• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING PENERAPAN CARA KARANTINA IKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MONITORING PENERAPAN CARA KARANTINA IKAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS

MONITORING PENERAPAN CARA KARANTINA IKAN

YANG BAIK (CKIB) DAN SURVAILAN HAMA DAN

PENYAKIT IKAN KARANTINA (HPIK)/ HAMA DAN

PENYAKIT IKAN (HPI) TERTENTU

PUSAT KARANTINA DAN KEAMANAN HAYATI IKAN BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i

K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusunan Petunjuk Teknis Monitoring Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dan Survailan Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)/Hama Penyakit Ikan (HPI) tertentu telah selesai dilaksanakan.

Petunjuk Teknis ini disusun untuk menciptakan keseragaman dalam pola pikir, bagi petugas karantina ikan di seluruh Indonesia serta sebagai acuan untuk melaksanakan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu pada Instalasi Karantina Ikan (IKI) yang telah mendapatkan Sertifikat IKI maupun sertifikat CKIB sebagai upaya memberikan jaminan kesehatan terhadap ikan yang akan dilalulintaskan.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan atas kerjasama yang baik kepada semua pihak sehingga penyusunan petunjuk teknis ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Kami menyadari, bahwa penyusunan Petunjuk Teknis Monitoring Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dan Survailan Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)/Hama Penyakit Ikan (HPI) tertentu ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan untuk penyempurnaan.

Kepala Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan

(6)

ii D A F T A R I S I Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2

C. Istilah dan definisi... 3

D. Dasar hukum... 4

BAB II. PROSEDUR DAN TATA CARA... 5

A. Persyaratan... 5

B. Pelaksana Kegiatan... 5

C. Persiapan... 5

D. Pelaksanaan Kegiatan... 6

BAB III. TINDAKAN PERBAIKAN TEMUAN KETIDAKSESUAIAN MONITORING PENERAPAN CKIB... 13 BAB IV. PELAPORAN KEGIATAN MONITORING PENERAPAN CKIB DAN SURVAILAN HPIK/HPI TERTENTU... 14 A. Format dan Waktu Pelaporan... 14

B. Mekanisme Pelaporan... 14

BAB V. PENUTUP... 15

DAFTAR PUSTAKA... 16 LAMPIRAN...

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pintu-pintu masuk arus barang dari suatu negara ke negara lain pada era globalisasi ini akan terbuka lebar tanpa batas-batas wilayah ekonomi yang kaku. Era perdagangan bebas akan memberi atmosfir persaingan/kompetisi antar bangsa dan antar negara. Sekat-sekat kepabeanan yang membatasi arus barang dengan berbagai instrumen tarif, cukai, dan pajak secara bertahap akan menghilang, sehingga eksportasi komoditas perikanan, tidak lagi menerapkan persyaratan tarif, tetapi lebih mengedepankan aspek scientific, sesuai dengan ketentuan Office International des Epizooties (OIE) World Organisation for Animal Health maupun organisasi internasional terkait lainnya.

Adanya persyaratan tersebut, membuktikan bahwa aturan pengiriman sudah semakin ketat, dan sangat memperhatikan kesehatan dan keamanan sumberdaya perikanan di dalam negara tersebut. Selain itu, adanya persyaratan tersebut bertujuan untuk memenuhi tuntutan aturan perdagangan dunia bahwa hasil perikanan yang dipasarkan harus memenuhi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dan bebas penyakit ikan, yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi khususnya oleh pelaku usaha dan pihak pemerintah selaku penentu kebijakan. Salah satu kebijakan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) dalam menjawab tantangan ini adalah memberikan jaminan kesehatan ikan melalui penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) di instalasi karantina ikan (IKI).

Penerapan CKIB dilakukan melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit ikan karantina/ hama dan penyakit ikan tertentu (HPIK/HPI tertentu) melalui penerapan biosecurity dan traceability. Seluruh kegiatan yang dilakukan di IKI wajib berpedoman pada panduan mutu yang ditetapkan (tercatat, terukur dan dapat tertelusur). Dengan demikian melalui program sertifikasi CKIB diharapkan setiap IKI dapat memproduksi hasil perikanan yang bebas penyakit, berkualitas, aman dan bermutu melalui manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit ikan secara terintegrasi.

(8)

2 Salah satu cara menjamin kesehatan ikan pada IKI yang telah menerapkan CKIB, yaitu dengan melakukan monitoring penerapan CKIB untuk menjamin konsistensi penerapannya dan survailan terhadap HPIK/HPI tertentu di IKI tersebut secara periodik minimal satu kali setiap bulannya untuk mengetahui status kesehatan ikan di IKI. Monitoring penerapan CKIB adalah suatu proses mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan pedoman CKIB dan dokumen mutu karantina ikan yang ditetapkan. Selanjutnya kegiatan survailan, menurut FAO (2004) merupakan mekanisme yang diterapkan untuk mengumpulkan dan mencari data tentang kesehatan hewan (termasuk ikan) di suatu populasi, sehingga dapat menentukan status kesehatan penyakit tertentu secara akurat dengan didasarkan pada bukti ilmiah, kasus tertentu maupun gejala klinis pada media yang rentan. Survailan dilakukan untuk menemukan infeksi patogen tertentu (HPIK/HPI tertentu).

Dalam pelaksanaan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu di IKI diperlukan persiapan dan acuan dalam pelaksanaannya. Petunjuk Teknis Monitoring Penerapan CKIB dan Survailan HPIK/HPI tertentu ini, diperlukan sebagai upaya mewujudkan prosedur yang baku dalam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan petunjuk teknis ini adalah :

1. Sebagai pedoman dalam kegiatan monitoring penerapan CKIB di IKI bagi pelaksana monitoring yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis KIPM;

2. Sebagai acuan Pejabat Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Karantina (PHPI) dalam melaksanakan kegiatan survailan HPIK/HPI tertentu di IKI;

3. Untuk meningkatkan konsistensi penerapan CKIB di IKI.

C. Istilah dan Definisi

1. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang berisikan prosedur operasional standar (SOP) tindakan karantina ikan, yang digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan penggunaan fasilitas dilakukan secara

(9)

3 efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar biosekuriti guna menjamin kesehatan ikan.

2. Monitoring CKIB adalah suatu proses mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses dan mengkomunikasikan informasi untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan pedoman CKIB yang ditetapkan.

3. Survailan penyakit adalah pengumpulan, analisis, dan diseminasi informasi secara sistematis untuk mendukung klaim bahwa suatu populasi bebas penyakit tertentu; atau untuk mendeteksi penyakit baru atau eksotik dalam rangka pengendalian penyakit secara cepat.

4. Pengendali Hama dan Penyakit Ikan (PHPI) adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan.

5. Instalasi Karantina Ikan (IKI) yang selanjutnya disebut instalasi karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina.

6. Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat di area tertentu di wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

7. Hama Penyakit Ikan (HPI) tertentu adalah semua HPI selain HPIK yang sudah terdapat dan/atau belum terdapat di wilayah Republik Indonesia yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian ikan.

D. Dasar Hukum

Dasar hukum dalam penyusunan petunjuk teknis monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu di instalasi karantina ikan, adalah :

1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

(10)

4 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);

3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.05/MEN/2005, tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;

4. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 81/KEPMEN-KP/2015 tentang Penetapan Area yang tidak Bebas Penyakit Ikan Karantina, Golongan dan Media Pembawanya di dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.20/MEN/2007 tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama Dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar Negeri dan Dari Suatu Area Ke Area Lain Di Dalam Wilayah Negara Republic Indonesia;

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.32/MEN/2012 tentang Jenis, Penerbitan dan Bentuk Tindakan Karantina Ikan;

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;

9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.80/MEN/2015 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan Sebarannya.

(11)

5

BAB II

PROSEDUR DAN TATACARA

A. Persyaratan

Monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu dilakukan pada IKI yang telah ditetapkan dan pemilik IKI telah menandatangani Pakta Integrasi untuk menerapkan CKIB.

B. Pelaksana Kegiatan

Monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu dilaksanakan oleh tim khusus yang terdiri dari pejabat fungsional PHPI Ahli yang telah mengikuti bimtek/ apresiasi/ pembekalan tentang CKIB dan tim ini ditunjuk oleh Kepala UPT KIPM.

C. Persiapan

Persiapan yang dilaksanakan dalam rangka monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu UPT KIPM sebagai berikut:

1. Tim pelayanan Sertifikasi CKIB UPT KIPM melakukan inventarisasi instalasi karantina yang telah mendapatkan sertifikat CKIB (untuk kelas A ditetapkan oleh kepala BKIPM, kelas B oleh kepala Puskari dan kelas C oleh kepala UPT);

2. Tim pelayanan Sertifikasi CKIB UPT KIPM menyusun jadwal kegiatan bulanan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu serta menyiapkan surat penugasan pelaksanaan kepada tim monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu yang ditandatangani oleh Kepala UPT KIPM;

3. Tim monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu menyiapkan kelengkapan administrasi, antara lain:

a. Daftar isian (cheklist)/ kuisioner monev;

b. Form-Form/dokumen pendukung berupa; daftar hadir pembukaan/ penutupan, temuan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikannya serta form pengambilan contoh uji;

c. Alat dokumentasi berupa; kamera dan/ atau handycam, alat perekam suara dan lain-lain;

(12)

6 e. Alat dan bahan untuk pengamatan, pengambilan, penanganan, pengemasan

dan pengiriman contoh uji.

4. Tim monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu sebelum melaksanakan kegiatan, hendaknya melakukan review terhadap:

a. Dokumen mutu karantina ikan;

b. Laporan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh penanggungjawab instalasi terkait temuan ketidaksesuaian sebelumnya;

c. Jenis ikan yang akan dilalulintaskan atau dimasukkan dan negara/area tujuan pengiriman;

d. Persyaratan negara/area tujuan pengiriman ikan.

5. Seluruh hasil review, dicatat untuk dikonfirmasikan kepada penanggung jawab IKI pada saat pelaksanaan kegiatan monitoring dan survailan HPIK/HPI tertentu.

D. Pelaksanaan Kegiatan

Monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan sejak IKI ditetapkan dan pemilik IKI menandatangani Pakta Integritas atau setelah IKI mendapatkan Sertifikat CKIB. Kedua kegiatan dapat dilaksanakan secara bersamaan waktunya atau dilakukan secara terpisah.

Kegiatan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu dilaksanakan di IKI pemilik dengan tata cara adalah sebagai berikut:

1. Pertemuan Pembukaan (opening meeting)

Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu yaitu :

a. Membuka pertemuan yang dihadiri oleh pemilik/penanggungjawab/staf instalasi karantina ikan;

b. Menyerahkan surat tugas dan memperkenalkan diri dan/atau tim apabila personil berjumlah lebih dari satu orang;

c. Pengisian daftar hadir;

d. Menyampaikan maksud dan tujuan serta agenda kegiatan;

(13)

7 f. Peninjauan lapangan dan pengambilan contoh uji yang didampingi oleh

petugas pendamping IKI;

g. Melakukan pengambilan contoh uji sesuai ruang lingkup CKIB;

h. Melakukan dokumentasi di IKI, khususnya kondisi yang menjadi temuan ketidaksesuaian.

2. Pemeriksaan Dokumen Mutu

Kegiatan ini dilakukan guna memastikan ada tidaknya perubahan data pada dokumen mutu meliputi; panduan mutu, prosedur kerja (SOP), rekaman data (logbook), jenis media pembawa yang akan dilalulintaskan sesuai ruang lingkup CKIB. Apabila ditemukan perubahan pada dokumen, maka dilakukan pencatatan untuk kemudian dilakukan konfirmasi pada saat pertemuan penutup.

Beberapa hal yang perlu dilakukan pembahasan dalam pemeriksaan dokumen mutu kepada penanggung jawab instalasi, yaitu:

a. Konfirmasi terhadap isi dokumen mutu karantina ikan dengan pelaksanaan kegiatan operasional di masing-masing unit teknis di IKI, diantaranya: 1) Profil perusahaan;

2) Panduan Mutu;

3) Standar operasional prosedur/instruksi kerja.

b. Konfirmasi kebenaran isi rekaman data (pengisian rekaman data yang dilakukan oleh masing-masing unit);

c. Konfirmasi apabila terdapat penambahaan ruang lingkup yang belum ditetapkan dalam CKIB (update dokumen mutu, penambahan SOP/logbook); d. Konfirmasi terkait jenis ikan dan negara/area tujuan pengiriman untuk menentukan jenis contoh uji dan jenis HPIK/HPI tertentu yang dipersyaratkan.

3. Observasi Lapangan

Observasi lapangan penerapan CKIB merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengukuran dan pengamatan dengan melihat secara langsung kondisi operasional di lapangan, berupa; kesesuaian proses kegiatan operasional yang dilaksanakan oleh personil di instalasi karantina ikan dengan dokumen mutu karantina.

(14)

8 Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaksana kegiatan monitoring dalam pelaksanaan kegiatan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/ HPI tertentu, yaitu:

a. Ikan Hidup

Pada ikan hidup dalam kegiatan observasi lapangan diperlukan kesesuaian terhadap:

1) Manajemen pengelolaan sumber air; 2) Pemasukan ikan;

3) Pelaksanaan aklimatisasi dan adaptasi; 4) Pelaksanaan proses pemeliharaan;

5) Pelaksanaan tindakan perlakuan/ pengobatan ikan; 6) Pelaksanaan masa karantina;

7) Pelaksanaan pengemasan;

8) Pelaksanaan pengelolaan limbah; 9) Pelaksanaan sanitasi dan sterilisasi; 10) Pelaksanaan manajemen biosekuriti.

b. Ikan Mati

Pada ikan hidup dalam kegiatan observasi lapangan diperlukan kesesuaian terhadap:

1) Manajemen pengelolaan sumber air; 2) Pemasukan ikan;

3) Pelaksanaan masa karantina; 4) Pelaksanaan pengemasan;

5) Pelaksanaan pengelolaan limbah; 6) Pelaksanaan sanitasi dan sterilisasi; 7) Pelaksanaan manajemen biosekuriti.

c. Benda Lain

Pada ikan hidup dalam kegiatan observasi lapangan diperlukan kesesuaian terhadap:

1) Manajemen pengelolaan sumber air; 2) Pemasukan benda lain;

(15)

9 3) Pelaksanaan masa karantina;

4) Pelaksanaan pengemasan;

5) Pelaksanaan pengelolaan limbah; 6) Pelaksanaan sanitasi dan sterilisasi; 7) Pelaksanaan manajemen biosekuriti.

4. Pengambilan Contoh Uji

Pengambilan contoh uji diperlukan guna pemeriksaan laboratorium terhadap media pembawa HPIK/HPI tertentu dan dilakukan dengan memperhatikan target penyakit yang dipersyaratkan untuk pemasukan ikan dari luar negeri, pengeluaran ikan ke luar negeri dan antar area di wilayah Indonesia.

Pemilihan ikan contoh uji didasarkan atas adanya ketidaknormalan pada ikan yang tampak secara visual dan ikan contoh uji dapat diambil dari ikan yang menunjukkan gejala sakit maupun sehat (pengambilan contoh menggunakan form pada lampiran 1 dan 2).

Prosedur serta jumlah/ ukuran contoh yang harus diambil adalah sebagai berikut:

a. Pengambilan Contoh Uji

1) Pengambilan Contoh Ikan Hidup

a) Pengambilan Contoh Secara Selektif

Pengambilan contoh media pembawa hidup lebih didasarkan pada pendekatan HPIK/HPI tertentu dalam suatu populasi. Hal ini berarti apabila dalam suatu populasi ditemukan HPIK/HPI tertentu yang dipersyaratkan minimal satu contoh uji, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh populasi tersebut positif terinfeksi oleh HPIK/ HPI tersebut. Konsekuensi dari penerapan teknik pengambilan contoh uji secara selektif adalah bahwa pemilihan ikan yang digunakan sebagai contoh uji terutama didasarkan atas adanya ketidaknormalan pada media pembawa hidup yang tampak secara visual. Pengambilan contoh uji secara selektif diterapkan pada kondisi seperti di bawah ini:

(1) Pada jenis ikan hidup, jika telah diketahui secara definitif target infeksi HPIK/HPI tertentu (patogen tertentu) seperti: darah, sekresi

(16)

10 alat kelamin (semen/mani, cairan ovari), mucus, sirip, insang atau kaki renang, maka dapat dilakukan teknik pengambilan contoh uji tanpa harus mematikan ikan tersebut (non-lethal sampling).

(a) Teknik pengambilan contoh pada butir 1 di atas, terutama diberlakukan pada populasi < 50 ekor dan bernilai ekonomi tinggi;

(b) Apabila butir 1 (satu) tidak dapat dilakukan karena target HPIK/HPI tertentu harus diambil secara lethal sampling, maka pada populasi ikan hidup yang bernilai ekonomi tinggi, jumlah ikan contoh uji dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah contoh ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang harus diambil secara lethal sampling

No Jumlah Populasi (ekor) Jumlah Contoh uji

1. 50 – 100 2

2. 101 – 250 3

3. 251 – 999 4

4. ≥ 1.000 8

b) Pengambilan Contoh Uji Secara Acak (Random Sampling)

Dalam hal pengambilan contoh uji secara selektif tidak dapat dilakukan maka pengambilan contoh uji dilakukan secara acak mengikuti cara Amos (1985) yang telah dimodifikasi sebagai berikut :

(1) Pada populasi ikan hidup yang murah/ bernilai ekonomi rendah dan mudah dibudidayakan, maka jumlah contoh uji disesuaikan dengan formula pada tabel Amos (1985) dengan asumsi prevalensi yang digunakan sebesar 20%.

(2) Larva/benih ikan/udang/moluska dan sejenisnya, rerata bobot tubuh kurang dari 500 mg/ekor dan berumur kurang dari 30 hari dengan ukuran populasi ≥ 1000 ekor, jumlah contoh uji minimal sebanyak 5 (lima) x volume yang diperlukan untuk satu reaksi analisa (uji laboratorium).

(3) Larva/benih ikan/udang/moluska dan sejenisnya, dengan ukuran

(17)

11

5 (lima) x volume yang diperlukan untuk satu reaksi analisa (uji laboratorium).

Tabel 2. Jumlah contoh ikan yang diperlukan untuk deteksi minimal 1 spesimen terinfeksi berdasarkan tingkat kepercayaan 95 %. Populasi Prevalensi 2 % 5 % 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 50 50 35 20 10 7 5 2 100 75 45 23 10 9 7 6 250 110 50 25 10 9 8 7 500 130 55 26 10 9 8 7 1000 140 55 27 10 9 9 8 1500 140 55 27 10 9 9 8 2000 145 60 27 10 9 9 8 4000 145 60 27 10 9 9 8 10000 145 60 27 10 9 9 8 >/= 10000 150 60 30 10 9 9 8 Sumber: Amos (1985) dalam Office International des Epizooties (OIE) 2003

Pada kegiatan pengambilan contoh uji, selain memperhatikan besaran jumlah contoh uji sesuai ketentuan di atas, juga harus dilakukan pencatatan data dukung dan pengamatan secara visual terkait gejala klinis penyakit, tingkah laku, kenampakan ikan dan data lainnya untuk mendukung proses pengujian di laboratorium. Untuk data pengambilan contoh uji menggunakan format seperti yang ditunjukkan pada

lampiran 1 dan 2.

2) Pengambilan Contoh Ikan Mati

(a) Tehnik pengambilan contoh uji berupa ikan mati dilakukan secara random/ acak, diambil sebanyak 5% dari lot produk (sekelompok kemasan terkecil atau unit contoh yang mempunyai ukuran jenis, cara dan waktu proses dalam kondisi yang sama berdasarkan: SNI 2326:2010), kemudian contoh uji diambil dari 5 titik representatif dan dari masing-masing contoh uji diambil kemasan terkecil;

(b) Sampel yang diambil harus ditangani sesuai dengan jenis produk perikanan. Sebagai contoh; untuk produk ikan beku (frozen fish), sampel yang diambil harus memiliki suhu pusat -18°C sedangkan untuk

(18)

12 produk ikan segar (fresh fish), sampel memiliki suhu antara 0-4°C. Hal ini bertujuan agar kondisi ikan selalu terjaga pada suhu yang onsisten sehingga dapat menghasilkan pengujian penyakit dapat menunjukkan hasil valid.

5. Perumusan Hasil Temuan

Tim monitoring melakukan pertemuan untuk merumuskan:

a. Temuan ketidaksesuaian yang ditemukan selama kegiatan monitoring; b. Konfirmasi kebenaran temuan ketidaksesuaian dan klarifikasi penyebab

kepada penanggung jawab instalasi karantina apabila diperlukan; c. Hasil temuan ketidaksesuaian akhir.

Pencatatan untuk temuan ketidaksesuaian menggunakan form pada

lampiran 3.

6. Pertemuan Penutup

Ketua tim inspeksi CKIB memimpin pertemuan akhir dengan pihak manajemen/ penanggung jawab instalasi karantina, dengan agenda sebagai berikut :

a. Penyampaian temuan dan melakukan diskusi terhadap hasil temuan ketidaksesuaian terkait penerapan CKIB dengan manajemen/ penanggung jawab instalasi karantina;

b. Penyampaian klarifikasi hasil temuan oleh manajemen/ penanggung jawab instalasi karantina;

c. Penyampaian prosedur tindakan perbaikan dan rencana serta tanggal pelaksanaan tindakan perbaikan temuan ketidaksesuaian kepada manajemen/ penanggung jawab instalasi karantina;

d. Menyepakati tanggal batas akhir tindakan perbaikan temuan ketidaksesuaian;

e. Penandatangan form temuan ketidaksesuaian monitoring penerapan CKIB.

(19)

13

BAB III

TINDAKAN PERBAIKAN

TEMUAN KETIDAKSESUAIAN MONITORING PENERAPAN CKIB

IKI yang sudah dilakukan monitoring dan ditemukan ketidaksesuaian dalam penerapan CKIB, wajib menyampaikan hasil tindakan perbaikan sesuai dengan kesanggupan perbaikan dan tenggat waktu penyelesaian ketidaksesuaian yang tertera di dalam Daftar Temuan Ketidaksesuaian yang sudah ditandatangani antara pelaksana monitoring dan pimpinan/penanggungjawab instalasi.

Adapun mekanisme perbaikannya mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Perbaikan yang dilakukan oleh pihak IKI, baik yang bersifat fisik maupun dokumen mengikuti format Laporan Tindakan Perbaikan (lampiran 4 dan 5);

2. Pimpinan/penanggungjawab instalasi karantina menyampaikan surat mengenai tindakan perbaikan yang sudah dilakukan dengan melampirkan Laporan Tindakan Perbaikan hasil monitoring CKIB dan berkas pendukung lainnya yang ditujukan kepada Kepala UPT KIPM setempat;

3. Apabila dalam kurun waktu yang sudah disepakati atau selambat-lambatnya 1 (satu) bulan, tindakan perbaikan belum dilaksanakan, maka kepada instalasi

karantina bersangkutan diberikan teguran secara tertulis;

4. Apabila dalam kurun waktu dimaksud angka 4, instalasi karantina bersangkutan belum juga melaksanakan tindakan perbaikan atau tidak dapat memenuhi persyaratan, maka Sertifikat CKIB tidak diterbitkan atau bagi IKI yang sudah memiliki Sertifikat CKIB dapat dibekukan dan pelayanan sertifikasi karantina ikan terhadap IKI tersebut dilakukan secara end product inspections.

(20)

14

BAB IV

PELAPORAN KEGIATAN

MONITORING PENERAPAN CKIB DAN SURVAILAN HPIK/HPI TERTENTU

A. Format dan Waktu Pelaporan

UPT KIPM yang telah selesai melaksanakan kegiatan monitoring penerapan CKIB

dan survailan HPIK/HPI tertentu dan telah selesai Laporan Hasil Ujinya, segera membuat laporan kegiatan. Hasil monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu dilaporkan menggunakan format Lampiran 6 dan 7. Laporan dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan pada berikutnya.

B. Mekanisme Pelaporan

Laporan hasil pelaksanaan kegiatan yang telah ditandatangani Kepala UPT KIPM di-scan disampaikan dalam bentuk soft copy dan ditujukan ke Kepala Pusat Karantina

dan Keamanan Hayati Ikan dengan alamat email:

(21)

15

BAB V PENUTUP

Cara Karantina Ikan yang Baik merupakan salah kebijakan Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan agar suatu instalasi karantina dapat memproduksi hasil perikanan yang berkualitas, bebas penyakit, aman dan bermutu melalui manajemen pengendalian penyakit ikan secara terintegrasi. Berbagai hal dipersyaratkan, seperti manajemen instalasi yang baik dan sesuai standar, pengendalian ketelusuran informasi ikan, serta penerapan standar biosecurity yang ketat.

Monitoring penerapan CKIB dan Survailan HPIK/HPI tertentu di instalasi karantina ikan yang telah menerapkan CKIB merupakan salah satu tahapan penjaminan kesehatan ikan di instalasi karantina tersebut. Melalui kegiatan monitoring dapat diketahui kesungguhan dan keseriusan manajemen/pihak instalasi karantina dalam menjalankan program CKIB, sedangkan hasil survailan HPIK/HPI tertentu dapat untuk mengetahui status kesehatan ikan yang dibudidayakan di instalasi karantina ikan apabila terindikasi adanya penyakit, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pengendalian dan pencegahan penyebaran penyakit ikan secara dini.

Dengan tersusunnya petunjuk teknis ini diharapkan pelaksanaan kegiatan monitoring penerapan CKIB dan survailan HPIK/HPI tertentu di seluruh UPT KIPM dapat lebih terukur, terarah, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

(22)

16

DAFTAR PUSTAKA

Amos K. H., 1985. Procedur for the Detection and Identification of Certain.Fisheries Society-Corvalis-Oregon.114 pp

BKIPM. 2014. Perubahan atas Keputusana Kepala Badan KIPM Nomor 239/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Cara Karantina Ikan yang Baik.

Cameron, A. 2002. Survey Toolbox for Aquatic Animal Diseases-A Practical Manual and Software Package. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra.375pp

FAO Fisheries Technical Paper, 2004. Surveillance and Zoning for Aquatic Animal Diseases. Rome, FAO. 73p

Office des International des Epizooties. 2003. OIE Terrestrial Manual. Paris-French Pusat Karantina Ikan. 2013. Pedoman Mutu Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB).

(23)

Lampiran 1. Form Data Contoh Uji

DATA CONTOH UJI

1. Hari / Tanggal : ... 2. Nama Contoh Uji

- NamaUmum : ... - Nama Latin : ... 3. Nama Pemilik/ Perusahaan : ... 4. Lokasi Pengambilan Contoh Uji : ... 5. Jumlah Contoh Uji yang Diambil : ... 6. Sejarah : Wild stock /culture stock *'

7. Pemeriksaan Visual a. Gejala penyakit: Pendarahan (titik/bercak/luas) Bentuk Perut (normal/tidak normal) Mata (menonjol/cekung/

bintik) Luka (borok) Benjolan kecil Tidak ada Lainnya ……….

b. Tingkah laku ikan : - Refieks defensive : - Refieks ekor : - Refieks okuler : Baik Baik Baik Kurang Kurang Kurang Sangat kurang Sangat kurang Sangat kurang - Nafsu Makan : Baik Kurang Sangat Kurang

c. Gerakan operculum : d. Warna : - Tubuh : - Mata : - Insang : Normal Normal Normal Tidak normal Tidak normal Tidak normal e. Sirip : - Bentuk :

- Luka : Normal Ada Tidak normal Tidak ada - Lainnya : ...

f. Tulang :

Lordosis Scioliosis Khyposis Tidak ada Lainnya ………..

g. Kenampakan :

Utuh, tidak cacat, warna cemerlang, kulit ketat dan sisik utuh

Utuh, tidak cacat, warna kuning cemerlang, kulit ketat dan kulit ada yang rusak Sedikit cacat dan warna agak suram, kulit ketat dan sisik banyak yang rusak Kondisi agak rusak, suram, kulit agak longgar

Kondisi rusak, sangat suram, kulit longgar h. Produksi lendir:

Normal Tidak normal i. Media hidup/air:

- Bau : Normal Tidak normal - Warna :………

Jakarta,,... Petugas Pengambil Contoh Uji, ttd

(24)

Lampiran 2. Form Pengambilan Contoh Uji

FORMULIR PENGAMBILAN CONTOH UJI

UNTUK PENENTUAN STATUS KESEHATAN IKAN BERKALA Nomor: ……….. Pengambilan contoh uji ke ………..………

Jenis metode pengambilan contoh : selektif / acak* Rencana pengambilan contoh berikutnya : ….………

Nama pemilik (importir/eksportir/lainnya) : ...

Instansi/perusahaan : ... Alamat : ... Telepon/Fax : ...

No. Jenis ikan

(umum/latin) Stadia/ukuran (cm) Populasi (ekor) Jumlah contoh (ekor) Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Mengetahui, (Tempat dan waktu) (tanda tangan dan cap) (tanda tangan)

Pemilik Pelaksana Catatan**: ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________ *) coret yang tidak perlu

(25)

Lampiran 3. Form Temuan Ketidaksesuaian Monitoring Penerapan CKIB

BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

...(NAMA UPT KIPM)

DAFTAR TEMUAN KETIDAKSESUAIAN (NON-CONFORMITIES)

Nama Instalasi Karantina Alamat No. Telp No. Fax : : : : Status Instalasi Tanggal Monitoring Laporan No : : : (Baru/ Lama)* dari

Jenis Media Pembawa 1 2 3 Pimpinan Instalasi Pelaksana Monitoring 1. Ketua 2. Anggota 3. Anggota : : : : Temuan Ketidaksesuaian

(Problem, Location, Objective, Reference) Keterangan

Rencana Penyelesaian Tindakan Perbaikan, Tanggal : ………..

Ketua Tim Pimpinan Instalasi KI

(………..) (…………..…………) *Coret yang tidak perlu

(26)

Lampiran 4. Form Tindakan Perbaikan Nama Instalasi : ………. Alamat Instalasi : ………. Tanggal Monitoring : ………. Pelaksana Monitoring : 1. 2. 3. 4.

No Temuan dan Tindakan Perbaikan Fisik

1 Temuan Tindakan Perbaikan Lampiran Tgl Penyelesaian Perbaikan : : : :

Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

2 Temuan Tindakan Perbaikan Lampiran Tgl Penyelesaian Perbaikan : : : :

Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

3 Temuan Tindakan Perbaikan Lampiran Tgl Penyelesaian Perbaikan : : : :

Gb. Sebelum Perbaikan Gb. Sesudah Perbaikan

Tgl, Bulan, Tahun

Pimpinan Instalasi Karantina Ikan

(27)

Lampiran 5. Formulir Laporan Tindakan Perbaikan Ketidaksesuaian Penerapan CKIB

FORMULIR LAPORAN TINDAKAN PERBAIKAN KETIDAKSESUAIAN SOP/LOGBOOK KEGIATAN

Nama IKI : ... Alamat Perusahaan : ... Alamat IKI : ... Tanggal Perbaikan : ...

Pelaksana Monitoring : ………...

No. Temuan Ketidaksesuaian Hasil Tindakan Perbaikan Keterangan

Pelaksanaan SOP Dilampirkan

dokumen dan/atau foto kegiatan perbaikan 1 2 3 4 5 Pengisian Logbook

Kegiatan Dilampirkan perbaikan logbook

1 2 3 4 5 Tgl, Bulan, Tahun Pelaksana Monitoring, (………)

(28)

Lampiran 6. Format Laporan Monitoring Konsistensi Penerapan CKIB

LAPORAN MONITORING KONSISTENSI PENERAPAN CKIB

NAMA PERUSAHAAN : ALAMAT INSTALASI KARANTINA

IKAN :

TANGGAL/BULAN/TAHUN :

HABITAT :

JENIS KOMODITI : Pisces/Crustacea/Mollusca/Coelenterrata/Echinodermata/ Amphibia/Reptilia/Mammalia/Algae dan Biota Perairan

lainnya *) A. Penerapan SOP

NO. NAMA SOP KONSISTEN TIDAK

KONSISTEN KETERANGAN

1 2 3 4 5

1 Persiapan dan Pengelolaan Air Masuk 2 Pemasukan Ikan 3 Pengamatan Kesehatan Ikan/Pemeriksaan dan Pengobatan Selama Masa Karantina

4 Pemusnahan

5 Desinfeksi Alat dan Wadah Pemeliharaan 6 Desinfeksi Lingkungan Pemelihaaran Ikan 7 Pengaturan Personil 8 Pengelolaan Limbah 9 Pengelolaan Pakan 10 Pengemasan Ikan (Packing)

(29)

B. Pengisian Logbook

NO. NAMA LOGBOOK DIISI TIDAK DIISI KETERANGAN

1 2 3 4 5

1 Persiapan dan Pengelolaan

Air Masuk

2 Penanganan Ikan Masuk

3 Pengamatan Kualitas Air 4 Pengelolaan Limbah Cair

5 Pengelolaan Limbah Padat

6 Desinfeksi Perlatanan Pemeliharaan Ikan 7 Desinfeksi Wadah Pemeliharaan Ikan 8 Desinfeksi Lingkungan Pemeliharaan 9 Pengamatan Kesehatan Ikan Selama Masa

Karantina

10 Penganganan Ikan Sakit Selama Masa Karantina (Pengasingan)

11 Pemeriksaan Penyakit Ikan Selama Masa Karantina

12 Pengobatan Ikan Sakit

Selama Masa Karantina 13 Penanganan Ikan Mati

14 Pemusnahan Ikan Mati

15 Pengelolaan Pakan Segar

16 Pengelolaan Pakan Buatan

17 Formulir Pengemasan 18 Formulir Distribusi 19 Pengaturan Personil (Petugas) Keterangan :

(30)

Lampiran 7. Form Hasil Survailan HPIK/HPI Tertentu di Instalasi Karantina Ikan FORMULIR

SURVAILAN HPIK/HPI TERTENTU DI INSTALASI KARANTINA IKAN Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

...(Nama UPT KIPM)

NO NEGARA /AREA TUJUAN JENIS SAMPEL JUMLAH POPULASI (ekor) JUMLAH SAMPEL (ekor)

UKURAN SAMPEL GEJALA

KLINIS TARGET ORGAN PEMERIKSAAN METODE

TARGET UJI HPIK/HPI TERTENTU YANG

DIPERSYARATKAN HASIL

UJI KUALITAS AIR KETERANGAN

PANJANG

(cm) BERAT (gram) PARASIT JAMUR BAKTERI VIRUS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Mengetahui, Kepala UPT KIPM

Ttd (Nama)

(NIP) Nama Instalasi Karantina Ikan :

Alamat Instalasi : Tanggal/Bulan/Tahun : Nama Petugas Survailan HPIK/HPI tertentu : 1.

2. dst

(31)

Lampiran 8. Form Daftar Hadir Pembukaan/ Penutupan Monitoring Konsistensi Penerapan CKIB

OTORITAS KOMPETEN

BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU

DANKEAMANAN HASIL PERIKANAN

DAFTAR HADIR

PEMBUKAAN/ PENUTUPAN

MONITORING KONSISTENSI PENERAPAN CKIB

Nama IKI : ………

Alamat : ………

Tanggal : ………

(32)

Gambar

Tabel 2. Jumlah  contoh  ikan  yang  diperlukan  untuk  deteksi  minimal  1  spesimen  terinfeksi  berdasarkan  tingkat  kepercayaan 95 %

Referensi

Dokumen terkait

Pusat Sumber Belajar SMA yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA merupakan sistem pengelolaan yang terorganisasi untuk menyusun, mengembangkan, dan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menggunakan tema ”Analisis Perbedaan Faktor Kredibilitas, Minat Beli, dan Kelas Produk

Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang menyangkut pengadaan pelayanan-pelayanan

Berdasarkan hasil observasi dan penjelasan di atas kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, skor

Limbah tulang merupakan salah satu dari by product ternak yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku kerajinan. Produksi limbah maupun

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet kayu akasia (Acacia mangium) dengan menggunakan konsentrasi yang

PURWASARI KARYA MANDIRI Iman Nugraha, ST., M.Si Pekerjaan Konstruksi 439 452 DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN. 9276352

Kebu Kebutuha tuhan ras n rasa ama a aman 1 n 1ang d ang diberik iberikan o an oleh leh 'im'inan dalam bekerja4 mendorong !a1a 'im'inan dalam bekerja4 mendorong !a1a untuk bekerja