ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah25
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
HUBUNGAN TEKANAN DARAH DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN EKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN RSUP NTB TAHUN 2012
Oleh :
Suwanti, Edi Prasetyo Wibowo, Nur Aini Safitri
Poltekes Kemenkes Mataram
Abstract. Maternal Mortality Rate (MMR) 228 per 100,000 live births in 2007. One of the causes of
maternal mortality in Indonesia is eclampsia (24%) that can occur during pregnancy, childbirth, and the postpartum period. Several factors predispose to eclampsia include hypertension and maternal parity. The purpose of this study was to analyze the relationship of blood pressure and parity with the incidence of eclampsia in Hospital Delivery Room NTB in 2012. This is an observational analytic study using a "case-control". The population of this study are all experiencing an increase in maternal blood pressure in Hospital Delivery Room NTB. Sample cases that are experiencing maternal eclampsia and maternal control samples that were not experiencing eclampsia, a total sample size of 92 cases. The data collection was obtained from medical records search. Analysis of the relationship between blood pressure, age, and parity with the incidence of eclampsia performed with chi-square statistical test Test, to calculate the risk using logistic regression. The results of this study indicate that there is a relationship of blood pressure, and parity with the incidence of eclampsia. Analysis of the relationship of blood pressure (p = 0.001 with OR 6.6), and parity (p = 0.020 with OR 4.8). Mothers with blood pressure ≥ 160/110 mmHg risk 6.6, times experienced eclampsia compared blood pressure 140/90 - 150/100 mmHg, and 4.8 times the risk primiparous mothers experiencing eclampsia compared grande multiparous and multiparous mothers. So most influential risk factors on the incidence of eclampsia is maternal blood pressure. It is expected that for every pregnant woman checkups so that it can be done according to the standard identification of risk factors and early detection eclampsia so it can be given the appropriate care and timely.
Keywords: Blood Pressure, Parity, Eclampsia PENDAHULUAN
Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu (AKI) Indonesia tertinggi di Asia tenggara. Berdasarkan data hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan tren Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia secara Nasional dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan penurunan dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, dan pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Meskipun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (KemenkesRI, 2011).
Di Indonesia penyebab kematian langsung adalah perdarahan (28 %), eklampsia (24 %), infeksi (11 %), partus lama/macet (5 %), abortus (5%), emboli (3%), komplikasi masa puerperium (8 %), dan faktor lain (11 %). (Kemenkes RI, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7 % sampai 10 % seluruh ibu kehamilan. Dari seluruh ibu yang mengalami hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklampsia atau eklampsia (Bobak, 2005). Preeklampsia/eklampsia merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai antara 3-8% pasien,
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com terutama primigravida/primipara pada kehamilan
trimester kedua (Jones DL, 2002).
Provinsi Nusa Tenggara Barat kerap kali menjadi sorotan karena tingginya angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan selama ini. Pada tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Nusa Tenggara Barat mencapai 320 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut memberikan kontribusi terhadap rendahnya peringkat IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Nusa Tenggara Barat ditingkat nasional yang hampir menempati urutan akhir (Suara NTB, 2013).
Berdasarkan data rekam medik dan register persalinan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB kejadian eklampsia masih tidak mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, terlihat dari data yang telah diperoleh dari penelusuran rekam medik pada tahun 2010 terdapat 30 (1,05%) kasus dari 2852 persalinan. Pada tahun 2011 mencapai 36 (1,6%) kasus dari 2240 persalinan. Dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 yakni sebanyak 46 (1,7%) kasus dari 2731 persalinan (RSUP NTB, 2012).
Berdasarkan hasil studi tersebut, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan tekanan darah, dan paritas dengan kejadian eklampsia di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB pada bulan Juli 2013. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rencana penelitian observasional analitik. Desain penelitian menggunakan case control dengan pendekatan retrospektif. Kelompok kasus adalah ibu bersalin yang mengalami eklampsia dan kelompok kontrol adalah ibu bersalin yang tidak mengalami eklampsia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami peningkatan tekanan darah yang tercatat dalam rekam medik di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012 berjumlah 372 orang. Sampel kasus sebanyak 46 kasus ibu bersalin dengan eklampsia. Sampel kontrol dengan perbandingan 1 : 1 sebanyak 46 kasus ibu bersalin yang tidak mengalami
eklampsia. Jadi jumlah sampel yang akan digunakan seluruhnya adalah 92 sampel.
Teknik pengambilan sampel yaitu untuk kelompok kasus cara pengambilan sampel dilakukan menggunakan total sampling. Kelompok kontrol cara pengambilan sampel menggunakan systematic random sampling dengan kelipatan nomor 7 sampai dengan jumlah anggota 46 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Tekanan Darah Ibu
Tekanan darah merupakan salah satu tanda untuk menegakan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Distribusi jumlah sampel berdasarkan tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Distribusi Frekwensi Tekanan Darah Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB tahun 2012
Tekanan Darah Ibu n %
≥160/110 mmHg 57 62
140/90 - 150/100 mmHg 35 38
Total 92 100
Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa tekanan darah sampel di ruang bersalin RSUP NTB tahun 2012 sebanyak 57 (62 %) sampel memiliki tekanan darah ≥160/110 mmHg lebih banyak daripada sampel memiliki tekanan darah 140/90 – 150/100 mmHg sebanyak 35(38 %).
Peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan merupakan salah satu gangguan yang membahayakan ibu dan janin. Tekanan darah merupakan salah satu indikator penting dalam pemeriksaan yang biasanya timbul sebelum tanda-tanda lain. Hipertensi merupakan tanda-tanda terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan.
Menurut Angsar D (2008) pada kehamilan normal pembuluh darah tidak peka (refrakter) terhadap bahan-bahan vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sistesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Gangguan vaskularisasi akibat kepekaan resistensi vaskuler menyebabkan lumen arteri bertambah kecil, selanjutnya akan terjadi insufisiensi uteroplasenter yang mengakibatkan hipoksia dan iskemi plasenta.
ISSN No. 1978-3787
http://www.lpsdimataram.comVolume Jadi semakin tinggi tekanan darah dar
semakin tinggi pula untuk terjadi komplikasi selama persalinan.
b. Paritas
Paritas ibu mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Anak merupakan penerus keturunan bagi keluarga sehingga di masyarakat umumnya memiliki anak lebih dari satu. Untuk mengetahui distribus
berdasarkan paritas ibu di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Distribusi Frekwensi Paritas Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012 Paritas Ibu n Primipara 39 Multipara+ Grandemultipara 53 Total 92
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa paritas sampel terdapat 39 (42,4 %) sampel primipara lebih sedikit daripada sampel multipara dan grandemultipara sebanyak 53 (57,6 %).
Berdasarkan teori imunologis, pada primigravida/primipara terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna (Sudhaberata, 2001). Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu sehingga mengganggu fungsi plasenta. Akibatnya sekresi vasodilatorprostasiklin oleh sel sel
plasenta berkurang dan sekresi trombosan bertambah sehingga terjadi vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Jadi kehamilan kedua atau lebih memiliki risiko lebih kecil untuk tejadi komplikasi daripada kehamilan pertama.
c. Eklampsia
Eklampsia merupakan hipertensi dalam kehamilan yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria dan kejang dan atau koma. Untuk mengetahui distribusi jumlah sampel
_____________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014
Jadi semakin tinggi tekanan darah darah ibu maka semakin tinggi pula untuk terjadi komplikasi
Paritas ibu mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Anak merupakan penerus keturunan bagi keluarga sehingga di masyarakat umumnya memiliki anak lebih dari satu. Untuk mengetahui distribusi jumlah sampel di Ruang Bersalin RSUP dapat dilihat pada tabel di bawah Distribusi Frekwensi Paritas Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB
%
42,4 57,6 100,0 Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa paritas sampel terdapat 39 (42,4 %) sampel primipara lebih sedikit daripada sampel multipara dan grandemultipara sebanyak 53 (57,6 %).
Berdasarkan teori imunologis, pada primigravida/primipara terjadi pembentukan terhadap antigen tidak sempurna (Sudhaberata, 2001). Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu sehingga mengganggu fungsi plasenta. Akibatnya sekresi vasodilatorprostasiklin oleh sel sel-sel endoteal plasenta berkurang dan sekresi trombosan bertambah sehingga terjadi vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Jadi memiliki risiko lebih kecil untuk tejadi komplikasi daripada kehamilan
Eklampsia merupakan hipertensi dalam kehamilan yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria dan kejang dan atau Untuk mengetahui distribusi jumlah sampel
berdasarkan umur ibu di Ruang Bersalin RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Distribusi Frekwensi Kejadian Eklampsia Pada Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012
Kejadian Eklampsia n
Eklampsia 46
Tidak eklampsia 46
Total 92
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa kejadian eklampsia sebanyak 46 kasus (50%) dan tidak mengalami eklampsia sebanyak 46 kasus (50%).
Eklampsia merupakan komplikasi
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kejadian eklampsia dari tahun ke tahun masih belum mengalami penurunan secara signifikan.
Mose J (2005) mengatakan penyakit ini cukup sering dijumpai dan merupakan keadaan yang sangat berbahaya yang memiliki prognosis kurang baik untuk ibu dan janin.
d. Hubungan Tekanan Darah dengan Kejadian Eklampsia
Peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan merupakan salah satu gangguan yang membahayakan ibu dan janin. Hipertensi merupakan tanda terpenting
diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Hubungan tekanan darah dengan kejadian eklampsia di RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5. Hubungan Tekanan Darah Dengan Kejadian Eklampsia Di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun
Media Bina Ilmiah27
_____________________________________ di Ruang Bersalin RSUP dapat dilihat pada tabel di bawah Distribusi Frekwensi Kejadian Eklampsia Pada Ibu Bersalin Di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012
n %
46 50,0
46 50,0
92 100,0
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat bahwa kejadian eklampsia sebanyak 46 kasus (50%) dan tidak mengalami eklampsia sebanyak 46 kasus Eklampsia merupakan komplikasi yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Kejadian eklampsia dari tahun ke tahun masih belum mengalami penurunan secara Mose J (2005) mengatakan penyakit ini cukup sering dijumpai dan merupakan keadaan yang g memiliki prognosis kurang
Hubungan Tekanan Darah dengan Kejadian Eklampsia
Peningkatan tekanan darah selama masa kehamilan merupakan salah satu gangguan yang membahayakan ibu dan janin. Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Hubungan tekanan darah dengan kejadian eklampsia di RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah Hubungan Tekanan Darah Dengan Kejadian Eklampsia Di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012
_____________________________________________ Volume 8, No. 1, Februari 2014
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa persentase sampel yang mengalami eklampsia lebih banyak pada tekanan darah ≥160/110 mmHg (64,9 %) dan sampel yang tidak mengalami eklampsia lebih banyak pada tekanan darah 140/90
mmHg (74,3 %).
Dari hasil analisa statistik dengan uji Square diperoleh p=0,001 dimana
artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah dengan kejadian eklampsia.
Dari hasil analisa statistik dengan regr logistik diperoleh OR (95% CI) sebesar 6,6 (2,21 19,88). Dengan demikian ibu dengan tekanan darah ≥160/110 mmHg memiliki risiko 6,6 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu dengan tekanan darah 140/90 – 150/100 mmHg.
Hipertensi akibat vasospasme pe
pada preeklampsia/eklampsia akan mempengaruhi fungsi organ lain.Vasospasmepembuluh darah dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan intrinsik jaringan ginjal. Kerusakan sel gromerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Peningkatan tekanan darah dan koreksi kadar proteiunuria merupakan pertimbangan penting untuk mengetahui prognosa pada pasien preeklampsia/eklampsia. Dalam Indah L (2012) Suparyanto, mengemukakan bahwa 78 pasien preeklampsia ringan maupun berat sebanyak 33,4 % menunjukkan kenaikan tekanan darah tidak berbanding lurus dengan tingginya kadar protein dalam urin.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Bobak (2005) bahwa semua ibu yang mengalami hipertensi selama hamil setengah sampai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklampsia dan eklampsia. Jones DL (2002) juga mengemukakan bahwa preeklampsia/eklampsia merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai antara 3
terutama primigravida/primipara pada kehamilan trimester dua.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rozikhan (2007), hasil uji statistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 2,98 kali untuk terjadi
_____________________________________________
http://www.lpsdimataram.com Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa persentase
sampel yang mengalami eklampsia lebih banyak 160/110 mmHg (64,9 %) dan sampel yang tidak mengalami eklampsia lebih banyak pada tekanan darah 140/90 – 150/100 analisa statistik dengan uji Chi =0,001 dimana p<0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah dengan kejadian eklampsia.
Dari hasil analisa statistik dengan regresi sebesar 6,6 (2,21 – 19,88). Dengan demikian ibu dengan tekanan 160/110 mmHg memiliki risiko 6,6 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu dengan
150/100 mmHg.
Hipertensi akibat vasospasme pembuluh darah pada preeklampsia/eklampsia akan mempengaruhi fungsi organ lain.Vasospasmepembuluh darah dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan intrinsik jaringan ginjal. Kerusakan sel gromerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas ngga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Peningkatan tekanan darah dan koreksi kadar proteiunuria merupakan pertimbangan penting untuk mengetahui prognosa pada pasien preeklampsia/eklampsia. Dalam Indah L (2012) Suparyanto, mengemukakan bahwa dari 78 pasien preeklampsia ringan maupun berat sebanyak 33,4 % menunjukkan kenaikan tekanan darah tidak berbanding lurus dengan tingginya Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Bobak (2005) bahwa semua ibu yang mengalami ipertensi selama hamil setengah sampai dua pertiganya didiagnosis mengalami preeklampsia dan eklampsia. Jones DL (2002) juga mengemukakan bahwa preeklampsia/eklampsia merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai antara 3-8% pasien, terutama primigravida/primipara pada kehamilan Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rozikhan (2007), hasil uji statistik menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 2,98 kali untuk terjadi
preeklampsia berat dibandingkan dengan seorang ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
e. Hubungan Paritas dengan Kejadian Eklampsia
Primigravida/primipara merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan maupun saat persalinan karena terjadi pembentukan blocking antibodies
tidak sempurna. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu sehingga mengganggu fungsi plasenta. Hubungan paritas dengan kejadian eklampsia di RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat
bawah ini
Tabel6. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Eklampsia Di Ruang Bersalin RSUP NTB Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sampel yang mengalami eklampsialebih banyak pada pada primipara (64,1%) dan sampel yang tidak mengalami eklampsia lebih banyak pada multipara dan grandemultipara (60,4 %).
Dari hasil analisa statistik dengan uji Square diperoleh p=0,035 dimana
artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang antara paritas dengan kejadian eklampsia.
Hasil analisa statistik dengan regresi logistik diperoleh OR(95 % CI) sebesar 4,8 (1,65
Dengan demikian ibu primipara memiliki risiko 4,8 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu multipara dan grandemultipara.
Semua wanita memiliki risiko eklampsia selama hamil, bersalin, dan nifas. Eklampsia tidak hanya terjadi pada primigravida/primipara, pada multipara dan grandemultipara juga memiliki risiko untuk mengalami eklampsia. Misalnya pada ibu hamil dan bersalin lebih dari dua kali yang
http://www.lpsdimataram.com
bandingkan dengan seorang ibu hamil yang tidak mengalami hipertensi.
Hubungan Paritas dengan Kejadian
Primigravida/primipara merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan maupun saat persalinan karena terjadi ing antibodies terhadap antigen tidak sempurna. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas sampai batas tertentu sehingga mengganggu fungsi plasenta. Hubungan paritas dengan kejadian eklampsia di RSUP NTB tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di
Hubungan Paritas Dengan Kejadian Eklampsia Di Ruang Bersalin RSUP
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa sampel yang mengalami eklampsialebih banyak pada pada primipara (64,1%) dan sampel yang tidak eklampsia lebih banyak pada multipara Dari hasil analisa statistik dengan uji Chi =0,035 dimana p<0,05 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
paritas dengan kejadian eklampsia. Hasil analisa statistik dengan regresi logistik
sebesar 4,8 (1,65 – 14,19). Dengan demikian ibu primipara memiliki risiko 4,8 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu
a.
Semua wanita memiliki risiko eklampsia selama hamil, bersalin, dan nifas. Eklampsia tidak hanya terjadi pada primigravida/primipara, pada multipara dan grandemultipara juga memiliki risiko untuk mengalami eklampsia. Misalnya pada lebih dari dua kali yang
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah29
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.comVolume 8, No. 1, Februari 2014
mengalami preeklampsia/eklampsia pada kehamilan sebelumnya, obesitas, umur yang ekstrim, hamil kembar, adanya gangguan fungsi ginjal dan hipertensi juga memiliki risiko tinggi mengalami eklampsia. Kekurangan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan kontrol terhadap faktor risiko yang dapat berpengaruh terhadap hubungan paritas ibu dengan kejadian eklampsia.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Jones DL (2002) dan penelitian Rozikhan (2007) bahwa preeklampsia/eklampsia merupakan 80% dari semua kasus hipertensi pada kehamilan dan mengenai antara 3-8% pasien, terutama primigravida/primipara pada kehamilan trimester dua. Penelitian Rozikhan (2007), hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paritas dengan terjadinya preeklampsia berat. Pada ibu hamil pertama mempunyai risiko terjadinya preeklampsia berat 2,2 kali dibandingkan dengan seorang ibu yang hamil lebih dari 1 kali.
PENUTUP a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Sampel tekanan darah terbanyak adalah pada tekanan darah ≥160/110 mmHg yakni 57 (62%). Sampel paritas terbanyak adalah pada multipara dan grandemultipara yakni 53 (57,6%). Kejadian eklampsia pada ibu bersalin yang mengalami peningkatan tekanan darah di ruang bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2012 sebanyak 46 (50%). Ada hubungan yang signifikan antara tekanan darah ibu dengan kejadian eklampsia dengan nilai p=0,001dan OR 6,6 (2,21 – 19,88), artinya Ibu dengan tekanan darah ≥160/100 mmHg mempunyai risiko 6,6 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu dengan tekanan darah <160/110 mmHg. Ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian eklampsia dengan nilai p=0,035 dan OR 4,8(1,65 -14,19), artinya pada ibu primipara memiliki risiko 4,8 kali mengalami eklampsia dibandingkan ibu multipara dan grandemultipara. Dari hasil penelitian faktor risiko
yang paling berpengaruh adalah tekanan darah ibu bersalin terhadap kejadian eklampsia.
b. Saran
Diharapkan masyarakat rajin memeriksakan kehamilannya kepetugas kesehatan agar dapat dilakukan deteksi faktor risiko eklampsia dan segera diberikan asuhan yang sesuai. Disamping itu masyarakat dihimbau untuk aktif dalam mencari informasi tentang masalah kebidanan terutama eklampsia agar dapat mengenali tanda gejala dini eklampsia dan tidak terlambat membawa ibu kepelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, Dikman. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan. Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Cunningham, FG. 2006. Komplikasi Bedah dan Medis pada Kehamilan. Dalam Obstetri Williams Vol. 2 Edisi 21. Jakarta : EGC Dinas kesehatan NTB. 2012. Profil Data
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2012. Mataram : Dikes Provinsi NTB
Dyantari, Ida Ayu. 2011. Regresi Logistik pada Analisis Multivariat. http://www.scribd.com/doc/39243838/RE GRESI-LOGISTIK. Diakses 18 Mei 2013 Jones, Derek Llewllyn. 2002. Dasar-Dasar
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokretes
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Data Kesehatan Dasar Indonesia2011. Jakarta : Kemenkes RI
Kumboyo, Doddy Aryo dkk. 2008. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Mataram : RSUP NTB
_____________________________________________
Volume 8, No. 1, Februari 2014 http://www.lpsdimataram.com Manuaba, Ida Ayu Chandrawati. 2008. Gawat
Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Machfoedz, Ircham. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya Marmi dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mose, Johanes. 2005. Gestosis. Dalam Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta: EGC
Nofiansyah, Rian. 2011. Hubungan Antara Primigravida Dengan Preeklampsia/Eklampsia Di RSU Bhakti Yudha Depok. Jakarta : Universitas Pembangunan Nasional Veteran. www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedoktera n/207311123/eklampsia. pdf. Diakses tanggal 20 Mei 2013
Notoatmodjo, Soekitjo. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Rozikhan. 2007. Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit dr. H. Soewondo Kendal. Semarang :Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIK HAN.pdf. Diakses tanggal 15 Mei 2013
RSUP NTB. 2012. Rekam Medik Rekapitulasi Laporan Kelahiran Tahun 2012. Mataram NTB
Saifuddin, Abdul Bari.2010. Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang dan/atau Koma, Tekanan Darah Tinggi. Dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sidik, Nurul A. 2010. Hubungan Hipertensi
Dengan Kejadian Preeklampsia dan Eklampsia di Ruang Bersalin RSU Provinsi NTB Tahun 2009. Mataram : Poltekkes Kemenkes Mataram
Suara NTB. 2013. Antara MDG’s dan IPM. www.suarantb.com.11.5.wilmataramdetil2 html. Diakses 23 Juni 2013
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Untuk Kesehatan. Jakarta : Fitramaya
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC
Widyastuti. 2002. Safe Motherhood Modul Eklampsia materi pendidikan kebidanan WHO. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo