting: Roy Thaniago Yovantra Arief Tim Peneliti: Fina Azmiya Grace Esther Ika Prahasti Nuriana Nadia Hanum Nadia Silvarani Rayhana Anwarie Setyo Manggala Utama Perdana Putri

Infografik: Ellena Ekarahendy

Peneltian ini merupakan hasil kerja Divisi Penelitian Remotivi. Materi tayangan televisi yang digunakan untuk keperluan analisis diperoleh dari rekaman yang dilakukan Remotivi, dan sebagian kecil lainnya didapat dari Komisi Penyiaran Indonesia. Penelitian ini terselenggara atas dukungan dana Yayasan Tifa.

Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi laporan ini dilindungi dengan lisensi Creative Common Attribution 3.0.

Hak cipta dilindungi secara terbatas

Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan

kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media, penelitian, dan advokasi, yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan

tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

(3)

Pendahuluan

Keberimbangan informasi dan keadilan representasi adalah syarat bagi terwujudnya ide media massa sebagai ruang publik. Menurut Habermas, media sebagai sarana komunikasi perlu menjadi ruang yang setara bagi semua orang untuk mengakses informasi dan menyatakan pendapatnya (Jones, 2009). Dalam momen-momen pemilu presidensial di Indonesia seperti sekarang ini, tuntutan pada media untuk menjalankan fungsinya sebagai sebagai ruang publik semakin mendesak.

Tak pelak lagi, media yang independen adalah syarat mutlak bagi terpenuhinya kebutuhan akan informasi yang berimbang dan berorientasi pada kepentingan publik. Studi ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian Remotivi yang bertujuan mengukur indepenpendesi stasiun televisi selama Pemilu 2014. Penelitian sebelumnya telah diterbitkan dengan tajuk “Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014: Ketika Media Menjadi Corong Kepentingan Politik Pemiliknya”.

Pada saat penelitian ini dilakukan, yakni pada 1-7 Meil 2014, terdapat lima tokoh yang sudah dideklarasikan oleh partainya masing-masing, yakni Aburizal Bakrie (Capres Golkar), Prabowo Subianto (Capres Gerindra), Joko Widodo (Capres PDIP), Wiranto (Capres Hanura), dan Hary Tanoesoedibjo (Cawapres Hanura). Maka, untuk mengukur independensi tiap stasiun televisi, kami meneliti program berita1, iklan2, dan non-berita3 berdasarkan kemunculan lima tokoh politik tersebut.

Dalam program berita, kami mencatat kehadiran tokoh politik melalui tiga variabel, yaitu: “frekuensi”4, “durasi”5, dan “durasi penonjolan”6. Namun, itu saja tidak cukup. Banyaknya ruang kemunculan yang diberikan pada capres/cawapres tidak selalu menguntungkan. Sebab, untuk mengonstruksi opini publik atas seorang tokoh politik, media kerap menggunakan bingkai pemberitaan. Oleh karena itu, kami juga mengukur “nada pemberitaan”7.

1

Produk berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program reguler berita di masing-masing stasiun televisi. Misalnya, Liputan 6 di SCTV, Metro Pagi di Metro TV, Seputar Indonesia di RCTI, dan seterusnya. 2

Iklan dalam pengertian ini adalah commercial break yang di dalamnya memunculkan lima tokoh politik sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dengan definisi yang demikian, baik iklan politik maupun iklan komersial sekalipun, jika memunculkan salah satu tokoh politik maka akan di-coding sebagai bentuk kemunculan. Pada iklan politik kami hanya menghitung frekuensi dan durasi kemunculan.

3

Program non-berita adalah semua program di luar kategori iklan dan berita. Termasuk di dalamnya kuis,

reality show, talkshow, dan lain-lain. Pada program non-berita, kami hanya menghitung kemunculan saja

(frekuensi)3. Seorang tokoh capres disebut muncul dalam program non-berita ketika tokoh capres tersebut hadir atau direpresentasikan (baik dalam bentuk nama, slogan, atau term yang menggantikan, misalnya “Win-HT”) dalam tayangan. Pada praktiknya, pada satu tayangan kuis misalnya, setiap kemunculan sebagaimana definisi di atas, kami hitung sebagai satu. Dan pada sebuah program umumnya terjadi lebih dari satu kali kemunculan dan meski demikian tetap kami hitung satu. Artinya, hanya mungkin satu kemunculan pada satu program untuk tiap capres dan cawapres.

4 Frekuensi dihitung berdasarkan kemunculan tokoh politik dalam setiap item berita, iklan, dan non-berita. 5

Durasi adalah lama waktu tayang sebuah berita, iklan, dan non-berita (hitungan detik) dalam memunculkan tokoh politik.

6

Durasi Penonjolan dalam berita adalah ketika suara (berupa kalimat yang utuh, tidak termasuk kalimat sapaan) tokoh politik muncul di dalam tayangan visual, baik diwawancarai langsung maupun ketika sedang berpidato atau beraktivitas lainnya.

7 Nada pemberitaan adalah bingkai yang diciptakan media atas sebuah berita melalui kata sifat yang terdapat pada teks/audio yang dibacakan oleh pembaca berita. Bingkai pemberitaan ini yang menghasilkan nada pemberitaan: netral, positif, dan negatif.

(4)

Terakhir, berbeda dengan penelitian terdahulu, kami menambahkan variabel “topik berita”8 untuk melihat strategi pembingkaian dari tiap stasiun televisi atas tiap capres-cawapres. Topik juga berguna untuk memberikan potret wacana politik kita hari ini.

Selama periode pemantauan, populasi data yang kami jadikan sampel meliputi : 512 berita berdurasi 72.879 detik, 229 spot iklan berdurasi 14.168 detik, dan 58 titik kemunculan program non-berita. Berdasar data itulah kami melakukan analisis terhadap 11 stasiun televisi bersiaran nasional.

Temuan: Eksploitasi Media Atas Nama Koalisi

Sebagaimana temuan pada penelitian sebelumnya, wajah televisi pada cuaca politik seperti saat sekarang ini tak juga berubah. Data dalam riset ini masih menunjukkan kesimpulan yang sama, yaitu stasiun televisi yang berafiliasi dengan partai politik terindikasi menggunakan medianya bagi kepentingan golongan. Stasiun televisi tak ubahnya buletin internal partai politik, yang hanya lancar berbicara dari satu sisi saja. Televisi kita hari ini adalah televisi satu dimensi.

Di Metro TV, misalnya, Jokowi diberikan porsi kemunculan yang tinggi (secara frekuensi 74,4%, secara durasi 73,9%) dengan nada yang positif (31,3%). Bandingkan dengan rivalnya, yakni Prabowo, yang hanya mendapat 12% (frekuensi) dan 12,2% (durasi), dengan 16,7% berita bernada negatif. Metro TV menayangkan footage Prabowo yang sedang berjoged, dalam kontrasnya dengan Jokowi yang diliput ketika sedang bekerja atau blusukan. Temuan lain juga menunjukkan bahwa hanya Jokowi yang beriklan di Metro TV, dengan 31 spot (100%) iklan serta durasi 931 detik (100%). Lalu, Aburizal Bakrie, yang hari ini mendukung pencapresan Prabowo adalah tokoh yang paling banyak diberitakan secara negatif (53,8%).

Sebaliknya, di TV One, Prabowo mendapat ruang yang dua kali lipat lebih banyak ketimbang Jokowi (secara frekuensi 38,4%, secara durasi 38,2%). Begitupun Aburizal Bakrie, yang mendapat 39% (frekuensi) dan 37,7% (durasi).

Yang menarik adalah, peta koalisi politik sangat menentukan peta atau arah pemberitaan masing-masing televisi. Pergerakan media hanyalah bayangan dari pergerakan politik pemiliknya. Sebagai misal, pada penelitian Remotivi sebelumnya (1-7 November 2013), pemberitaan atas Jokowi di Metro TV tidak lebih dari 12% (Heychael dan Rafika, 2014:15). Ini menunjukkan bahwa media massa hari ini hanya menjadi medium pertemuan antarsyahwat kekuasaan9.

Sementara itu, TV One dan ANTV adalah dua stasiun televisi yang memberi frekuensi pemberitaan paling tinggi pada Aburizal Bakrie (ANTV 50% frekuensi dan TV One 39%). Dari total durasi berita 419 detik di ANTV, 26% di antaranya menonjolkan Bakrie (jumlah tersebut adalah penonjolan tertinggi di

8

Topik merupakan ide utama berita yang menjadi tema paling dominan dalam narasi. Topik ditentukan lewat

headline (judul berita) dan sub-judul. Bila pada hal tersebut belum jelas topik yang diusung, coder diminta

untuk memperhatikan narasi berita secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai tema utama pemberitaan. Pada peneltian ini, karena beragamnya topik-topik berita yang tidak terantisipasi oleh kategori awal yang telah dibuat, sebagian topik ditentukan secara induktif.

9

(5)

ANTV). Hal yang serupa juga terjadi di TV One. Dari jumlah durasi berita 11.681 detik, 12,3% di antaranya menonjolkan Bakrie (ini adalah jumlah penonjolan tertinggi di TV One).

Statistik yang berbeda ditunjukkan oleh MNC Grup. Global TV, RCTI, dan MNC TV secara ekslusif hanya menyiarkan iklan dan program non-berita dari pasangan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo. Di Global TV, kuis Indonesia Cerdas yang memuat slogan dan atribut pasangan tersebut ditayangkan sehari sekali. Tidak hanya sampai di situ, RCTI pun menayangkan reality show Mewujudkan Mimpi

Indonesia, yang juga memuat atribut pasangan ini. Selain lewat kuis dan reality show, mereka juga

beriklan di stasiun televisi milik MNC Group. Kalkulasi iklan mereka di tiga televisi ini mencapai 99 (100%) titik dan menghabiskan durasi 6.765 detik (100%).

Panorama di atas adalah bukti bahwa yang bertanding bukan hanya kandidat capres-cawapres, melainkan juga media yang mengusung mereka. Pertandingan politik media ini tidak hanya diikuti oleh dua televisi saja. Studi ini menunjukkan bahwa independensi media yang pemiliknya berafilisasi langsung dengan partai politik punya problem dalam hal independensi. Pasalnya, proporsi pemberitaan, iklan, dan program non-berita dari tiga kelompok bisnis media (MNC Group, Viva Group, dan Media Group) terindikasi bias kepentingan politik pemiliknya.

Temuan-temuan di atas adalah satu tanda bahwa dalam hiruk-pikuk penyiaran politik dewasa ini, publik diposisikan hanya sebagai penonton. Media penyiaran, yang menggunakan frekuensi publik, telah dengan sewenang-wenang dipergunakan sebagai alat politik elit. Televisi partisan jelas membahayakan demokrasi dan publik yang butuh informasi jernih bagi alat mengambil keputusan. Televisi satu dimensi jelas tak akan mampu menghadirkan informasi yang utuh dan menyeluruh, karena kemampuan itu telah lebih dulu dibunuh oleh keharusan yang lebih besar: melayani pemiliknya.

Agenda Televisi, Agenda Elit

Bias dalam dunia pertelevisian kita ini menunjukkan bahwa diskurus berita politik lebih mementingkan kepentingan politik elit ketimbang mengakomodasi perspektif publik. Media kurang peka dalam mengenali masalah-masalah yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Hal ini tergambar dengan jelas dari pemilihan topik berita.

Media diharapkan mampu menyediakan informasi tentang kemampuan serta komitmen capres dan cawapres untuk menyelesaikan persoalan publik. Namun demikian, topik-topik yang berhubungan dengan persoalan publik tidak mendapatkan perhatian yang layak. Isu yang paling dominan selama periode 1-7 Mei di 11 stasiun televisi bersiaran nasional adalah “koalisi partai politik” (lihat lampiran).

Tentu saja, informasi mengenai koalisi menjelang Pilpres adalah penting bagi publik yang hendak menentukan pilihan. Namun, ketika pemberitaan koalisi partai politik diberikan porsi yang demikian besar—bahkan di atas isu-isu seperti jaminan sosial, ketenagakerjaan, dan lainnya—maka kita harus bertanya: siapa yang sebenarnya butuh koalisi? Suara siapa yang sebetulnya diwakili televisi?

(6)

Takluknya stasiun televisi pada agenda pemilik menemukan bentuknya yang paling gamblang dalam pemberitaan Hary Tanoe dalam kaitannya dengan mengenai bisnis yang ia jalankan (20%). Melalui tiga stasiun televisi miliknya (RCTI, MNC TV, dan Global TV), Hary Tanoe kerap muncul dalam berita-berita mengenai ekspansi bisnisnya, semisal kerjasama MNC Group dengan ABC (Australia

Brodcasting Commision) atau bahkan rapat RUPS pemegang saham PT Global Mediatama. Melalui

berita-berita ini, MNC Group melakukan dua hal sekaligus: pertama, memanfaatkan berita sebagai ajang promosi silang perusahaan, dan kedua, membentuk citra Hary Tanoe, selaku cawapres dari Hanura, sebagai pengusaha sukses.

Memang terdapat beberapa pengecualian. Ada beberapa topik publik yang melekat pada pemberitaan capres. Jokowi misalnya, dilekatkan pada topik “seputar kinerja Pemda DKI” dan Prabowo dengan topik “ketenagakerjaan”. Hampir setiap pemberitaan tentang keduanya terkait dengan dua hal tersebut. Kedua isu tersebut juga terbilang isu publik. Kinerja pemda merupakan bekal publik menilai kinerja Jokowi. Sedangkan visi Prabowo mengenai ketenagakerjaan juga merupakan informasi penting bagi publik untuk menetukan pilihan politiknya.

Namun, soalnya menjadi lain ketika topik-topik publik menjadi sarana politisasi kepentingan elit pemilik media. Hal ini tampak dari tidak munculnya topik “kinerja Pemda DKI” di TV One dan ANTV. Kedua stasiun televisi milik Aburizal Bakrie tersebut sama sekali tidak membuat berita Jokowi berkaitan dengan kinerjanya selaku Gubernur DKI. Sebaliknya, TV One dan ANTV termasuk yang menyumbang paling banyak melekatkan isu “Dugaan kampanye dalam soal Ujian Nasional” pada Jokowi (TV One 12% dan ANTV 33%). Di sisi lain, besarnya porsi pemberitaan Jokowi dengan topik “Kinerja Pemda DKI” di Metro TV (16,3%) juga perlu dipertanyakan, apakah dibingkai dalam kerangka publik atau pesan sponsor dari pemilik?

Strategi pembingkaian dengan penghindaran isu juga dilakukan oleh MNC Group. Ketika banyak televisi memberi porsi pemberitaan menyakut konflik politik di tubuh partai Hanura, tidak satu pun televisi milik Hary Tanoe—yang ketika penelitian dilakukan masih menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura—menyiarkan berita tersebut.

Lebih dari sekadar melakukan sensor informasi, televisi bahkan dijadikan alat untuk memoles citra diri pemiliknya. Praktik ini teridentifikasi, misalnya, lewat TV One yang memberikan porsi pemberitaan sebesar 3% untuk Aburzal Bakrie dengan topik “pembangunan ramah lingkungan”10. Mudah bagi kita untuk mengingat bawah Aburizal Bakrie adalah juga pemilik Lapindo Brantas, yang diduga bertanggungjawab atas bencana lumpur di Sidoarjo. Pemberitaan bertema pembangunan ramah lingkungan, betapa pun kecilnya, bisa berarti upaya pembersihan nama. Ini sekali lagi bukti bahwa televisi menjadikan agenda kepentingan politik pemiliknya sebagai agenda publik11.

***

10

TV One secara berulang memberitakan pidato Aburizal Bakrie di Indonesia Green Infrastructur Summit 2014. Tidak ada televisi lain yang memberitakan Aburizal Bakrie dengan topik “pembangunan ramah lingkungan”, selain TV One

(7)

PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO

PROPORSI

di 11 Stasiun Televisi

Berita, Iklan, & Program Non-Berita

CAPRES

& CAWAPRES

PROPORSI

CAPRES

CAWAPRES

TVRI

Berita

Iklan

Non-Berita

22.2% 21.2% 5.1% 8.1% 43.4% 22.3% 24.2% 2.8% 2.7% 4.8% 7.2% 41.4% 10.4% 4.3% 10.1% 0% 0% 5.3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 12.5%

100%

100%

94.7%

100%

87.5%

20% 10% 40% 10% 20% 22.2% 21.2% 5.1% 8.1% 41.5% 22.3% 24.2% 4.8% 7.2% 41.4% 12% 22% 48% 4% 14% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

24%

43%

20%

5% 8%

100%

100%

(8)

TV ONE

Berita

Iklan

Non-Berita

39% 15.2% 38.4% 5.5% 1.8% 37.7% 38.2% 0% 6.6% 4% 13.4% 6% 2.2% 0% 1.6% 0% 0% 22.2% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

98.4%

95.8%

100%

77.8%

100%

27.3% 13.6% 31.8% 9.1% 18.2% 12.3% 4.2%

Metro TV

Berita

Iklan

Non-Berita

12.8% 12.7% 12% 12.2% 0.8% 0% 74.4% 13.8% 1.2% 0% 73.9% 9.4% 18.6% 0% 0% 0% 0% 53.8% 16.7% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0%

30.8%

68.7%

75%

100%

50% 15.9% 6% 15.4% 31.3% 8.3% PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO 50% 0% 0% 39% 15.2% 38.5% 5.5% 1.8% 37.8% 38.2% 0% 6.6% 4% 13.4% 32% 3% 0% 33% 0% 0% 67% 0% 0% 0% 0% 0% 39% 15% 40% 4% 2% 65% 100%

Berita

12.8% 12.7% 12% 12.2% 0.8% 0% 74.4% 75% 1.2% 0% 73.9% 9% 2% 0% 0% 0% 0% 78% 22% 0% 0%

6%

80%

13%

1%

15% 0% 7% 90% 3%

(9)

SCTV

Berita

Iklan

Non-Berita

22.7% 40.9% 31.8% 4.5% 0% 20.3% 39% 35.1% 5.6% 4% 8.1% 9.6% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%

100%

100%

100%

10.7%

Indosiar

Berita

Iklan

Non-Berita

11.1% 9.6% 16.7% 19.3% 0% 0% 72.2% 16.3% 0% 0% 7.1% 14.4% 18.6% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

91.7%

100%

100%

9.8% 8.3% PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO 0% 0% 0% 14.8%

Berita

22.7% 41% 31.8% 4.5% 0% 20.3% 39% 35.1% 5.6% 4% 25% 5% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

25%

25%

25%

25%

19% 51%

Berita

11.1% 9.6% 16.7% 19.4% 0% 0% 72.2% 76% 0% 0% 71% 18% 18.6% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

69%

19%

13%

6% 100%

(10)

RCTI

Berita

Iklan

Non-Berita

100% 0% 100% 100% 0% 39% 27.4% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 50% 50% 0% 0% 0% 0% 45% 55% 0% 0% 0% 50% 50% 50% 50% 50% 50% 0%

MNC TV

Berita

Iklan

Non-Berita

20% 20% 35% 10% 15% 20.6% 20.2% 38.2% 6.9% 14.1% 8.5% 18.2% 6.2% 18.4% 33.7% 50% 33.3% 50% 33.3% 100% 50% 66.7% 50% 66.7% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO 0% 0% 0%

Berita

100% 0% 100% 100% 0% 39% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 20% 20% 35% 10% 15% 20.6% 20.2% 38.2% 6.9% 14.1% 13% 27% 17% 9% 34% 33% 33% 17% 17% 25% 17% 33% 8% 17% 0% 0% 0% 0% 0%

(11)

Global TV

Berita

Iklan

Non-Berita

15.4% 0% 19.8% 100% 100% 100% 100% 50% 50% 0% 39% 0% 38.5% 37.9% 19.6% 15.4% 10.6% 0% 30.8% 31.7% 8.4% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 50% 50% 0% 0% 50% 0% 0% 0% 0% 50% 50% 50% 50% 0%

Trans TV

Berita

Iklan

Non-Berita

17.6 47.1% 35.3% 22.6% 37.1% 40.3% 50% 33.3% 12.5% 16.7% 37.5% 100% 83.3% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO 0% 0% 0% 9.5% 8.6% 5.7%

Berita

15.4% 0% 19.8% 80% 20% 100% 0% 39% 0% 38.5% 37.9% 36% 15.4% 10.6% 51% 30.7% 31.7% 13% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 100%

Berita

17.6 47.1% 35.3% 22.6% 37.1% 40.3% 50% 33.3% 27% 27% 45% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 28% 42% 30% 50% 50%

(12)

50% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Trans 7

Berita

Iklan

Non-Berita

29.2% 0% 31.6% 28.6% 27.3% 16.7% 50% 0% 0% 0% 0% 0% 45.8% 40.9% 8.4% 25% 27.6% 3.9% 0% 63.3% 33.3% 28.6% 1.9% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% PRABOWO SUBIANTO ABURIZAL BAKRIE WIRANTO HARY TANOE SOEDIBJO JOKO WIDODO 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

ANTV

Berita

Iklan

Non-Berita

20% 0% 24.7% 100% 66.7% 50% 33.3% 0% 0% 0% 0% 0% 30% 24% 0% 0% 0% 50% 51.3% 26% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 17.8%

Berita

29.2% 0% 31.6% 33% 50% 17% 43% 0% 0% 0% 0% 0% 45.8% 40.8% 67% 25% 27.6% 21% 0% 64% 18% 18% 12% 0% 14% 43% 0% 0% 0% 0% 100%

Berita

20% 0% 24.7% 57% 29% 14% 100% 0% 0% 0% 0% 0% 30% 24% 0% 0% 0% 50% 51.3% 75% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 25%

(13)

PRABOWO SUBIANTO WIRANTO HARY TANOE

TOPIK

di 11 Stasiun Televisi

Pemberitaan

CAPRES

& CAWAPRES

topik

CAPRES

CAWAPRES

TVRI

ABURIZAL BAKRIE 27.3% Koalisi Partai Politik 13.6% Survey Politik 22.7% Dukungan dari Ormas 18.2% Kandidat Cawapres 18.2% Lainnya ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 12.5% Koalisi Partai Politik 10% Dugaan Kampanye Pada Soal Ujian Nasional 2.5% Jaminan Sosial 15% Survey Politik 2.5% Profil Capres 12.5% Dukungan dari Ormas 25% Kandidat Cawapres 15% Kinerja Pemda DKI 5% Lainnya JOKO WIDODO 52.4% Koalisi Partai Politik 60% Koalisi Partai Politik 75% Koalisi Partai Politik 25% Konflik Internal Partai 40% Konflik Internal Partai 14.3% Survey Politik 14.3% Ketenaga kerjaan 19% Kandidat Cawapres

(14)

TV One 86% Koalisi Partai Politik 6% Pembangunan Ramah Lingkungan 8% Dukungan dari Ormas ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 100%

Koalisi Partai Politik

76%

Koalisi Partai Politik

12%

Dugaan Kampanye Pada Soal Ujian Nasional

12% Dukungan dari Ormas

ANTV

60% Koalisi Partai Politik 40% Profil Capre/ Cawapress 34% Profil Capres/ Cawapres ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 50% Dukungan dari Ormas 78% Koalisi Partai Politik 22% Lainnya 50% Ketenaga kerjaan 33% Koalisi Partai Politik 33% Lainnya 95% Koalisi Partai Politik 5% Ketenaga kerjaan 100%

(15)

SCTV

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Indosiar 33% Koalisi Partai Politik 50% Koalisi Partai Politik 50% Kandidat Cawapres 34% Kandidat Cawapres ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 33% Ketenaga kerjaan 16% Koalisi Partai Politik 20% Profil Capres/ Cawapres 45% Profil Capres/ Cawapres 20% Survey Politik 60% Kandidat Cawapres 43% Kandidat Cawapres 100% Kandidat Cawapres 11% Kandidat Cawapres 57% Ketenaga kerjaan 33% Ketenaga kerjaan 11% Kinerja Pemda DKI 25% Profil Capres/ Cawapres 25% Kandidat Cawapres 17% Ketenaga kerjaan 17% Kinerja Pemda DKI

(16)

RCTI

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// MNC TV 100% Koalisi Partai Politik ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 71% Dukungan dari Ormas 78% Koalisi Partai Politik 22% Bisnis Capres / Cawapres 29% Ketenaga kerjaan 80% Koalisi Partai Politik 100% Ketenagakerjaan 20% Kinerja Pemda DKI

(17)

67% Koalisi Partai Politik 33% “Perang” antar Pendukung Capres di Dunia Maya 50% Survey Politik 50% Dugaan Kampanye Pada Soal Ujian Nasional Global TV ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Trans TV ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 50% Survey Politik 20% Koalisi Partai Politik 80% Bisnis Capres / Cawapres 50% Koalisi Partai Politik 100% Koalisi Partai Politik 62% Koalisi Partai Politik 100% Koalisi Partai Politik 25% “Perang” antar Pendukung Capres di Dunia Maya 13% Kinerja Pemda DKI

(18)

100%

Koalisi Partai Politik

Trans 7

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Metro TV ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 2.2% Dukungan dari Ormas 50% Koalisi Partai Politik 50% Koalisi Partai Politik 46.7% Koalisi Partai Politik 72% Koalisi Partai Politik 14% Survey Politik 14% Profil Capres / Cawapres 83% Koalisi Partai Politik 18% Koalisi Partai Politik 17% Profil Capres 9% Profil Capres / Cawapres 9% Dugaan Kampanye Pada Soal Ujian Nasional

9% Survey Politik 9% Kinerja Pemda DKI 16.3% Kinerja Pemda DKI 18% Ketenaga kerjaan 6.5% Ketenaga kerjaan 28% Kandidat Cawapres 20.7% Kandidat Cawapres 4.3% Lainnya 50% Kandidat Cawapres 13.3% Kandidat Cawapres 40% Ketenaga kerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Kod podudaranja storytelling i marketinških kampanja nalaze se dvije vrijednosti koje su im zajedničke: prva je da roditelji i djeca predstavljaju primarnu ciljnu skupinu, a

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi dan Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip

Kepala Dinas pengelolaan pasar /M fadli menyampaikan bahwa 227 pedagang di pasar burung tersebut akan dipindah dfan bergabung di bursa agro jogja // disana nantinya fasilitas

Untuk mengolah air limbah hasil pengolahan ikan telah dibuat IPAL di Panjang Wetan dan Panjang Baru, tetapi kondisi IPAL tersebut kurang dirasakan manfaatnya

salah satu keluarga yang bergerak di bidang kepecinta-alaman / adalah kapalasastra // kelompok yang terbentuk pada tahun 1974 ini / merupakan komunitas dari mahasiswa pecinta alam

Vol.13 No.1, Mei 2008 Pemodelan Nilai Jangka Panjang Pelanggan Dalam Manajemen Hubungan Pelanggan Perkembangan dunia bisnis dan bidang pemasaran menuntut perlunya peningkatan

tegakkan untuk tempat bersarang dan jenis tumbuhan pakan kukang (Nycticebus coucang) di Hutan Lindung Pegunungan Merratus, Kalimantan Selatan dilakukan selama

Distribusi kategori skor siswa pada kemampuan berpikir kritis pada tabel di atas memberikan informasi bahwa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe GI diperoleh hasil pada