• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOHESI SOSIAL UMAT ISLAM ANTAR JAMAAH MASJID AR-RAHIM DAN AL-IKHLAS DI KAMPUNG AMBON. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOHESI SOSIAL UMAT ISLAM ANTAR JAMAAH MASJID AR-RAHIM DAN AL-IKHLAS DI KAMPUNG AMBON. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Penguatan Riset dan Luarannya sebagai Budaya Akademik di Perguruan Tinggi memasuki Era 5.0

886

KOHESI SOSIAL UMAT ISLAM ANTAR JAMAAH MASJID AR-RAHIM DAN AL-IKHLAS DI KAMPUNG AMBON

DOI: https://doi.org/10.22236/semnas.v1i1.108

Bunyamin 1,Hanif Firdaus2, Lismawati3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

*bunyamin@uhamka.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kohesi

sosial umat islam antar jamaah masjid Ar-Rahim dan Al-Ikhlas di kampung Ambon, Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan data maka digunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah kohesi sosial Jamaah Masjid Ar-Rahim dan Al-Ikhlas serta dakwah bil hal dari kedua Masjid tersebut. Setelah dianalisis dan disimpulkan bahwa landasan teori berkaitan dengan hasil data lapangan. Kemudian faktor pendorong terciptanya kohesi sosial di Kampung Ambon, didasarkan beberapa faktor antara lain : Ukhuwah Islamiyah, Tokoh Masyarakat, Hubungan Kekeluargaan, Kegiaan Sosial yang bersama-sama. Serta dakwah bil hal dari kedua masjid tersebut adalah Santunan, beasiswa anak yatim dan kaum dhuafa, membangun sarana pendidikan, memberi bantuan kepada SMP Muhammadiyah Citeureup, pemotongan hewan qurban, menyiapkan ta’jil buka puasa di bulan ramadhan, menyiapkan makanan sahur 10 hari terakhir ramadhan, fasilitas 24 jam dibuka untuk umum, madrasah/TPA, fasilitas jenazah, mewaqafkan hartanya untuk muhammadiyah.

Kata Kunci : Kohesi, Dakwah, Jamaah.

Abstract: This study aims to obtain a picture of the social cohesion of Muslims between pilgrims of the Ar-Rahim and Al-Ikhlas mosques in Ambon village, East Jakarta. This research is a type of qualitative research and to obtain data, observation, interviews and documentation are used. The subjects of this study were the social cohesion of the Jamaah Ar-Rahim Mosque and Al-Ikhlas and the preaching of the two mosques. After being analyzed and concluded that the theoretical foundation is related to the results of field data. Then the factors driving the creation of social cohesion in Kampung Ambon, based on several factors include: Ukhuwah Islamiyah, Community Leaders, Family Relations, Social Excitement together. As well as preaching bil the things of the two mosques are Santunan, scholarships for orphans and poor people, building educational facilities, providing assistance to Muhammadiyah Citeureup Middle School, slaughtering sacrificial animals, preparing fasting ta'jil in the month of Ramadan, preparing food for the last 10 days of Ramadan , a 24-hour facility is open to the public, madrasa / TPA, corpse facilities, forgive their wealth for Muhammadiyah.

(2)

887 PENDAHULUAN

Sejarah mencatat bahwa pendiri organisasi Islam tersebut adalah K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari keduanya sama-sama menuntut Ilmu di Makkah, Arab Saudi dengan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, jadi gerakan Islam di Indonesia bisa dibilang bersumber dari Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi yang dikala itu beliau merupakan Imam besar Masjidil Haram di Makkah. Setelah selesai belajar dari Makkah keduanya mempunyai keunikan K.H. Ahmad Dahlan itu senang sekali praktek tidak terlalu perbanyak teoristis begitu pulang kenusantara langsung mempraktekan ajaran-ajarannya membuat persyarikatan Muhammadiyah. Muhammad itu adalah nama Nabi, yah itu adalah nisbah yang artinya mengikuti jadi Muhammadiyah artinya pengikut Nabi Muhammad. Beliau ingin memperbaiki keadaan seperti sesuai dengan Nabi, akhirnya membikin rumah sakit, sekolah, panti asuhan dan lain sebagainya.

Beberapa kasus yang terjadi belakangan ini seakan-akan membuka mata bahwa kedua organisasi itu kadang memandang satu sama lain bukan sebagai komplemen, yang masing-masing harus saling melengkapi. Contohnya pada tanggal 26 Juli 2018 acara peresmian Musholah NU Godog laren Lamongan sunguh dramatis dan luar biasa semangat warga Nahdhiyin, dengan adanya berbagai halangan rintangan sampai pemblokiran akses jalan ke lokasi oleh warga Muhammadiyah, Polres Lamongan turun tangan untuk mengatasi masalah tersebut, tapi warga NU tak gentar dan alhamdulillah acara berjalan dengan aman lancar barokah. Kemudian di Desa Punduhsari pernah mengalami konflik, dimana ketika awal keberadaan Muhammadiyah di dusun Punduhsari tiba-tiba melarang ritual budaya NU seperti, praktik yasinan, tahlilan, tujuh harian bagi orang yang meninggal, haul yang dianggap bid’ah. Sehingga pengikut NU memberi reaksi negatif dengan menghalangi warga agar tidak mengikuti kegiatan keagamaan (pengajian) di Pondok Muhammadiyah yang dilaksanakan setiap 26 hari jumat pagi dan pimpinan Muhammadiyah dilarang menjadi khotib pada khotbah (ceramah) sholat jumat (Rohman, 2016).

Dan pada saat awal bulan Syawal, dimana pada saat itu ijtimak terjadi tanggal 11 Oktober 2007 pada jam 12.02 WIB. Pada saat Matahari terbenam di wilayah Indonesia terdapat sebagian wilayah dimana hilal sudah di atas ufuk, sementara di sebagian wilayah lain hilal masih di bawah ufuk. Dengan berdasarkan keadaan demikian Muhammadiyah mengeluarkan maklumat nomor : 03/MLM/I.0/E/2007 tentang Penetapan 1 Syawal 1428 Hijriyah, yang menyatakan bahwa berdasarkan hisab wujudul hilal dan pemberlakuan matlak wilayatul ḥukmi maka tanggal 1 syawal 1428 jatuh pada tanggal 12 Oktober 2007. Kasus kedua terjadi pada tahun 2013, pada saat awal bulan Ramadhan 1434 H, dimana saat itu ijtimak terjadi pada saat pukul 14.16 WIB tanggal 8 Juli 2013. Pada saat itu sebagian wilayah Indonesia hilal telah wujud dan pada sebagian yang lain belum wujud. Muhammadiyah mengeluarkan maklumat nomor :

(3)

888

04/MLM/I.O/E/2013 yang menyatakan bahwa bulan Ramadhan jatuh pada tanggal 9 Juli 2013 (Atmanto, 2019).

Dari kasus diatas keberadaan Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama sering dianggap seperti dua sayap burung, jika satu tidak berfungsi maka burung itu tidak akan bisa terbang sama sekali. Saat ini organisasi Nahdlatul ‘Ulama tidak kalah pesatnya dengan organisasi Muhammadiyah, sudah banyak bermunculan organisasi Nahdlatul ‘Ulama di perkotaan bukan hanya di desa atau di kampung saja, bahkan kedua organisasi ini terkadang saling berdekatan. Sebagaimanah warga RW.03 Kampung Ambon, Kayu Putih, Jakarta Timur yang hidup dinaungi oleh kedua organisasi itu, mereka tinggal dalam satu komplek dengan pemahaman yang berbeda, akan tetapi masih dalam ruang lingkup sosial yang sama.

Peneliti menemukan di kampung Ambon, Kayu Putih, Jakarta Timur, bahwa warga Muhammadiyah dan NU hidup berdampingan dengan damai dan saling bekerjasama dengan baik. Kerukunan antar Muhammadiyah dan NU ternyata tidak hanya di Kampung Ambon saja, di Dusun Punduhsari, Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang pun mengalami hal yang sama. Dan di desa Kendal sewu kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo pun, hidup berdampingan dengan damai dan saling bekerjasama dengan baik.

Warga NU dan Muhammadiyah di Kampung Ambon, Kayu Putih, Jakarta Timur. Tidak ditemukan adanya konflik, walaupun Masjid mereka berdekatan kurang lebih 5-7 meter. Mereka saling bergotong-royong baik masalah agama maupun masalah sosial. Misalnya, sholat berjamaah antara jamaah Muhammadiyah dan jamaah NU walaupun yang menjadi imam dari salah satu pihak akan tetapi tidak ada masalah, kemudian ketika ada yang meninggal dunia baik jamaah Muhammadiyah maupun NU, semua ikut berpartisipasi dalam proses pemakaman. Di kampung ambon ini, mereka saling menghargai satu sama lain dan menjadikan perbedaan pemahaman ini suatu ilmu yang baru dan semata-mata dengan niat mencari ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kehidupan yang multikultural ini bisa berdamai dan saling tolong menolong dalam suka maupun duka. Manusia adalah insan sosial, dengan demikian manusia tidak bisa berdiri sendiri, antara satu sama lain saling membutuhkan. Manusia yang satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda, kendati demikian keduanya mempunyai kepentingan yang sama dalam menjalani kehidupannya.

KAJIAN TEORI KOHESI SOSIAL

Menurut KKBI kohesi adalah hubungan yang erat, perpaduan yang kokoh, Menurut definisi yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan dalam Cohesion In English yang diterbitkan pada 1976, mereka berpendapat bahawa kohesi merupakan sebahagian dari pada sistem linguistik.Dalam konteks yang lebih mudah difahami, kohesi merujuk kepada hubungan antara satu perkataan dengan satu perkataan lain

(4)

889

sehingga membentuk satu ayat, seterusnya menghubungkaitkan satu ayat dengan ayat yang lain untuk membentuk satu wacana yang lengkap dan bermakna (Yau Cheng Yang,2015). Pendapat ini juga sepadan dengan pendapat De Beaugrande dan Dressler bahwa kohesi merupakan salah satu aspek yang penting dalam organisasi sesebuah wacana. Dengan penguasaan dan juga penggunaan kohesi yang baik, maka penutur dan pengguna akan dapat menghasilkan wacana yang baik (Yau Cheng Yang,2015). Kohesi dalam Islam tidak lain adalah ukhuwah, seperti halnya kohesi kelompok dalam bidang akidah atau akhlak dapat dilihat secara real dalam bentuk ukhuwah antar umat Islam (Nilasari, 2015). Dari pengertian kohesi diatas Peneliti menyimpulkan bahwa Kohesi adalah persatuan seseorang dalam ikatan persaudaraan yang di dalamnya terdapat berbagai perbedaan atau bisa diartikan dengan usaha suatu kelompok untuk menyatu dengan kelompok yang lain.

Menurut KKBI Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya). Pengertian sosial dalam ilmu sosial merujuk pada objek yakni masyarakat. sedangkan pada deperteman sosial merujuk pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi persosalan yang di hadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekarjaan terkait dengan kesejahteraan sosial. Sedangkan, dalam konsep sosiologi manusia manusia sering disebut sebagai mahluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa ada bantuan orang lain di sekitar sehingga kata-kata sosial dapat di afsirkan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat (Zunaidi,2013). Manusia pada umunya dilahirkan seorang diri, akan tetapi dia adalah makhluk yang telah mempunyai naluri untuk hidup dengan manusia manusi lain, naluri manusia disebut sosial animal (hewan sosial) hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama (Rudy Gunawan, 2011).

Manusia dikatakan juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Ketika bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lainya. Tanpa bantuan manusia lainya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa makan mengunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaanya (Setiadi, E. M., 2010). Dari pengertian sosial diatas Peneliti menyimpulkan bahwa sosial adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap manusia dengan manusia lainya pada hakikatnya adalah berhubungan.

Kohesi Sosial menurut Nat J. Colletta merupakan perekat yang menyatukan masyarakat, membangun keselarasan dan semangat kemasyarakatan, serta komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Sejalan dengan itu, Kondrad Huber berpendapat bahwa kohesi sosial adalah nilai-nilai kearifan lokal sangat dibutuhkan untuk membangun perdamaian, keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat pasca konflik.(Ufie, A., 2013). Selain itu kohesi sosial sebagaimana yang diungapkan oleh Desan Eropa bahwa kohesi sosial merupakan kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggotanya, menekan perbedaan dan menghindari polarisasi.

(5)

890

Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas yang terdiri dari individu-individu bebas yang saling mendukung, mencapau tujuan bersama secara demokratis(Ufie,A.,2013). Dari pengertian kohesi Sosial diatas peneliti menyimpulkan bahwa kohesi sosial adalah suatu hal yang penting diperlukan masyarakat untuk maju, menyelesaikan berbagai persoalannya dan mencapai tingkat sosial yang lebih baik dan stabil.

Kohesi sosial antar kelompok dalam komunitas sangat penting. Dimana kohesi sosial merupakan aspek terpenting di dalam bermasyarakat. Mengacu pada konsep kohesi sosial dalam thesis Emil Durkheim menurutnya terdapat solidaritas mekanik yang di indikasikan oleh aktor yang kuat dalam masyarakat, kemudian terdapat solidaritas organik yang di indikasikan dengan saling bergantungnya individu maka akan terbentuk kohesi sosial dengan sendirinya (Rohmah, 2016). Harmonisasi hubungan yang terbentuk dalam organisasi akan menciptakan kohesi sosial yang erat, sehingga dengan demikian timbul kenyamanan sosial yang efektif dan iklim demokrasi yang baik bagi sebuah organisasi. Hal ini disebabkan karena kohesi sosial merupakan hal yang multidimensional serta mencakup rasa memiliki dan solidaritas yang terjadi dalam organisasi atau kelompok (Handayani, S.,2012). Dengan kuatnya kerekatan sosial, sebuah masyarakat cenderung lebih menerima perbedaan dan mengelola konflik secara rasional sebelum konflik itu terlanjur berkembang menjadi persatuan yang brutal. Kondisi kerekatan sosial yang seperti ini memerlukan suatu masyarakat yang adil, di mana semua orang merasa bahwa ia mendapat kesempatan dan tantangan yang sama, di mana ia dapat mengekspresikan pendapatnya tanpa merasa takut atau tertekan (Wicaksono dkk, 2008).

Fungsi Agama Dalam Masyarakat

Menurut para peletak dasar ilmu sosial, seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi para agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya, bahkan sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin), dalam kehidupan kemanusiaan (Ramdani Wahyu S.,2017). Selain itu, agama berfungsi sebagai pedoman dalam pengawasan sosial. Fungsi pemerintahan dijalankan melalui fungsi-fungsi agama, artinya bahwa kebijakan suatu pemerintahan tidak boleh bertentangan dengan aturan agama. Artinya, pejabat-pejabat yang berada di lembaga agama dapat memberikan nasihat kepada pemimpin politik dalam rangka menjalankan pemerintahan tersebut.

Menurut Jalaluddin, terdapat beberapa fungsi agama dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut : Fungsi Pendidikan, Fungsi Penyelamat, Fungsi Perdamaian, Fungsi Kontrol Sosial, Fungsi Pemupuk rasa solidaritas, Fungsi Pembaharuan, Fungsi Kreatif, Fungsi Sublimatif. Peranan agama dalam kehidupan masyarakat sangat besar (Ramdani

(6)

891

Wahyu S.,2017). Maka tidaklah susah mencapai bahagia, menurut agama, kalau telah mencapai 4 (empat) perkara : I’tikad yang Bersih, Yakin, Iman, Agama (Hamka, 2017).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiyah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generelasasi (Sugiyono, 2017). Pemlihan subjek didasarkan atas pengetahuan yang luas tentang dinamika umat islam baik dari kalangan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah khususnya di sekitar masjid dan saran yang diberikan oleh masyarakat. Data penelitian akan fokus mengungkapkan kohesi social yang terjadi pada masyarakat di kampung Ambon, Jakarta Timur. Data penelitian dipresentasikan secara deskriptif untuk mengungkap fenomena kohesi sosial yang terjadi di kampung Ambon Jakarta Timur.

HASIL PENELITIAN

Faktor Pendorong Terciptanya Kohesi Sosial (Kerukunan) Jamaah Muhammadiyah dan NU di Kampung Ambon, Kayu Putih, Jakarta Timur, Peneliti berpendapat atas hasil data yang diteliti bahwa faktor pendorong kohesi sosial jamaah Muhammadiyah pada jamaah Nahdlatul ‘Ulama adalah Ukhuwah Islamiyah, Kebersamaan Sosial yang Bersama-sama.

a. Ukhuwah Islamiyah

Menghidupkan kerukunan pada pemahaman yang berbeda harus berawal pada diri sendiri. Setelah diri sendiri sudah memahami dan sadar pentingnya saling menjaga satu sama lain dan saling teloransi, maka akan mudah untuk menjalin hubungan ukhuwah Islamiyah.

Seperti halnya masyarakat kampung Ambon, Kayu Putih, Jakarta Timur. Seperti halnya yang dikatakan oleh ketua Masjid Ar-Rahim yaitu Bapak. Drs. H. A. Rachman, Selama tahunan warga RW.03 damai, rukun dan tertib walaupun terdapat dua pemahaman yang berbeda dan warga memahami keadaan tersebut, bisa saling memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh kedua Masjid itu. Peneliti

(7)

892

berpendapat bahwa terciptanya teloransi di kampung Ambon ini muncul dengan beberapa faktor kesadaran masing-masing jamaah, mereka bersepakat bahwa ukhuwah Islamiyah sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. sebagaimanah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, QS. ali-Imran: 103,

َ وٱ

َ اوُم ِص ت ۡع

َ

َِلۡب حِب

ٱ

ََِللّ

َ

َْۚ اوُق َر ف تَ لَ وَاٗعيِم ج

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai”.

Jamaah Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama menyadari akan pentingnya menjaga ukhuwah dan membangun toleransi di kampung Ambon ini, memang terlihat sudah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara bahwa di kampung Ambon tidak ada pertentangan yang mengatasnamakan agama, kesadaran ini hadir di tengah-tengah masyarakat dalam menjalankan kerukunan tanpa paksaan. Sebagaimana halnya yang dikatakan oleh Ibu Achtiyah, bahwa warga disinih sangat toleran dalam menangapi perbedaan, bahkan mereka bekerja sama dalam meningkatkan dakwah Islamiyahnya.

Masyarakat RW.03 kampung Ambon mempunyai tanggung jawab untuk terus memelihara dan melestarikan budaya toleransi ini dalam kondisi masyarakat yang plural, yaitu yang terdiri dari jamaah Nahdlatul ‘Ulama dan jamaah Muhammadiyah. Meskipun dulu pernah terjadi perselisihan namun masih dapat diselesaikan dengan baik sehingga kondisi Masyarakat RW.03 kampung Ambon masih dapat terjaga kerukunannya.

b. Kegiatan Sosial yang Bersama-sama.

Kebersamaan adalah sebuah kata yang sederhana, singkat akan tetapi mengandung makna yang dalam. Terkadang kita salah mengartikan makna kebersamaan itu. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa ada bantuan orang lain. Manusia pasti memerlukan kebersamaan dan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupan sosial. Semua itu adalah dalam rangka untuk saling memberi dan menerima.

Kebersamaan merupakan keinginan semua manusia dalam kehidupan bermasyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati adalah kunci utama dalam kehidupan bermasyarakat. Sampai saat ini kebersamaan warga kampung Ambon RW.

(8)

893

03 sangat baik, perbedaan pemahaman tidak membatasi jarak komunikasi. Bila ada acara di Masjid Al-Ikhlas jamaah Masjid selalu mengundang jamaah Muhammadiyah untuk mengikuti acara tersebut dan ketua RWpun sering mengadakan kegiatan bersama-sama.

Seperti contoh diskusi bareng di kantor RW, buka puasa bareng tatkala bulan Ramadhan, kerja bakti, kajian akbar di lapangan RW.03 serta ditahun 80an warga kampung Ambon pernah melaksanakan sholat Istisyqo' di lapangan RW.03 yang dihadiri oleh jamaah Muhammadiyah dan jamaah Nahdlatul 'Ulama. Dalam kegiatan tersebut nampak tidak ada perbedaan antara jamaah Muhammadiyah dan Nahdlatul 'Ulama, semua masyarakat merasa menjalani kegiatan tersebut atas dasar kebersamaan dan kerukunan.

Peneliti berpendapat bahwa kohesi sosial jamaah Muhammadiyah pada Nahdlatul ‘Ulama di RW. 03 Kampung Ambon sangat baik. Karena hasil peneliti diatas berhubungan dengan teori yang dikemukakan oleh Nat J. Colletta et al, bahwa kohesi sosial adalah sebagai perekat yang menyatukan masyarakat, membangun keselarasan dan semangat kemasyarakatan, serta komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kohesi Sosial Umat Beragama Studi kasus kerukunan Jamaah Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama di Kampung Ambon, Jakarta Timur, dapat di simpulkan bahwa faktor pendorong terciptanya kohesi sosial di Kampung Ambon, didasarkan beberapa faktor antara lain : Ukhuwah Islamiyah, Tokoh Masyarakat, Hubungan Kekeluargaan, Kegiaan Sosial yang bersama-sama. Serta strategi dakwah bil hal Masjid Ar-Rahim (Muhammadiyah) dan Masjid Al-Ikhlas (Nahdlatul ‘Ulama) adalah : Santunan dan beasiswa anak yatim dan kaum dhuafa, Membangun sarana pendidikan, Memberi bantuan kepada SMP Muhammadiyah citeureup, Pemotongan hewan qurban, Menyiapkan ta’jil buka puasa di bulan ramadhan, Menyiapkan makanan sahur 10 hari terakhir ramadhan, Fasilitas 24 jam dibuka untuk umum, Madrasah/TPA, Fasilitas jenazah, Mewaqafkan hartanya untuk muhammadiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Atmanto, Nugroho Eko. "Implementasi Matlak wilayah hukmi dalam penelitian awal bulan kamariah." Dalam Jurnal Ilmu Falak Vol. 1, No. 1 (2017) dari http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/elfalaky/article/view/3676/3354 (diakses pada 6 Januari 2019).

Elly M, Setiadi. Dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2012. Gunawan, Rudy. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: UHAMKA Press, 2011.

(9)

894

Hamka. Tasawuf Modern. Jakarta: Republika Penerbit, 2017.

Handayani, Setya. “Kohesi Sosial Antara Tenaga Pendidik dan tenaga Kependidikan.” Tesis S2 Universitas Muhammadiyah Malang, 2012.

Natalia, Yovita. “Sejarah Paroki Umat Katolik Gereja Penyelenggaraan Ilahi Lubuklinggau.” Skripsi S1 USD Yogyakarta, 2008.

Rohmah, Dwi Afiyani. “Kohesi dan Solidaritas Sosial Dalam Komunitas Nelayan.” Skripsi S1 Universitas Muhammadiyah Malang, 2016.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2017.

Uminingsih, Nilasari. “Kohesi Sosial Intern Umat Islam.” Skripsi S1 IAIN Salatiga Magelang, 2015.

Ufie, Agustinus. “Kearifan Lokal Budaya Ain Ni Ain Masyarakat Kei Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal untuk Memperkokoh Kohesi Sosial Siswa.” Tesis S2 Pascasarjana Maluku Tenggara, 2013.

Usisa, Rohman. "Interaksi Sosial warga NU dan Muhammadiyah studi kasus di Desa Punduhsari." Dalam Jurnal of Government, Vol. 1, No. 2 (2016) dari http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/gov/article/view/263 (diakses pada 6 Januari 2019).

Wahyu S, Ramdani. ISD Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 2017.

Yan, Yau Cheng. “Kohesi Nahuan Dalam Karangan Keperihalan Bahasa Cina Pelajar Tingkatan Empat.” Disertasi S3 Universiti Malaya Kuala Lumpur, 2015. Zunaidi, Muhammad. "Kehidupan sosial ekonomi pedagang di pasar tradisional pasca

relokasi dan pembangunan pasar modern.” Dalam Jurnal Fisip UIN, Vol. 3, No. 3 (2013) dari http://jsi.uinsby.ac.id/index.php/jsi/article/view/33 (diakses 19 Desember 2018).

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sifat sensoris dan fisikokimia (kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat pangan, daya serap air, daya patah dan

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam

Green Wall salah satu konsep Green Architecture yang mudah diterapkan dengan tanaman sirih belanda (Scindapsus aureus) sebagai tanaman rambat anti polusi yang sudah

Versi ini adalah rilis pertama yang secara resmi menggunakan nama kode berdasarkan nama-nama makanan pencuci mulut ("Cupcake"), nama yang kemudian digunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh dan kontribusi geotekstil terhadap daya dukung pondasi dangkal di atas permukaan tanah lempung dengan pendekatan

Melalui penilaian prestasi kerja akan diketahui seberapa baik Pegawai Negeri Sipil telah melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga dapat

Atas kejadian tersebut juga meluncurkan 2 Unit Mobil Water Kenon dari Ditsabhara dan Brimobda Sulteng ke TKP dan berusaha memadamkan Api tersebut dan dibantu 4 Unit

Hasil yang diperoleh memberikan informasi bahwa ekstrak daun Tembakau dan ekstrak daun Zodia pada pengujian terhadap larva Aedes aegypti memberikan