• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hikmah IbadahTerhadapMekanisme Koping Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Terhadap Penyelesaian Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hikmah IbadahTerhadapMekanisme Koping Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Terhadap Penyelesaian Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hikmah IbadahTerhadapMekanisme Koping Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Terhadap Penyelesaian Masalah

Rully Andika1*, Frisca Dewi Yunadi2, Opi Irawansyah3

1Prodi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap 2Prodi S1 Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap 3Prodi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Email: andikarulli@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Cilacap khususnya kecamatan Adipala desa Wlahar memiliki masalah sosial masyarakat khususnya di bidang gangguan jiwa. Data tahun 2017 menunjukkan ada 47 kasus gangguan jiwa dan memungkinkan masih dapat bertambah. Salah satu penyebab banyaknya kasus tersebut adalah kurangnya perhatian masyarakat dalam melakukan upaya-upaya preventif yang konkrit pada keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan permasalahan ini, maka diperlukan suatu upaya peningkatan pengetahuan kepada keluarga yang memiliki gangguan jiwa. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme koping dan pentingnya pelaksanaan ibadah sebagai sarana menjaga kesehatan jiwa. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode kelompok dan metode individu. Pada metode kelompok dilaksanakan dalam bentuk ceramah dan diskusi, sedangkan untuk metode individu digunakan pendekatan bimbingan dan wawancara. Hasil yang dicapai dalam pelatihan ini adalah meningkatnya pengetahuan keluarga penderita gangguan jiwa. Ditunjukkan dengan mampunya peserta pelatihan menjelaskan tentang upaya-upaya meraih kesehatan jiwa, mekanisme koping serta kemampuan motivasi ibadah bagi anggota keluarga.

Kata Kunci : Gangguan jiwa, keluarga, ibadah.

ABSTRACT

Mental health problems that occur in Cilacap until the end of 2017, especially in Wlahar village, located in the District of Adipala, a total of 47 cases and it is possible to still increase. Most of the people in the wlahar village of Adipala sub-district do not have concrete preventive efforts for their families to solve problems caused by family members who have mental health problems. For this reason, an effort is needed to increase knowledge to families who have family members with mental disorders about coping mechanisms and the importance of implementing worship to maintain mental health. The methods used in this training are face-to-face lectures on the concept of mental health, coping mechanisms and the importance of worship in an effort to avoid mental problems and the practice of implementing worship and prayer that can be used to improve the family's ability to deal with everyday life problems. The results achieved in this training were to increase family knowledge about mental health, coping mechanisms and the ability of the family to carry out worship.

Keywords: Mental disorders, family, worship

1. PENDAHULUAN

Gangguan jiwa dapat didefinisikan dan ditangani sebagai masalah medis. Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2010) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan

(2)

peran sosial. Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Budiman, 2010). Sedangkan menurut (Maramis, 2010), gangguan jiwa adalah gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi

(affective), tindakan (psychomotor).

Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke dalam dua golongan yaitu: gangguan jiwa

(neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai

macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk. Gangguan Jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti dirinya sendiri (Yosep, 2009).

Gangguan Jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila (Budiman, 2010).

Gangguan jiwa dalam kurun waktu singkat apalagi jangka panjang, akan mengakibatkan beban pada klien, keluarga serta negara. Di seluruh dunia, sedikitnya 25% klien dan keluarganya terpengaruh dengan gangguan jiwa yang dialaminya sehingga mengakibatkan stress berat dan beban bagi mereka. Hal ini membuktikan bahwa gangguan jiwa sangat mempengaruhi kualitas hidup dari keluarga. Gangguan kesehatan jiwa relative terabaikan, padahal penurunan produktivitas akibat gangguan kesehatan jiwa terbukti berdampak nyata pada perekonomian.

Hasil studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan, 8,1 persen hari-hari produktif hilang atau Disability Adjusted Life Years (DALY’s) akibat beban penyakit yang disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa.

(3)

Angka tersebut lebih besar dibandingkan hari-hari produktif yang hilang akibat penyakit tuberkulosis (7,2 persen), kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen), dan malaria (2,6 persen). Kerugian ekonomi akibat penyakit gangguan jiwa di Indonesia mencapaiRp 32 triliun per tahun. Jumlah penderita penyakit ini cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Upaya dalam mengatasi masalah yang diakibatkan gangguan jiwa dilakukan dengan upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier secara menyeluruh dilakukan untuk dapat mengurangi beban bagi keluarga dan bagi klien. Berdasarkan catatan dari Schizophrenia Patient Outcomes Research Team (PORT), kegagalan dari terapi individu yang dilakukan kepada klien skizofrenia diakibatkan karena hanya 10% keluarga yang mendapatkan pendidikan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka terapi terhadap individu klien akan lebih mendapatkan hasil yang lebih baik apabila disertai terapi keluarga.

National Aliance for Mentally Ill (NAMI) dan beberapa organisasi lain

mendesain program Family Psychoeducation untuk memberikan dukungan kepada keluarga. Program ini sangat bervariasi, namun demikian tujuannya sama yaitu memberikan informasi dan pendidikan kepada keluarga.

Family Psychoeducation dapat mengurangi stress, kebingungan dan

kecemasan pada keluarga klien gangguan jiwa, yang diharapkan dapat membantu keluarga mereka yang gangguan jiwa. Beberapa penelitian tentang psychoeducation yang akhirnya menjadi Evidance Based Practice dalam kesehatan jiwa. Kesimpulan mereka bahwa Family Psychoeducation adalah evidance based practice yang tingkat keefektifannya tinggi, terutama untuk mengurangi kekambuhan klien dengan skizofrenia dan gangguan skizoakfektif. Hasilnya mengindikasikan bahwa klien yang mendapatkan terapiin dividu dan medis serta keluarga mereka yang mendapatkan intervensi ini kemungkinan kekambuhannya 15 %, sedangkan yang hanya mendapatkan terapi medis dan individu saja kemungkinan kambuh 30 – 40 %. Disimpulkan juga bahwa Family

Psychoeducation dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menurunkan

(4)

2. MASALAH

Masalah gangguan jiwa yang terjadi di wilayah Kecamatan Adipala desa Wlahar hingga akhir tahun 2017 adalah sejumlah 47 kasus dan memungkinkan masih dapat bertambah. Masalah ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan anggota keluarga dalam melakukan upaya preventif terhadap permasalahan gangguan jiwa. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan upaya meningkatkan pengetahuan keluarga dalam menjaga anggotanya dari masalah gangguan jiwa.

Upaya yang akan diberikan oleh tim pengusul adalah pencegahan sekunder yang berfokus pada upaya peningkatan pengetahuan tentang sehat jiwa, mekanisme koping dan pengaruh ibadah terhadap penyelesaian masalah bagi masyarakat di Kecamatan Adipala. Bentuk upaya yang dilakukan adalah memberikan pelatihan tentang kesehatan sebagai informasi dan edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya sehat jiwa, mekanisme koping dan pengaruh pelaksanaan ibadah terhadap upaya menjaga kesehatan jiwa.

3. METODE

Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan oleh tim pengusul di Desa Wlahar Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Sasaran pelaksanaan adalah keluarga pasien gangguan jiwa di Desa Wlahar Kabupaten Cilacap. Adapun metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Metode kelompok

Metode kelompok biasanya disesuaikan dengan jumlah peserta pelatihan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah peserta pelatihan ini adalah 30 orang yang terdiri dari keluarga yang memiliki masalah gangguan jiwa dan kader kesehatan jiwa desa Adipala, maka metode yang digunakan adalah ceramah dan diskusi.

b. Metode individu

Metode individu digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku. Dalam pelatihan ini digunakan untuk membantu perubahan perilaku anggota keluarga agar memiliki upaya preventif untuk menangani masalah gangguan jiwa. Dasar digunakan pendekatan individual karena setiap orang mempunyai masalah

(5)

yang berbeda-beda termasuk penyebab terjadinya masalah gangguan jiwa. Adapun diantara bentuk pendekatan individual adalah: a) bimbingan: dengan cara bimbingan ini akan ada kontak antara peserta dan pemateri lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh peserta dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya, b) wawancara: cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan. Wawancara antara pemateri dan peserta untuk menggali informasi tentang pengetahuan peserta dan upaya apa saja yang telah dilakukan sebelumnya untuk menangani masalah gangguan jiwa.

Metode kelompok dan metode individu ini secara rinci dalam pelaksanaannya dapat dijelaskan sebagai beriku

a. Pretest

Pada sesi ini akan dilakukan pretest untuk mengukur sejauh mana pengetahuan klien tentang makna ibadah terhadap penyelesaian masalah b. Pemberian Materi dan Simulasi

Sesi ini merupakan sesi inti dimana akan diberikan materi tentang mekanisme koping, konsep ibadah. Pemberian materi diberikan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi.

c. Post Test

Setelah sesi pemberian materi, perlu dilakukan evaluasi untuk mengukur sejauh mana pengetahuan klien tentang materi yang sudah diberikan. d. Monitoring dan Evaluasi

Untuk memastikan keluarga melakukan ibadah dalam rangka meningkatkan mekanisme koping perlu dilakukan monitoring oleh tim pelaksana pengabdian bekerja sama dengan Puskesmas Adipala dan Kader Kesehatan Jiwa.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat terkait kegiatan pengabdian masyarakat hikmah ibadah terhadap peningkatan mekanisme koping keluarga pasien gangguan jiwa terhadap penyelesaian masalah terhadap masyarakat dan kader ini dilakukan pada Hari Kamis, Tanggal 30 April 2019, Pukul 10.00 – 12.00 WIB, dan jumlah peserta 30 orang.

(6)

Hasil kegiatan Program pengabdian masyarakat dilakukan dengan metode berupa:

1) Pelaksanaan pre test untuk mengukur pengetahuan dengan hasil nilai rata-rata 6.

2) Metode presentasi tentang kesehatan jiwa dan pengaruh ibadah disampaikan oleh pelaksana pengabdian yaitu: Rully Andika dan Opi Irawansah.

3) Pengisian kuesioner post test menghasilkan nilai rata-rata 7,5.

4) Hasil evaluasi motorik dan kognitif, peserta mampu membacakan doa yang sudah diajarkan oleh penyaji. Peserta mampu menjelaskan tentang upaya-upaya meraih kesehatan jiwa, mekanisme koping serta kemampuan motivasi ibadah bagi anggota keluarga.

5) Pengisian kuesioner pre test tentang kegiatan dimulai dengan melakukan koordinasi dengan pihak desa, kader serta masyarakat serta dilaksanakan menggunakan instrumen yang sudah dipersiapkan disertai kegiatan ceramah dan Tanya jawab tentang materi-materi presentasi.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat Desa Wlahar Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap. Kelompok masyarakat di daerah tersebut merupakan kelompok masyarakat yang memiliki anggota keluarga dengan resiko atau gangguan jiwa serta Kader sehat jiwa yang telah dibentuk. Kegiatan deteksi dini dilakukan selama 1 hari yang ditujukan kepada keluarga yang memiliki masalah gangguan jiwa dan Kader sehat jiwa di Desa Wlahar Cilacap. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah metode kelompok dan metode individu yaitu dengan cara memberikan informasi tentang konsep Kesehatan Jiwa serta materi tentang pengaruh ibadah terhadap peningkatan mekanisme koping keluarga pasien gangguan jiwa terhadap penyelesaian masalah. Pada kegiatan ini diikuti sebanyak 30 peserta yang terdiri dari keluarga yang memiliki masalah gangguan jiwa dan kader kesehatan jiwa serta perwakilan dari Puskesmas Adipala, dosen pembimbing mahasiswa dari Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap serta perangkat desa setempat.

(7)

c. Pembahasan

Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan tujuan mengetahui keberhasilan dari program pengabdian masyarakat. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan dua metode yaitu post test (Tanya jawab dan kuesioner) kepada kader dan masyarakat yang hadir tentang pengaruh ibadah terhadap kemampuan penyelesaian masalah. Selain melalui Tanya jawab dan kuesioner juga dilakukan dengan observasi pada waktu peserta pengabdian mempraktikkan doa harian untuk diterapkan ketika menghadapi masalah.

Gambar 1. Pemberian materi kepada warga dan kader desa Wlahar

Pemberian materi yang dilakukan diharapkan dapat memberikan pencerahan dan pilihan baru bagi masyarakat, supaya peserta lebih memahami pelaksanaan pemberian materi juga dibarengi dengan adanya diskusi. Upaya peningkatan keterampilan dilakukan dengan praktek membaca doa kepada peserta pengabdian masyarakat. Beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan pengabdian ini berjalan dengan baik antara lain :

1) Adanya kesediaan dari para kader peserta untuk mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

2) Adanya motivasi dan aspirasi untuk mengadakan kegiatan lanjutan dengan materi berbeda seputar masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa.

(8)

3) Adanya kesungguhan dan perhatian para peserta selama kegiatan berlangsung dengan ditunjukan oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

Berdasarkan hasil pengabdian didapatkan hasil terdapat pengingkatan pemahaman tentang pelaksanaan ibadah melalui doa terhadap peningkatan mekanisme koping. Dari hasil post test menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan peserta meningkat dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan. Hasil ini memberikan makna bahwa perlakuan yang berupa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang ibadah.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan dan menanamkan keyakinan bertujuan agar masyarakat lebih tahu, sadar, serta bisa melakukan suatu anjuran yang diberikan ada hubungannya dengan kesehatan. Adanya peningkatan tingkat pengetahuan kader tentang ibadah setelah diberikan pendidikan kesehatan juga didukung oleh beberapa hal, antara lain tingkat pengetahuan kader sebelum pendidikan kesehatan sebagian besar memang sudah memiliki pengetahuan cukup karena ibadah merupakan kegiatan yang sering dilakukan di masyarakat. Pengetahuan yang pernah didapatkan dan disimpan dalam memori kader kemudian ditimbulkan kembali dengan pendidikan kesehatan.

Menurut Walgito (2004), bahwa untuk menimbulkan kembali memori yang telah disimpan akan lebih baik dengan menggunakan rangsangan objek yang harus diingat. Dalam hal ini, pendidikan kesehatan memberikan rangsangan sebagai objek harus diingat kembali sekaligus juga memberikan input baru yang menambahkan atau meluruskan memori yang telah disimpan. Penyuluhan kesehatan tentang makna ibadah terhadap mechanisme koping dalam penyelesaian masalah merupakan tahap awal bertambahnya wawasan atau pengetahuan seseorang yang dapat membentuk sikap dalam implementasi ibadah. Dengan sering diadakan penyuluhan kesehatan yang menarik dan mudah difahami dapat menambah pengetahuan masyarakat yang baik tentang pelaksanaan ibadah maka akan

(9)

direspon secara positif oleh masyarakat paling tidak dari sikapnya terlebih dahulu sebelum diwujudkan dalam bentuk perilaku (practice). Demikian juga semakin jarang diadakan penyuluhan kesehatan, pengetahuan keluarga tentang makna ibadah juga kurang maka sebagian besar juga memiliki sikap negatif dalam pelaksanaan ibadah. Dengan demikian semakin sering diadakan penyuluhan kesehatan tentang pelaksanaan ibadah untuk menyelesaikan masalah maka memiliki peran dalam menentukan pengetahuan yang lebih baik dan didalam menentukan sikap yang semakin positif dalam pencegahan meningkatnya gangguan jiwa di masyarakat.

Beribadah dapat mendatangkan ketenangan dalam menghadapi beban dan masalah yang terjadi di lingkungan keluarga di tempat penelitian ini dilakukan. Hal ini sesuai dengan kepercayaan agama yang tercantum dalam Al Qur’an, seperti yang tercantum dalam QS Ar-Ra'd 13:28 “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Secara empirik, Pargament (dalam Hasan, 2012) menyatakan dalam bukunya “The Psychology of Religion and Coping” alasan bagaimana agama dapat mendukung manusia bahwa agama dapat memberikan jawaban terhadap masalah kekurangan manusia, terutama ketika manusia mencoba meraih sekuat tenaga hal yang penting melalui pemahaman diri dan pengalaman pribadi atau melalui yang lainnya, tetapi manusia tetap terbatas dan tidak sempurna. Pada saat manusia ditekan melampaui sumber daya langsung yang mereka miliki, manusia akan terpapar pada kerapuhan mendasar dari diri mereka dan dunianya. Untuk hal krisis eksistensial yang paling mendasar, agama dapat memberikan jawaban. Jawaban masalah dapat muncul dalam bentuk dukungan spiritual ketika bentuk dukungan sosial kurang memadai, memberi penjelasan ketika penjelasan lain kurang meyakinkan, dan memberikan perasaan kontrol akhir melalui yang suci ketika kehidupan terasa di luar kontrol, atau sebagai inspirator baru yang penting ketika yang lama tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan. Jadi, disiplin beribadah dapat mengantarkan pada

(10)

komunikasi regular dengan Tuhan, yang pada waktunya member ketenangan ketika manusia menghadapi stress dari masalah yang mereka hadapi (Hasan, 2012).

Faktor penghambat dalam kegiatan ini adalah terbatasnya waktu dan dana kegiatan, sehingga mengakibatkan kurang leluasanya gerak dalam mengembangkan kegiatan pada lingkup yang lebih luas.

5. KESIMPULAN.

Pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh para penyaji dari dosen STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap berupa upaya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa, mekanisme Koping Keluarga Pasien Gangguan Jiwa dan pengaruh ibadah terhadap penyelesaian masalah gangguan jiwa dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Salah satu permasalahan banyaknya kasus gangguan jiwa di kecamatan Adipala Desa Wlahar adalah minimnya pengetahuan warga tentang upaya preventif dalam menangani masalah gangguan jiwa.

b. Perlunya pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan warga dalam menangani kasus gangguan jiwa.

c. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa 90% peserta belum mengetahui secara tepat cara menangani masalah gangguan jiwa, mekanisme koping dan pengaruh ibadah terhadap penyelesaian masalah gangguan jiwa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pre test dan hasil wawancara dengan peserta.

d. Setelah pelaksanaan pelatihan 85% peserta mampu menjelaskan cara menangani masalah gangguan jiwa, mekanisme koping dan pengaruh ibadah terhadap penyelesaian masalah gangguan jiwa. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil post test dan hasil wawancara dengan peserta. e. Adapun kendala atau Faktor penghambat dalam kegiatan ini adalah

terbatasnya waktu dan dana kegiatan, sehingga mengakibatkan kurang leluasanya gerak dalam mengembangkan kegiatan pada lingkup yang lebih luas.

(11)

6. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja

petugas CMHN. Universitas Sumatera Utara (USU).

Budiman (2010). Jumlah gangguan jiwa. http://www.suara bandung.com. diakses tanggal 9 agustus 2017

Depkes RI (2010). Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2010.

Hasan, P. A.B. (2012). Disiplin Beribadah : Alat Penenang Ketika Dukungan Sosial Tidak Membantu Stres Akademik. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora, Vol 1, No 3, Maret 2012.

Keliat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN)

Arifah Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012

darihttp://arifahpratidina.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-nursing.html.

Lehman, A.F. & Bull, S. (1998). Translating Research into Practice: The Schizophrenia Patient Outcomes Research Team (PORT) Treatment recommendations.

Maramis, W. F. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa, erlangga University Press. National Aliance for Mentally Ill (NAMI)

UI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta :Universitas Indonesia

Videbeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Cetakan I. Jakarta: EGC

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. Penerbit : Andi offset. Weitse A et all. 2011. Global Mental Health 3 Mental health and psychosocial

support in humanitarian settings: linking practice and research.ProQuest

Biology Journals

WHO (2018). Disability Adjusted Life Years (DALY’s). Health Statistics and Information System.

Gambar

Gambar 1.  Pemberian materi kepada warga dan kader desa Wlahar

Referensi

Dokumen terkait

Dalam GBHN orientasi yang dibuat adalah untuk jangka panjang dengan perencanaan yang matang selama 25 tahun dan dilakukan secara bertahap selama 5 tahun sekali

Puji syukur kehahadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan waktu yang diberikan oleh Nya melalui Tugas Akhir atau Skripsi dengan judul “ Pengaruh

pada kelompok anak dengan ibu tidak bekerja yang berumur 4 tahun sebagian besar memiliki perkembangan motorik halus normal yaitu sebanyak 12 anak (50%) dan pada anak

Calibrating the model parameters with pre-re- serve stock, catch and fish price data from three Caribbean sites predicts catch-maximising reserve sizes in the range 20 – 40%

Sejalan dengan Kurikulum Nasional yang dirancang untuk menyongsong model pembelajaran Abad ke-21 yang di dalamnya menekankan pembelajaran aktif yang mendorong siswa untuk mencari

Prinsip dasar pendekatan pada perilaku menurut Skinner adalah bahwa perilaku manusia terjadi menurut hukum-hukum tertentu. Perilaku manusia terjadi sebagai akibat dari

Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti sampai sejauhmana pengaruh penggunaan metode pembelajaran Examples Non Examples terhadap penguasaan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT Astra Agro Lestari Tbk sebelum dan sesudah akuisisi berdasarkan rasio likuiditas, rasio